• Tidak ada hasil yang ditemukan

S KIM 0908862 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S KIM 0908862 Chapter1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang bersifat

sistematis, interaktif dan komunikatif antara guru dengan siswa, sumber

belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan

terjadinya proses belajar bagi siswa, baik di kelas maupun di luar kelas,

dihadiri guru secara fisik atau tidak, dengan tujuan untuk menguasai

kompetensi yang telah ditentukan (Arifin, 2012). Efektivitas suatu

pembelajaran tidak dapat ditentukan berdasarkan aktivitas saat pembelajaran

berlangsung, tetapi dapat ditentukan berdasarkan perubahan dari sebelum dan

sesudah terjadinya proses pembelajaran. Hal ini berarti, suatu pembelajaran

dapat dikatakan efektif bila terjadi perubahan setelah proses pembelajaran

dimana perubahannya sesuai dengan tujuan yang sebelumnya telah

direncanakan. Oleh karena itu, untuk mengetahui perubahan tersebut perlu

dilakukan evaluasi pembelajaran.

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui

kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan

mencarikan jalan keluarnya (Depdiknas, 2003). Kesulitan-kesulitan yang

dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar sangat beragam. Salah satu

kesulitan siswa yang paling signifikan yaitu kesulitan siswa dalam memahami

materi yang diajarkan, salah satunya materi pada mata pelajaran kimia.

Konsep yang kompleks dan abstrak dalam ilmu kimia membuat siswa

beranggapan bahwa pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit.

Penguasaan konsep-konsep yang abstrak memiliki kesulitan yang lebih tinggi

karena pemahaman konsep abstrak memerlukan daya nalar yang lebih kuat

untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak dapat diamati secara

langsung (Dewi, 2009). Oleh karena itu, untuk membantu siswa memecahkan

masalahnya guru harus lebih dahulu mengetahui letak kesulitan dan

(2)

2

Miskonsepsi merupakan pemahaman konsep yang terdapat di dalam

pikiran siswa yang bertentangan dengan konsep ilmiah, yang dipengaruhi oleh

pengalaman siswa. Miskonsepsi dapat terjadi jika pemahaman konsep kimia

siswa tidak utuh, ketidakutuhan pemahaman konsep siswa berkaitan dengan

adanya konsepsi awal saat siswa memulai proses pembelajaran. Fakta

menunjukan bahwa pemikiran siswa sudah terisi pengetahuan yang

berhubungan dengan pelajaran yang sudah didapat dari pengalaman. Dengan

demikian siswa telah membentuk suatu pengetahuan awal (prakonsepsi) yang

belum tentu benar. Kebanyakan dari prakonsepsi yang ada sering sulit dirubah

walaupun terdapat kesalahan pada struktur konsep awal yang dimiliki siswa

(Tüysüz, 2009).

Miskonsepsi dapat menjadi penghambat dan sumber kesulitan siswa

dalam proses belajar, yang akan menyebabkan rendahnya penguasaan konsep

dan hasil belajar siswa. Konsep-konsep dalam kimia mempunyai keterkaitan

antara satu konsep dengan konsep lainnya. Miskonsepsi dapat menjadi

kesulitan siswa dan guru dalam proses pembelajaran, miskonsepsi yang tidak

ditangani dengan benar, maka akan berdampak buruk pada hasil belajar yaitu

rendahnya penguasaan konsep dari hasil belajar siswa. Konsep-konsep yang

salah atau miskonsepsi yang dibiarkan akan menyebabkan siswa mengalami

kesalahan juga untuk konsep-konsep yang akan dipelajari berikutnya dan atau

tidak mampu menghubungkan antar konsep hingga akhirnya terjadi rantai

kesalahan konsep yang tidak terputus karena siswa menjadikan prakonsepsi

yang salah tersebut sebagai dasar belajar konsep selanjutnya.

Taber menyatakan bahwa pentingnya mengidentifikasi miskonsepsi

siswa untuk meluruskan kembali prakonsepsi yang dimiliki siswa sehingga

dapat diterima sains (Tan, 2002). Beberapa ilmuan yang menyadari hal

tersebut telah meneliti dan mengembangkan berbagai metode yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa, diantaranya yaitu peta

konsep, wawancara, dan tes diagnostik pilihan ganda (Tüysüz, 2009). Ada tiga

langkah yang harus dilakukan yaitu mencari atau menemukan bentuk-bentuk

miskonsepsi, mencari penyebab terjadinya miskonsepsi, dan memilih metode

(3)

3

Beberapa ilmuan sudah melakukan penelitian terkait miskonsepsi pada

berbagai materi dalam cabang ilmu kimia, para ilmuan tersebut telah

mengembangkan metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

miskonsepsi siswa, diantaranya yaitu peta konsep oleh Novak pada tahun

1996, wawancara oleh Carr pada tahun 1996, dan tes diagnostik pilihan ganda

oleh Treagust pada tahun 1988 (Tan, 2002; Tan dan Treagust, 1998; Tan,

2005) diantara ketiga bentuk metode tersebut, bentuk tes diagnostik pilihan

ganda yang banyak dikembangkan yaitu tes pilihan ganda dua tingkat, karena

tes tersebut lebih efektif untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa (Tüysüz,

2009) selain itu tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat lebih banyak

digunakan karena lebih mudah dalam menganalisis dan pemberian skornya.

Tes pilihan ganda dua tingkat adalah tes diagnostik yang berbentuk

pilihan ganda, biasanya pada tingkat pertama terdiri dari pertanyaan dengan

dua atau tiga pilihan jawaban sedangkan pada tingkat kedua terdiri dari empat

atau lima pilihan alasan yang terkait pada jawaban pada tingkat pertama (Tan,

2005). Kesempatan siswa untuk menjawab benar secara acak atau menebak

dalam mengerjakan tes pilihan ganda dua tingkat ini adalah sangat kecil, yaitu

4%, ini merupakan kelebihan dari tes pilihan ganda dua tingkat. Tes pilihan

ganda dua tingkat dapat mengukur kemampuan siswa sesungguhnya karena

memiliki dua tingkatan pemikiran, tingkat pertama merupakan pemikiran

siswa pada pilihan jawaban dan tingkat kedua merupakan alasan pemilihan

jawaban siswa (Tyas, 2012).

Dalam mata pelajaran kimia, banyak konsep yang harus dikuasai siswa,

salah satunya adalah konsep termokimia. Penelitian untuk mengidentifikasi

miskonsepsi pada materi termokimia belum banyak dikembangkan adapun

diantaranya adalah Kismarini pada tahun 2010 dan Puji pada tahun 2009.

Dalam termokimia terdapat konsep ilmu yang terkait dengan konsep-konsep

pada materi sebelumnya, konsep tersebut membutuhkan pemahaman yang

tinggi sehingga besar kemungkinan terjadinya miskonsepsi dalam bentuk

konsep klasifikasional, korelasional, dan atau teoritik. ( Puji, 2009). Hasil

(4)

4

dianggap sulit oleh siswa, diantaranya konsep reaksi eksoterm dan endoterm.

konsep dalam menuliskan simbol perubahan entalpi dalam persamaan

termokimia, konsep pada materi reaksi pembentukan dan penguraian suatu

senyawa, konsep mencari nilai perubahan entalpi dengan menggunakan data

perubahan entalpi standar, dan konsep energi ikatan. Oleh karena itu,

mengidentifikasi miskonsepsi pada materi termokimia perlu dan penting

diteliti, peneliti berharap dengan menggunakan tes pilihan ganda dua tingkat,

akan lebih banyak miskonsepsi yang terungkap.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian mengenai “Pengembangan

Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Termokimia” perlu dilakukan dengan harapan instrumen yang dihasilkan dapat menjadi instrumen diagnostik yang dapat

mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi termokimia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari penjelasan dalam latar belakang diatas, yang menjadi

fokus penelitian ini adalah mengembangkan tes diagnostik pilihan ganda dua

tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi termokimia

dan seperti apa tes diagnostik yang harus dikembangkan supaya dapat

mengungkap miskonsepsi-miskonsepsi dalam pikiran siswa pada materi

termokimia dengan menggunakan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat.

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk beberapa

pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua

tingkat berdasarkan data hasil tes esai?

2. Apakah insturmen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang

dikembangkan memenuhi kriteria kelayakan yang sesuai berdasarkan

validitas dan reliabilitas?

3. Miskonsepsi apa saja yang diidentifikasi melalui instrumen tes

(5)

5

C. Pembatasan Masalah

Agar pengkajian masalah dalam penelitian ini lebih terarah, maka

diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut.

1. Validitas yang digunakan yaitu validitas isi dengan metode CVR

(Content Validity Ratio).

2. Reliabilitas yang digunakan yaitu koefisien konsistensi internal dengan

metode KR20 (Kuder-Richardson)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa

pada materi termokimia melalui pengembangan instrumen tes diagnostik

pilihan ganda dua tingkat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk siswa,

guru, dan semua aktivis pendidikan yang membutuhkannya. Manfaat tersebut

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan

dapat memberi informasi miskonsepsi yang dialami pada materi

termokimia, sehingga dapat memperbaiki konsep tersebut dan

meningkatkan pemahamannya dalam materi termokimia.

2. Bagi guru, tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan

dapat digunakan sebagai instrumen alternatif contoh alat evaluasi untuk

mengidentifikasi .

3. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai dasar perbandingan penelitiannya untuk mengembangkan tes

diagnostik pilihan ganda dua tingkat pada materi kimia yang lain.

(6)

6

Beberapa istilah yang terdapat dalam penelitian ini dijabarkan sebagai

berikut:

1. Tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat adalah pertanyaan pilihan ganda

dua tingkat yang dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi konsepsi

siswa dalam bidang tertentu (Treagust, 1995). Tingkat pertama

mengandung pilihan jawaban dan tingkat kedua mengandung alasan dari

jawaban pada tingkat pertama (Tüysüz, 2009). Pada penelitian ini,

dikembangkan tes tersebut dengan tingkat pertama terdiri dari empat

pilihan jawaban dan tingkat kedua terdiri dari empat pilihan alasan.

2. Miskonsepsi di definisikan sebagai pengetahuan konseptual dan

proporsional siswa yang tidak konsisten atau berbeda dengan

kesepakatan ilmuan yang telah diterima secara umum dan tidak dapat

dijelaskan secara tepat fenomena ilmiah yang diamati (Sari, 2013). Pada

penelitian ini miskonsepsi yang akan diidentifikasi adalah miskonsepsi

siswa pada materi termokimia. Dengan menggunakan kunci identifikasi

miskonsepsi pada materi termokimia akan ditunjukan berdasarkan pola

respon pada siswa.

G. Struktur Organisasi

Skripsi ini memiliki 5 pokok bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri

atas tujuh sub bab, yaitu latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, penjelasan istilah,

dan struktur organisasi. Bab II dalam skripsi ini memaparkan kajian teoritik

serta penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan, terdiri atas tujuh sub bab, yaitu tes diagnostik, tes diagnostik

pilihan ganda dua tingkat, pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua

tingkat, pengujian alat ukur tes, miskonsepsi, deskripsi materi termokimia

pada kelas XI, serta penelitian terkait tentang miskonsepsi pada materi

termokimia. Dalam Bab III dipaparkan mengenai metode penelitian yang

terdiri dari empat bagian, yaitu lokasi dan objek penelitian, metode penelitian,

(7)

7

hasil penelitian dan pembahasan. Bab V memaparkan mengenai kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tegangan sisa tekan dari dry shot peening akan menyebabkan Almen test strip melengkung ke arah sisi yang mengalami dry shot peening yang akan diukur dengan almen gage

Selama aktifitas fisik yang lama, seseorang dengan level kebugaran kardiorespiratori yang tinggi dapat menghantarkan energi yang dibutuhkan dalam aktifitas fisik ke sel otot

[r]

Gambar struktur mikro pada permukaan lekukan aluminium 2024 setelah proses dry shot peening terlihat semakin gelap, karena butirannya semakin padat, yang

Pembuktian kualifikasi Dapat diwakilkan dengan membawa Surat Tugas dari Direktur Utama/ Pimpinan Perusahaan/ Kepala Cabang dan Kartu Pengenal yang mewakili dari Pihak

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah dan dalam rangka menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 903/2 429/Sj Perihal Pedoman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Lisa Nuryuliani 2016 Universitas