• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Payudara Normal - Gambaran Kanker Payudara Berdasarkan Stadium dan Klasifikasi Histopatologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Payudara Normal - Gambaran Kanker Payudara Berdasarkan Stadium dan Klasifikasi Histopatologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012-2013"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Payudara Normal

Dalam Faiz dan Moffat (2003), payudara dapat tumbuh pada pria dan

wanita, tetapi payudara berkembang secara kompleks pada wanita saat pubertas

dan merealisasikan fungsinya selama menyusui saja, sesuai dengan fungsi utama

payudara yaitu produksi dan sekresi air susu. Payudara merupakan kelenjar kulit

khusus yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat. Payudara terletak

konstan pada dinding anterior dada meluas dari kosta kedua hingga keenam di

anterior dan dari sisi lateral sternum menuju garis mid-aklsilaris di lateral. Tiap

payudara terdiri atas 15-30 unit dukto-lobular fungsional yang tersusun radial di

sekitar puting susu. Tiap lobus dipisahkan oleh septa fibrosa atau ligamentum

suspensorium yang berjalan dari fasia profunda menuju kulit di atasnya sehingga

memberikan struktur pada payudara. Duktus laktiferus keluar dari tiap lobus dan

menyatu pada puting susu. Pada bagian terminal duktus melebar dinamakan

sinus laktiferus dan kemudian terus ke putting susu dimana air susu dikeluarkan.

Areaola adalah daerah gelap di sekitar putting susu yang permukaannya biasa

ireguler akibat banyaknya tuberkel-tuberkel kecil atau kelenjar Montgomery

(2)

Gambar 2.1 Anatomi Payudara (Gabriel, 2013).

Perdarahan payudara berasal dari cabang arteri aksilaris, ramus perforates

interkostalis 1-4 dari arteri torakalis interna (mamilaris) dan ramus perforates

interkostalis 3-7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri

torakalis superior, arteri torakalis akromial, arteri torakalis lateralis terdapat

arteri subskapularis. Vena dibagi menjadi dua kelompok yaitu superficial dan

profunda. Vena superficial terletak di subkutis, mudah terlihat, bermuara ke vena

mamilaris interna atau vena superficial leher. Aliran vena sesuai dengan aliran

arteri secara terpisah akan bermuara ke vena aksilaris, vena mamilaris interna

dan vena azigos atau vena hemiazigos (Desen, 2011). Kelenjar payudara

dipersarafi oleh nervus interkostalis kedua hingga keenam dan ketiga hingga

keempat ramus dari pleksus servikalis. Aliran limfatik dari setengah lateral

payudara menuju getah bening aksila anterior, sedangkan limfe payudara medial

(3)

2.2. Kanker Payudara 2.2.1. Definisi

Kanker sering disebut karsinoma, neoplasma ganas ataupun tumor ganas

yaitu jaringan baru yang timbul dalam tubuh pada lokasi tertentu yang

dipengaruhi berbagai penyebab sehingga jaringan setempat terjadi pertumbuhan

yang tidak normal dan dapat menyebar ke organ lain (WHO, 2013). Berdasarkan

lokasinya, kanker payudara adalah kanker yang terjadi pada jaringan epitel

payudara.

2.2.2. Epidemiologi

Menurut World Health Organization (2013), pada tahun 2012 di seluruh

dunia sebanyak 8,2 juta kematian yang penyebab utamanya adalah kanker. Di

Asia Tenggara (SEA) diperkirakan 1,2 juta kematian terjadi akibat kanker di

pada tahun 2012, dan diperkirakan juga kematian akibat kanker akan terus

meningkat. Setiap tahun di Asia Tenggara diperkirakan memiliki 1,7 juta kasus

kanker baru. Di Asia Tenggara kanker payudara dan kanker leher rahim adalah

dua jenis kanker yang paling umum terjadi pada wanita , sedangkan kanker paru

dan kanker rongga mulut adalah kanker paling umum terjadi pada pria. Banyak

kanker yang memiliki kesempatan besar untuk sembuh jika terdeteksi dini dan

diobati dengan tepat.

2.2.3. Faktor Risiko

Etiologi kanker payudara belum jelas sampai saai ini, tetapi terjadinya

kanker payudara dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, yaitu:

1. Riwayat keluarga dan gen

Penelitian menemukan pada wanita yang memiliki saudara primer menderita

kanker payudara, maka 2-3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara

(4)

merupakan faktor timbulnya kanker payudara adalah BRCA-1 dan BRCA-2

(Desen, 2011).

2. Usia

Kanker payudara banyak terjadi pada usia setengah baya dan lansia atau usia

menopause (usia 40-45 tahun), jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun,

dan sangat jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun.

Wanita postmenopause dengan tingkat estrogen tinggi (di atas

20%) memiliki risiko kanker payudara dua kali lipat dibandingkan dengan

wanita dengan estrogen yang rendah (NBOCC, 2009).

3. Reproduksi

Usia menarche kecil, henti haid usia lanjut, siklus haid pendek, wanita yang

belum atau tidak menikah, dan melahirkan anak pertama berusia lebih dari 30

tahun merupakan faktor resiko besar terjadi kanker payudara. Menurut

penelitian Anggorowati (2013), bahwa usia melahirkan anak pertama leboh

dari 30 tahun dilaporkan dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.

Menurut Chlebowski (2009) dalam Anggorowati (2013), hal tersebut dapat

terjadi dikarenakan periode antara usia menarche dan usia kehamilan pertama

terjadi ketidakseimbangan hormon yang merupakan permulaan dari

pembentukan kanker payudara.

4. Menyusui

Dampak perlindungan dari menyusui pada risiko kanker payudara

dijelaskan bahwa menyusui menjaga keseimbangan endokrin yang normal

melalui modulasi aktivitas ovarium atau hipofisis (Mashram et al, 2009).

Menurut Anothaisintawee et al (2013) dalam Anggorowati (2013), wanita

yang menyusui akan memproduksi hormon prolaktin yangmana hormon ini

dapat menekan paparan hormon estrogen dalam jumlah yang banyak dan

(5)

5. Kelainan kelenjar payudara

Jika salah satu payudara sudah terkena kanker, maka payudara yang belum

terkena satu lagi atau kontralateral akan lebih besar resiko terkena kanker

(NBOCC, 2009). Pada penderita yang mempunyai riwayat penyakit payudara

jinak (tipe kistik ) dapat meningkatkan risiko terjadi kanker payudara

(Mashram et al, 2009).

6. Radiasi pengion

Kelenjar payudara relatif peka terhadap radiasi pengion. Terpapar secara

berlebihan menyebabkan peluang terjadinya kanker lebih tinggi (Desen,

2011).

7. Diet dan gizi

Berbagi studi kasus menunjukan diet tinggi lemak dan kalori berkaitan

langsung dengan timbulnya kanker payudara (Desen, 2011).

Faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti ras hitam, obesitas, paparan

estrogen dan progesteron pada wanita post menopause, olahraga tidak teratur,

toksin lingkungan, dan merokok juga mempunyai faktor risiko terjadinya

kanker payudara (Tehranian et al, 2010).

2.2.4. Etiologi dan Patogenesis

Faktor-faktor penyebab kanker payudara adalah multi-faktorial, dan

beberapa faktor telah terlibat yang dapat bertindak secara mandiri atau

berkombinasi, terutama pada individu yang mempunyai risiko tinggi. Pada

umumnya penyebab pertumbuhan kanker payudara sangat berhubungan dengan

(6)

Faktor-faktor yang merupakan sebagai pencetus pertumbuhan suatu kanker

payudara adalah:

Herediter

Kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita dengan riwayat keluarga

dibandingkan dengan populasi secara umum. Meta-analisis dari 52 studi

epidemiologi terpisah mengungkapkan bahwa 12% dari wanita dengan penyakit

kanker payudara memiliki satu anggota keluarga yang terkena dampak dan 1%

dari pasien memiliki satu atau lebih kerabat yang terkena dampak. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa perempuan dengan satu atau lebih kerabat tingkat pertama

terpengaruh dengan payudara kanker memiliki risiko kanker payudara lebih

tinggi daripada mereka yang tidak (Abdulkareem, 2013).

Gen BRCA1 dan BRCA2

5% sampai 10% dari semua kanker payudara muncul dari mutasi germ-line

pada penetrasi yang tinggi kerentanan terhadap gen kanker payudara tersebut

seperti BRCA1, BRCA2, p53 dan PTEN, dan berisiko sebagi faktor

perkembangan kanker payudara yang herediter. Gen BRCA1 berada pada rantai

panjang kromosom 17, sedangkan BRCA2 terletak di rantai panjang kromosom

13. Aguas et al, mengamati bahwa BRCA1 dan BRCA2 mempengaruhi seorang

wanita yang menderita kanker payudara hanya 5-10% dari jumlah total kanker

payudara dan meskipun riwayat keluarga dan yang berhubungan dengan gen

mungkin berpengaruh terjadi kanker , tetapi juga kemungkinan faktor gaya

hidup, lingkungan, dan faktor lainnya juga dapat mempengaruhi kejadian kanker

payudara (Abdulkareem, 2013).

Mutasi Sporadik

Menurut Kissane (1990) dalam Zebua (2011), secara mayoritas keadaan

mutasi sporadik berhubungan dengan paparan hormon, jenis kelamin, usia

menarche dan menopause, usia reproduktif, riwayat menyusui dan estrogen

eksogen. Keadaan kanker seperti yang dijumpai pada wanita postmenopause dan

(7)

untuk berkembang menjadi kanker payudara. Metabolit estrogen pada penyebab

mutasi atau menyebabkan perusakan DNA-radikal bebas. Melalui aktivitas

hormonal, estrogen dapat menyebabkan proliferasi lesi premaligna menjadi suatu

maligna. Sifat bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya hormon estrogen,

progesterone dan reseptor hormon steroid lain ini di sel payudara. Pada

neoplasma yang memiliki reseptor ini terapi hormon (antiestrogen) dapat

memperlambat pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor atau kanker

payudara yang terjadi.

HER2/neu

Menurut Moriki (2006) dalam Zebua (2011), HER2/neu (c-erbB-2)

merupakan suatu onkogen yang meng-encode glikoprotein transmembran melalui

aktivitas tirosin kinase, yaitu p185. Overekspresi HER2/neu dapat dideteksi

melalui pemeriksaaan imunohistokimia, FISH (Fluorencence In Situ

Hybridization) dan CISH (Chromogenic In Situ Hybridization). Suatu kromosom

penanda (1q+) telah dilaporkan dan peningkatan ekspresi onkogen HER2/neu

telah dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen HER2/neu yang

mengalami amplikasi pada sel-sel payudara berhubungan dengan prognosis yang

buruk.

Menurut Abdulkareem (2013), HER-2/neu lebih tampak dalam 20-30% dari

kanker payudara invasif, dan juga terbukti berhubungan dengan prognosis yang

buruk. Selain itu, HER-2/neu –positif diduga memprediksi kemungkinan

resistensi atau sensitivitas terhadap beberapa terapi hormonal seperti Tamoxifen.

Virus

Virus karsinogen merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan tumor yang

terjadi pada tubuh individu dan berubah menjadi keganasan. Interaksi antara

virus karsinogen dengan sel hospes menyebabkan perubahan bentuk ganas pada

sel tersebut. Jika gen virus yang onkogenik berintegrasi dengan DNA sel

(8)

kendali diferensiasi, proliferasi, dan pertumbuhan sel hospes hingga terjadi

perubahan dalam bentuk keganasan (Desen, 2011).

2.2.5. Klasifikasi Kanker Payudara A. Klasifikasi Histopatologi

Gambaran histopatologi kanker payudara berdasarkan klasifikasi WHO tahun

2003 dalam Weigelt & Reis-Filho (2009), adalah:

1. Karsinoma non invasif

a. Karsinoma duktal in situ.

Termasuk dalam tipe kanker payudara non invasive yang sering

terjadi. Ductal Carcinoma In-Situ (DCIS) sering terdeteksi pada

pemeriksaan mamografi akan tampak sebagai microclacifications seperi

tumpukan kalsium dalam jumlah kecil (Maesaroh et al., 2011).

DCIS mempunyai risiko kekambuhan dan pengembangan menjadi

karsinoma invasif. DCIS memiliki lima subtipe yaitu komedo, kribiform,

solid, micropapillari, dan papiler . DCIS ini juga dikelompokkan ke dalam

kelas histologis rendah (low-grade), dan tinggi (high-grade). Ada skema

yang berbeda dalam membuat grade pada karsinoma duktal in situ, tetapi

pada umumnya yang dinilai tergantung pada tingkat atypia nuklir dan ada

atau tidak adanya nekrosis. Secara umum, komedo DCIS yang high-grade

memiliki peluang hampir 100 % menjadi invasif jika tidak diobati.

Subtipe kribiform, micropapillari, dan papiler cenderung kedalam

low-grade dan diperkirakan memiliki 30% kemungkinan berkembang menjadi

karsinoma invasif (Lee, 2009).

b. Karsinoma lobular in situ.

LCIS biasanya tidak membentuk suatu massa yang dapat teraba dan

biasanya tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan klinis atau

(9)

pada biopsi payudara. Selain itu, LCIS lebih sering bersifat bilateral dan

multisentrik. Jika tidak diobati, sekitar 25-30 % wanita dengan LCIS akan

berkembang menjadi karsinoma invasif yang terjadi selama 2 dekade

berikutnya setelah diagnosis (Lee, 2009).

c. Karsinoma papiliform intraduktal.

d. Karsinoma papiliform intrakistik.

2. Karsinoma invasif.

a. Karsinoma lobular invasif..

Memiliki insiden lebih rendah daripada karsinoma duktal invasive yaitu

sekitar kurang dari 15% kanker payudara invasif. Seperti karsinoma duktal,

karsinoma lobular invasif biasanya bermetastasis ke kelenjar getah bening

aksila pertama. Tetapi juga memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih

multifokal (Swart, 2013).

b. Karsinoma duktal invasif.

Tipe histologis yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 80-90% dari

jenis kanker payudara invasif. Pada kanker ini sel kanker menembus

membran basal duktus dan dapat terjadi infiltrasi jaringan payudara

sekitarnya dan mampu bermetastasis melalui pembuluh limfe. Kanker ini

sangat jelas karena konsistensinya keras saat dipalpasi. Prognosisnya lebih

buruk dibanding dengan tipe kanker lainnya (Kholifah, 2011).

3. Karsinoma tubular.

Karsinoma tubular merupakan kanker yang jarang (hanya 1-2 %) dari

semua kanker payudara. Karakteristik secara mikroskopis jenis ini terdiri dari

well-formed tubulues. Komponen karsinoma tubular lebih dari 90 % dari

karsinoma tubular murni dan setidaknya 75 % dari karsinoma tubular

campuran. Sehingga memiliki prognosis yang baik pada pasien dan sering

diobati hanya dengan oprerasi conserving pada payudara dan terapi radiasi

(10)

5. Karsinoma meduler.

Pada tipe ini tampak sebagai massa berdaging lunak dan berbatas tegas.

Hal ini ditandai mikroskopis dengan komposisi sel tumor pleomorfik dengan

stroma limfoid berlimpah (Lee, 2009). Karsinoma meduler relatif jarang (5%)

dan umumnya terjadi pada wanita 45-52 tahun. Sebagian besar pasien datang

dengan massa teraba besar dengan aksila limfadenopati. Diagnosis dari jenis

kanker payudara tergantung pada triad histologi meliputi lembar sel tumor

anaplastik dengan stroma yang sedikit, sedang atau ditandai dengan infiltrasi

stroma limfoid, dan batasan histologis atau batas yang menonjol (Swart,

2013).

6. Karsinoma musinosa dan karsinoma kaya mukus lainnya.

a. Karsinoma musinosum.

Jenis karsinoma yang jarang terjadi, cenderung terjadi pada wanita

yang lebih tua dan muncul sebagai massa gelatin lunak berbatas tegas.

Memiliki prognosis yang menguntungkan dengan kemungkinan

rendahnya terjadi penyebaran nodal an metastasis jauh (Lee, 2009).

b. Karsinoma adenoid kistik dan mukokarsinoma sel toraks.

c. Karsinoma sel signet.

7. Karsinoma neuroendokrin.

a. Karsinoma neuroendokrin padat.

b. Atipikal.

c. Karsinoma sel kecil.

d. Karsinoma neuroendokrin sel besar.

8. Karsinoma papilar invasive

Tipe ini jarang ditemukan yaitu hanya sekitar 1-2% dari kasus kanker

payudara. Bentuk mikroskopis tampak sel kankernya seperti proyeksi jari-jari

(11)

9. Karsinoma mikropapilar invasif.

Jenis histologis ini menampilkan pola micropapillary. Berkembang

secara agresif dan cenderung untuk bermetastasis ke kelenjar getah bening.

10.Karsinoma apokrin.

11.Karsinoma dengan metaplasia.

a. Karsinoma metaplasia epitel.

b. Karsinoma metaplasia sel skuamosa.

c. Karsinoma adenoskuamosa.

d. Karsinoma mukoepidermoid.

e. Karsinoma mesenkimal epithelial campuran.

12.Karsinoma lipoid.

13.Karsinoma sekretorik.

14.Karsinoma onkositik.

15.Karsinoma kistik adenoid.

16.Karsinoma asinar.

17.Karsinoma sel jernih kaya glikogen.

18.Karsinoma seborea.

19.Karsinoma mamae inflamatorik.

Secara klinis kulit payudara menampilkan edema, peradangan, dan

tampak penampilan sepeti kulit jeruk (peau d' orange). Secara mikroskopis,

ada infiltrasi kulit dan saluran limfatik oleh sel kanker (Lee, 2009).

20. Penyakit paget papila mamae.

Secara makroskopis tampak seperti eksim pada kulit puting yang

disebabkan karena keterlibatan duktus laktiferus dan biasanya terkena

(12)

Grading histopatologi

Grading dalam histopatologi bertujuan untuk menentukan prognosis pada

kanker payudara. Sistem grading histopatologi dalam Swart (2013), seperti

berikut:

Tabel 2.1. Sistem grading histology (Modifikasi Bloom dan Richardson).

G

Berdasarkan tabel diatas maka ditentukan total skor dari pembacaan tabel,

yaitu A+B+C akan didapatkan:

Grade I adalah skor 3-5.

Grade II adalah skor 6-7.

Grade III adalah skor 8-9. (Swart, 2013)

B. Klasifikasi Stadium TNM

Menurut American Joint Commiittee on Cancer (2002) dalam Sparano (2013),

klasifikasi TNM sangat umum dipakai dalam menentukan stadium kanker

(13)

Klasifikasi cTNM klinis

T : kanker primer.

TX : tumor primer tidak dapat dinilai.

T0 : tidak ada bukti lesi primer.

Tis : karsinoma in situ. Mencakup karsinoma duktal in situ ataupun

karsinoma lobular in situ, dan penyakit paget puting susu tanpa nodul.

Tis (Ductal carcinoma in situ/DCIS) : karsinoma duktal in situ.

Tis (Lobular carcinoma in situ/LCIS) : karsinoma lobular in situ.

Tis (Paget): penyakit paget pada puting susu tanpa nodul. (penyakit

paget dengan nodul diklasifikasikan berdasarkan ukuran nodul).

T1 : diameter tumor terbesar adalah ≤ 2 cm.

T1mic : invasi mikro ≤ 0.1 cm.

T1a : diameter terbesar ˃ 0.1 cm tetapi ≤ 0.5 cm.

T1b : diameter terbesar ˃ 0.5 cm tetapi ≤ 1 cm.

T1c : diameter terbesar ˃ 1 cm tetapi ≤ 2 cm.

T2 : diameter tubor terbesar ˃ 2 cm tetapi ≤ 5 cm.

T3 : diameter tumor terbesar ˃ 5 cm.

T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau

kulit.

T4a : menyebar ke dinding toraks (termasuk tulang iga, otot interkostalis,

otot serratus anterior. Kecuali otor pektoralis).

T4b : udem kulit payudara (termasuk peau d’orange) atau ulserasi, atau

nodul satelit di kulit payudara.

T4c : terdapat T4a dan T4b sekaligus.

T4d : karsinoma inflamatorik.

Catatan:

1. Lesi microinvasif multipel, diklasifikasi berdasarkan massa terbesar, tidak atas

(14)

2. Terhadap T4d, jika biopsi kulit negatif dan tidak ada tumor primer yang dapat

diukur, klasifikasi patologik adalah pTx.

N : Kelenjar limfe regional.

NX : kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai.

N0 : tidak ada metastase kelenjar limfe regional.

N1 : di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastase kelenjar limfe mobil.

N2 : kelenjar limfe metastase fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan

terfiksasi dengan jaringan lain , atau bukti klinis menunjukkan terdapat

metastase kelenjar limfe mamaria interna namun tanpa metastase

kelenjar limfe aksilar.

N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan

jaringan lain.

N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastase kelenjar limfe mamaria

interna namun tanpa metastase kelenjar limfe aksilar.

N3 : metastase kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis

menunjukkan terdapat metastase kelenjar limfe mamaria interna dan

metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastase kelenjar linfe

supraklavikular ipsilateral.

N3a : metastase kelenjar limfe infraklavikular.

N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastase kelenjar limfe mamaria

interna dan metastase kelenjar limfe aksilar

N3c : metastase kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.

Catatan:

1. Kelenjar limfe regional adalah kelenjar limfe aksilar dan kelenjar limfe

mamaria interna. Kelenjar limfe mamaria interna secara klinis dibagi menjadi

(15)

otot pektoralis minor), kelompok intra-aksilar atau level II (kelenjar limfe di

pektoralis minor, termasuk kelenjar limfe diantara otot pertoralis mayor dan

minor), dan kelompok supra-aksilar atau level III (kelenjar limfe di medial

dari margo medial otot pektoralis minor).

2. Bukti klinis menunjukkan bukti yang ditemukan dari pemeriksaan klinis,

pemeriksaan pencitraan (tidak termasuk pencitraan sintigrafinkelenjar limfe),

atau bukti dari pemeriksaan mikroskopik patologik.

M : metastase jauh.

MX : metastase jauh tidak dapat dinilai.

M0 : tidak ada metastase jauh.

M1 : ada metastase jauh

Setelah masing-masing klasifikasi T, N, dan M didapatkan, kemudian

digabungkan untuk memperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Stadium 0 : Tis, N0, M0.

Stadium I : T1,N0, M0.

Stadium IIA : T0, N1, M0.

T1, N1, M0.

T2, N0, M0.

Stadium IIB : T2, N1, M0.

T3, N0, M0.

Stadium IIIA : T0, N2, M0.

T1, N2, M0.

T2, N2, M0.

T3, N1-2, M0.

Stadium IIIB : T4, N berapapun M0.

(16)

2.2.6. Gejala Klinis Massa Tumor

Sebagian besar gejala awal terdapat massa pada payudara yang tidak nyeri dan

sering ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi terdapatnya massa tersering pada

kuadran lateral atas, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin,

mobilitas kurang. Massa dapat membesar secara bertahap dapat dalam beberapa bulan

dan tampak jelas bertambah besar (Kholifah, 2011).

Perubahan Kulit (Desen, 2011) a. Tanda lesung

Perubahan kulit seperti tanda lesung, dapat terjadi ketika tumor yang terjadi

mengenai ligamen glandula mammae yang akan menyebabkan ligamen

tersebut memendek sehingga kulit setempat menjadi bentuk cekung seperti

tanda lesung.

b. Seperti kulit jeruk (peau d’orange)

Perubahan kulit seperti kulit jeruk atau sering disebut peau d’orange dapat

terjadi ketika vasa linfatik subkutis tersumbat oleh sel kanker sehingga

drainase limfe terhambat menyebabkan udem pada kulit dan folikel rambut

tenggelam membentuk menyerupai kulit jeruk.

c. Nodul satelit kulit

Perubahan kulit seperti tanda satelit. Terjadi ketika sel kanker yang telah

berada di vasa limfatik subkutis membentuk nodul metastasis sehingga

disekitar lesi primer timbul banyak nodul tersebar membentuk seperti tanda

satelit.

d. Invasi dan ulserasi kulit

Perubahan warna kulit. Tampak berwarna merah atau merah gelap yang dapt

terjadi ketika tumor telah menginvasi kulit. Bila tumor yang terjadi semakin

membesar, lokasi terjadinya tumor dapat menjadi iskemik, timbul ulserasi

(17)

e. Perubahan inflamatorik

Perubahan kulit payudara secara keseluruhan berwarna merah bengkak seperti

tanda peradangan. Secara klinis disebut karsinoma mammae inflamatorik,

sering ditemukan terjadinya kanker payudara ketika ibu hamil atau menyusui.

Perubahan Papila Mammae (Desen, 2011) a. Retraksi, distorsi papilla mammae

Biasa terjadi karena tumor telah menginvasi jaringan subpapilar.

b. Secret papilar (sanguineus)

Biasa terjadi karena tumor telah mengenai duktus besar.

c. Perubahan eksematoid

Merupakan manifestasi spesifik dari penyakit Paget. Tampak areola, papilla

mammae mengalami erosi, timbul krusta, sekret, deskuamasi, seperti eksim.

Pembesaran Kelenjer Limfe Regional

Biasa terjadi pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat terjadi secara

soliter atau multipel. Selain itu, dengan perkembangan penyakit kanker payudara

yang terjadi, dspst juga timbul pembesaran kelenjar limfe supraklavikular (Desen,

2011).

2.2.7. Diagnosis

1. Anamnesa (Kholifah, 2011).

a. Keluhan adanya kelainan di payudara atau di ketiak berupa benjolan, rasa

sakit, kelainan pada puting susu (nipple discharge atau nipple retraksi),

krusta pada areola, kelainan kulit ( peaud’orange, ulserasi, atau venektasi),

perubahan warna kulit, dan adanya edema di lengan.

b. Keluhan ditempat lain atau telah terjadinya metastasis, seperti: nyeri pada

tulang (vertebra dan femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak nafas, sakit

kepala yang hebat, dan lain sebagainya.

(18)

Usia, usia melahirkan anak pertama, jumlah anak, riwayat menyusui,

riwayat menstruasi (usia menarche, siklus haid, usia menopause),

pemakaian obat hormonal, riwayat keluarga, dan riwayat terpajan radiasi.

2. Pemeriksaan Fisik (Kholifah, 2011)

a. Inspeksi kedua payudara (ukuran, simestris atau tidak, ada atau tidak

benjolan yang terlihat, perubahan patologik kulit), perhatikan kedua puting

susu (simetris atau tidak, apa atau tidak retraksi, distorsi, erosi, dan

kelainan lainnya).

b. Palpasi

Umumnya dengan posisi berbaring, atau dengan posisi kombinasi duduk

dan berbaring (pemeriksaan dilakukan seperti halnya melalukan

pemeriksaan payudaran sendiri atau dikenal dengan SADARI).

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Mamografi.

Dalam pemeriksaan mamografi mempunyai kelebihan yaitu dapat

menampilkan nodul yang sulit dipalpasi dan juga dapat menemukan lesi

mamae tanpa nodul tetapi terdapat bercak seperti pada putting. Ketepatan

diagnosis sekitar 80% (Desen, 2011).

b. USG

Dapat membedakan keadaan tumor kistik atau padat dan juga mengetahui

pasokan darahnya serta kondisi jaringan disekitar payudara (Desen, 2011).

c. MRI mammae.

Menurut American Cancer Society (2013), wanita yang mempunyai resiko

tinggi terkena kanker payudara, seperti pada wanita dengan mutasi gen

BRCA atau banyak anggota keluarganya terkena kanker payudara,

sebaiknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI

biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada

payudara yang mungkin tidak terlibat pada saat USG atau mammogram.

(19)

d. Pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan CEA mempunyai nilai positif diperkirakan sebesar 20-70%,

pemeriksaan antibody monoclonal CA15-3 mempunyai angka positif

33-60%. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan referensi diagnosis dan tindak

lanjut secara klinis (Desen, 2011).

e. Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus.

Metode pemeriksaan ini sederhana, aman, dan akurasi mencapai lebih dari

90%. Tetapi data menunjukkan pemeriksaan ini tidak berpengaruh pada

hasil terapi (Desen, 2011).

f. Pemeriksaan histologik pungsi jarum mandarin.

Pemeriksaan ini metodenya sama dengan pemeriksaan sitologi aspirasi

jarum halus. Pada pemeriksaan ini dapat dibuat pemeriksaan

imunohistologi yang sesuai, dan juga banyak dipakai di klinis khususnya

bagi pasien yang mendapatkan kemoterapi neoadjuvan (Desen, 2011).

g. Pemeriksaan biopsi.

Pemeriksaan biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi. Pada umumnya

biopsi yang dipakai adalah biopsi eksisi (Desen, 2011).

2.2.8. Terapi Terapi Bedah

Menurut Mintian & Yi dalam Desen (2011), stadium 0, I, II, dan III

disebut kanker payudara operabel. Pada pasien dengan stadium ini, pola

operasi yang sering dipakai adalah:

1. Mastektomi radikal.

Konsep operasi radikal ini penting dalam bidang bedah tumor. Tetapi

20 tahun belakangan ini, dengan pemahaman yang lebih mendalam

tentang kanker payudara dan semakin banyak kasus stadium sedang

(20)

2. Mastektomi radikal modifikasi.

3. Masektomi total.

Operasi ini hanya membuang seluruh kelenjar payudara tanpa

membersihkan kelenjar limfe. Terutama untuk kasus karsinoma in situ

atau pasien lansia.

4. Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar.

5. Mastektomi segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel.

Banyak pilihan pola operasi untuk terapi kanker payudara, tetapi pilihan

operasi yang terbaik masih kontroversial.

Radioterapi

Mempunyai tiga tujuan, yaitu:

1. Radioterapi murni kuratif

Terutama digunakan untuk pasien yang kontraindikasi operasi atau

menolak operasi.

2. Radioterapi adjuvant

Bagian penting dari terabi kombinasi. Radioterapi terbagi menjadi dua,

yaitu radioterapi pra-operasi dan pasca operasi.

3. Radioterapi paliatif

Diutamakan pada kasus stadium lanjut dengan rekurensi dan metastase.

Kemoterapi

1. Kemoterapi pra-operasi.

Terutama untuk kemoterapi terapi sistemik.

2. Kemoterapi adjuvan pasca operasi

Indikasinya relatif luas. Hanya diberikan kepada pasien lansia dengan ER,

PR positif dapat dipertimbangkan hanya diberi terapi hormonal.

3. Kemoterapi terhadap kanker payudara stadium lanjut, rekuren dan

(21)

Terapi Hormonal

Diberikan pada kanker payudara yang memiliki keterkaitan dengan

hormon yang dapat diketahui dengan melakuakan pemeriksaan reseptor

estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR). Terapi hormonal mencakup

terapi bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal bedah terutama adalah

ooforektomi terhadap wanita pramenopause dan adrenalektomi dan

hipofisektomi sudah banyak ditinggalkan. Terapi hormonal medikomentosa

dalam 20 tahun lebih terakhir ini mengalami kemajuan besar, pada dasarnya

sudah menggantikan operasi kelenjar endokrin (Desen,2011). Yang utama

digunakan di klinis adalah:

1. Obat antiestrogen

Seperti tamoksifen (penyekat reseptor estrogen) akan berikatan dengan ER

secara kompetitif.

2. Inhibitor aromatase

Bekerja menghambat atau mengurangi perubahan androgen menjadi

estrogen pada wanita pasca menopause.

3. Obat sejenis LH-RH (lutenizing hormone-releasing hormone).

4. Obat sejenis progesteron

Penggunaan obat-obat ini sangat perlu diperhatikan dan pemeriksaan berkala

untuk menghindari efek samping.

Terapi Biologis

Berkaitan dengan overekspresi onkogen dalam perkembangan tumor. Terapi

herseptin untuk kanker payudara metastase dengan overekspresi HER-2.

Herseptin adalah suatu antibodi monoklonal hasil teknologi transgenik yang

(22)

2.2.9. Prognosis

Menurut Mintian & Yi dalam Desen (2011), Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi prognosis kanker payudara. Yang paling berpengaruh adalah

kelenjar limfe dan stadium kanker itu sendiri. Dari analisa kasus di RS Kanker

Universitas Zhongshan, survival atau kelangsungan hidup5 tahun pasca

operasi untuk kasus kelenjar limfe negative adalah 80% dan positif adalah

59%, survival 5 tahun untuk stadium 0-I adalah 92%, stadium II adalah 73%,

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Payudara (Gabriel, 2013).
Tabel 2.1. Sistem grading histology (Modifikasi Bloom dan Richardson).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran,

Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat ajakan tersebut adalah

Pengembangan penelitian secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 2 yang mengilustra- sikan sistem penyelenggaraan jalan tol yang terdiri dari tiga elemen untuk

Dari apa yang dikatakan saya melihat bahwa Leo XIII beranggapan bahwa perbedaan dalam masyarakat itu adalah kenyataan kodrati yang harus diterima, termasuk dalam hal ini

Di bagian ini hukum internasional telah ada semenjak 4000 SM, hubungan yang mengikat terjadi antara setiap individu dan nations, namun pola dan bentuk interaksi yang dilakukan pada

Sehubungan dengan hal itu dilakukan penelitian lapangan implementasi pendidika karakter pada santri pondok pesantren al- falah salatiga, dengan rumusan masalah

Model-Eliciting Activities (MEAs) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana kegaiatn yang dilakukan siswa diawali dengan menemukan suatu masalah

2. Sebuah pernyataan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam investasi terbatas, yang dikelola oleh bank Islam untuk kepentingan masyarakat, baik