• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) Berdasarkan Kepmenpan Nomor 25 Tahun 2004 Di Puskesmas Banda Baro Kabupaten Aceh Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) Berdasarkan Kepmenpan Nomor 25 Tahun 2004 Di Puskesmas Banda Baro Kabupaten Aceh Utara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai merupakan suatu upaya

dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup kearah yang lebih baik.

Upaya tersebut telah dilakukan oleh pemerintah dengan menyediakan pelayanan

publik seperti pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan bentuk

tanggung jawab pemerintah dalam memperhatikan kesehatan masyarakat haruslah

terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

tentang Kesehatan juga mengamanatkan pemerintah untuk mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang berkualitas dan universal bagi setiap masyarakat,

termasuk pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) tahun

2005-2025 yang tercantum dalam rencana pembangunan nasional menyatakan

bahwa dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

dan berdaya saing, maka program kesehatan merupakan upaya pembangunan

kesehatan yang akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara

bermakna. Derajat kesehatan masyarakat telah menunjukkan perbaikan, salah

satunya dapat dilihat dari penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dan

Angka Kematian Bayi (AKB) (Depkes RI, 2009).

Kesepakatan global yang dimuat dalam Millenium Development Goals

(2)

sebesar tiga perempat, Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita

(AKABA) menurun sebesar dua pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Indonesia

yang turut berpastisipasi dalam kesepakatan global tersebut mempunyai komitmen

pada tahun 2015 untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per

100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1000

kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA) menjadi 32 per 1000

kelahiran hidup (Depkes RI, 2009).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia cenderung mengalami

penurunan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

1997 sebanyak 334 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu

melonjak sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau

mengembalinya kondisi pada tahun 1997. Ini berarti kesehatan ibu mengalami

kemunduran selama 15 tahun. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) juga

mengalami penurunan dari 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi

34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan pada tahun 2012 turun lagi

menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita (AKABA)

mengalami penurunan dari 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi

40 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI, 2012).

Turunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

di Indonesia pada tahun 2007 dikarenakan telah dikembangkannya Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di hampir seluruh

(3)

mengalami peningkatan dari 92,06% pada tahun 2007 menjadi 95,26% pada tahun

2010. Begitu juga dengan kunjungan antenatal care (K-4) dari 81,75% pada tahun

2007 menjadi 85, 56% pada tahun 2010 (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,

2011).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Aceh sebesar 191 per 100.000

kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Aceh

berada di bawah angka nasional yaitu sebesar 47 per 1000 kelahiran hidup,

dimana angka nasionalnya adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

Balita (AKABA) di Provinsi Aceh juga berada di bawah angka nasional yaitu

sebesar 52 per 1000 kelahiran hidup, dimana angka nasionalnya adalah 43 per

1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Kunjungan antenatal care (K-4) dan cakupan persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan di Provinsi Aceh sebesar 78,66% dan 86,60% pada tahun

2013. Sedangkan angka nasional untuk kunjungan antenatal care (K-4) dan

cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 86,62% dan

90,88% (Kemenkes RI : Laporan Kinerja B12, 2013).

Dari 23 Kabupaten di Provinsi Aceh, kelahiran hidup terbanyak berada di

Kabupaten Aceh Utara yaitu sebesar 10.752 kelahiran pada tahun 2012. Besarnya

kelahiran di kabupataen Aceh Utara seharusnya menunjukkan proporsi cakupan

pelayanan kesehatan ibu dan anak yang besar pula. Adapun jumlah kematian ibu

di Kabupaten Aceh Utara berjumlah 16 orang, kematian bayi berjumlah 4 orang

dan kematian balita berjumlah 73 orang. Sedangkan Angka kematian Bayi (AKB)

(4)

Namun dengan melihat semakin tingginya tuntutan lingkungan terhadap

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, telah memunculkan paradigma baru

terhadap pelayanan yang bersifat publik. Dimana masyarakat sebagai pengguna

jasa dan pemerintah berada pada posisi yang sederajat. Sebagai pihak yang

melayani, pemerintah harus memantau dan memperhatikan kepuasan serta

pendapat masyarakat yang dilayaninya sebagai ukuran keberhasilan. Kepuasaan

penerima pelayanan dapat dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh

kesesuaian dengan yang dibutuhkan dan diharapkan (Ratminto dkk., 2008).

Pemerintah didalam menyelenggarakan pelayanan publik masih banyak

dijumpai kekurangan sehingga jika dilihat dari segi kualitas masih jauh dari yang

diharapkan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan masih munculnya berbagai

keluhan masyarakat melalui media massa. Jika kondisi ini tidak direspon oleh

pemerintah maka akan dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap

pemerintah sendiri. Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani

masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas

pelayanan publik (Men PAN, 2004 : 5). Kualitas pelayanan kesehatan itu sendiri

sangat berhubungan erat dengan kepuasan, dimana kepuasan mampu memberikan

dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya kunjungan ulang

pelanggan, serta membentuk satu rekomendasi dari mulut ke mulut yang

menguntungkan (Tjiptono, 1999).

Kepuasan konsumen merupakan hal terpenting. Jika konsumen tidak

merasa puas dengan layanan yang diberikan, maka dia tidak akan mencari layanan

(5)

karena itu mutu layanan yang ditawarkan merupakan hal penting dalam layanan

kesehatan (Al-Assaf, 2009). Hal ini menerangkan bahwa partisipasi dari

masyarakat merupakan salah satu bagian yang wajib ada untuk meraih

keberhasilan pelayanan kesehatan.

Agar terwujudnya pelayanan yang berkualitas, perlulah dilakukan analisis

terhadap atribut pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dipertegas oleh KepMenPan

Nomor 25 tahun 2004, terdapat 14 unsur pelayanan yang dijadikan sebagai

indikator relevan, valid dan reliable untuk melakukan pengukuran terhadap

kepuasan masyarakat akan pelayanan yang diberikan terhadap publik. Hal tersebut

meliputi prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan,

kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kemampuan

petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan,

kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya

pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyaman lingkungan, serta keamanan

pelayanan.

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang berada di tingkat

pelayanan dasar, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu, yaitu pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan pemakai jasa

pelayanan serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan

profesi (Depkes RI, 1999).

Puskesmas adalah suatu sarana pelayanan kesehatan yang menjadi andalan

atau tolok ukur dari pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat dan

(6)

Pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan puskesmas salah satunya adalah

pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam bentuk kegiatan di dalam gedung

maupun di luar gedung. Pelayanan di dalam gedung salah satunya adalah

pelayanan pemeriksaan ibu hamil. Kualitas pelayanan pemeriksaan kehamilan

yang dilaksanakan puskesmas kepada masyarakat dapat dilihat dari dua aspek

yaitu petugas kesehatan yang dianjurkan menggunakan standar operasional

prosedur dan aspek konsumen yang dianjurkan untuk menggunakan indikator

kepuasan pasien (Trihono, 2005).

Hasil penelitian Bertha (2013) di Puskesmas Prabumulih Timur

menemukan bahwa ketidakpuasan penerima layanan kesehatan terhadap atribut

pelayanan yang diberikan, yaitu tidak puas terhadap pelayanan yang seharusnya

ada seperti prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas dan

kenyamanan lingkungan. Kemudian ditemukan juga ketidakpuasan terhadap

pelayanan yang diharapkan, yaitu kedisiplinan, kecepatan, keadilan, kesopanan,

keramahan, kewajaran biaya, kepastian biaya, kepastian jadwal dan keamanan

pelayanan. Kemudian hasil penelitian Mursyida, Mawarni, Agushybana (2012)

tentang kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan ANC di Puskesmas Tanjung

Kabupaten Sampang Madura menemukan adanya hubungan antara persepsi

reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles dengan kepuasan

ibu hamil terhadap pelayanan antenatal care, dan secara bersamaan tiga variable

empathy, reliability, dan responsiveness berpengaruh terhadap kepuasan ibu hamil

(7)

Puskesmas Banda Baro yang merupakan salah satu unit teknis Dinas

Kesehatan Kabupaten Aceh Utara memiliki sembilan desa di wilayah kerjanya

yaitu Kecamatan Banda Baro. Puskesmas Banda Baro merupakan Puskesmas

yang memiliki UGD 24 jam. Pengunjung Puskesmas Banda Baro mengalami

peningkatan sejak pertama kali berdiri, akan tetapi cakupan pelayanan Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Banda Baro mengalami penurunan dan

berfluktuasi.

Adapun cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Banda Baro pada tahun 2011

sebesar 103% dan 88%. Namun pada 2012 cakupan K1 dan K4 tersebut lebih

rendah yaitu sebesar 82,68% dan 75,42%. Begitu pula dengan cakupan pelayanan

kesehatan bayi di Puskesmas Banda Baro yang mengalami penurunan. Pada tahun

2011 cakupan KN1 sebesar 85,88% menjadi 84% ditahun 2012, KN lengkap pada

tahun 2011 sebesar 88% menjadi 71% pada tahun 2012, pelayanan bayi pada

tahun 2011 sebesar 84% menjadi 80% pada tahun 2012, dan pelayanan balita pada

tahun 2011 sebesar 79% menjadi 76% pada tahun 2012.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas

Banda Baro terhadap pasien KIA dengan menanyakan bagian mana yang dirasa

belum memuaskan hati, telah menunjukkan bahwa pasien hanya diperiksa saja

tanpa diberitahukan hasil pemeriksaannya dan kurang mengerti dengan penjelasan

bidan dikarenakan kegiatan KIE yang belum optimal. Padahal bidan telah

mempunyai pengetahuan tentang pelayanan KIA seperti pelayanan antenatal yang

baik. Pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting

(8)

pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar

masalah kesehatan masyarakat dapat teratasi.

Ketidakpuasan pengunjung khususnya pasien KIA dapat mengakibatkan

rendahnya kunjungan ke puskesmas, sehingga menyebabkan kurangnya deteksi

resiko yang berkaitan dengan kehamilan. Hal ini tentunya berdampak dengan

masih tingginya angka kematian ibu dan bayi maupun balita di Provinsi Aceh.

Padahal penemuan resiko dalam kehamilan dapat mengurangi angka kesakitan

dan kematian ibu dan bayi.

Untuk melihat perkembangan kinerja unit pelayanan kesehatan, analisis

kepuasan masyarakat terhadap unsur pelayanan itu sendiri merupakan optimalisasi

kualitas pelayanan. Oleh sebab itu penelitian mengenai “Analisis Kepuasan

Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Berdasarkan KEPMENPAN Nomor 25 Tahun 2004 di Puskesmas Banda Baro Kabupaten Aceh Utara” menjadi sangat penting dilakukan karena hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai tolok ukur terhadap optimalisasi

pelayanan KIA di Puskesmas Banda Baro dalam rangka meningkatkan pelayanan.

Kemudian diharapkan dapat terciptanya pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang

semakin berkualitas dan memuaskan. Sehingga dapat menekan Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Aceh Utara.

2.1Perumusan Masalah

1. Bagaimana kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Kesehatan Ibu dan

(9)

3.1Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana tingkat kepuasan

masyarakat terhadap pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas

Banda Baro, sehingga diketahuilah kesesuaian antara kinerja puskesmas dengan

harapan masyarakat selaku pengguna jasa pelayanan.

4.1Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi

kepada Stakeholder, masyarakat dan peneliti, yakni :

1. Bagi Puskesmas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran

dan masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA).

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, diharapkan penelitian ini

memberikan gambaran mengenai pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) dan meningkatkan sistem monitoring terhadap Pelayanan Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas, sehingga dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan strategi kebijakan dengan tepat dan tetap

memperhatikan kemampuan sumber daya yang ada.

3. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menjadi gambaran

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Banda Baro.

4. Bagi perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat, diharapkan penelitian ini

dapat memberikan wacana dan masukan dalam perkembangan program

Referensi

Dokumen terkait

Adjektiva bahasa Inggris yang memiliki satu silabe dan dua silabe dengan bunyi akhir -er, -le, -y, -ow, dan -some mengalami proses afiksasi dengan penambahan

Kebijakan pemerintah untuk menetapkan Propinsi Bali sebagai daerah yang diproteksi bagi masuknya sapi bangsa lain untuk pelestarian sapi Bali sangat beralasan mengingat

http://www.naskahoke.com/e-mbig/ ?id= joko. Maka setiap kali ada pengunjung yang membeli MBIG lewat alamat http://www.naskahoke.com/e-mbig/?id=joko, otomatis Anda akan

Menurut sepengetahuan kami bahwa Kelompok Temak Ikan tersebut di atas benar keberadaannya maka dengan ini kami merekomendasikan/menyetujui mengajukan

Sedangkan pada penelitian kali ini telah ditetapkan bahwa digunakannya tanggal 22 oktober 2010 dan pada jam 18.00 WIB serta diambil sample kapal sebesar 115 jumlah kapal yang

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bangkara dan Mimba (2016) yang menyatakan bahwa Perceived ease of use berpengaruh postitif

Living with positivity berarti kita terus memfokuskan diri pada hal-hal yang positif di segala situasi, selain itu kita juga berpikir secara sehat terhadap diri kita,

Perbedaan tekstur es krim susu lambing dengan penambahan umbi suweg pada konsentrasi 4%, dan 5% dengan perlakuan penambahan gelatin 0,5% diduga karena penggunaan