BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,
seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli
sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti
dari pasar modal secara fisik. Untuk kasus di Indonesia terdapat satu bursa efek,
yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (Tandelilin, 2010:26).
Pasar modal merupakan pasar yang dimanfaatkan untuk memobilisasi dana,
baik dari dalam maupun luar negeri. Kehadiran pasar modal memperbanyak
pilihan sumber dana (khususnya dana jangka panjang) bagi perusahaan. Hal ini
berarti keputusan pembelanjaan dapat menjadi semakin bervariasi.
Produk pasar modal merupakan alternatif investasi yang sangat menarik bagi
para pemodal atau investor karena dapat memberikan tingkat hasil dan tingkat
likuiditas yang tinggi yang dapat diperjualbelikan setiap saat, sehingga investor
Disamping sebagai alternatif investasi yang sangat menarik bagi para
pemodal, pasar modal juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber pembiayaan
yang tidak kalah menariknya bagi dunia usaha dibandingkan dengan perbankan
atau lembaga keuangan lainnya yang terdapat di pasar uang. Menariknya pasar
modal sebagai alternatif sumber biaya bagi dunia usaha, dikarenakan keunggulan
pasar modal didalam hal memberikan pembiayaan dalam jumlah yang relatif
besar dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Sumber pembiayaan yang
diperoleh dunia usaha melalui pasar modal umumnya mencapai ratusan miliar
bahkan triliunan rupiah dan bersifat jangka panjang sehingga dapat disimpulkan
bahwa sumber dana dari pasar modal adalah sesuatu yang sangat tepat bagi
pembiayaan proyek-proyek investasi yang dilakukan dunia usaha guna menunjang
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.
Pasar modal berperan penting dalam menunjang perekonomian karena pasar
modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang
mempunyai kelebihan dana. Disamping itu, pasar modal dapat mendorong
terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka
pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang
memberikan return yang paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan
return relatif besar adalah sektor-sektor yang paling produktif yang ada di pasar. Dengan demikian, dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara
produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Pada pasar modal Indonesia, cakupan tujuan dan misinya bersifat lebih luas,
perekonomian yang berasaskan kekeluargaan. (Publikasi dan Brosur Informasi
BAPEPAM).
Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada tiga aspek mendasar yang ingin
dicapai pasar modal Indonesia, yaitu:
1. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam pemilikan
saham-saham perusahaan.
2. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilikan saham.
3. Menggairahkan masyarakat dalam mengerahkan dan penghimpunan dana
untuk digunakan secara produktif.
2.2 Efisiensi Pasar
Pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang
diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin,
2010:219). Secara umum, efisiensi pasar didefinisikan sebagai hubungan antara
harga sekuritas dengan informasi. Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu
informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang
penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga
keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia,
maka kondisi pasar yang seperti ini disebut pasar efisien.
Pasar efisien dapat terjadi karena peristiwa-peristiwa sebagai berikut
(Jogiyanto, 2003:393):
individual-individual rasional yang mampu menginterpretasikan informasi
dengan baik.
2. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang
bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.
3. Informasi yang dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Informasi dihasilkan secara random mempunyai arti bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru.
4. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat,
sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan
informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan harga yang baru.
Konsep pasar efisien dapat membantu dalam memahami bagaimana
sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar, Fama (1970)
mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga Efficient Market Hypothesis (EMH), sebagai berikut: (Tandelilin, 2010:223-224)
1. Efisien dalam bentuk lemah (weak form)
Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu
(historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan, serta
peristiwa di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi
perubahan harga di masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada
memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data
historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal.
2. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong)
Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat berarti harga pasar saham yang
terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dengan
semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman
stock split, penerbitan saham baru, kesulitan keuangan yang dialami perusahaan, dan peristiwa-peristiwa terpublikasi lainnya yang berdampak
pada aliran kas perusahaan di masa mendatang). Pada pasar edisien bentuk
setengah kuat, return tak normal hanya terjadi di seputar pengumuman (publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi dari respon pasar terhadap
pengumuman tersebut. Suatu pasar dinyatakan efisien dalm bentuk setengah
kuat bila informasi terserap atau direspon dengan cepat oleh pasar (dalam satu
hingga dua spot waktu atau hari di seputar pengumuman). Return tak normal yang terjadi berkepanjangan (lebih dari tiga spot waktu) mencerminkan
sebagian repson pasar terlambat dalam menyerap atau menginterpretasi
informasi, dan dengan demikian dianggap pasar tidak efisien dalam bentuk
setengah kuat.
3. Efisien dalam bentuk kuat (strong form)
Pasar efisien dalam bentuk kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk
sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dan semua
dipublikasikan. Pada pasar efisien bentuk kuat tidak akan ada seorang
investor pun yang bisa memperoleh return tak normal.
2.3 Studi Peristiwa (event study)
Studi peristiwa (event study) digunakan untuk mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa, baik pada saat peristiwa itu terjadi maupun beberapa saat
setelah peristiwa itu terjadi. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan
harga sekuritas yang bersangkutan. Untuk melihat apakah harga saham akan
meningkat atau menurun setelah peristiwa itu terjadi, atau sudah terpengaruh
sebelum peristiwa tersebut terjadi secara resmi. Besarnya dampak suatu peristiwa
terhadap jenis saham tidaklah sama. Dampak tersebut dapat berupa dampak
negatif dan positif. Investor menggunakan ‘return’, yaitu perbandingan harga saat ini dengan harga sebelumnya, sebagai tolak ukur dampak suatu peristiwa. Khusus
dalam event studies yang mempelajari peristiwa spesifik, tolak ukur return yang digunakan adalah abnormal return (Samsul, 2006:273).
2.4 Pemecahan Saham (Stock Split) 2.4.1 Pengertian Pemecahan Saham
Menurut kamus besar istilah keuangan dan investasi, “pemecahan saham atau
stock split merupakan pemecahan jumlah saham yang beredar dari suatu perusahaan tanpa penambahan apapun dalam ekuitas pemegang saham.” Stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manager perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nominal
Stock split merupakan hal yang biasa terjadi dalam suatu perusahaan. Stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Stock split
mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi
jual beli yang mengubah besarnya modal. Stock split merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai
dengan faktor pemecahan (split factor). Harga per lembar saham baru setelah
stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Stock split dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan
investor untuk membelinya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Jogiyanto, 2003:415).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan
saham atau stock split akan meningkatkan jumlah lembar saham yang diperdagangkan dan secara proporsi akan menurunkan nilai per lembar sahamnya.
Pemecahan saham (stock split) merupakan upaya yang dilakukan agar saham terlihat lebih menarik bagi investor, sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran
investor.
Misalnya jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar dengan nilai Rp
1,000,- per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp 1,000,- =
Rp 1 milyar. Perusahaan memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan
sebanyak 2 lembar saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah menjadi
perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta x Rp 500,- = Rp 1 milyard
(Jogiyanto, 2003:416).
Menurut Samsul (2006:190), ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan yaitu:
1. Split up, berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan diganti dengan 2 saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari nominal
sebelumnya. Tindakan split up hanya akan menaikkan jumlah saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan
total ekuitas.
2. Split down atau reverse split, berarti tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan satu saham baru
yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan
total ekuitas. Split 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan satu saham baru.
2.4.2 Alasan melakukan Stock Split
Pemecahan saham atau stock split menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan oleh para investor dalam mengambil keputusan, karena para
manajer memiliki alasan atau motivasi yang berbeda dalam memecah saham.
Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split
seperti yang dikemukakan oleh Scott, et al (dalam Margaretha, 2004:74):
1. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah
2. Sebagian besar manajer perusahaan yang melakukan split percaya bahwa stock split akan mengembalikan harga saham pada kisaran perdagangan yang optimal yang selanjutnya dapat menambah daya tarik investor untuk memiliki
saham tersebut sehingga membuat saham likuid untuk diperdagangkan. Hal ini
akan mengubah investor odd lot menjadi round lot.
3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa
peningkatan laba dan deviden kas.
Menurut Kieso dan Weygandt (2007:60), alasan perusahaan melakukan stock split yaitu:
1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana
individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham tersebut.
2. Untuk menyebarkan atau memperluas pemegang saham dengan meningkatkan
jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau.
3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian
pasar yang tidak sempurna setelah stock split.
Perusahaan melakukan stock split untuk menambah jumlah saham yang beredar dengan menjadikan harga saham lebih murah sehingga dapat menarik
minat investor dan saham perusahaan menjadi lebih likuid diperdagangkan di
bursa saham. Tujuan umum yang diperoleh dari stock split adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah daya tarik untuk memiliki saham
tersebut sehingga membuat saham lebih likuid diperdagangkan dan mengubah
membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot).
Menurut Ahmad (2004:196) stock split bertujuan untuk menurunkan harga saham sehingga dapat menarik investor dan memberikan keuntungan bagi para
investor jika dividen yang dibayarkan lebih besar.
Menurut Irham dan Yovi (2009;107) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan
suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu:
1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan
publik untuk membeli/memiliki saham tersebut.
2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham.
3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut.
4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu
mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau.
5. Menambah jumlah saham yang beredar.
6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin
memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka
karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi.
2.4.3 Teori Pemecahan Saham (Stock Split)
Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan yang melakukan
pemecahan saham serta dampak yang telah ditimbulkan tertuang dalam beberapa
Signaling theory menyatakan bahwa stock split dianggap perusahaan memberikan sinyal yang baik kepada publik berkaitan dengan prospek perusahaan
yang bagus dimasa depan, karena perusahaan yang melakukan pemecahan saham
adalah perusahaan yang memiliki saham dengan harga yang tinggi, harga saham
yang tinggi tersebutlah sebagai sinyal bahwa perusahaan memilik prospek masa
depan yang baik, dimana harga saham yang tinggi mencerminkan bahwa
perusahaan memiliki kinerja yang baik (Jogiyanto, 2003:419).
Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa stock split
memerlukan biaya transaksi yang besar, misalnya mencetak sertifikat baru
sehingga perusahaan yang memiliki prospek yang baik saja yang mampu
menanggung biaya tersebut. Jika bereaksi pada waktu pemecahan saham bukan
berarti pasar bereaksi atas informasi stock split yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang
disinyalkan melalui pemecahan saham. Jadi faktor yang memotivasi perusahaan
melakukan pemecahan saham adalah kinerja perusahaan.
Menurut Trading Range Theory, harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan saham tidak likuid, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan
tiap-tiap investor yang berbeda-beda, oleh karena itu perusahaan melakukan
pemecahan saham dalam upaya mengarahkan harga saham pada interval tertentu
yang tidak terlalu mahal. Dengan melakukan pemecahan saham maka harga
saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga mampu dijangkau oleh calon investor
dan pada akhirnya meningkatkan likuiditas saham. Sehingga menurut teori ini,
tinggi, dengan kata lain harga saham yang terlalu tinggi itu yang akan mendorong
perusahaan melakukan pemecahan saham.
2.5 Likuiditas Saham
Likuiditas saham merupakan salah satu indikator untuk melihat reaksi pasar
terhadap suatu pengumuman. Likuiditas saham dapat dilihat dari volume
perdagangan yang terjadi pada suatu saham. Volume perdagangan saham
merupakan rasio antara jumlah lembar saham perusahaan yang diperdagangankan
pada waktu tertentu dengan jumlah lembar saham perusahaan yang beredar pada
waktu tertentu.
Menurut Asri dan Faizal (1998) Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu instrumen yang digunakan sebagai alat ukur untuk melihat reaksi pasar
modal terhadap informasi volume perdagangan saham suatu perusahaan di pasar
modal. Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual
beli saham di Bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas
perdagangan saham di bursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan
berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin
meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan
semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin
meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham
tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh
terhadap naik atau turunnya return saham tersebut.
informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di pasar
(Sutrisno, 2000:6). Adapun formula untuk menghitung Trading Volume Activity (TVA) adalah sebagai berikut:
Saham perusahaan i yang diperdagangkan pada waktu t, dimana:
i = Nama perusahaan t = Waktu tertentu
2.6 Return Saham
Return saham atau pengembalian saham merupakan salah satu aspek terpenting dalam melakukan analisis investasi. Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang
dilakukannya. Besarnya return saham dapat terlihat dari adanya abnormal return
yang diperoleh investor berkaitan dengan adanya peristiwa pemacahan saham.
Abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi. Abnormal return yang positif menunjukkan bahwa
return yang diterima lebih besar dari pada return yang diharapkan, sebaliknya jika
return yang diterima itu lebih kecil dari pada yang diharapkan maka disebut
abnormal return negatif.
maka expected return semua sekuritas pada saat yang sama adalah sama dengan
return indeks pasarnya yaitu 10%. Jika return suatu sekuritas pada saat yang sama sebesar 25% maka abnormal return untuk sekuritas tersebut adalah 15% (Jogiyanto, 2003:445).
Rumus yang digunakan yaitu sesuai dengan market adjusted model sebagai berikut:
Menghitung abnormal return:
Keterangan:
ARit = abnormal return saham i pada hari ke t Rit = actual return saham i pada hari ke t ER = expected return pasar pada hari ke t
Langkah-langkah dalam menghitung abnormal return, yaitu: 1. Menghitung actual return
Actual return saham yang diperoleh dengan mencari selisih antara harga sekarang dikurangi dengan harga saham hari sebelumnya dibagi harga saham hari
sebelumnya. Menghitung actual return untuk mengetahui perbandingan harga saham hari ini dengan harga saham pada hari sebelumnya digunakan persamaan
Keterangan:
Rit = Return saham i pada waktu t Pit = Harga saham i pada waktu t
Pit-1 = Harga saham i pada waktu t-1
2. Menghitung expected return
Expected return dihitung dengan mengunakan indeks pasar karena menurut
market adjusted model penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah indeks pasar pada saat hari itu. Indeks pasar yang digunakan adalah IHSG,
maka untuk menghitung expected returnnya digunakan rumus :
Keterangan:
ER = expected return
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t-1
2.7 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
1. Edward Ferdyca Sitompul (2011) melakukan penelitian untuk menganalisis
pengaruh pemecahan saham terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan
Saham (Studi Kasus:Perusahaan yang Go Publik di BEI ). Hasil penelitian
diperoleh terdapat perbedaan yang signifikan terhadap harga saham sebelum
saat sebelum dan sesudah stock split. Hasil uji beda Paired T-Test pada volume perdagangan saham menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah dilakukannya stock split.
2. Ellen Rusliati dan Nur Farida (2010) meneliti pengaruh pemecahan saham
terhadap likuiditas saham dan return saham pada 30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006–2008. Hasil penelitian
diperoleh bahwa terdapat penurunan baik pada volume perdagangan saham
maupun return saham. Sehingga pemecahan saham berpengaruh signifikan terhadap return saham dan volume perdagangan saham.
3. Winda Sari Lubis (2010) meneliti pengaruh pemecahan saham terhadap
perubahan harga saham dan likuiditas saham pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan harga saham, pemecahan saham berpengaruh negatif
terhadap likuiditas saham (bid ask spread) secara signifikan, dan pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap naik turunnya
likuiditas saham (Trading Volume Activity).
4. I Gusti Mila W. (2010) meneliti tentang analisis pengaruh pemecahan saham
terhadap volume perdagangan dan abnormal return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Berdasarkan hasil
penelitian ini bahwa pada hipotesis pertama tidak ada pengaruh signifikan
rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah pemecahan saham.
signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pemecahan saham. Artinya volume perdagangan saham dan abnormal return tidak mendapatkan reaksi dari pasar.
5. Wang Sutrisno (2000) melakukan penelitian tentang pengaruh stock split
terhadap likuiditas saham dan return saham di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang melakukan kebijakan pemecahan
saham pada periode tahun 1996–1997, sampel yang digunakan adalah 15
perusahaan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa pemecahan saham
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, persentase
spread dan volumeperdagangan saham, tapi tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap varians saham dan abnormal return baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio sehingga dapat disimpulkan
bahwa stock split tidakmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
saham.
6. Iguh Wijanarko (2012) meneliti tentang analisis pengaruh pemecahan saham
(Stock Split) terhadap likuiditas saham dan return saham (study kasus pada perusahaan yang terdaftar di BEI Periode 2007-2011). Penelitian ini
dilakukan pada 31 perusahaan yang melakukan pemecahan saham terdaftar di
BEI pada tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan analisis uji statistik
uji beda dua rata-rata dengan periode pengamatan selama 10 hari yaitu t = -5
(5 hari sebelum pemecahan saham) dan t = 5 (5 hari sesudah pemecaham
bereaksi secara cepat dilihat dari abnormal return dengan tingkat signifikansi 0,003 pada hari pertama setelah stock split dan tingkat signifikansi 0,001 untuk trading volume activity. Sedangkan berdasarkan hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada abnormal return sebelum dan setelah stock split dengan tingkat signifikan 0,582 namun menunjukkan perbedaan terhadap trading volume activity dimana tingkat signifikan 0,027.
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Terdahulu
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Variabel
Teknik Publik di BEI Periode 2006-2007)
Return Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI
Abnormal return dan
bid-ask spread
Sample t test Menunjukkan hasil
pengujian bid-ask spread dan
abnormal return
terhadap abnormal
hasil uji one sample t test yang 0,001 untuk trading volume activity.
return sebelum dan setelah stock split
2.8 Kerangka Konseptual
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh pemecahan
saham terhadap likuiditas saham yang diproksikan kepada volume perdagangan
dan melihat bagaimana pengaruh pemecahan saham terhadap return saham, yang diukur dari abnormal return.
Pemecahan saham atau stock split merupakan salah satu cara yang dilakukan emiten untuk menjaga agar saham tetap berada pada kisaran perdagangan yang
membeli saham. Pemecahan saham yang menjadikan harga saham menjadi lebih
murah diharapkan akan mampu menjaga tingkat perdagangan saham dalam
rentang yang optimal dan menjadikan saham lebih likuid. Harga saham yang
murah akan menyebabkan investor membelinya sehingga akan meningkatkan
volume perdagangan saham.
Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual
beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas
perdagangan saham di bursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan
berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin
meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan
semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin
meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham
tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh
terhadap naik atau turunnya return saham tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Copeland (1979), mengenai
pemecahan saham (stock split) menemukan bahwa stock split berpengaruh terhadap likuiditas saham. Studi yang dilakukan oleh Fama, Fisher, Jansen, dan
Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan
teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
Namun, beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
pemecahan saham tidak memberikan peningkatan return yang berarti. Untuk itu perlu dilakukan pengujian tentang adanya potensi return yang akan diterima oleh investor setelah melakukan pemecahan saham. Untuk melihat apakah pemecahan
saham (stock split) saham mempengaruhi return yang akan diterima oleh investor. Bila pemecahan saham mempunyai kandungan informasi yang menguntungkan
maka akan berpengaruh terhadap saham yang terlihat dari perubahan volume
perdagangan saham, hal ini disebabkan karena pemecahan saham membuat harga
saham menjadi lebih rendah yang akan mendorong investor melakukan transaksi.
Besarnya pengaruh tersebut tercemin dalam besarnya perubahan yang terjadi
dalam volume perdagangan saham.
Likuiditas Saham
Pemecahan saham (Stock Split)
2.9 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan sebagai berikut:
1. Pemecahan saham (stock split) berpengaruh signifikan terhadap likuiditas saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.