BAB II
TUGAS DAN KEWENANGAN KURATOR DALAM
KEPAILITAN
A. Pengertian dan Syarat Kurator
Tidak semua orang dapat menjadi kurator.Menurut Undang-Undang
Kepailitan yang lama, kewajiban ini secara khusus dilakukan oleh Balai Harta
Peninggalan, yang disingkat BHP. Balai Harta Peninggalan ini adalah suatu badan
khusus dari Departemen Kehakiman (yang dinamakan demikian karena ia
bertanggung jawab untuk masalah mengenai pengawasan pengampuan).30
Berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUK dan PKPU), maka yang dapat
bertindak sebagai kurator sebagaimana diatur dalam Pasal 70 adalah:
Balai
Harta Peninggalan bertindak melalui kantor perwakilannya yang terletak dalam
yurisdiksi pengadilan yang telah menyatakan debitur paillit. Pada saat ini terdapat
Balai Harta Peninggalan di lima lokasi yaitu Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya,
dan Makassar.
31
1. balai harta peninggalan; atau
2. kurator lainnya.
30
Imran Nating, Op.Cit., hlm. 59.
31
Lebih lanjut, dalam pasal tersebut dijelaskan tentang apa yang dimaksud
dengan kurator lainnya ialah:
a. orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian
khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan atau membereskan harta
pailit; dan
b. telah terdaftar pada Departemen Kehakiman
Pada penjelasan pasal ini disebutkan, yang dimaksud dengan keahlian
khusus adalah mereka yang mengikuti dan lulus pendidikan kurator dan pengurus;
yang dimaksud dengan terdaftar adalah telah memenuhi syarat-syarat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan anggota aktif organisasi profesi kurator dan
pengurus. Oleh karena itu, untuk menjadi kurator harus terlebih dahulu
mendaftarkan diri kepada Departemen Kehakiman.32
32
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002), hlm. 211
Banyak orang tidak tahu apa itu kurator. Pada ensiklopedia bebas,
kurator diartikan sebagai ketua akuisisi dan penjaga barang-barang koleksi sebuah
museum, perpustakaan atau lembaga serupa. Arti dari kurator itu berbeda jika
diterjemahkan dalam perspektif hukum. Menurut UU No 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUK dan PKPU),
kurator adalah profesional yang diangkat oleh Pengadilan Niaga untuk melakukan
pengurusan dan pemberesan.Maksud pengurusan disini yaitu mencatat,
menemukan, mempertahankan nilai, mengamankan, dan membereskan harta
Meski ditunjuk oleh pengadilan, kurator tetap diusulkan oleh pemohon
pailit.Namun, dalam bertugas kurator tidak bertindak untuk kepentingan pemohon
melainkan untuk kepentingan budel pailit.Intinya, kurator tidak melulu lebih
mendahulukan kepentingan kreditur, tapi harus fair juga terhadap debitur.
Menghitung aset perusahaan pailit adalah salah satu tugas kurator, untuk itu,
kurator harus memahami betul cara membaca laporan keuangan perusahaan agar
bisa mendapatkan informasi tentang harta yang menjadi kewenangannya tersebut.
Kurator juga bisa membutuhkan auditor dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Ricardo Simanjuntak, jasa independen auditor sangat diperlukan
jika kurator tidak mampu membaca laporan keuangan perusahaan. Kurator juga
bisa saja mengundang appraisal atau konsultan pajak bila memang dibutuhkan, namun itu semua akan menambah biaya. Padahal, kurator harus berusaha
semaksimal mungkin untuk tidak menambah beban ke budel pailit agar nilai harta
untuk kreditur tidak berkurang. 33
1) orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian
khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan
harta pailit;
Syarat untuk menjadi kurator ialah sebagai berikut :
2) terdaftar pada pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengenai
tata cara pendaftaran kurator diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M. 01-HT.05.10 Tahun
2005 tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus.
33
Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M. 01-HT.05.10 Tahun 2005, syarat untuk dapat didaftar
sebagai kurator antara lain sebagai berikut:34
a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia;
b) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c) Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia;
d) Sarjana Hukum atau Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi;
e) Telah mengikut i pelatihan khusus calon kurator dan pengurus yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi Kurator dan Pengurus bekerja
sama dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia;
f) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan hukuman pidana 5 tahun atau lebih berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
g) Tidak pernah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga;
h) Membayar biaya pendaftaran;
i) Memiliki keahlian khusus.
Bila syarat-syarat di atas telah terpenuhi, maka seseorang dapat mengajukan
permohonan sebagai kurator dan pengurus kepada Menteri Hukum dan HAM
dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:35
34
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor M.01-HT.05.10 Tahun 2005, Pasal 2
35
a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisir oleh Notaris;
b) Fotokopi ijasah sarjana hukum atau sarjana akuntansi yang dilegalisir
oleh perguruan tinggi/sekolah tinggi tersebut;
c) Fotokopi nomor pokok wajib pajak yang dilegalisir oleh notaris;
d) Fotokopi surat tanda lulus ujian kurator dan pengurus yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi kurator dan pengurus bersama
dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
e) Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
f) Fotokopi tanda keanggotaan organisasi profesi yang dilegalisir oleh
notaries;
g) Surat pernyataan bersedia membuka rekening di bank untuk setiap
perkara kepailitan atas nama kurator dalam kedudukannya sebagai
(qualitate qua/qq) debitur pailit;
h) Surat pernyataan tidak pernah dinyatakan pailit;
i) Surat pernyataan tidak pernah menjadi anggota direksi dan komisaris
yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan suatu perseroan
dinyatakan pailit;
j) Surat pernyataan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan hukuman pidana 5 (lima) tahun atau lebih.
Kurator yang telah diangkat oleh Pengadilan Niaga untuk perkara
kepailitan, wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Direktur Jenderal yang
terdiri atas:36
36
1) laporan pendahuluan;
2) laporan berkala pelaksanaan tugas setiap 6 (enam) bulan;
3) laporan akhir;
Setiap kurator dilarang merangkap jabatan lain kecuali sebagai advokat, akuntan,
mediator, dan atau arbiter.37
Dari Pasal 15 ayat (1) UUK dan PKPU, dapat diketahui bahwa
pengangkatan kurator adalah wewenang hakim Pengadilan Niaga.Pihak debitur,
kreditur, atau pihak yang berwenang (Bapepam, Menteri Keuangan, Kejakasaan,
Bank Indonesia) hanya mempunyai hak untuk mengajukan usul pengangkatan
kurator kepada pengadilan niaga.Usulan tersebut apakah diterima atau tidak
adalah diskresi hakim.Balai Harta Peninggalan (BHP) secara otomatis diangkat
sebagai kurator apabila pihak debitur, kreditur, atau pihak yang berwenang
tersebut tidak mengajukan usulan mengenai pengangkatan kurator.Pengangkatan
kurator didasarkan pada putusan pernyataan pailit, dalam arti bahwa dalam
putusan pernyataan pailit harus dinyatakan adanya pengangkatan kurator (Pasal
15 ayat (1) UUK dan PKPU).
B. Pengangkatan dan Pemberhentian Kurator
38
Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UUK dan PKPU dimungkinkan penunjukan
kurator sementara sebelum diucapkannya putusan pernyataan pailit. Selama
putusan atas permohonan pernyataan pailit belum diucapkan, setiap kreditur,
kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam, atau Menteri Keuangan dapat mengajukan
37
Ibid., Pasal 15
38
permohonan kepada Pengadilan Niaga untuk menunjuk kurator sementara untuk
mengawasi:
1. pengelolaan usaha debitur; dan
2. pembayaran kepada kreditur, pengalihan, atau penggunaan kekayaan debitur
yang dalam kepailitan merupakan wewenang kurator.39
Permohonan tersebut hanya dapat dikabulkan, apabila hal itu diperlukan guna
melindungi kepentingan kreditur.40
a. permohonan kurator sendiri;
Dahulu dalam Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang tentang Kepailitan
(Faillissementsverordening), hanya ditentukan bahwa Balai Harta Peninggalan saja yang ditugaskan sebagai kurator. Setelah ditetapkan Perpu No. 1 Tahun 1998
yang mengubah Faillissementsverordening tersebut, yang dapat menjadi kurator adalah Balai Harta Peninggalan dan kurator lainnya (Pasal 67 A ayat (1)). Begitu
juga dalam Pasal 70 ayat (1) UUK dan PKPU, ditentukan bahwa yang dapat
menjadi kurator adalah Balai Harta Peninggalan (BHP) dan kurator lain (kurator
orang perorangan). Kurator lain sering kali diistilahkan dengan “kurator swasta”.
Pasal 71 ayat (1) UUK dan PKPU mengatakan bahwa pengadilan setiap
waktu dapat mengabulkan usul penggantian kurator, setelah memanggil dan
mendengar kurator, dan mengangkat kurator lain dan/atau mengangkat kurator
tambahan atas:
b. permohonan kurator lainnya, jika ada;
39
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 10 ayat (1)
40
c. usul hakim pengawas; atau;
d. permintaan debitur pailit.
Ini berarti keputusan untuk mengganti/mengangkat lagi kurator atas
permohonan kurator sendiri/kurator lain/hakim pengawas/debitur pailit adalah
diskresi hakim (wewenang hakim).Hakim berwenang untuk mengangkat atau
tidak mengangkat atau mengganti atau tidak mengganti kurator tersebut,
meskipun hal itu adalah diskresi hakim, tetapi sebagai hakim yang bijak,
sebaiknya harus mempertimbangkan secara cermat dan tepat serta rasional atas
permohonan kurator/kurator lainnya/hakim pengawas/debitur pailit.41
Pasal 71 ayat (2) UUK dan PKPU menyatakan bahwa pengadilan harus
memberhentikan atau mengangkat kurator atas permohonan atau usul kreditur
konkuren berdasarkan putusan rapat kreditur yang diselenggarakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 90, dengan persyaratan putusan tersebut diambil
berdasarkan suara setuju lebih dari ½ jumlah kreditur konkuren atau kuasanya
yang hadir dalam rapat dan yang mewakili lebih dari ½ jumlah piutang kreditur
konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.42
1) disetujui oleh lebih dari ½ jumlah kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam rapat; dan
Maksudnya, hakim
mempunyai kewajiban mutlak atas perintah undang-undang untuk
memberhentikan atau mengangkat kurator atas permohonan/usul kreditur
konkuren dengan putusan rapat kreditur dengan persyaratan :
41
Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 143.
42
2) mewakili lebih dari ½ jumlah piutang kreditur konkuren atau kuasanya yang
hadir dalam rapat tersebut.
Kurator dapat diberhentikan, apabila tidak memenuhi kewajiban dan atau
melanggar larangan yang diatur dalam Peraturan Menteri.43Kurator yang telah
dikeluarkan sebagai anggota organisasi profesi dilaporkan kepada Menteri dan
Pengadilan Niaga oleh organisasi profesi. Kurator berhenti karena:44
a) meninggal dunia;
b) mengundurkan diri sebagai kurator;
c) tidak memenuhi lagi persyaratan sebagai kurator;
d) dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman
pidana 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
e) tidak terdaftar lagi pada Departemen Hukum dan HAM.
C. Tugas dan Kewenangan Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan
Harta Pailit
1. Tugas dan Kewenangan Kurator dalam Pengurusan Harta Pailit
Pada tahap ini, kurator harus melindungi keberadaan kekayaan debitur pailit
dan berusaha mempertahankan nilai kekayaan tersebut.Setiap tindakan yang
dilakukan di luar kewenangannya dalam tahap ini harus memperoleh persetujuan
terlebih dahulu dari hakim pengawas.
43
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor M.01-HT.05.10 Tahun 2005, Pasal 16 ayat (2)
44
Undang-Undang Kepailitan menentukan tugas dan wewenang kurator dalam
pengurusan sebagai berikut:
a. Kurator yang ditunjuk untuk tugas khusus berdasarkan putusan pernyataan
pailit, berwenang untuk bertindak sendiri sebatas tugasnya.45
b. Dalam waktu lima hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan,
kurator mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia serta
sekurang-kurangnya dua surat kabar harian yang ditetapkan oleh hakim
pengawas, mengenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat:
1) nama, alamat dan pekerjaan debitur;
2) nama, alamat dan pekerjaan kurator;
3) nama, alamat dan pekerjaan anggota panitia sementara kreditur, apabila
telah ditunjuk;
4) tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditur; dan
5) nama hakim pengawas.46
c. Kurator bertugas melakukan koordinasi dengan para kreditur dengan:
1) menerima nasihat dari panitia sementara para kreditur selama belum
ditetapkan panitia kreditur secara tetap;47
2) memberikan segala keterangan yang diminta oleh panitia;48
3) mengadakan rapat untuk meminta nasihat dari panitia kreditur;49
4) meminta nasihat panitia, sebelum memajukan suatu gugatan atau
meneruskan perkara yang sedang berlangsung;50
45
Ibid., Pasal 73 ayat (3)
46
Ibid., Pasal 15 ayat (4)
47
Ibid., Pasal 79 ayat (1)
48
Ibid., Pasal 81
49
5) menangguhkan pelaksanaan perbuatan yang direncanakan dalam hal
terjadi perbedaan pendapat dengan panitia kreditur;51
6) menghadiri rapat-rapat kreditur;52
7) menerima rencana penyelenggaraan rapat kreditur pertama yang
diselenggarakan paling lambat tiga puluh hari sejak tanggal putusan
pailit;53
8) memberitahukan rencana penyelenggaraan rapat kreditur pertama
kepada para kreditur paling lambat hari kelima setelah putusan
pernyataan pailit;54
9) menerima pemberitahuan dari para kreditur bahwa mereka telah
mengangkat seorang kuasa dalam rapat kepailitan;55
10) memanggil para kreditur yang mempunyai hak suara dengan iklan,
untuk menghadiri rapat yang ditentukan oleh hakim pengawas.56
d. Kurator bertugas melakukan pencatatan/inventarisasi harta pailit, sebagai
berikut:
1) Paling lambat dua hari setelah kurator menerima surat putusan
pengangkatannya, kurator harus membuat pencatatan harta pailit.57
2) Pencatatan boleh dibuat di bawah tangan oleh kurator dengan
3) Pada saat pembuatan pencatatan tersebut, para anggota panitia kreditur
sementara berhak untuk hadir.59
4) Setelah pencatatan dibuat, kurator harus memulai pembuatan suatu daftar
yang menyatakan sifat dan jumlah piutang-piutang dan utang-utang harta
pailit, nama-nama dan tempat tinggal kreditur, beserta jumlah piutang
masing-masing.60
5) Semua pencatatan tersebut di atas, oleh kurator harus diletakkan di
Kepaniteraan Pengadilan, untuk dengan cuma-cuma dilihat oleh siapa
saja yang menghendakinya.61
6) Dalam melakukan pencatatan harta pailit, kurator harus memperhatikan
bukan saja harta tetap berwujud tetapi juga harta kekayaan debitur pailit
yang tidak berwujud, seperti surat-surat berharga dan tagihan-tagihan.
e. Kurator bertugas mengamankan kekayaan milik debitur pailit, yaitu dengan
melakukan hal-hal berikut:
1) Kurator menangguhkan hak eksekusi kreditur dan pihak ketiga untuk
menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan debitur pailit atau
kurator, untuk waktu sembilan puluh hari sejak pernyataan pailit.62
2) Kurator membebaskan barang yang menjadi agunan dengan membayar
kepada kreditur.63
3) Segera sejak mulai pengangkatannya, kurator harus dengan segala upaya
yang perlu dan patut harus mengusahakan keselamatan harta pailit.
Seketika harus diambilnya untuk disimpan segala surat-surat, uang-uang,
59
Ibid., Pasal 100 ayat (3)
60
Ibid., Pasal 102
61
Ibid., Pasal 103
62
Ibid., Pasal 56 ayat (1)
63
barang-barang perhiasan , efek-efek dan lain-lain surat berharga dengan
memberikan tanda penerimaan.64
4) Kurator, dalam rangka mengamankan harta pailit, meminta kepada hakim
pengawas untuk menyegel harta pailit. Penyegelan tersebut dilakukan
oleh juru sita dimana harta itu berada dengan dihadiri dua orang saksi
yang salah satunya adalah wakil pemerintah daerah setempat.65
5) Kurator harus menyimpan sendiri semua uang, barang-barang perhiasan,
efek-efek dan surat berharga lainnya. Hakim pengawas berwenang pula
menentukan cara penyimpanan harta tersebut. Khusus terhadap uang
tunai, jika tidak diperlukan untuk pengurusan, kurator wajib
menyimpannya di bank untuk kepentingan harta pailit.66
6) Kurator mengembalikan ke dalam harta pailit terhadap barang yang
dilakukan hak penahanan oleh kreditur.67
f. Kurator bertugas melakukan tindakan hukum ke pengadilan dengan
melakukan hal-hal berikut:
1) Untuk menghadap di muka pengadilan, kurator harus terlebih dahulu
mendapatkan izin dari hakim pengawas, kecuali menyangkut sengketa
pencocokan piutang atau dalam hal yang diatur dalam Pasal 36, Pasal 38,
Pasal 39 dan Pasal 59 ayat (3).68
2) Kurator mengajukan tuntutan hukum atau dituntut atas harta kekayaan
debitur pailit.69
64
Ibid., Pasal 98
65
Ibid., Pasal 99
66
Ibid., Pasal 108
67
Ibid., Pasal 185 ayat (4)
68
Ibid., Pasal 69 ayat (5)
69
3) Kurator menerima panggilan untuk mengambil alih perkara dan mohon
agar debitur keluar dari perkara.70
4) Ditarik dalam persengketaan, atas suatu tuntutan hukum yang dimajukan
terhadap debitur pailit.71
5) Kurator memajukan tuntutan hukum untuk membatalkan perbuatan
hukum yang dilakukan debitur yang diatur dalam Pasal 41 s.d Pasal 46
UUK.72
6) Kurator menuntut kepada pemegang hak tanggungan agar menyerahkan
hasil penjualan barang agunan.73
7) Kurator mengajukan permohonan kasasi atas putusan perlawanan
terhadap daftar pembagian.74
g. Kurator bertugas meneruskan atau menghentikan hubungan hukum yang
telah dilakukan oleh debitur pailit dengan:
1) memberi kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian timbal
balik;75
2) menerima tuntutan ganti rugi dari kreditur;76
3) memberikan jaminan atas kesanggupan melanjutkan perjanjian, atas
permintaan pihak yang mengadakan perjanjian dengan debitur;77
5) menghentikan hubungan kerja dengan para buruh yang bekerja pada
debitur pailit.79
h. Kurator bertugas melakukan pencocokan utang dengan:
1) memberitahukan batas akhir pengajuan tagihan dan rapat kreditur
pencocokan utang, yang ditetapkan hakim pengawas, dengan surat dan
iklan;80
2) menerima pengajuan segala piutang yang disertai dengan bukti dari
para kreditur;81
3) mencocokkan perhitungan-perhitungan piutang yang dimasukkan
kreditur, dengan catatan dan keterangan debitur pailit;82
4) memasukkan utang yang diakui dan dibantah dalam suatu daftar yang
terpisah;83
5) membubuhkan catatan terhadap setiap piutang, dengan pendapat apakah
piutang tersebut diistimewakan atau dijamin dengan hak tanggungan;84
6) memasukkan piutang-piutang yang dibantah serta alasannya dalam
daftar piutang yang diakui sementara atas piutang dengan hak
didahulukan atau adanya hak retensi;85
7) meletakkan salinan dari masing-masing daftar piutang di kepaniteraan
pengadilan selama tujuh hari sebelum hari pencocokan piutang;86
8) memberitahukan dengan surat tentang peletakan daftar piutang kepada
9) membuat daftar piutang yang diakui sementara dan yang ditolak;88
10) menarik kembali daftar piutang sementara yang diakui dan dibantah;89
11) menerima dengan syarat atas piutang yang dimintakan dengan
penyumpahan;90
12) menuntut pembatalan pengakuan piutang atas alasan adanya
penipuan;91
13) memberikan laporan tentang keadaan harta pailit, setelah berakhirnya
pencocokan piutang dan meletakkannya di kepaniteraan pengadilan dan
salinannya di kantornya;92
14) menerima perlawanan kreditur yang piutangnya belum dicocokkan.93
i. Kurator bertugas melakukan upaya perdamaian dengan:
1) mengumumkan perdamaian dalam Berita Negara dan paling sedikit dua
surat kabar harian;
2) memberikan pendapat tertulis atas rencana perdamaian yang diajukan
debitur pailit;94
3) melakukan perhitungan tanggung jawab kepada debitur pailit di hadapan
hakim pengawas setelah pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan
hukum tetap;95
4) mengembalikan semua barang, uang, buku-buku dan surat-surat yang
termasuk harta pailit kepada debitur pailit jika terjadi perdamaian;96
5) melunasi/memenuhi persetujuan damai jika debitur tidak memenuhinya,
dari harta pailit;97
6) menyediakan suatu jumlah cadangan dari harta pailit, yang dapat dituntut
berdasarkan hak istimewa;98
7) memberitahukan dan mengumumkan putusan yang membatalkan
perdamaian.
j. Kurator bertugas melanjutkan usaha debitur pailit dengan:
1) mengusulkan supaya perusahaan debitur pailit dilanjutkan;99
2) meminta kepada hakim pengawas untuk menunda pembicaraan dan
pemutusan tentang usul melanjutkan perusahaan;100
3) memberitahukan kepada kreditur yang tidak hadir dalam rapat, tentang
rencana melanjutkan udaha debitur pailit;101
4) meminta kepada majelis hakim untuk sekali lagi menyatakan usul untuk
melanjutkan usaha tersebut diterima atau ditolak;102
5) melanjutkan usaha debitur yang dinyatakan pailit, atas persetujuan
panitia kreditur sementara atau hakim pengawas;103
6) membuka semua surat dan telegram yang dialamatkan kepada debitur
pailit;104
7) menerima semua surat pengaduan dan keberatan yang berkaitan dengan
8) memberi sejumlah uang kepada debitur pailit, untuk biaya hidup debitur
pailit dan keluarganya, sejumlah yang telah ditetapkan hakim
pengawas;106
9) atas persetujuan hakim pengawas, untuk menutupi ongkos kepailitan,
kurator dapat mengalihkan harta pailit;107
10) meminta kepada hakim pengawas untuk menghentikan pelanjutan
perusahaan.108
2. Tugas dan Kewenangan Kurator dalam Pemberesan Harta Pailit
a. Mengusulkan dan Melaksanakan Penjualan Harta Pailit
Kurator memulai pemberesan harta pailit setelah harta pailit dalam keadaan
tidak mampu membayar dan usaha debitur dihentikan. Kurator memutuskan cara
pemberesan harta pailit dengan selalu memperhatikan nilai terbaik pada waktu
pemberesan. Pemberesan dapat dilakukan sebagai satu atau lebih kesatuan usaha
(going concern) atau atas masing-masing harta pailit.Kurator melakukan pemberesan dengan penjualan di muka umum atau, apabila di bawah tangan,
dengan persetujuan hakim pengawas.109Kurator harus memperhatikan beberapa
hal dalam melaksanakan penjualan harta debitur pailit, antara lain:110
1) harus menjual untuk harga yang paling tinggi;
105
Ibid., Pasal 105 ayat (4)
106
Ibid., Pasal 106
107
Ibid., Pasal 107 ayat (1)
108
Ibid., Pasal 183
109
Standar Profesi Kurator dan Pengurus Indonesia
110
2) harus memutuskan apakah harta tertentu harus dijual segera dan harta
yang lain harus disimpan terlebih dahulu karena nilainya akan meningkat
di kemudian hari;
3) harus kreatif dalam mendapatkan nilai tertinggi atas harta debitur pailit.
Kurator, dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 15 ayat (1) harus
memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu memperoleh
persetujuan atau bantuan debitur apabila:
1) Usul untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan atau usul tersebut telah diajukan tetapi
ditolak; atau
2) Pengurusan terhadap perusahaan debitur dihentikan111
Dalam rangka membiayai tindakan-tindakan pengurusan dan pemberesan
termasuk jasa kurator diperlukan dana dan dana tersebut diperoleh dari hasil
penjualan harta kekayaan pailit baik barang bergerak maupun
barang-barang tidak bergerak. 112Semua benda harus dijual di muka umum sesuai dengan
tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Penjualan di
bawah tangan dengan izin Hakim Pengawas dapat dilakukan, apabila penjualan di
muka umum tidak tercapai 113
111
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 184 ayat (5)
112
Sunarmi, Hukum Kepailitan, (Medan: Usu Press, 2009), hlm.123.
113
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 185
Semua benda yang tidak segera atau sama sekali
tidak dapat dibereskan, maka kurator yang memutuskan tindakan yang harus
Kurator harus terlebih dahulu meminta izin dari Hakim Pengawas, dalam
melaksanakan penjualan harta pailit. Izin dari Hakim Pengawas ini dituangkan
dalam suatu penetapan. Izin penetapan ini diperoleh setelah kurator terlebih
dahulu mengajukan permohonan untuk melakukan penjualan harta pailit dan
dapat dilakukan secara lelang di depan umum maupun secara di bawah tangan.114
Kurator juga berkewajiban membayar piutang kreditur yang mempunyai
hak untuk menahan suatu benda, sehingga benda itu masuk kembali dan
menguntungkan harta pailit.115
Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan
persetujuan kepada hakim [engawas. Daftar pembagian memuat rincian
penerimaan dan pengeluaran termasuk di dalamnya upah kurator, nama kreditur,
jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang dan bagian yang wajib diterimakan
kepada kreditur. Daftar pembagian ini dapat dibuat sekali atau lebih dari sekali
dengan memperhatikan kebutuhan. b. Membuat Daftar Pembagian
116
114
Sunarmi, Op,Cit., hlm. 124.
115Ibid. 116Ibid.
Daftar pembagian yang telah disetujui oleh hakim pengawas wajib
disediakan di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat oleh kreditur selama
tenggang waktu yang ditetapkan oleh hakim pengawas pada waktu daftar tersebut
disetujui dan diumumkan oleh kurator dalam surat kabar. Daftar pembagian ini
dapat dilawan oleh kreditur dengan mengajukan surat keberatan disertai alasan
Hakim Pengawas akan menetapkan hari untuk memeriksa perlawanan di
sidang pengadilan yang terbuka untuk umum. Hakim Pengawas memberi laporan
tersebut dalam sidang tersebut, sedangkan kurator dan setiap kreditur atau
kuasanya dapat mendukung atau membantah daftar pembagian tersebut dengan
mengemukakan alasannya dan pengadilan paling lambat dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari wajib memberikan putusan yang disertai dengan pertimbangan hukum
yang cukup.Terhadap putusan pengadilan ini dapat diajukan permohonan kasasi.
Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat daftar pembagian atau
setelah putusan akibat diajukan perlawanan diucapkan, kurator wajib segera
membayar pembagian yang telah ditetapkan.Setelah kurator selesai melaksanakan
pembayaran kepada masing-masing kreditur berdasarkan daftar pembagian, maka
berakhirlah kepailitan. Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya
kepailitan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan surat kabar.117
Kurator wajib memberikan pertanggungjawaban mengenai pengurusan dan
pemberesan yang telah dilakukannya kepada Hakim Pengawas paling lama 30
(tiga puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan.Semua buku dan dokumen
mengenai harta pailit wajib diserahkan kepada debitur dengan tanda bukti
penerimaannya.
c. Membuat Daftar Perhitungan dan Pertanggungjawaban Pengurusan dan
Pemberesan Kepailitan kepada Hakim Pengawas
118
117
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 201 dan 202 UU No. 37 Tahun 2004
118
Kemudian, apabila sesudah diadakan pembagian penutup, ada pembagian
yang tadinya dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit atau apabila ternyata
masih terdapat bagian harta pailit yang sewaktu diadakan pemberesan tidak
diketahui, maka atas perintah Pengadilan, kurator membereskan dan membaginya
berdasarkan daftar pembagian yang dahulu.119
Selanjutnya agar seorang kurator dapat melaksanakan tugas yang diberikan
tersebut, kurator diberikan kewenangan untuk:120
1. dibebaskan dari kewajiban untuk memperoleh persetujuan dari atau
menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur atau salah
satu organ debitur, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan
persetujuan atau pemberitahuan demikian dipersyaratkan;
2. melakukan pinjaman dari pihak ketiga, semata-mata dalam rangka
meningkatkan nilai harta pailit, jika dalam melakukan pinjaman dari
pihak ketiga kurator perlu membebani harta pailit dengan hak
tanggungan, gadai atau hak agunan atas kebendaaan lainnya, maka
pinjaman tersebut harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan hakim
pengawas, dan pembebanan tersebut hanya dapat dilakukan terhadap
bagian harta pailit yang belum dijadikan jaminan utang.
119
Ibid., Pasal 203
120
D. Hubungan Kurator dengan Pihak-pihak dalam Kepailitan
Dalam proses pengurusan dan pemberesan hara pailit yang dilakukan oleh
kurator tidak akan berhasil tanpa bantuan atau kerja sama yang baik dengan
debitur pailit, krditor, dann hakim pengawas.
1. Hubungan Kurator dan Debitur Pailit
Kerja sama yang baik dengan debitur pailit merupakan hal yang penting
untuk menyukseskan tugas seorang kurator. Kegagalan kurator membina kerja
sama dengan debitur pailit dapat menyebabkan hambatan bagi proses kepailitan
itu sendiri. Memang tidak mudah untuk menjalin hubungan dengan debitur pailit,
terlebih jika debitur dinyatakan pailit karena permohonan kreditur. Pada situasi
ini, debitur akan senantiasa berpikir bahwa tindakan kurator adalah semata untuk
keuntungan kreditur dan tidak memerhatikan kerugian yang diderita oleh si
debitur. Hal ini berbeda jika permohonan pailit tersebut diajukan oleh debitur
pailit sendiri, dalam hal ini kurator akan memperoleh kerja sama yang baik dari
debitur pailit. 121
Seorang kurator untuk memperoleh kerja sama yang baik dari debitur, tidak
berarti bahwa kurator harus mengikuti keinginan debitur demi terciptanya
keharmonisan hubungan, tapi dalam kerangka profesional, seorang kurator harus
tetap berada pada jalur bahwa ia harus menyelamatkan harta pailit. Oleh karena
itu, kurator wajib memberitahukan dan mengingatkan debitur pailit secara tertulis
121
tentang kewajiban dan larangan atau pembatasan yang harus dipatuhinya
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.122
Selain itu, jika debitur dinilai tidak kooperatif, yaitu apabila mereka
menolak, baik jika diminta oleh kurator atau tidak, untuk bekerja sama dalam
menjalankan proses kepailitan, kurator harus tetap berusaha untuk memperoleh
harta debitur pailit dengan cara-cara yang ditentukan dalam aturan kepailitan.123
Kerja sama yang dimaksud antara lain:
Debitur harus memahami bahwa tindakan kurator bukanlah semata untuk
kepentingan kreditur, melainkan untuk kepentingan si debitur juga. Oleh karena
itu, kerja sama debitur sungguh sangat diharapkan.
124
a. memberikan seluruh data dan informasi sehubungan dengan harta pailit
secara lengkap dan akurat;
b. menyerahkan seluruh kewenangan pengurusan harta pailit dan usahanya
pada kurator dan tidak lagi menjalankan sendiri;
c. jika diminta, membantu kurator dalam menjalankan tugasnya; dan
d. tidak menghalangi, baik sengaja atau tidak, pelaksanaan tugas kurator.
Seorang kurator sebelum memulai tugasnya, dalam hubungannya dengan
debitur pailit, harus betul-betul memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Keadaan objektif debitur pailit, yang meliputi:
1) jenis usaha dan skala ekonomis debitur pailit;
122
Imran Nating, Op.Cit, hlm. 95
123Ibid. 124
2) kondisi fisik usaha debitur;
3) uraian harta kekayaan dan utang debitur pailit; dan
4) keadaan arus kas (cash flow) debitur pailit. b. Kerja sama dari debitur pailit.
c. Kondisi sosial ekonomi yang mungkin timbul sebagai akibat pernyataan
pailit.
Kurator yang cerdas dan berpengalaman sekalipun tidak akan berhasil
melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit jika kurator tersebut tidak
dapat menjalin kerja sama dengan debitur pailit atau debitur pailit yang tidak mau
bekerja sama dengan kurator.
Hubungan kurator dan debitur berakhir jika proses pemberesan harta pailit
telah selesai atau jika terjadi pengesahan perdamaian yang telah memperoleh
kekuatan mutlak, maka di hadapan hakim pengawas, kurator wajib melakukan
perhitungan tanggung jawab kepada debitur.
2. Hubungan Kurator dan Kreditur
Selain kerja sama dengan debitur pailit, kurator juga memerlukan kerja
sama dengan kreditur. Kerja sama yang aktif dari kreditur akan mempermudah
kerja kurator.Kreditur dalam hal pendataan harta debitur pailit misalnya, diminta
atau tidak diminta oleh kurator harus menunjukkan kepada kurator jumlah dan
lokasi aset harta debitur pailit.
Pada suatu proses kepailitan, meskipun yang mengajukan permohonan pailit
hanya satu atau dua kreditur, namun pada saat debitur dinyatakan pailit, maka
yang berhak mendapatkan haknya atas harta pailit bukan hanya yang mengajukan
harus berhubungan dengan orang perorangan dari para kreditur dalam menjalin
kerja sama dengan para kreditur. Oleh karena itu, dibentuklah panitia kreditur
yang selanjutnya menjadi lembaga bagi para kreditur debitur pailit. Hal ini
mempermudah kerja kurator karena ia tidak harus berurusan dengan semua
kreditur tapi cukup dengan panitia kreditur.125
Panitia kreditur setiap waktu berhak meminta diperlihatkan segala buku dan
surat-surat yang mengenai kepailitan, dan terhadap hal tersebut, kurator
diwajibkan untuk memberikan kepada panitia kreditur segala keterangan yang
dimintanya.Selain itu, panitia juga berhak meminta diadakannya rapat-rapat
kreditur, serta dapat memberikan dan bahkan wajib memberikan saran tertulis
kepada rapat verifikasi mengenai perdamaian yang ditawarkan.
UUK dan PKPU tidak mewajibkan adanya panitia tersebut, akan
tetapiapabila kepentingan menghendaki (demi suksesnya pelaksanaan kepailitan),
pengadilan dapat membentuk panitia kreditur. Hakim pengawas
wajibmenawarkan pembentukan panitia tersebut kepada para kreditur.
126
Kurator oleh UUK dan PKPU dibolehkan setiap saat mengadakan rapat
dengan panitia kreditur untuk meminta nasihat panitia kreditur bila dianggap
perlu, namun kurator tidak wajib mengikuti nasihat dari panitia Hubungan kerja dan komunikasi yang baik antara kurator dan panitai
kreditur akan menguntungkan semua pihak. Minimal hal ini akan mempercepat
proses penyelesaian tugas seorang kurator. Selain itu, para kreditur akan lebih
cepat pula memperoleh haknya atas harta debitur pailit.
125
Ibid.,hlm. 99
kreditur.Akibatnya,jika terhadap nasihat tersebut tidak diterima atau ditolak oleh
kurator, kurator harus segera menyampaikan hal tersebut kepada panitia
kreditur.Selanjutnya, jika panitia kreditur kemudian merasa keberatan atau tidak
menerima penolakan kurator, panitia kreditur dapat meminta keputusan atas hal
tersebut kepada hakim pengawas.
Dikecualikan oleh Pasal 83 Undang-Undang Kepailitan, jika hal kurator
akan mengajukan atau melanjutkan atau mengadakan pembelaan terhadap
gugatan, kurator wajib meminta nasihat panitia kreditur.Selanjutnya, hal yang
tidak kalah penting yang harus dilakukan oleh para kreditur dalam rangka
menyukseskan tugas kurator adalah membantu kurator secara terbuka untuk
menunjukkan keberadaan harta dari debitur pailit yang diketahuinya.Kemudian,
kreditur juga harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditentukan oleh UUK
atau keputusan rapat panitia kreditur.Hal ini bertujuan agar penyelesaian
kepailitan bisa terlaksana sesuai jadwal yang telah direncanakan.Hal ini juga
untuk menghindari terjadinya sengketa antara kreditur dengan kurator, misalnya
seorang kreditur harus memenuhi batas waktu penyerahan tagihan ke kurator
sesuai jadwal.127
Kemungkinan terjadinya tuntutan hukum atau sengketa antara kreditur dan
debitur bisa dihindari jika dari awal keduanya saling terbuka dalam
menyampaikan gagasan-gagasan atau saran-saran serta senantiasa mengikuti
komitmen yang telah disepakati. Kurator maupun kreditur harus menghindari
kemungkinan terjadinya perselisihan tersebut, karena kejadian ini akan
menghambat proses penyelesaian kepailitan. Kemudian, berakibat pada
127
keterlambatan kreditur mendapatkan haknya dan kemungkinan terburuk yang bisa
timbul karena larutnya proses penyelesaian tersebut, bisa berakibat pada
menurunnya nilai harta pailit,jika hal ini sampai terjadi, kreditur akan mengalami
kerugian.128
Kurator tidaklah sepenuhnya bebas dalam melakukan pengurusan dan
pemberesan harta pailit.Kurator senantiasa berada di bawah pengawasan hakim
pengawas.Tugas hakim pengawas adalah mengawasi pengurusan dan pemberesan
harta pailit yang menjadi tugas kurator (yang dilakukan oleh kurator).Hakim
pengawas menilai sejauh manakah pelaksanaan tugas pengurusan dan/atau
pemberesan harta pailit yang dilaksanakan oleh kurator dapat
dipertanggungjawabkan kepada debitur dan kreditur, dalam kondisi inilah
diperlukan peran pengawasan oleh hakim pengawas.Oleh karena itu, kurator harus
menyampaikan laporan kepada hakim pengawas mengenai keadaan harta pailit
dan pelaksanaan tugasnya setiap tiga bulan. 3. Hubungan Kurator dan Hakim Pengawas
129
Mengingat beratnya tugas yang diemban oleh seorang kurator dalam
melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit, maka seorang kurator harus
selalu berhubungan dengan hakim pengawas untuk melakukan konsultasi atau
sekadar mendapat masukan.Hal ini untuk mencapai tujuan keberhasilan dari suatu
pernyataan pailit, karenanya hakim pengawas dan kurator harus saling
berhubungan sebagai mitra kerja.130
128Ibid.
129
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 65
130
Hakim pengawas maupun kurator harus sama-sama saling mengetahui tugas
keduanya, sehingga keduanya saling memahami kapankah harus berhubungan.
Kerja sama yang harmonis sangat diperlukan, terlebih-lebih apabila menemui
debitur atau kreditur yang kurang mendukung kelancaran penyelesaian
perkara131.Kenyataan di lapangan, meskipun komunikasi hakim pengawas dan
kurator lancar, tetapi hakim pengawas sering kali ragu untuk secara tegas dan
langsung membantu tugas kurator, misalnya menindak debitur yang tidak
kooperatif.132
Hubungan kurator dan hakim pengawas layaknya bersifat kolegial.
Keduanya harus bekerja sama dalam penanganan perkara. Memang kurator harus
meminta persetujuan hakim pengawas dalam beberapa hal, dan hal ini kadang
disalahartikan sebagai hubungan subordinasi.133
Hubungan tugas kurator dan hakim pengawas dalam Undang-Undang
Kepailitan disebutkan sebagai berikut:
Bentuk bantuan yang bisa diberikan dan harus senantiasa dilakukan oleh
seorang hakim pengawas adalah memberi masukan kepada kurator tentang
bagaimana baiknya melakukan pengurusan dan pemberasan atas harta pailitdemi
menjaga agar nilai harta pailit tetap atau bahkan meningkat.
Hakim pengawas berharap seorang kurator bekerja sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam ketentuan UUK. Seorang kurator juga harus benar-benar
terampil menguasai tugas dan kewenangannya
131
Parwoto Wignjosumarto, “Peran dan Hubungan Hakim Pengawas dengan Kurator/Pengurus serta Permasalahannya dalam Praktik Kepailitan dan PKPU”, (Makalah disampaikan pada Lokakarya Kurator dan Hakim Pengawas: Tinjauan Secara Kritis, Jakarta, 30-31 Juli 2002.
132
Imran Nating, Op.Cit.,hlm.102-103.
133
1. Hakim pengawas merencanakan penyelenggaraan rapat kreditur paling lambat
tiga puluh hari sejak tanggal putusan pailit diucapkan dan dalam jangka waktu
tiga hari setelah putusan diterima oleh hakim pengawas dan kurator, hakim
pengawas wajib menyampaikan kepada kurator rencana rapat tersebut.134
2. Hakim pengawas menetapkan surat kabar harian untuk mengumumkan putusan
pernyataan pailit.135
3. Kurator melaporkan kepada hakim pengawas tentang daftar kreditur dengan
uraian nama, alamat, jumlah, dan sifat piutang serta daftar piutang yang diakui
atau dibantah.136
4. Kurator melaporkan kepada hakim pengawas tentang daftar harta pailit dan
perihal ada tidaknya tawaran rencana perdamaian dari debitur pailit.
5. Kurator melaporkan kepada hakim pengawas tentang piutang yang diakui dan
dibantah beserta alasan-alasannya.137
6. Kurator menyusun daftar pembagian harta pailit yang berisi pertelaan
penerimaan, pengeluaran, dan imbal jasa kurator, yang akan dibayarkan kepada
para kreditur, semuanya harus atas persetujuan hakim pengawas.138
7. Kurator di hadapan hakim pengawas melakukan pertanggungjawaban setelah
pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap.139
8. Kurator harus mendapatkan izin dari hakim pengawas jika ingin menjual aset
harta pailit di bawah tangan.
134
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 86 ayat (1) dan (2)
135
Ibid., Pasal 15 ayat (4)
136
Ibid., Pasal 102 dan Pasal 108
137
Ibid., Pasal 117
138
Ibid., Pasal 189 ayat (1) dan ayat (2)
139
Khusus untuk menjual aset di bawah tangan, kurator terkadang mendapat
hambatan dari hakim pengawas yang tidak mau atau memperlambat
mengeluarkan penetapan bagi kurator untuk melakukan penjualan di bawah
tangan tersebut, padahaljika hal itu bisa berjalan cepat, nilai harta pailit bisa
meningkat karena harga penjualan di bawah tangan yang akan dilakukan oleh
kurator jauh di atas harga pasar maupun harga yang telah ditetapkan apraisal (juru taksir) untuk penjualan di muka umum.
Pada kondisi di atas, seorang hakim pengawas harus dengan segera
mengeluarkan penetapan yang mengizinkan kurator untuk melakukan penjualan di
bawah tangant karena kurator tentunya telah memberi gambaran tentang harga
harta pailit tersebut jika dijual di muka umum dan jika dijual di bawah tangan.
Apa pun tindakan yang dilakukan oleh kurator dan hakim pengawas
sebagaimana yang diatur dalam UUK dan PKPU atau tindakan yang tidak
dilarang oleh UUK dan PKPU, keduanya harus senantiasa berada dalam posisi
bahwa mereka bertindak untuk kepentingan kreditur dan debitur. Oleh karena itu,
upaya meningkatkan nilai harta pailit juga untuk kepentingan kreditur dan
debitur.140
Hakim pengawas haruslah percaya akan kemampuan kerja seorang kurator.
Untuk itu, terhadap keinginan atau ide-ide kurator untuk meningkatkan nilai harta
pailit, selama tidak bertentangan dengan peraturan kepailitan, hendaknya
mendapat dukungan dari hakim pengawas.Kenyataan menunjukkan bahwa
terhadap kerja pengurusan dan pemberesan harta pailit, seorang kurator tentulah
jauh lebih paham dan lebih mengerti medannya, dibanding hakim pengawas.Hal
140
itu karena kuratorlah yang terjun langsung di lapangan. Oleh karena itu, saling
percaya dan bertanggung jawab antara kurator dan hakim pengawas sangat
diharapkan.141 Kepailitan dapat dicabut oleh pengadilan atas usul hakim pengawas
pada tingkat awal, berhubung diterimanya laporan dari kurator yang telah
mengadakan pencatatan harta benda si pailit, dan didapati bahwa kenyataan si
pailit sangat sedikit, sehingga tidak cukup untuk menutupi biaya kepailitan.142
141Ibid.