• Tidak ada hasil yang ditemukan

DTH1H3 P02 SISTEM BILANGAN DAN KODE BINER v2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DTH1H3 P02 SISTEM BILANGAN DAN KODE BINER v2"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Kuliah #2

SISTEM BILANGAN DAN KODE BINER

Denny Darlis

(2)

Outline

Tujuan Perkuliahan

Bilangan Biner, Oktal & Hexadesimal

Binary Coded Decimal

XS-3 BCD

Bilangan biner negatif

Penjumlahan dan Pengurangan Biner

(3)

Tujuan Perkuliahan

Memahami Konsep Bilangan Biner, Octal, dan

Hexadecimal

Memahami konversi Decimal ke Biner dan

sebaliknya

(4)

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

Pengurangan Biner • Bilangan Pecahan

Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal (1)

Bilangan Biner: Bilangan berbasis dua,

angka penyusun bilangan: 0 & 1

Contoh konversi bilangan desimal ke biner:

14

10

= X

2

, X= ?

14 2 Basis bilangan Angka desimal asal = 0

7 = 1

Sisa pembagian Hasil pembagian 2 3

2 = 1

1

urutan pembacaan

(5)

Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal (2)

Konversi bilangan desimal ke biner dapat juga

dilakukan dengan mengingat bobot desimal setiap

angka ‘1’ pada setiap posisi bilangan biner.

1 1 1

1 1

1 1 1

b

0

b

7

b

6

b

5

b

4

b

3

b

2

b

1

Bobot:

256

128

64

32

16

8

4

2

1

1

b

8

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(6)

Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal (3)

Bilangan Oktal: Bilangan berbasis delapan, angka

penyusun bilangan: 0,1,2,3,4,5,6 & 7

Bilangan Hexadesimal: Bilangan berbasis 16,

angka penyusun bilangan:

0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E & F

Cara konversi bilangan desimal ke oktal & hexa

pada dasarnya sama dengan cara konversi ke

biner, tetapi pembagi nya perlu diubah menjadi 8

dan 16

.

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(7)

Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal (4)

Contoh konversi bilangan biner, oktal & hexa ke

desimal

1.

101

2

= 1*2

2

+ 0*2

1

+ 1*2

0

= 5

10

2.

22

8

= 2*8

1

+ 2*8

0

= 18

10

3.

17

16

= 1*16

1

+ 7*16

0

= 23

10

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(8)

Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal (5)

Konversi bilangan biner ke oktal (hexa)

1.

Untuk ke oktal (hexa), kelompokkan bilangan

biner tiga-tiga (empat-empat), mulai dari kanan.

Jika banyak bit bukan kelipatan 3 (4), pasangkan

sejumlah angka ‘0’ di kiri bilangan agar menjadi

kelipatan 3 (4).

2.

Konversi masing-masing kelompok ke bilangan

oktal (hexa)

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(9)

Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal (6)

Contoh

1.

Biner ke oktal:

10110

2

= 010110

2

= 010 | 110 = 2 | 6 = 26

8

2.

Biner ke hexa:

10110

2

= 00010110

2

= 0001 | 0110 = 1 | 6 = 16

16

Untuk konversi kebalikannya, langkah-langkah di

atas tinggal dibalik.

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(10)

Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal (7)

Beberapa istilah dalam bilangan biner:

Bit: binary digit

Nibble: 4 bit

Byte: 8 bit

MSB: most significant bit (bit paling kiri, paling besar

bobotnya)

LSB: least significant bit (bit paling kanan, paling

kecil bobotnya)

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(11)

Binary Coded Decimal (BCD) (1)

Pada sistim BCD dasar, satu angka desimal (0 – 9)

diekivalenkan dengan sistim biner berbobot 8-4-2-1

Digunakan agar konversi bilangan Desimal



Biner tetap dapat mudah dimengerti manusia

0000

0

Ekivalen

Desimal

Pola Bit

BCD

0001

1

0101

5

Ekivalen

Desimal

Pola Bit

BCD

0110

6

Pola bit yang

lain (1010,

1011, 1100,

1101, 1110,

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(12)

Binary Coded Decimal (BCD) (2)

Contoh: 863.98

10

= 1000 0110 0011.1001 1000

BCD

(8) (6) (3) (9) (8)

Bobot: (800, 400, 200, 100)(80, 40, 20, 10)(8, 4, 2,

1)(0.8, 0.4, 0.2, 0.1)(0.08, 0.04, 0.02, 0.01)

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(13)

XS3 BCD (3)

Eccess 3 BCD (XS3 BCD/ XS3)

Angka biner untuk sistim ini diperoleh dengan

menambahkan 0011

2

ke angka BCD dasar

XS3 = BCD + 0011

2

0

Ekivalen

Desimal

Pola Bit

BCD

0011

0100

1

5

Ekivalen

Desimal

Pola Bit

BCD

1000

1001

6

Pola bit yang

lain (0000,

0001, 0010,

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(14)

XS3 BCD (3)

Contoh: 863.98

10

= 101110010110.11001011

XS3

(8) (6) (3) (9) (8)

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(15)

Bilangan Biner Negatif (1)

Bilangan negatif dibutuhkan karena operasi

aritmetika pada mesin digital berdasarkan

penjumlahan. Untuk pengurangan, konsep yang

dipakai: A – B = A + (-B)

Secara matematis bilangan negatif ditandai dengan

pemberian tanda ‘-‘ di depan bilangan

bersangkutan. Dalam mesin digital, umumnya

bilangan negatif dinyatakan dalam tiga sistim /cara

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(16)

Bilangan Biner Negatif (2)

1.

Sistim Bit Penanda: MSB = 0 untuk bilangan positif

dan MSB = 1 untuk bilangan negatif. Contoh (sistim

4 bit):

+4

10

= 0100

2SM

+0 = 0000

2SM

-4

10

= 1100

2SM

-0 = 1000

2SM

Kelemahan

Tidak ada angka ‘nol’ yang unik dan membutuhkan

waktu panjang dalam operasi penjumlahan dan

pengurangan. Sistim Bit Penanda biasanya dipakai

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(17)

Bilangan Biner Negatif (3)

2.

Sistim Komplemen Radix/ Basis. Untuk suatu

bilangan X

R

N angka, Komplemen Radixnya:

LSD

X

X

R

X

R R N RC

1

+

=

=

LSD: Least

Significant Digit

X

: Komplemen

X

0

1

2

3

4

5

Biner

X

1

0

Desimal

X

9

8

7

6

5

Hexa

X

F

E

D

C

B

A

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(18)

Bilangan Biner Negatif (4)

2. Sistim Komplemen Radix/ Basis (lanjutan)

Contoh:

1. 10's complement dari 47,83 adalah N

10

+ 1

LSD =

52,17.

2. 2's complement dari 0101101,101 adalah N

2

+

1

LSD =

1010010,011.

3. 16's complement dari A3D adalah N

16

+ 1

LSD =

5C2 + 1 = 5C3.

Catatan:

Untuk basis dua, sistim di atas disebut 2’s

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(19)

Bilangan Biner Negatif (5)

Dasar penurunan bilangan negatif dengan cara 2's

Complement dapat dianalogikan dengan

Odometer (Pengukur Jarak Tempuh) pada

kendaraan bermotor. Misalkan sebuah Odometer

memiliki tiga digit angka maka Odometer tersebut

dapat mengukur hingga 1000km. Setelah

mencapai angka ‘999’ selanjutnya Odometer akan

kembali ke 000.

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(20)

Bilangan Biner Negatif (6)

0

0

0

0

0

1

0

0

2

9

9

9

9

9

8

0

+1

+2

-1

-2

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(21)

Bilangan Biner Negatif (7)

3.

Sistim Komplemen Radix/ Basis Kecil

Sistim ini adalah Sistim Komplemen Radix/ Basis

tetapi tanpa pengurangan 1LSD. Tabel yang

diperlihatkan sebelumnya adalah dari sistim ini

X

0

1

2

3

4

Biner

X

1

0

Desimal

X

9

8

7

6

5

Hexa

X

F

E

D

C

B

Tarik kesimpulan cara

memperoleh

komplemen radix

kecil dan

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(22)

Bilangan Biner Negatif (8)

3. Sistim Komplemen Radix/ Basis Kecil (lanjutan)

Untuk basis 2: sistim ini disebut 1’s Complement

(pasangan dari 2’s complement)

Untuk basis 10: sistim ini disebut 9’s Complement

(pasangan dari 10’s complement)

Untuk basis 16: sistim ini disebut 15’s Complement

(pasangan dari 16’s complement)

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(23)

Bilangan Biner Negatif (9)

3. Sistim

Komplemen Radix/ Basis Kecil

(lanjutan)

Contoh Basis 2:

+7

10

= 0000 0111

2

(sistem 8-bit, perhatikan angka

MSB)

-7

10

= 1111 1000

2

(sistem 8-bit, perhatikan angka

MSB)

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(24)

Bilangan Biner Negatif (10)

Bila bilangan bertanda pada sistem berlebar bit

tertentu akan diolah dengan sistem berlebar bit

lebih besar maka langkah yang dilakukan:

A. Untuk bilangan positif: isi tempat kosong (di bagian

kiri) dengan ‘0’ hingga semua bit terpakai.

B. Untuk bilangan negatif: isi tempat kosong (di bagian

kiri) dengan ‘1’ hingga semua bit terpakai.

0001

2

(+1

10

, 4 bit) = 0000 0001

2

(+1

10

, 8bit)

1011

2

(-5

10

, 4 bit) = 1111 1011

2

(-5

10

, 8bit)

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(25)

2

5

Penjumlahan & Pengurangan

Bilangan Biner (1)

1. Penjumlahan Secara Langsung

Penjumlahan dua bilangan biner + dapat

dilakukan seperti halnya pada bilangan

desimal (basis 10). Ketika penjumlahan dua

bit melebihin 01

2

, Sebuah bit carry akan

ditambahkan ke MSB berikutnya; proses ini

berlanjut hingga semua bit dijumlahkan

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(26)

2

6

Penjumlahan & Pengurangan

Bilangan Biner (2)

1. Penjumlahan Secara Langsung (lanjutan)

Contoh: Penjumlah bilangan biner 8 bit

110

01

11

2

0

110

11

10

2

0

+

101

01

01

2

1

<-

Carry

1 1 1

1 1

1

59

10

22

10

1

+

81

10

1

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(27)

2

7

Penjumlahan & Pengurangan

Bilangan Biner (3)

Pengurangan 2’s Complement: Cara yang

paling banyak dipakai dalam komputasi.

13

10

7

10

-0 11-01

2

0 0111

2

-0 11-01

2

1 1001

2

+

=

=

-

7

10

dalam 2's Complement

0 0110

2

1

Bit Penanda: Positif

Overflow dibuang

1

7

10

3

10

-0

1101

2

0

0111

2

-0 -0111

2

1 0011

2

+

=

=

-

13

10

dalam 2's Complement

=

6

10

+

=

=

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(28)

2

8

Penjumlahan & Pengurangan

Bilangan Biner (4)

Pengurangan 1’s Complement

13

10

7

10

-0 11-01

2

0 0111

2

-0 11-01

2

1 1000

2

+

=

=

-

7

10

dalam 1's Complement

0 0101

2

1

Bit Penanda: Positif

=

6

10

+

=

1

2

0 0110

2

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(29)

2

9

Penjumlahan & Pengurangan

Bilangan Biner (5)

Pengurangan 1’s Complement (lanjutan)

1

7

10

3

10

-0

1101

2

0

0111

2

-0 -0111

2

1 0010

2

+

=

=

-

13

10

dalam 1's Complement

1 1001

2

0

Bit Penanda: Negatif

6

10

-=

dalam 1's Complement

=

0

2

1 1001

2

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(30)

3

0

Penjumlahan & Pengurangan

Bilangan Biner (6)

Penjumlahan BCD: Penjumlahah mulai dari

LSD dan berakhir pada MSD. Bila

penjumlahan melebihi 1001

2

(9

10

) (termasuk

Overflow per angka) dilakukan koreksi

dengan menambahkan 0110

2

(6

10

). Carry

(0001

2

) ditambahkan ke MSD berikutnya.

056

10

069

10

+

0000 0101 0110

BCD

0000 0110 1001

BCD

+

0000 1011 1111

0110 0110

Hasil penjumlahan

Koreksi

Carry

1 1 0

1 1

1

1

1

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(31)

3

1

Penjumlahan & Pengurangan

Bilangan Biner (7)

Pengurangan BCD: Dilakukan dengan

membuat BCD negatif berdasar sistim 10's

complement (10C). Bila negatif, hasil harus

dinegasikan kembali.

08,25

10

13,52

10

-0000 1000 , 0010 0101

BCD

1000 0110 , 0100 1000

BCD

+

08,25

10

86,48

10C

+

05,27

10

-

+

94,73

10C

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(32)

3

2

Penjumlahan & Pengurangan

Bilangan Biner (7)

Pengurangan BCD (lanjutan)

Hasil +94,73

10C

harus dinegasikan dengan

metode 10’s Complement untuk memperoleh

hasil yang benar.

+94,73

10C

= - 05,27

10

KESIMPULAN

Untuk penjumlahan dan pengurangan biner, 2’s

complement menunjukkan langkah yang paling

sederhana.

2’s complement belum tentu paling sederhan untuk

operasi aritmetika lainnya (perkalian dan

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(33)

3

3

Bilangan Pecahan (1)

A.Konversi bilangan pecahan biner/ hexa ke

desimal

Setiap bilangan biner/ hexa di sebelah kanan

tanda koma berarti bobot (pangkat)nya negatif

0,011

2

= 0*2

0

+0*2

-1

+1*2

-2

+1*2

-3

= 0 +0,25

10

+0,125

10

= 0,375

10

0,10

16

= 0*16

0

+ 1*16

-1

+ 0*16

-2

= 0 +0,0625

10

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(34)

3

4

Bilangan Pecahan (2)

B. Konversi bilangan pecahan desimal ke biner

0,X

10

= 0,Y

2

Y

10

= 0,X

10

*2

n

;

n: banyak digit biner di

kanan koma

yang diinginkan

Contoh

0,75

10

= 0,Y

2

; diinginkan Y empat digit

Y

10

= 0,75

10

* 2

4

= 0,75

10

*16

10

= 12

10

=

1100

2

0,75

10

= 0,1100

2

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(35)

3

5

Bilangan Pecahan (3)

C.

Konversi bilangan pecahan hexa ke desimal

0,X

10

= 0,Y

16

Y

10

= 0,X

10

*16

n

; n: banyak digit biner di kanan

koma

yang diinginkan

Contoh

0,75

10

= 0,Y

16

; diinginkan Y dua digit

Y

10

= 0,75

10

* 16

2

= 0,75

10

*256

10

= 192

10

= C0

16

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(36)

3

6

Bilangan Pecahan (5)

D. Konversi bilangan pecahan biner



hexa

Caranya sama dengan cara konversi

bilangan bulat biner



hexa

• Tujuan Perkuliahan • Bilangan Biner, Oktal &

Hexadesimal

• Binary Coded Decimal • XS-3 BCD

• Bilangan biner negatif • Penjumlahan dan

(37)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Dapat menggunakan teorema Taylor dalam membahas masalah maksimum atau minimum jika syarat-syarat suatu fungsi untuk mencapai maksimum atau minimum tidak dipenuhi..

Perbedaan interpretasi surah al- Isrâ’ ayat 23 dalam topik etika komunikasi antara pendapat Hamka dan Quraish Shihab, adalah dalam hal penjelasan komunikasi negatif yang

[r]

Berdasarkan Perjanjian Kerjasama Operasi, pada tanggal 28 April 2010 dari notaris Wartiana, SH, Perusahaan, PT Tatamulia Nusantara Indah dan PT Nusa Raya Cipta membentuk

Pada penelitian ini yang menjadi latar belakang masalah adalah penurunan motivasi kerja yang di tandai dengan meningkatnya kemangkiran, datang terlambat dan pulang

[Seri 2010] Distribusi PDB Seri 2010 Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2010-2017. Triwulan

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga siswa yang diambil dari kelas X MIA 2 yaitu masing-masing satu siswa dengan gaya belajar visual, auditorial dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan dialogis dalam Al- Qur‟an s urah Ash-Shaffat ayat 102. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui kajian ini adalah: