• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Konjoin 2.1.1 Pengertian Analisis Konjoin - Penerapan Analisis Konjoin pada Preferensi Mahasiswa terhadap Pekerjaan (Studi Kasus Mahasiswa S1 FMIPA USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Konjoin 2.1.1 Pengertian Analisis Konjoin - Penerapan Analisis Konjoin pada Preferensi Mahasiswa terhadap Pekerjaan (Studi Kasus Mahasiswa S1 FMIPA USU)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Konjoin

2.1.1Pengertian Analisis Konjoin

Kata conjoint menurut para praktisi riset diambil dari kata CONsidered JOINTly. Dalam kenyataannya kata sifat conjoint diturunkan dari kata benda to conjoint yang berarti joinedtogether atau bekerja sama (Kuhfeld, 2000).

Tepat sebelum 1970, profesor Paul Green memperkenalkan artikel Luce dan Tukey (1964) yaitu artikel analisis pengukuran konjoin yang diterbitkan di jurnal non-marketing. Artikel ini dapat diterapkan dalam memecahkan masalah pemasaran, seperti: memahami bagaimana para pembeli mengambil keputusan pembelian, untuk memilih atribut yang penting dalam pilihan pembelian produk, dan untuk meramalkan perilaku pembeli.

Analisis konjoin adalah suatu teknik yang secara spesifik digunakan untuk memahami bagaimana keinginan atau preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai kepentingan relatif berbagai atribut suatu produk (Hair et al 1995). Analisis ini sangat berguna untuk membantu merancang karakteristik produk baru, membuat konsep produk baru, membantu menentukan tingkat harga serta memprediksi tingkat penjualan.

Bentuk dasar model dependensi analisis konjoin dapat dirumuskan sebagai berikut :

(2)

Keterangan :

1) Y1 (variabel dependen), skala pengukuran metrik atau non metrik, didefinisikan sebagai pendapat keseluruhan dari seorang responden terhadap sekian faktor/atribut dan taraf pada sebuah barang/jasa/ide.

2) X1, X2, X3 hingga XN (variabel independen), skala pengukuran non metrik, didefinisikan sebagai faktor/atribut dan taraf.

2.1.2 Istilah-Istilah dalam Analisis Konjoin

Adapun beberapa istilah dalam analisis konjoin adalah : • Atribut, yaitu berupa variabel-variabel yang akan diteliti.

Taraf/level, yaitu bagian dari atribut yang menunjukkan nilai yang

diasumsikan oleh atribut.

Stimuli, yaitu sekelompok atribut yang dievaluasi oleh responden. Dalam desain stimuli termasuk memilih atribut dan taraf atribut yang akan digunakan untu membuat stimuli.

Nilai kepentingan relatif (Relative Importance Value), yaitu nilai yang menunjukkan atribut mana yang penting dalam mempengaruhi pilihan responden.

Nilai kegunaan (Utilitas), yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan

atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai guna. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka nilai guna semakin rendah pula. Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian:

a. Nilai guna marginal yaitu pertambahan/pengurangan kepuasan akibat adanya pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu. b. Total nilai guna yaitu keseluruhan kepuasan yang diperoleh dari

mengkonsumsi sejumlah barang-barang tertentu.

(3)

yaitu secara kardinal (dengan menggunakan pendekatan nilai absolut) dan secara ordinal (dengan menggunakan pendekatan nilai relatif, order atau rangking). Dalam pendekatan kardinal bahwa nilai guna yang diperoleh konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif dan dapat diukur secara pasti. Untuk setiap unit yang dikonsumsi akan dapat dihitung nilai gunanya. (Sugiarto, 2010).

2.1.3 Tujuan Analisis Konjoin

Pada dasarnya, tujuan analisis konjoin adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek yang terdiri atas satu atau banyak bagian. Hasil utama analisis konjoin adalah suatu bentuk (desain) produk barang atau jasa, atau objek tertentu yang dinginkan oleh sebagian besar responden. (Santoso, 2010)

2.1.4 Tahapan-Tahapan Analisis Konjoin

Adapun tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam merancang dan melaksanakan analisis konjoin secara umum sebagai berikut :

Gambar 2.1. Tahapan Analisis Konjoin Mengidentifikasi atribut

Merancang kombinasi atribut atau stimuli

Menentukan Metode Pengumpulan Data

Menentukan metode analisis

(4)

Tahap 1. Mengidentifikasi Atribut

Langkah awal dalam melakukan analisis konjoin yaitu perumusan masalah (Aaker et. al., 1980). Perumusan masalah dimulai dari mendefinisikan produk sebagai kumpulan dari atribut-atribut dimana setiap atribut terdiri atas beberapa taraf/level. Informasi mengenai atribut yang mewakili preferensi konsumen bisa diperoleh melalui diskusi dengan pakar, eksplorasi data sekunder, atau melakukan tes awal. Kemudian atribut yang sudah dianggap mewakili ditentukan skalanya. Skala atribut dibagi menjadi dua yaitu skala kualitatif atau non metrik atau kategori (nominal dan ordinal) dan skala kuantitatif atau metrik (interval dan rasio).

Tahap 2. Merancang Kombinasi Atribut (Stimuli)

Setelah mengidentifikasi atribut beserta taraf-tarafnya, kemudian dilakukan perancangan stimuli yaitu kombinasi taraf antar atribut. Pendekatan yang umum digunakan untuk merancang stimuli yaitu kombinasi lengkap (full profile) atau evaluasi banyak faktor dan kombinasi berpasangan (pairwise comparison) atau evaluasi dua faktor (Kuhfeld, 2000).

1. Full Profile

Analisis konjoin full-profile yang diperkenalkan terlebih dahulu merupakan rancangan kombinasi yang menggambarkan profil produk secara lengkap. Jumlah stimuli dapat dikurangi dengan menggunakan fractional factorial design. Suatu kelas special fractional design, yang disebut orthogonal array memungkinkan mengestimasi semua main effects. Desain ini mengasumsikan bahwa setiap interaksi yang tidak penting bisa diabaikan. Untuk membentuk stimuli dirancang dengan menggunakan SPSS For Windows 17.0 sehingga diperoleh 16 stimuli dengan menggunakan orthogonal array. Setiap stimuli berisi kombinasi antara atribut dengan taraf, dimana tiap stimuli menggambarkan profil tiap objek. Responden mengevaluasi masing-masing stimuli dengan cara rating (memberi nilai peringkat), mulai dari stimuli yang paling diminati (dianggap penting) hingga stimuli yang paling tidak diminati (dianggap paling tidak penting).

(5)

Keuntungan menggunakan metode ini adalah :

1) Diperoleh deskripsi yang lebih realistis dengan menjelaskan setiap stimuli berisikan sebuah taraf dari masing-masing atribut.

2) Menggambarkan trade-off yang lebih jelas antara seluruh atribut yang tersedia.

3) Memungkinkan pemakaian tipe-tipe penilaian preferensi lainnya.

Sedangkan kendala menggunakan metode ini adalah :

1) Seiring bertambahnya jumlah atribut yang diteliti akan menambah kemungkinan diperoleh kelebihan informasi.

2) Urutan atribut-atribut yang tertulis dalam stimuli bisa berdampak pada evaluasi. Oleh sebab inilah metode full-profile disarankan apabila jumlah atribut yang diteliti kurang dari enam atau sama dengan enam.

2. Pairwise Comparison

Sebelum tahun 1970, suatu praktisi bernama Richard Johnson dihadapkan pada suatu kasus dimana atribut yang akan dianalisis jumlahnya banyak dengan taraf yang banyak pula. Kemudian Johnson menemukan suatu metode lain yang dinamakan metode pendekatan pairwise. Melalui pendekatan ini, dibandingkan pasangan profil dari dua atribut. responden diminta untuk mengevaluasi pasangan-pasangan atribut secara bersamaan. Bila ada p atribut berarti jumlah pasangan-pasangan yang dievaluasi sebanyak p(p-1)/2 pasangan. Kemudian, responden diminta untuk memberi ranking pada atribut mana saja yang lebih diminati dari setiap pasangan atribut. (Kuhfeld, 2000).

Tahap 3. Menentukan Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam analisis konjoin dapat berupa data non-metrik (data berskala nominal atau ordinal atau kategorial) maupun data metrik (data berskala interval atau rasio).

(6)

2) Data metrik: untuk memperoleh data dalam bentuk metrik, responden diminta untuk memberikan nilai atau rating terhadap masing-masing stimuli. Dengan cara ini, responden akan dapat memberikan penilaian terhadap masing-masing stimuli secara terpisah. Pemberian nilai atau rating dapat dilakukan melaui beberapa cara, yaitu :

a. Menggunakan skala Likert mulai dari 1 hingga 5 (1 = paling tidak disukai dan 5 = paling disukai)

b. Menggunakan nilai ranking, artinya untuk stimuli yang paling tidak disukai diberi nilai tertinggi setara dengan jumlah stimulinya, sedangkan stimuli yang paling disukai diberi nilai satu.

Tahap 4. Menentukan Metode Analisis yang Digunakan

Berkaitan dengan tipe data dan cara pengumpulan datanya, prosedur analisis yang umum digunakan dalam analisis konjoin adalah full profile menggunakan metode regresi dengan variabel dummy dan pairwise comparison menggunakan metode thurstone case v.

1. Metode regresi dengan variabel dummy

Metode regresi dengan variabel dummy sangat umum digunakan untuk data berjenis non-metrik maupun metrik, dimana data telah diperoleh melalui pengurutan maupun penilaian terhadap kombinasi atribut atau stimuli yang telah dirancang sebelumnya. Terdapat beberapa variasi penggunaan metode regresi dengan variabel dummy yaitu :

a. Bila data yang digunakan berasal dari penilaian stimuli yang telah dirancang sebelumnya dan penilaian dilakukan dengan menggunakan skala metrik, maka regresi dengan variabel dummy dapat dihitung langsung dengan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS).

(7)

(MANOVA), kemudian analisis dilanjutkan dengan regresi menggunakan variabel dummy.

c. Bila data diperoleh melalui penilaian secara terpisah dari masing-masing atribut, dimana variabel tak bebas umumnya berupa intensitas pilihan, maka analisis yang digunakan adaah LOGIT model.

Adapun secara umum model dasar analisis konjoin (Kuhfeld, 2000) adalah:

0

Yij : Peringkat seluruh responden

α0 : Intersep

k : Banyak taraf dari atribut ke-i m : Jumlah atribut

xij : Peubah boneka atau variabel dummy dari atribut ke-i taraf ke-j

αij : Nilai kegunaan atribut ke-i taraf ke-j

εij : Galat

Dengan model regresi tersebut, maka dapat ditentukan nilai kegunaan dari taraf-taraf tiap atribut untuk menentukan nilai pentingnya suatu taraf-taraf relatif terhadap taraf yang lain pada suatu atribut. Setelah menentukan nilai kegunaan taraf, maka nilai kepentingan relatif (bobot) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

𝑊𝑊

𝑖𝑖

=

𝐼𝐼

𝑖𝑖

𝐼𝐼

𝑖𝑖 𝑛𝑛 𝑖𝑖=1

Keterangan :

𝑊𝑊𝑖𝑖 : Bobot kepentingan relatif untuk tiap atribut

(8)

2. Metode Thurstone Case V

Prosedur ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pasangan atribut yang dilakukan dalam metode pairwise comparison. Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:

i. Menghitung matriks frekuensi, dengan menjumlahkan skor seluruh pengamatan.

ii. Menghitung matriks proporsi (Pij) yaitu membagi setiap unsur matriks frekuensi dengan jumlah responden.

ij

iii. Menjumlahkan skor untuk tiap atribut, kemudian menghitung nilai kepentingan relatif dengan rumus :

( 1)

Total skor

NPR jumlah atribut jumlah responden

= × −

iv. Memberi peringkat untuk masing-masing atribut tersebut berdasarkan total skor yang diperoleh dari matriks proporsi.

v. Menyimpulkan faktor-faktor yang dianggap penting.

Tahap 5. Interpretasi Hasil

Kuhfeld (2000) menyatakan ada beberapa ketentuan dalam melakukan interpretasi hasil, yaitu :

a. Taraf yang memiliki nilai kegunaan lebih tinggi adalah taraf yang lebih disukai.

b. Total nilai kegunaan masing-masing kombinasi sama dengan jumlah nilai kegunaan tiap taraf dari atribut-atribut tersebut.

c. Kombinasi yang memiliki total nilai kegunaan tertinggi adalah kombinasi yang paling disukai responden.

(9)

Metode pada analisis konjoin yang digunakan untuk mengukur preferensi mahasiswa terhadap pekerjaan dan akan dilakukan perbadingan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 2.1 Metode yang Akan Dibandingkan dalam Penelitian

2.2 Orthogonal Array

Orthogonal array memungkinkan desain yang mengasumsikan bahwa semua interaksi yang tidak penting bisa diabaikan. Orthogonal array dibentuk dari basic full fractional design dengan mengganti suatu faktor baru untuk seleksi interaksi efek yang dianggap bisa diabaikan. Metode yang lain untuk mengurangi banyaknya interaksi dengan melakukan survey terhadap konsumen.

2.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sah jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai α > 0,60. Menurut Sugiyono (2006), “instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Metode Rancangan Stimuli Jenis Data

Respon Prosedur Analisis

1 Full profile Rating Regresi Linear Berganda

(10)

Kategori koefisien korelasi berdasarkan Sugiyono (2006) adalah sebagai berikut : 0.80 < rxy≤ 1.00 Reliabilitas sangat tinggi

0.60 < rxy≤ 0.80 Reliabilitas tinggi 0.40 < rxy≤ 0.60 Reliabilitas sedang 0.20 < rxy≤ 0.40 Reliabilitas rendah -1.00 < rxy≤ 0.20 Reliabilitas sangat rendah

2.4 Preferensi

Preferensi didefinisikan pada KBBI sebagai (1) (hak untuk) didahulukan dan diutamakan daripada yang lain atau prioritas; (2) pilihan atau kecenderungan atau kesukaan. Sedangkan menurut Chaplin (2002) preferensi adalah suatu sikap yang lebih menyukai sesuatu benda daripada benda lainnya. Karena banyak digunakan dalam bidang pemasaran, maka pembahasan mengenai analisis konjoin mengacu pada istilah-istilah pada bidang pemasaran. Jika disesuaikan dengan istilah dalam bidang pekerjaan, maka konsumen dalam hal ini diartikan sebagai mahasiswa yang akan diukur preferensinya terhadap minat dibidang kerjanya.

2.5 Pekerjaan

Di dalam banyak literatur, antara istilah pekerjaan dengan karir sering dianggap sama. Sebagian ahli membedakan pengertian kedua istilah tersebut. Tetapi pembedaan itu, menurut penulis, tidaklah terlalu signifikan. Karena itu, demi memudahkan pembahasan, dalam penelitian ini kedua istilah itu dianggap sama artinya.

(11)

Seseorang untuk dapat menentukan pilihan pekerjaannya secara tepat membutuhkan waktu yang panjang agar pekerjaannya tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan individu, sehingga dalam proses pemilihan karier mencakup beberapa tahapan seperti yang dikemukakan Ginzberg yaitu, tahap fantasi, tahap tentatif, tahap realistik, tahap eksplorasi, tahap kristalisasi dan tahap spesifikasi.

Tahap fantasi ini seorang anak akan memilih kariernya secara sembarangan, tidak didasarkan pada kemampuannya. Biasanya dalam tahap ini anak akan memilih pekerjaan didasarkan karena melihat seseorang yang telah bekerja di bidang tersebut dan anak terkesan dengan orang tersebut. Misalnya pada waktu anak tersebut sakit dan dirawat oleh seorang dokter yang cantik dan keibuan dan bersikap baik pada si anak, maka anak tersebut merasa nyaman dirawat oleh dokter tersebut. Dari hal tersebut si anak menjadi tertarik dibidang kedokteran karena terkesan dengan sikap dokter yang telah merawatnya walaupun sebenarnya bakatnya tidak dibidang tersebut. Jadi pilihan karir pada tahap ini tidak didasarkan pada kenyataan yang ada tetapi didasarkan pada ketertarikannya saja.

Pada tahap tentatif seseorang mulai berkembang dalam pilihan karirnya. Apabila awalnya pertimbangan karir hanya didasarkan pada ketertarikan saja tidak mempertimbangkan hal lainnya yang juga mempengaruhi, maka dalam tahap ini hal tersebut dipertimbangkan. Anak mulai menyadari bahwa minatnya berubah-ubah dan mulai memikirkan sebenarnya karir apa yang cocok untuk dirinya sesuai dengan kemampuannya.

(12)

Tahap realisitis ini dibedakan menjadi 3 tahapan lagi, yaitu :

1. Tahap eksplorasi, seseorang yang telah melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pilihan karirnya akan mencapai keberhasilan atau bisa juga mengalami kegagalan. Dari keberhasilan atau kegagalan yang dialami akan membentuk pola pikir dari orang tersebut tentunya akan lebih mempertimbangkan kembali karir yang telah dipilihnya.

2. Tahap kristalisasi, anak berpikir lagi dan menyadari bahwa untuk menentukan pilihan kariernya harus mempertimbangkan faktor-faktor yang ada yang sangat mempengaruhi dalam menentukan keputusannya baik itu faktor yang berasal dari diri individu maupun faktor yang berasal dari luar diri individu. Adanya faktor-faktor tersebut pada akhirnya individu akan menentukan pilihan karirnya yang sesuai.

Gambar

Tabel 2.1   Metode yang Akan Dibandingkan dalam Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari permasalahan tersebut muncul pemikiran untuk membuat suatu perancangan yang mampu mengangkat kabupaten Klungkung melalui kerajinan tangannya, salah

Hasil penelitian dalam penelitian ini ialah membahas tentang data-data yang telah peneliti peroleh di lapangan dengan menggunakan teknik observassi, wawancara,

Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh penulis dari sekolah-sekolah yang menjadi subyek penelitian adalah data hasil belajar, penulis menggunakan metode

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, penulis memperoleh pikiran, tenaga, dan kekuatan sehingga dapat

Partizipioa eta kopularen subjek- tuak erreferentziakideak dira, eta egiturako aditz nagusia kopula izanik, subjektuak kasu ABSa hartzen du, perpaus osagarriko

Jadi pembangunan pendidikan itu penting dan merupakan wujud pembangunan nasional karena selain untuk peningkatan sumber daya manusia secara pribadi manfaatnya bagi

[r]

Seperti halnya citarasa yang terdapat pada kopi, kadar kafein dan asam klorogenat juga berbeda-beda pada setiap daerah penghasil kopi, sehingga perlu dilakukan pengamatan terhadap