Week 2 AQC
Teknik Analisis Pencemar Lingkungan (TAPL) RE
Mengapa Quality
Control Penting?
AQC
Larutan Standar
Kegunaan:
 Menghindari terjadinya kesalahan analisis
 Menghindari terjadinya hasil yang tidak tepat
 Menghindari terjadinya kesalahan mengambil
keputusan
Analitical Quality Control (
AQC)
AQC : internal dan eksternal
AQC eksternal dikenal sebagai
Quality
A Q C
1. Sertifkasi dari kompetensi operator
2. Menggunakan zat aditif yang dikenal
3. Analisis dari Standar Suplai External
4. Analisis dari Reagen Blanko
5. Kalibrasi
6. Analisis Duplikat
7. Grafk Kontrol
Quality Assurance (1)
Prinsip dari Quality Assurance untuk laboratorium adalah tindakan-tindakan sebagai berikut:
1. Persiapan cover dan lembar tanda tangan.
2. Persiapan organisasi staf dan tugas/tanggungjawab masing-masing secara jelas.
3. Kontrol sampel dan prosedur dokumentasi yang baik.
4. Standart Operation Procedure (SOP) dari masing-masing metode analisis telah jelas.
Quality Assurance (2)
5. Rekruitmen Analis yang sudah ditraining
6. Prosedur pemeliharaan alat
7. Prosedur kalibrasi alat
8. Aktivitas kualiti kontrol internal
9. Prosedur bagi data yang bias maupun presisi
10.Reduksi data
11.Reporting/laporan
Akurasi?
Presisi?
Akurasi dan Presisi Hasil Analisis
. . . .. .
. . . .
.
. . . .
.
 Akurasi
Diukur dalam bentuk bias, yaitu perbedaan antara
hasil analisis dengan nilai benar.
Presisi
Diukur dalam bentuk deviasi standar (SD) dari uji: - Replicability
- Repeatability - Reproducibility
(tergantung sumber variasinya)
Sumber Kesalahan Bahan yang
digunakan
1. Bahan Kimia
Dibagi menjadi beberapa grade (tingkat kualitas) dari yang tertinggi s/d terendah: i. Standar Primer Lab. Kimia
Memiliki nilai kemurnian (purity) yang diketahui dari analisis, dalam bentuk
ii. Analyzed reagens Lab. Kimia
Mengetahui nilai kadar pengotor (impurities) yang diketahui dari analisis.
Contoh:
 Pro analysis (p.a.)
 Analytical reagent, analytical grade  Industrial grade
Kadar pengotor dinyatakan dalam: - Kadar maksimum (%, ppm)
- % atau ppm.
iii) USP Reference Standards Obat-obatan - Memiliki nilai purity
- Biasanya bahan obat-obatan
iv) Pure, CP (Chemical Pure), Highest Purity
v) Purifed, practical grade  untuk sintesa
vi) Teknis (technical grade, commercial grade)
Untuk analis:
a. Biasanya bisa dipakai langsung tanpa dicek. b. Dalam hal-hal tertentu perlu dicek, sbb.:
- Bandingkan dengan yang sebelumnya dipakai. - Dilakukan “special treatment”, misalnya:
* Pengeringan pada 105oC
* Pengukuran/analisis
(cromatography/spectrocopic) * pengukuran blanko
Mencegah kesalahan:
 Mencatat tanggal pertama kali dibuka  Lihat expiration date
 Tutup rapat-rapat untuk mencegah pengaruh dari
luar dalam penyimpanan.
 Bahan yang sudah dikeluarkan jangan dimasukkan
kembali (dibuang atau dipakai saja)
 Ingat status kestabilannya.
 Pengaruh suhu, sinar, kelembaban, bakteri, lama
Air, Aquadest,
Aquabidest, Ultra
Pure Water…..?
Air
i) Aquadest
Kualitas ditentukan oleh:
a. Desain alat destilasi
b. Bahan konstruksi alat destilasi c. Kualitas air yang didistilasi
d. Kecepatan distilasi
e. Kebersihan alat distilasi
Air yang didestilasi:
ii) Untuk trace metal analysis?
- Gunakan double distilled water (aquabidest) dari all pyrex distillation apparatus”.
- Atau pakai ultra pure water (UPW) dari Millipore – Milli Q
system/water purifcation unit.
iii) Untuk air “bebas zat organik?”
- Destilasi murni dengan dibubuhi sedikit KMnO4 – KOH (pemurnian dengan ion exchanger hanya
membersihkan/menghilangkan zat anorganik)
iv) Air bebas mikroba
- Gunakan membran berpori (ukuran pori 0.2 m)
plus
penyinaran dengan sinar uv
3. Larutan Baku (Standar Solution)
Sumber-sumber kesalahan:
i)
Menggunakan bahan standar yang tidak
sesuai.
Gunakan kualitas/grade tertinggi
ii)
Dari tahap/proses menstandarkan larutan:
i)
Kesalahan hitung
ii)
Kesalahan analisis, misalnya:
Kesalahan titrasi: penentuan titik akhir
titrasi (indikator)
Suhu yang berbeda antara standarisasi
iii) Perubahan konsentrasi dengan waktu:
- Penguapan pelarut
- Pengaruh udara (CO2, O2)
- Pengaruh bakteri dan fungus, mold. (misalnya
standar NH4+, nitrat, Na-tiosulfat). Perlu standarisasi
ulang.
Mencegah kesalahan:
a. Tugaskan pembuatan larutan standar ke orang yang
ditentukan.
b. Orang tersebut menyimpan rekaman/catatan
pembuatan larutan standar.
- Agar “traceable” (mudah ditelusuri)
 Berisi cara pembuatan, bahan yang dipakai,
tanggal kalkulasi, prosedur standarisasi.
c. Menstandarkan ulang (cek) oleh orang kedua. d. Beri/pasang LABEL
Sumber Kesalahan
Sumber Kesalahan dari Analisis
1. Memperkecil kesalahan dari analis:
- Training yang cukup memadai
- Supervisi oleh yang lebih berpengalaman - Alat terpelihara dan terkalibrasi
- Beban kerja tidak berlebih
- Mengetahui metode yang bersangkutan: * Kelemahan/keterbatasannya
* Interferensi/gangguan/jenis matriks * Mengatasi gangguan
Sumber Kesalahan dari Instrument
1.
Pembuatan kurva kalibrasi
Metode pembuatan kurva kalibrasi harus tepat: - metode biasa?
- metode adisi standar?
- metode standar internal?
Kurva kalibrasi harus mencakup daerah kerja (working concentration range), daerah linier, dan sebagainya.
Sumber Kesalahan dari Instrument
2. Kalibrasi instrumen
Instrumen harus dikalibrasi ke Lab. Kalibrasi yang
kompeten/berwenang. Jadual kalibrasi disesuaikan dengan
beban kerja instrumen. Contoh: balance, oven, furnace, autoklaf, rerfraktometer, viksiometer, termometer, timer, pengukur kuat-tarik.
3.
Pemeliharaan dan Pengecekan
Instrumen
Contoh Sumber Kesalahan pada Instrumen
a. Pada penggunaan neraca:Titik nol, kondisi keseimbangan sampel dengan suhu dan kelembaban dalam neraca.
b. Pemanasan instrumen sebelum dipakai (untuk mencapai stabilitas).
c. mengukur di luar daerah kerjanya.
d. mengukur sampel dan standar terlalu jauh jarak waktunya.
e. Baseline belum/tidak stabil.
Contoh Sumber Kesalahan pada Instrumen
f. Kegagalan salah satu/lebih komponen/bagianinstrumen yang tidak diketahui.
g. Instrumen tidak bekerja sesuai dengan kinerja yang seharusnya. Misal:
- kepekaan berubah.
- Repeatibility/presisi yang buruk. h. Beban kerja berlebihan
Sumber kesalahan dari Sarana dan
Lingkungan Laboratorium
1.
Pengaruh suhu di Lab.
- Waktu retensi pada analisis HPLC bisa berubah. - Terhadap pengukuran volume larutan organik.
- Terhadap validitas kurvba baku yang diukur pada suhu berbeda dengan pengukuran sampel.
- Terhadap base line pada HPLC.
2
. Pengaruh Kelembaban
- Terhadap larutan (kehilangan air), bahan kimia (menyerap uap air).
Sumber kesalahan dari Sarana dan
Lingkungan Laboratorium
3. Pengaruh tegangan listrik
- pengaruh suhu open, inkubator, furnace (tegangan turun suhu turun)
 Hasil analisis kadar air, pengukuran viskositas akan salah.
4. Pengujian yang tidak kompatibel harus dipisahkan ruangannya.
Contoh Kesalahan di Laboratorium
a. Sampling tidak representatif. b. Salah identifkasi contoh
c. Metode tidak diikuti dengan benar. d. Laporan salah.
e. Membaca data salah.
f. Salah pengenceran/pemipetan.
g. Salah hitung
h. Salah membaca grafk
i. Reagen terkontaminasi
Contoh Kesalahan di Laboratorium
j. Kemurnian bahan kimia kurang sesuai. k. Kesalahan menstandarkan larutan baku.
l. Kesalahan mengukur: - peak area, peak height m. Memakai kuvet gelas (bukan silika/quartz)
pada pengukuran daerah UV.
n. Kuvet yang dipakai kurang seragam/iden tidak identik.
o. Alat gelas belum bersih/terkontaminasi.
MEMILIH NORMALITAS
 Digunakan untuk larutan titran
 1 mL larutan titran = 1 mg bahan yang dititrasi
 Sehingga 1 L larutan standard = 1000 mg atau 1
gram bahan yang dititrasi
Normalitas asam ?
 NH3 = 1/berat NH3 = 1/17 = N/17 = 0,0588 N
 NH3 – N = 1/14 = 0,0715 N
Menyiapkan larutan N/1 dan N/50 H
2SO
4 Larutan H2SO4 digunakan untuk menentukan alkalinitas sebagai
CaCO3 dengan BE = 50, sehingga diperlukan larutan N/50.
Tetapi jika menggunakan larutan N/50 maka diperlukan jumlah larutan yang sangat besar, dan lebih mudah menggunakan
larutan N/1 yang diencerkan menjadi N/50.
 Kemurnian H2SO4 biasanya 96 – 98%, dan lagi sulit untuk
menimbang karena sifatnya yang sangat higroskopis.
 Larutan H2SO4 harus distandarisasi dengan larutan Na2CO3
sebelum digunakan untuk mengetahui secara pasti Normalitasnya.
 Untuk memudahkan perhitungan, perhitungan 1L H2SO4. Maka
1L dari N/1 H2SO4 akan mengandung 1,008 g ion Hidrogen
Menyiapkan larutan N/1 dan N/50 H
2SO
4 1 GMW = 98 g murni H2SO4 = 2,016 g H+
 GMW/2 = 49 g murni H2SO4 = 1,008 g H+
 Jika kemurnian 96%, maka 49/0.96 = 51 g H2SO4
= 1,008 g H+
 Buat larutan lebih kuat dari N/1, tambahkan 5%
= 51 x 1,05 = 53,5 g
Menyiapkan larutan primer standard
 Digunakan Na2CO3 => GMW = 106 g => EW =
53
 53 g Na2CO3 ≈ 1000 mL N/1 H2SO4  1,06 g Na2CO3 ≈ 20 mL N/1 H2SO4
 Saat larutan N/1 H2SO4 sudah tersedia, maka kita
dapat membuat 1L larutan N/50, dari XmL N/1 H2SO4
 mL x 1N = 1000mL x 0,02N
mL = 20