BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat memasuki tahun 2010, ekonomi dunia sedang mengalami dua
kejadian penting, yaitu: pertama, krisis ekonomi kapitalisme global yang sangat
mendalam dan struktural, dan kedua, pergeseran kekuatan ekonomi dunia dari
utara (AS dan eropa) ke Asia timur (Tiongkok) dan Amerika Latin. Sementara
ekonomi Indonesia, yang sebagian besar tumpuannya bergantung kepada ekonomi
kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.
Sebagian sektor industri telah menurunkan kapasitas produksinya hingga
25% dari potensi produktifnya, antara lain, industri baja, sepatu dan tekstil.Salah
satu penyebab penurunan kapasitas produksi itu adalah turunnya permintaan,
terutama di pasar dunia, yang sekarang ini memang sedang dilanda krisis
over-produksi. Turunnya produksi tersebut menyebabkan banyak perusahaan yang
mengalami kerugian di beberapa periode atau bangkrut dan tidak dapat
melanjutkan usahanya sehingga menyebabkan banyak perusahaan yang menerima
opini audit going concern. Fenomena tersebut yang diangkat penulis untuk
melihat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan suatu perusahaan menerima
opini audit going concern.
Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
usahanya, auditor harus memberikan opini audit dengan modifikasi mengenai
going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified modified report atau disclaimer opinion.
Fenomena lain yang terjadi di lapangan menunjukan banyak dari
perusahaan yang go public menerima opini audit going concern dari auditor, yaitu keadaan perusahaan yang tidak sehat namun menerima pendapat unqualified. Kesalahan dalam memberikan opini audit akan berakibat fatal bagi para pemakai
laporan keuangan tersebut. Pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan
tersebut sudah tentu akan mengambil tindakan/ kebijakan yang salah pula. Hal
ini berarti, menuntut auditor agar lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat
menggangu kelangsungan hidup suatu satuan usaha. Inilah alasan mengapa
auditor bertanggungjawab atas kelangsungan hidup suatu entitas meskipun dalam
batas waktu tertentu yaitu satu tahun sejak tanggal penebitan laporan auditor
(SPAP, 2001 : 341.1 paragraf 5).
Selain fenomena yang terdapat diatas, terdapat lagi fenomena bahwa
terdapat beberapa perusahaan yang menerima opini audit going concern selama tahun pengamatan atau selama 4 tahun berturut-turut. Salah satu perusahaan yang
menerima opini audit going concern selama 4 tahun berturut-turut yaitu PT. Apac
Citra Centertex Tbk yang merupakan salah satu perusahaan dibidang manufaktur.
Berikut disajikan pendapat auditor terhadap perusahaan tersebut dari tahun
2010-2013.
1.113.852.590.969...hal tersebut menimbulkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya...(laporan auditor independen PT. Apac Citra Centertex Tbk tahun 2010 tergolong pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan yang diaudit oleh Moore Stephens )
...laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material...Grup mengalami defisit sebesar Rp 1.162.758.170.420....hal-hal tersebut menimbulkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya....kelangsungan hidup Grup tergantung pada keberhasilan Grup untuk menyelesaikan sisa hutangnya dan kemampuanya menghasilkan arus kas yang cukup.... (laporan auditor independen PT. Apac Citra Centertex Tbk tahun 2011 tergolong pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan yang diaudit oleh Moore Stephens)
...laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang materil...Grup mengalami defisit sebesar Rp 1.213.491.601.495...hal-hal tersebut menimbulkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya...kelangsungan hidup Grup tergantung pada keberhasilan Grup untuk menyelesaikan sisa utangnya dan kemampuannya untuk menghasilkan arus kas yang cukup...( laporan auditor independen PT. Apac Citra Centertex Tbk tahun 2012 tergolong pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan yang diaudit oleh Moore Stephens)
....laporan keuangan konsolidasian terlampir menyajikan secara wajar, dala semua hal yang material...Grup mengalami defisit sebesar Rp. 1.237.327.266.565...hal-hal tersebut menimbulkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya...kelangsungan hidup Grup tergantung pada keberhasilan Grup untuk menyelesaikan sisa utangnya dan kemampuannya untuk menghasilkan arus kas yang cukup...( laporan auditor independen PT. Apac Citra Centertex Tbk tahun 2013 tergolong pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan yang diaudit oleh Moore Stephens)
Contoh lain perusahaan yang menerima opini audit going concern namun
...memburuknya kondisi ekonomi Indonesia berdampak sangat material terhadap posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan untuk tahun buku 1997....menurut pendapat kami, karena dampak tidak dilakukan pengungkapan dan penyesuaian sebagaiman disebutkan dalam paragraf diatas terhadap laporan keuangan tahun buku 1997, laporan keuangan yang kami sebut di atas tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia...
Selain itu ada beberapa perusahaan yang menerima opini audit going
concern pada tahun 2010 salah satunya yaitu PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk.
Berikut disajikan paragraf yang diberikan auditor kepada perusahaan tersebut
mengenai keberlangsungan hidup perusahaannya.
Contoh paragraf penjelas keberlangsungan usaha pada PT. Perdana
Bangun Pusaka Tbk :
...laporan keuangan konsolidasi yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material...seperti yang diuraikan dalam catatan 21 atas laporan keuangan konsolidasi, perusahaan dan anak perusahaan mengalami rugi usaha sebesar Rp324 juta pada tahun 2010, dan rugi bersih yang berulang di tahun-tahun sebelumnya mengakibatkan akumulasi rugi.. kondisi ini menimbulkan keraguan substansial atas kemampuan Perusahaan dan Anak Perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya... (laporan keuangan audit KONI, 2010)
Perusahaan lain yang mendapatkan opini audit going concern yaitu PT.
Energi Mega Persada Tbk pada tahun 2012. Berikut disajikan paragraf yang
diberikan auditor kepada perusahaan tersebut.
Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa perusahaan mengalami kesulitan
keuangan yang mengarah pada kebangkrutan, dan menimbulkan ketidakpastian
signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya.Memburuknya citra perusahaan serta hilangnya kepercayaan dari
kreditur akan menyulitkan perusahaan dalam hal tambahan biaya guna oprasional
usahanya. Begitu juga dengan pelanggan, hilangnya pelanggan akan
mengakibatkan terhentinya bisnis perusahaan. Apabila perusahaan tidak segera
mengambil tindakan penanganan maka kebangkrutan usaha akan benar-benar
terjadi.
Fenomena lain dapat juga berasal dari variabel independen, yaitu variabel
profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran
perusahaan. Dalam hasil penelitian Tampubolon (2011) menunjukkan bukti
empiris bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern. Namun dalam penelitian Arma (2013) yang membuktikan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan
negatif terhadap opini audit going concern.
Dalam hasil penelitian Tampubolon (2011) menunjukkan bahwa variabel
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern, hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari(2007) bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
concern tahun sebelumnya, maka ada kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini audit going concern pada tahun berikutnya.
Dalam hasil penelitian Pandiangan (2013) membuktikan bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern , sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) bahwa pertumbuhan perusahan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern, karena berdasarkan penelitian Santosa dan Wedari (2007) bahwa perusahaan yang mengalami pertumbuhan laba yang negatif
sama-sama menerima opini audit going concern. Namun, berbeda dengan penelitian Arma (2013) bahwa pertumbuhan perusahaan mempunayai pengaruh
signifikan negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Adanya perbedaan hasil penelitian tersebut digunakan peneliti sebagai
fenomena sehingga peneliti memilih variabel profitabilitas, opini audit tahun
sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan leverage sebagai variabel independen dalam penelitian ini. Peneliti ingin melihat apakah hasil penelitian tersebut masih
konsisten sama sekarang.
Auditor bertanggung jawab dalam memberikan opini audit going concern, yaitu opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan
mampu mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal ini dikarenakan di
dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas
pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan, tetapi juga harus melihat
aktivitas atau transaksi yang telah terjadi dan yang akan terjadi secara implisit
terkandung di dalam laporan keuangan.
Namun, memberikan opini audit going concern bukanlah merupakan hal yang mudah bagi auditor. Auditor dihadapkan kepada dua pilihan, apabila auditor
mengeluarkan opini going concern maka perusahaan yang bermasalah akan lebih cepat bangkrut karena akan banyak investor yang membatalkan investasinya
maupun kreditur yang enggan untuk meminjamkan dananya untuk perusahaan
tersebut. Sedangkan apabila auditor tidak mengeluarkan opini going concern maka pihak pengguna laporan keuangan tidak mengetahui kemungkinan
kegagalan perusahaan di masa lalu dan permasalahan yang ada di perusahaan
tidak dapat segera diselesaikan.
Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan secara cermat
kemungkinan adanya gangguan atas kelangsungan hidup suatu perusahaan (going concern) untuk suatu periode tertentu, misalnya kekurangan modal kerja, kerugian operasi yang berkelanjutan, arus kas negatif, masalah hukum, pemogokan tenaga
kerja dan gangguan aktivitas operasi lainnya agar opini yang diberikan oleh
auditor berkualitas.
Auditor akan mengalami kesulitan dalam memprediksi kelangsungan
hidup sebuah perusahaan. Kesulitan tersebut disebabkan oleh terjadinya dilema
entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah
(Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari, 2007:1)
Inti going concern terdapat pada balance sheet perusahan yang harus merefleksikan nilai perusahaan dan untuk menentukan eksistensi dan masa
depannya.Opini going concern merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan.Masalah yang sering timbul bahwa sangat sulit memprediksi
kelangsungan hidup suatu perusahaan sehingga menyebabkan auditor mengalami
dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern. Penyebabnya adalah adanya hipotesis self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini audit going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan
investasinya atau kreditor yang menarik dananya (Venuti, 2007 dalam penelitian
Januarti 2009:2).
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan.Rasio profitabilitas penelitian ini diproksikan dengan
return on asset (ROA).Tingkat ROA yang tinggi menunjukkan penggunaan aktiva dengan efektif, sehingga kemungkinan menerima opini going concern semakin sedikit.Penelitian tentang profitabilitas dilakukan oleh Tampubolon (2011) dengan
hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going
concern.
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga
auditor dapat memberikan simpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan
menerbitkan opini audit going concern, semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya jika kondisi perusahaan tidak mengalami perubahan atau perbaikan dari tahun
sebelumnya.
Maka perusahaan harus berusaha untuk memperbaiki kondisi perusahaan
agar tidak memperoleh opini going concern di tahun berikutnya dengan memperbaiki keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Santosa dan Wedari (2007) dengan hasil penelitian bahwa opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh positif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit
going concern.
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cendrung
memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini non
going concern akan lebih kecil. Sebaliknya apabila perusahaan tersebut memiliki
pertumbuhan laba yang negatif atau bahkan mengalami kebangkrutan maka akan
makin tinggi kecenderungan untuk menerima opini goingconcern. Penelitian
Alichia(2013) membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh
signifikan negatif terhadap opini audit going concern.
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibanya sehingga menunjukkan
tingginya resiko bagi kreditur dan dapat menimbulkan kesangsian auditor
terhadap kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya, sehingga dapat
Tampubolon (2011) bahwa tingkat leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Santosa dan Wedari (2007) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Hal yang direplikasi oleh peneliti adalah variabel independen yaitu opini audit tahun
sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, jenis perusahaan yang
diteliti, serta variabel dependen yaitu penerimaan opini audit going concern. Hal yang membedakan dengan penelitian terdahulu adalah beberapa
variabel independen, cara perhitungan variabel independen dan tahun yang diteliti.
Dari uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk meneliti dengan judul
“Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan
Perusahaan dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan
sebelumnya menimbulkan beberapa pertanyaan atau bentuk rumusan masalah
penelitian untuk dijawab melalui penelitian ini. Pertanyaan tersebut dirumuskan
sebagai berikut:
2. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?
3. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 ?
4. Apakah leverage (DER) berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji bagaimana pengaruh dari
profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan
leverage terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan perusahaan, dan leverage (DER). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern.
Tujuan lain penelitian ini adalah :
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari opini audit tahun
sebelumnyaterhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari pertubuhan
perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari leverage terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari profitabilitas (ROA), opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan,dan
leverage secara simultan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang
diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
2. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai
sumber referensi pengetahuan dan bahan kajian lanjut bagi penelitian
yang berkaitan dengan opini audit going concern..
3. Bagi investor maupun calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk memberi informasi dan sebagai bahan pertimbangan
mengenai going concern (kelangsungan usaha suatu perusahaan) sehingga para investor dan calon investor dapat mengambil keputusan yang tepat
dalam melakukan investasi.
4. Bagi auditor independen, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
pedoman, bahan pertimbangan dan bahan referensi bagi auditor dalam
melaksanakan proses auditnya terutama dalam hal pemberian opini audit
terhadap klien yang menyangkut masalah pemberian opini audit going concern.
5. Bagi manajemen perusahaan, hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi
penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen