BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk sosial1 yang tidak pernah luput dari kegiatan ekonomi dan hukum. Pergeseran kebudayaan-pun mulai terjadi dewasa ini, yang
mana hal ini tersirat dari kegemaran masyarakat yang sudah mulai nyaris lebih
dominan berfikiran konsumtif dari pada produktif. Mulai dari kebutuhan akan
pemukiman, pendidikan, kesehatan dan pembangunan ekonomi yang merata sebagai
wujud dari pembangunan nasional.
Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan
Pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka landasan pelaksanaan
Pembangunan Nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.2Pancasila memiliki berbagai makna yang tersirat mengenai masalah pembangunan ini, yang
tentu saja memiliki penafsiran yang berbeda pula dalam setiap pengamalannya.
Sehingga pemerintah melalui Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) pada saat itu
(tahun 1978) mengeluarkan penetapan perihal Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P-4) atau yang dikenal dengan istilah EkaPrasetia
Pancakarsa.3
1https://id.wikipedia.org/wiki/Zoon_Politikon , dikunjungi terakhir pada terakhir pada 18
Juni 2015, 08:00 Wib, yang menjelaskan Zoon Politicon merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh Aristoteles untuk menyebut mahluk sosial. Kalimat Zoon Politicon berasal dari kalimat Zoon
yang berarti “hewan” dan Politiconyang berarti “bermasyarakat” sehingga dapat diartikan secara harfiah bahwa Zoon Politiconberarti hewan bermasyarakat, yang dalam hal ini Aristoteles menerangkan bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain yang membangun hubungan sosial, hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan.
2TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, Bab II, hal 6. 3Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang dikeluarkan melalui penetapan MPR
Pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai
masyarakat yang adil danmakmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, dalam rangka memelihara dan meneruskan
pembangunan yang berkesinambungan, sedangkan para pelaku pembangunan, baik
pemerintah maupun masyarakat, baik perseorangan maupun badan hukum,
memerlukan dana yang besar untuk implementasikan pembangunan yang
berkesinambungan tersebut. Selain itu seiring dengan meningkatnya kegiatan
pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan, sebagian besar dana
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperoleh melalui kegiatan
pinjam-meminjam.
Dalam menjalankan proses pinjam meminjam, bank salah satu bentuk lembaga
keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa perbankan lainnya.
Adapun pemberian kredit itu dilakukan oleh bank baik dengan modal sendiri, atau
dengan jalan memperdagangkan alat-alat pembayaran baru4.
Alat-alat pembayaran baru disini dapat diartikan timbulnya suatu perjanjian
utang piutang atau pemberian kredit antara pihak kreditur terhadap debitur, asalkan
menafsirkan Pancasila Dasar Negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pedoman dan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ini merupakan panduan yang menuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara, Negara serta setiap lembaga kenegaraan dan seluruh lembaga kemasyarakatan, baik di Pusat maupun di Daerah dan dilaksanakan secara bulat dan utuh. Sedangkan perihal istilah P-4 yang mana untuk menyebutkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila pertama kalinya dicetuskan oleh Presiden Soeharto di depan Musyawarah Kerja Pramuka tanggal 12 April 1976. Perhatikan juga perihal penjelasan mengenai arti definisi dari EKAPRASETIA PANCAKARSA terdapat pada http://defenisikata.blogspot.com/2014/12/defenisi-dan-pengertian-ekaprasetia.html, dikunjungi terakhir pada terakhir pada 18 Juni 2015, 05:00 Wib. Yang berasal dari bahasa Sansekerta. Secara harafiah “eka” berarti satu atau tunggal, dan “prasetia” berarti janji atau tekad, “panca” berarti lima dan “karsa” berarti kehendak yang kuat. Secara demikian, “EKAPRASETIA PANCAKARSA” berarti tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak yang kuat, yaitu kehendak untuk melaksanakan kelima sila Pancasila.
kedua belah pihak sepakat untuk memberikan dan mengembalikan dengan waktu
yang telah disepakati kedua belah pihak.
Untuk menjamin atau memastikan kelancaran pengembalian dana atau dapat
dikatagorikan dana yang diberikan secara kredit maka diperlukan adanya suatu
jaminan. Bentuk pengaman kredit dalam praktik perbankan dilakukan dengan
pengikatan jaminan.5 Dalam melakukan pengikatan jaminan atau melaksanakan perjanjian yang dibuat secara tertulis, terlebih dahulu ditetapkan secara tegas dan
cermat isi didalam perjanjian yang akan dituangkan dalam perjanjian, baik itu
mengenai kewajiban kedua belah pihak debitur dengan kreditur.
Sedangkan perjanjian sebagaimana yang diketahui, bahwa dasar dari suatu
perjanjian diatur dalam pasal 1320 Kitab Undang-undang Perdata (KUHPerdata)
yang menyebutkan bahwa terdapat 4 (empat) syarat untuk sahnya suatu perjanjian
yaitu :
1. Kesepakatan dari mereka yang mengikat diri;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu, dan;
4. Suatu sebab yang halal.
Dua syarat yang pertama disebut syarat subyektif karena menyangkut
orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat ketiga dan
keempat disebut syarat obyektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau obyek
5Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni,
dari perbuatan hukum yang dilakukan.6 Kedua syarat tersebut mempunyai akibat yang berbeda apabila salah satu unsur dari syarat yang ada tidak terpenuhi dalam
perjanjian.Perbedaan itu terletak kepada syarat subyektif, yang apabila tidak
ditpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan (vernietigbaar, voindable). Sedangkan
jika syarat obyektif tidak dipenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum (nietig, null
and void).7
Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Berdasarkan pengertian tersebut
terkandung makna bahwa perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian yang bersifat
sepihak, yaitu perjanjian yang hanya menimbulkan kewajiban kepada satu pihak saja.
Oleh karena itu selanjutnya Subekti mengartikan perjanjian sebagai suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu hal8. Sedangkan K.R.M.T. Tirtodiningrat mengartikan perjanjian sebagai suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua
orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang diperkenankan oleh
undang-undang.9
Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata telah memberikan kebebasan pada setiap
orang untuk membuat perjanjian. Hal ini erat kaitannya dengan asas kebebasan
6R. Subekti,Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta, 1979,hal. 23.
7http://www.jurnalhukum.com/syarat-syarat-sahnya-perjanjian/dikunjungi terakhir pada 13
Desember 2015, pukul 18:30 Wib.
8Ibid, hal. 1.
9K.R.M.T. Tirtoningrat,Ihtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang,Pembangunan, Jakarta,
berkontrak dalam membuat suatu perjanjian.10 Dari pasal tersebut maka pada perkembangannya timbullah perjanjian-perjanjian dalam masyarakat yang tidak
sepenuhnya diatur dalam KUHPerdata. Jenis perjanjian yang dimaksud adalah :
1. Beli Sewa (huurkoop).
Beli sewa (huurkoop) adalah jenis perjanjian tidak bernama (innominaat) yang
dalam Pasal 1319 KUHPerdata telah diberikan landasan yuridis mengenai
adanya perjanjian tidak bernama. Selain itu perjanjian beli sewa yang merupakan
perjanjian innominaat ini haruslah tunduk pada ketentuan umum KUHPerdata
seperti dalam Pasal 1337 KUHPerdata yang memberikan batasan bahwasannya
segala bentuk perjanjian diperbolehkan apabila tidak dilarang oleh
undang-undang atau berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.11
Pengaturan mengenai perjanjian sewa beli ini terdapat dalam Pasal 1 Surat
Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980 yang
menyebutkan bahwa sewa beli (hire purchase) merupakan sewa beli barang
dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan
setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli sebagai pelunasan atas harga
barang yang telah disepakati bersama dan diikat dalam suatu perjanjian, serta hak
10KUHPerdata Pasal 1338 ayat 1, “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Sehingga perjanjian tersebut mengikat para pihak yang kemudian menimbulkan hak dan kewajiban di antara pihak-pihak tersebut.
11KUHPerdata Pasal 1337, perhatikan juga Pasal 1319 KUHPerdata yang tertulis
membedakan perihal adanya 2 (dua) jenis perjanjian yang dikenal yaitu perjanjian bernama
(nominaat) dan perjanjian tidak bernama (innominaat) yang mana hukum kontrak innominaat
milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah
jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.12
Berdasarkan uraian di atas bahwa pertama, istilah sewa beli yang dipergunakan
dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi kurang tepat karena
hirepurchaseharus diterjemahkan dengan perjanjian beli sewa. Kedua, perjanjian
beli sewa (huurkopen overeenkomst, hirepurchase contract) merupakan
perjanjian campuran antara perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Di sini yang
terpenting adalah peralihan hak miliknya, sehingga tujuan sewa beli adalah untuk
menjual barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi penyewa barang.
2. Jual beli dengan angsuran (koop op betaling).
Jual beli dengan angsuran (koop op betaling)13, hak milik atas barang/objek jual beli telah beralih dari penjual kepada pembeli bersamaan dengan dilakukannya
penyerahan barang kepada pembeli, walaupun pembayaran dapat dilakukan
dengan cara angsuran dalam jangka waktu tertentu seperti yang telah disepakati
dan ditentukan.
Dengan demikian pembeli telah mempunyai hak mutlak atas obyek jual-beli dan
bebas melakukan perbuatan hukum memindahtangankan barang tersebut kepada
pihak lain. Apabila pembeli tidak melunasi cicilan barang tersebut, penjual dapat
menuntut pembayaran sisa hutang yang merupakan sisa harga barang.
3. Sewa Guna Usaha (Leasing)
12Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.34/KP/II/1980 tentang
Perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), jual beli dengan angsuran dan sewa (renting).
13bdgk S. Wojowasito, Kamus Umum Belanda – Indonesia, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
Leasing adalah salah satu jenis lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan
merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal.14Istilah Leasing berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata lease yang berarti sewa-menyewa, pada dasarnya leasing
merupakan suatu bentuk derivatif dari sewa-menyewa yang kemudian
berkembang dalam bentuk khusus serta mengalami perubahan fungsi menjadi
salah satu jenis pembiayaan. Dalam bahasa Indonesia leasing sering diistilahkan
dengan sewa guna usaha.15
Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 November
1991 tentang kegiatan Sewa Guna Usaha, menyatakan bahwa Sewa guna usaha
adalah kegiatan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang dimaksud dengan
finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan
nilai sisa yang disepakati, sebaliknya operating leasetidak mempunyai hak opsi
untuk membeli objek sewa guna usaha.16 Dalam perkembangannya dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan untuk
menyempurnakan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga
Pembiayaan. Yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan adalah lembaga usaha
14
Subagyo, Sri Fatmawati, Rudy Badrudin, Astuti Purnamawati, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Algifari, Yogyakarta, 2002, hal.6.
15Munir Fuady,Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek), Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002, hal. 2.
16Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 November 1991 tentang
kegiatan Sewa Guna Usaha yang juga dijabarkan oleh Utoyo Widayat, dalam karya ilmiah berjudul
yang melakukan kegiatan pembiyaaan dalam bentuk penyediaan dana atau
barang modal. Lembaga pembiayaan berdasarkan Pasal 2 Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2009 meliputi :
a. Perusahaan Pembiayaan;
b. Perusahaan Modal Ventura;
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
Selanjutnya pada Pasal 3 bahwa kegiatan usaha perusahaan pembiayaan
meliputi:
Perusahaan Pembiayaan Dengan Jaminan Fidusia PT. Astra Credit Company (ACC)
Batam17
2011 125.912 unit 25.201 unit 101.001 unit
2012 126.919 unit 25.402 unit 101.809 unit
2013 128.949 unit 25.808 unit 103.437 unit
2014 132.043 unit 26.427 unit 105.919 unit
Total 513.823 unit 102.838 unit 412.166 unit
Sumber : data sekunder pada ketiga perusahaan yang ada di PT ACC,
17Pada tabel tersebut terlihat pelonjakan pembelian kendaraan bermotor dengan pembiayaan jaminan fidusia dari tiap
Dari data tersebut, dijelaskan oleh pimpinan perusahaan tersebut (bapak Ferdi)
80 % tepat waktu membayar angsuran, sedangkan yang 20 % tidak tepat waktu. Dari
20 % yang tidak tepat waktu, sebanyak kira-kira 10 % dari debitur konsumen
dialihkan kepada pihak lain. Pengalihan debitur ini dengan tidak persetujuan pihak
perusahaan melainkan dari debitur lama kepada debitur baru.
Hampir seluruh bidang bisnis maupun non bisnis telah dimasuki oleh bisnis
pembiayaan, dan dalam tulisan penelitian ini di khusus-kan pembahasan masalah
pembiayaan di bidang transportasi atau kendaraan bermotor yang mana pembayaran
yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah dengan menggunakan sistem pembayaran
secara angusran.
Pembiayaan konsumen (consumer finance) merupakan kegiatan usaha dari
perusahaan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen
dengan pembayaran secara angsuran. Yang masih bersifat konvensional. Dikatakan
konvensional karena ternyata sewa menyewa itu merupakan bangunan tua dan sudah
lama sekali ada dalam sejarah peradaban umat manusia. Pranata hukum sewa
menyewa yang dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan telah terekam dalam
sejarah, kurang lebih 4500 tahun sebelum masehi. Yakni sewa menyewa yang
dipraktekkan dan dikembangkan oleh orang-orang Sumeri.18
Di dunia usaha atau perusahaan, hubungan hukum tidak akan pernah
terhindari, artinya suatu hubungan subyek hukum yang diakibatkan dari suatu
18Sri Suyatmi dan Sudiarto J., Problematika Leasing di Indonesia, Arikha Media Cipta,
hubungan diatur oleh suatu ketentuan hukum yang berlaku. Di bidang dunia usaha,
juga termasuk di dunia perbankan khususnya di bidang pendanaan, hubungan hukum
tersebut pada umumnya terjadi karena perjanjian, sedangkan pihak yang lain
memiliki kewajiban, secara tidak langsung berkewajiban untuk memenuhi segala
ketentuan yang diatur dalam perjanjian tersebut yang mana perjanjian yang disepakati
adalah merupakan peraturan perundang-undangan yang wajib dipatuhi dan di taati
oleh para pihak. Sebagai contoh kasus pendanaan mobil atau fasilitas kredit
kendaraan bermotor, setiap unit kendaraan yang memperoleh persetujuan kredit
secara tidak langsung mengandung makna bahwaterjadinya penyerahan hak milik
dengan azas kepercayaan antara perusahaan pendana dengan debitur.
Perlu diketahui bahwa asal mula dari istilah kredit tidak berasal dari bahasa
Belanda atau Indonesia, namun istilah kredit pada awalnya berasal dari bahasa
Yunani, yaitucredere, yang artinya adalah percaya atau kepercayaan.19Kepercayaan ini ditunjukkan oleh sikap si pemberi kredit (kreditur) yang yakin bahwa si penerima
kredit (debitur) sanggup dan mampu untuk melunasi atau mengembalikan hutangnya
setelah jangka waktu tertentu.
Pada zaman perkembangan era globalisasi modern ini, perkembangan hukum
tidak mampu berkembang pesat mengikuti perkembangan ekonomi. Dalam dunia
bisnis saja sebagai contoh, kredit mempunyai banyak arti, meskipun pada intinya
sama, seperti yang dikemukakan oleh O.P Simorangkir bahwa kredit adalah
pemberian prestasi dengan balasan prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada waktu
mendatang.20 Undang-UndangNomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 angka 11 mengartikan “kredit adalah penyediaan uang atautagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Disini terlihat adanya suatu kontra prestasi yang akan diterima oleh kreditur
dan adanya tenggang waktu yang memisahkan antara prestasi dengan kontra prestasi.
Namun adanya tenggang waktu ini pada kenyataannya justru dapat mengakibatkan
adanya risiko.Semakin lama tenggang waktunya semakin tinggi pula tingkat
risikonya, oleh karena itu dalam pemberian kredit hanya sekedar memerlukan
kepercayaan saja.
Dari pengertian-pengertian tersebut, terlihat adanya unsur-unsur kredit, yaitu:21
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasiyang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali setelah jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. 2. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang, dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai dari uang, yaitu yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.
3. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari.Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh-jauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang
20O.P Simonangkir,Op. Cit. hal. 91.
21Nur Asmalina Siregar, Penyelesaian Kredit Macet Melalui Penjualan Dibawah Tangan
menyebabkan timbulnya unsur risiko, sehingga timbul jaminan dalam pemberian kredit.
4. Prestasi, atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam perkreditan.
Secara garis besar ada dua macam bentuk jaminan dalam kredit yaitu jaminan
perorangan (Persoonlijkezerheids) dan jaminan kebendaan. Jaminan yang paling
disukai bank adalah jaminan kebendaan (Zakelijkezekerheids)dan jaminan kebendaan
yang dikenal dalam hukum perdata terdiri dari beberapa macam22:
1. Jaminan dalam bentuk gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai 1160 KUHPerdata.
2. Hipotek yang diatur dalam Pasal 1162 hingga Pasal 1232 KUHPerdata.
3. Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang mengatur mengenai penjaminan atas hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya.
4. Jaminan Fidusia, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia, (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Jaminan Fidusia) yang sebelumnya fidusia sebagai jaminan diakui secara yurisprudensi.
Jaminan perorangan merupakan suatu perjanjian antara seorang
berpiutang(kreditur)23 dengan seorang yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berutang (debitur), sistem hukum jaminan perorangan yang objeknya
adalah perorangan merupakan sub sistem dari hukum kontrak yang mengandung asas
pribadi (personel right)24, sedangkan hukum jaminan kebendaan yang objeknya
22Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001, hal. 5.
23Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Alumni,
bandung, 1982, hal 25.
24Tan Kamello, Op, Cit, hal 156, dikutip dari buku Mariam Darus Badrulzaman, Aneka
adalah benda merupakan sub sistem dari hukum benda yang mengandung asas
kebendaan (real right)25.
Kepemilikan benda yang menjadi objek jaminan fidusia masih merupakan
suatu problem hukum yang harus diberikan kejelasannya. Pengertian kepemilikan
benda dalam hukum jaminan memiliki makna yang luas yakni mencakup hak milik
atas benda dan hak penguasaan atas benda. Jika seorang debitur menyerahkan harta
benda sebagai jaminan kepada krediturnya berarti sebagian kekuasaan atas
kepemilikan benda itu beralih kepada kreditur26.
Sebagaimana menurut Tan Kamello, pembagian hak milik di dalam fidusia
terbagi dari 2 (dua), yang terdiri dari :27
1. Hak milik yuridis berada ditangan kreditur (het eigendomsrecht in een juridische eigendom in handen van de crediteur) –legal owner;
2. Hak milik ekonomis berada ditangan debitur (het eigendomsrecht in een economische eigendom verbleven van de debituer) –economic owner.
Perkataan fidusia mempunyai arti “secara kepercayaan”ditujukan kepada
kepercayaan yang diberikan secara bertimbal-balik oleh satu pihak kepada yang lain,
bahwa apa yang keluar ditampakkan sebagai pemindahan milik, sebenarnya
(kedalam,intern)hanya suatu jaminan saja untuk hutang.28
25Tan Kamello,Ibid,hal 156. 26Tan Kamello,Ibid, hal 190 27
Tan Kamello, Seminar Jaminan Fidusia : Kajian Atas Peraturan Menteri Nomor 130/PMK.010/2012, Kementerian Hukum dan HAM Sumut, Medan, 28 Mei 2015, hal. 3.
28Subekti, Op, Cit, hal 76 , bandingkan (selanjutnya ditulis dengan “bdgk”) dengan
Hubungan jaminan fidusia yang tercipta karena kontrak (fiduciary
relationships created by contract) terjadi apabila unsur kepercayaan, yang diperlukan
untuk mencapai tujuan kontrak itu ada atau hadir.29 Yang termasuk didalamnya adalah :
1. Formal Fiduciary Relationships Created by Contract (Hubungan formal fidusia yang tercipta karena kontrak). Suatu hubungan fidusia yang formal boleh terjadi karena kontrak.30
2. Informal Fiduciary Relationships Created by Contract (Hubungan informal fidusia yang tercipta karena kontrak). Suatu hubungan informal muncul dimana seorang mempercayai dan meletakkan kepercayaan terhadap yang lainnya, apakah hubungan itu merupakan hubungan moral, sosial, rumah tangga atau hanya pribadi.31
Salah satu sarjana yang sejak semula berpendapat, bahwa fidusia dapat
diterapkan baik untuk jaminan barang-barang tetap adalah Pitlo32 dan selanjutnya adalah Tan Kamello. Untuk barang objek jaminan hutang yang masih tergolong
benda bergerak, tetapi pihak debitur enggan menyerahkan kekuasaan atas barang
tersebut kepada kreditur, sementara pihak kreditur tidak mempunyai kepentingan
bahkan kerepotan jika barang tersebut diserahkan kepadanya, oleh karena itu
dibutuhkan adanya suatu bentuk jaminan hutang yang objeknya masih tergolong
benda bergerak tetapi tanpa menyerahkan kekuasaan atas benda tersebut kepada
pihak kreditur inilah yang disebut dengan jaminan fidusia.33
29John F. Nichols SR, Fiduciary Litigation-Defining Relationships, State Bar of Texas,
Houston –Texas, 2006, chapter-1, hal 4. Perhatikan juga Tan Kamello, Op, Cit. Hal 35 yang menjelaskan bahwa fidusia adalah lembaga yang berasal dari sistem hukum perdata barat yang eksistensi dan perkembangannya selalu dikaitkan dengan sistemcivil law.
30Ibid, hal 4. 31Ibid, hal 5.
32Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, Jaminan di Indonesia, cetakan pertama, Liberty,
Yogyakarta, 1982.hal 254.
Sejalan dengan sistem kepercayaan menjadikan salah satu unsur pemberian
kredit yang diperoleh atas dasar keyakinan dan kemampuan debitur mengembalikan
hutangnya, jadi pihak pembiayaan tidak wajib meminta jaminan atas agunan berupa
barang yang bergerak berupa kendaraan bermotor. Dari hal ini kreditur telah
menjelaskan terlebih dahulu atas barang yang dijaminkan atau barang bergerak,
seperti halnya kendaraan bermotor, sedangkan debitur melihatkan atas barang yang
akan dijadikan jaminan. Jaminan bagi kreditur terhadap debitur dalam fidusia, cukup
terjamin, karena adanya ancaman pidana bagi debitur jika debitur berani menjual
mengalihkan hak atas kendaraan bermotor yang belum lunas kepada orang lain.
Pakar hukum dari Belanda, O.K Brahn mengatakan bahwa “pembagian hak
milik antara hak milik secara yuridis berada di tangan kreditur dan hak milik secara
ekonomi tetap berada di tangan debitur, lazimnya orang menyebut istilah milik
fidusia”34.
Penelitian ini akan mengambarkan bahwa pihak debitur pertama (debitur
lama) mengalihkan hak atas barang bergerak kendaraan bermotor tersebut kepada
debitur kedua (debitur baru) yang angsurannya masih sedang berjalan atau kredit
belum lunas antara kreditur dengan debitur pertama yang lazim disebut pengalihan
angsuran (over credit). Debitur pertama tidak memberitahukan kepada kreditur
bahwa kenderaan tersebut sudah dialihkan kepada debitur kedua. Pengalihan hak dari
debitur pertama kepada debitur kedua menimbulkan masalah hukum karena debitur
kedua menerima peralihan hak atas kenderaan tersebut tanpa alas hak (rechtstitel)
34Tesis, Yosephina Hotma Vera : Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Di Ikat Dengan
yang sah. Hal ini merupakan pelanggaran atas perjanjian yang dilakukan antara
perusahaan pembiayaan dengan konsumen (debitur pertama).
Dalam praktik perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia dikatakan
bahwa debitur pertama adalah pemilik benda jaminan, dimana bukti kepemilikan
benda kendaraan bermotornya atas nama debitur pertama diserahkan kreditur sesuai
dengan kesepakatan yang dilakukan diawal perjanjian. Dalam praktik ditemukan
kalusul bahwa barang jaminan dipindahtangankan atau dijaminkan kepada pihak
ketiga dengan cara apapun juga, tanpa mendapatkan persetujuan secara tertulis
terlebih dahulu dari kreditur dikatakan debitur melakukan wanprestasi.35
Pemahaman milik dalam masyarakat bisnis dapat diartikan dalam dua hal
yakni:
1. Debitur menguasai titel dari benda jaminan dan sekaligus menguasai benda secara fisik.
2. Debitur menguasai benda jaminan secara fisik sedangkan secara yuridis debitur belum menjadi pemilik36.
Dikaitkan dengan hukum jaminan, bilakah saat debitur itu dianggap sebagai
pemilik benda jaminan, bilakah saat debitur itu dianggap sebagai pemilik benda
jaminan secara fisik menjaminkan benda itu kepada bank untuk meminjam kredit.
Permasalahan ini semakin jelas dalam kenyataan perilaku bisnis jual beli kredit
kendaraan bermotor37. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan Peralihan hak atas kepemilikan kendaraan bermotor
dibawah tangan dalam jaminan fidusia.
35Syarat dan Ketentuan Umum Perjanjian Pembiayan dengan Jaminan Fdusia Angka 12 Huruf
(f) pada perjanjian di PT. Astra Sedaya Finance Kota Batam.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dikemukakan dalam tesis ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah kendaraan bermotor sebagai jaminan fidusia berkaitan dengan
perjanjian pembiayaan dalam perspektif KUHPerdata?
2. Bagaimanakah keabsahan penyerahan kendaraan bermotor dalam jaminan
fidusia yang telah terikat dalam perjanjian pembiayaan dari debitur pertama
kepada debitur kedua?
3. Bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan kepada debitur kedua
yang telah melunasi angsuran kendaraan bermotor terhadap kepastian hak
milik atas kendaraan bermotor dalam perjanjian pembiayaan?
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan itu pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai,
demikian halnya dengan penulisan proposal tesis ini. Adapun tujuan penulisan dalam
material proposal ini adalah :
1. Untuk mengetahui kendaraan bermotor sebagai jaminan fidusia berkaitan
dengan perjanjian pembiayaan dengan debitur pertama dalam perspektif
KUHPerdata.
2. Untuk mengetahui keabsahan penyerahan kendaraan bermotor dalam jaminan
fidusia yang telah terikat dalam perjanjian pembiayaan dari debitur pertama
3. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan kepada debitur kedua
yang telah melunasi angsuran kendaraan bermotor terhadap kepastian hak
milik atas kendaraan bermotor.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari dua sisi baik teoretis
maupun secara praktis, yaitu :
a. Secara Teoretis
Secara teoretis, dari hasil penelitian yang diharapkan ini dapat dijadikan
bahan kajian lebih mendalam untuk mendapatkan konsep ilmiah yang pada umumnya
pembaca dapat lebih mengetahui tentang peralihan hak atas kepemilikan kedaraan
bermotor dalam jaminan fidusia.
b. Secara Praktis
1. Merupakan bahan penambahan wawasan bagi para paraktisi hukum.
2. Sebagai bahan pemahaman dan penambahan wawasan bagi para debitur
dalam melakukan peralihan hak atas kepemilikan kendaraan bermotor dalam
jaminan fidusia.
3. Sebagai pedoman dan masukan bagi para pemerintah dalam mengeluarkan
kebijakan dalam peralihan hak barang bergerak terdaftar dari debitur pertama
kepada debitur kedua.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang di dapat dari penelusuran kepustakaan di
Atas Milik Kendaraan Bermotor dibawah Tangan Dalam Jaminan Fidusia (studi di
kota Batam) tidak ada ditemukan judul yang sama akan tetapi memang pernah ada
penelitian sebelumnya di lakukan dengan memakai judul:
1. Analisis Yuridis Penertiban Sertifikat Fidusia pada perjanjian pembiayaan
kendaraan bermotor yang mengalami kemacetan pembayaran (studi pada
perusahaan pembiayaan di kota Medan). Saudara Tanjung Simanjuntak,
mahasiswa di bidang Kenotariatan dengan Nomor Induk Mahasiswa 117011100,
meneliti tentang akibat hukumnya apabila jaminan Fidusia didaftarkan pada saat
terjadinya kemacetan pembayaran, mengapa perusahaan pembiayaan selaku
Kreditur tidak menaati peraturan pendaftaran jaminan Fidusia yang terdapat pada
undang-undang nomor 42 tahun 1999, selain alasan yang sering didengar yaitu
membuang waktu, prosedur yang panjang dan biaya yang mahal, dan pelaksanaan
Pendaftaran Jaminan Fidusia oleh perusahaan pembiayaan selaku Kreditur sejak
diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK/010.2012
tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan Konsumen
untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan Fidusia.
2. Akibat Hukum Atas Putusan Pailit bagi Debitor terhadap Kreditor Pemegang Hak
Jaminan Fidusia, oleh Tuah Bangun, mahasiswa di bidang Kenotariatan dengan
Nomor Induk Mahasiswa 107011125, meneliti tentang ketentuan hukum
pelaksanaan kepailitan kreditur pemegang hak jaminan Fidusia terhadap debitur
pailit pemberi hak jaminan Fidusia, kedudukan kreditur pemegang benda jaminan
akibat hukum kepailitan bagi Kreditur pemegang hak jaminan Fidusia dalam
Eksekusi jaminan Fidusia yang diberikan oleh debitur pailit.
3. Proses kepemilikan kendaraan bermotor secara kredit di PT. Astra Credit
Companies sebagai salah satu lembaga pembiayaan konsumen (suatu penelitian di
PT. Astra Credit Companies Medan). Oleh Khairani Estria Sihombing,
mahasiswa di bidang Kenotariatan dengan Nomor Induk Mahasiswa 002111026,
meneliti tentang proses pelaksanaan pembiayaan konsumen bagi masyarakat
dalam Kepemilikan Kendaraan bermotor secara kredit di lembaga pembiayaan
Astra Credit Companies, syarat-syarat yang di pailit oleh konsumen dalam
perjanjian jual beli kendaraan bermotor secara kredit melalui jasa lembaga
pembiayaan konsumen di PT. Astra Credit Companies akibat hukum terhadap
debitur yang memprestasi dalam perjanjian pembiayaan.
Setelah dilihat ulasan masing-masing maka dengan demikian penelitian ini
adalah asli baik dari segi materi maupun lokasinya. Namun demikian apabila ternyata
pernah ada penelitian yang judul atau hampir sama, maka penelitian ini diharapkan
dapat untuk melengkapinya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoretis,
tertentu.38 Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.
Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,
tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.39
Jalan pemikirian yang logis yang memiliki korelasi terhadap permasalahan
akan melahirkan suatu teori yang menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang
logis pula. Teori yang menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya
menjelaskan masalah pemikiran yang telah dirumuskan didalam kerangka teoretis
yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Adapun kerangka teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Perlindungan Hukum, yang
berdasarkan perundang-undangan merupakan perlindungan yang diberikan oleh
hukum positif kepada subyek hukum. Perlindungan hukum berdasarkan
undang-undangan tidak diperlukannya adanya persetujuan dari para pihak, sedangkan
perlindungan hukum berdasarkan kontrak adalah perlindungan hukum yang
dituangkan dalam kontrak mengenai hak dan kewajiban para pihak yang sudah
disepakati bersama. Kedua perlindungan hukum tersebut, baik yang berasal dari
undang-undang maupun yang berasal dari kontrak merupakan perlindungan hukum
yang diperoleh melalui perikatan.
Menurut Fitzgerald, Teori Perlindungan Hukum adalah “hukum bertujuan
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat
38Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
1986, hal 122.
karena dalam suatu lalulintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan
tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain
pihak”.40 Maksudnya adalah bahwa kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan
kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.41Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo, “perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi
manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada
masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum”.42 Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum menjadi dua
bagian, yaitu :43
a. Perlindungan hukum preventif.
Perlindungan hukum ini memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan keberatan (inspraak) atas pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif,sehingga perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak.
b. Perlindungan hukum represif.
40Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 53. 41
Ibid.,hal. 69. Sesungguhnya perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.
42
Ibid.,hal. 54.
43Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia : Sebuah Studi tentang
Perlindungan hukum ini berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa.
Tan Kamello mengatakan bahwa “Perlindungan Hukum adalah perlindungan
yang diberikan oleh hukum (undang-undang atau kontrak) terhadap subyek hukum
(hak dan kewajiban) dan obyek hukum (benda)”.44
Selain itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hukum
jaminan fidusia yang menurut Tan Kamello bahwa Teori Hukum Jaminan Fidusia
adalah kreditur yang sudah memberikan kredit dengan jaminan fidusia dan
memperoleh hak secara constitutum posessorium harus diberikan perlindungan
perlindungan disatu pihak secara yuridis, dilain pihak, pihak ketiga yang telah
menerima kendaraan bermotor dari debitur secara dibawah tangan juga harus
mendapat perlindungan. Seharusnya benda jaminan pada kendaraan bermotor yang
sudah terikat dalam jaminan fidusia tidak dibenarkan dialihkan kepada pihak ketiga,
kecuali terdapat izin dari debitur.45
Hukum adalah alat, bukan tujuan, dan yang memiliki tujuan adalah manusia.
Akan tetapi karena manusia sebagai anggota masyarakat tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan hukum, maka yang dimaksud dengan tujuan hukum adalah
manusia dengan hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan hukum tersebut.
Keberadaan hukum dalam masyarakat sebenarnya tidak hanya dapat diartikan sebagai
sarana menertibkan kehidupan masyarakat, melainkan juga dijadikan sarana yang
44Slide perkuliahan Teori Hukum, Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara. 45 Tan Kamello, Seminar Jaminan Fidusia : Kajian Atas Peraturan Menteri Nomor :
mampu mengubah pola berfikir dan pola perilaku masyarakat dan pembuatan hukum
seyogyanya mampu mengeliminasi setiap konflik yang diperkirakan akan terjadi di
masyarakat. Mengenai tujuan hukum, adapun tujuan pokok hukum adalah
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan
keseimbangan. Dalam mencapai tujuannya itu, hukum bertugas membagi hak dan
kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur
cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.46
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum normatif, kerangka
teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya penelitian ini berusaha untuk
memahami jaminan fidusian secara yuridis, artinya memahami objek penelitian
sebagai hukum yakni sebagai kaedah hukum atau sebagai isi kaedah hukum yang
ditentukan dalam yurisprudensi dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
masalah hukum jaminan, sistem hukum benda dan perjanjian kredit bank.47
Dalam menganalisis jaminan fidusia tersebut baik yang terdapat dalam
putusan-putusan pengadilan maupun perjanjian jaminan fidusia yang terjadi dalam
praktik perbankan dan peraturan undang-undang yang mengatur jaminan fidusia,
diperlukan pendekatan sistem (approach system). Maksud menggunakan pendekatan
sistem adalah mengisyaratkan terdapatnya kompleksitas masalah hukum jaminan
fidusia yang dihadapi dengan tujuan untuk menghindarkan pandangan yang
46http://irawan-elazzam.blogspot.com/2013/04/teori-tujuan-hukum-dan-macam-delik_11.html
yang dikunjungi terakhir pada terakhir pada 18 Mei 2015, 22:00 Wib.
menyederhanakan persoalan jaminan fidusia sehingga menghasilkan pendapat yang
keliru48.
Selain teori hukum normatif yang dipergunakan dalam membahas
permasalahan yang dirumuskan, dalam penelitian ini juga menggunakan teori
kepastian hukum. Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu
pertama : adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua : berupa keamanan
hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan
hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan
hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi
dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya
untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.49
Menurut Gustav Radbruch, hubungan antara keadilan dan kepastian hukum
perlu diperhatikan. Oleh karena kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dalam
negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, walaupun isinya kurang adil atau
juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi dapat kecualian yakni bilamana
pertentangan antara isi tata hukum dengan keadilan begitu besar, sehingga tata hukum
itu tampak tidak adil pada saat tata hukum boleh dilepaskan.50
Tanpa kepastian hukum orang tidak tau apa yang harus diperbuatnya, dan
akhirnya timbulnya keresahan, tetapi terlalu menitikberatkan kepada kepastian
48Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia suatu kebutuhan yang didambakan, Alumni,
Bandung, 2014, hal 19
49Peter Mahmud Marzuki,Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta,
2008, hal. 158.
hukum, terlalu ketat menaati peraturan hukum, akibatnya kaku dan akan
menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturan adalah demikian dan
harus ditaati atau dilaksanakan. Undang-Undang itu sering terasa kejam apabila
dilaksanakan secara ketat “ Lex dura, set temen scripta (Undang-Undang itu kejam
tetapi demikianlah bunyinya).
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi
dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dan
kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.51 Adapun uraian dari pada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
a. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilikan benda.52
b. Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang
51Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1998,
hal 58.
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima
Fidusia terhadap kreditor lainnya53.
c. Piutang adalah hak untuk menerima pembayaran54.
d. Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik berwujud
maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar,
yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan atau hipotek55.
e. Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda
yang menjadi objek Jaminan Fidusia56.
f. Penerima Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai
piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia57
g. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah
uang baik dalam mata uang Indonesia atau mata uang lainnya, baik secara
langsung maupun kontinjen58.
h. Kreditor adalah pihak yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
Undang-Undang59.
i. Debitor adalah pihak yang mempunyai utang karena perjanjian
atauundang-undang60.
53
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia
j. Perjanjian jual beli adalah perjanjian bahwa penjual memindahkan atau setuju
memindahkan hak miliknya atas barang kepada pembeli sebagai imbalan
sejumlah uang yang disebut harga.61
k. Perjanjian di bawah tangan adalah tulisan lainnya yang ditandatangani tanpa
perantara pejabat umum.62 G. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu sarana pokok dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang terdapat dari literatur buku-buku maupun ilmu teknologi. Hal ini
disebabkan, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara
sistematika, metodologis dan konsisten. Metodologi yang diterapkan harus senantiasa
disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.63 1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian ini meliputi 3 hal yaitu jenis (tipe), sifat, dan
pendekatan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum
normatif atau disebut juga peneltian hukum doktrinal, yang mengacu kepada
norma-norma hukum dan asas hukum64, yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatif maksudnya hasil penelitian
yang diperoleh dideskripsikan melalui tabel kuantitatif dan uraian kualitatif yang
60Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia.
61Abdulkadir Muhamad,Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2006, hal. 243. 62Pasal 1874 KUHPerdata.
63Soerjono Soekanto dan Sri Mulyadi,Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal 7.
diperoleh dari data dokumen berupa perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia.
Selanjutnya diberikan penjelasan secara yuridis untuk menjawab permasalahan yang
diajukan.
Pendekatan penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis
normatif, yaitu suatu cara untuk menggunakan norma hukum dan asas hukum dalam
memahami permasalahan. Selain itu penelitian hukum itu juga didukung oleh data
empiris dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut pelaksanaan jaminan yang
terdapat dalamUndang-Undang42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan sehingga dapat
diperoleh jawaban yang akurat dalam pemecahan masalah.
2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data penelitian ini diperoleh dari penelitian kepustakaan (library
research) dan penelitian lapangan (field research). Melalui penelitian kepustakaan
diperoleh jenis data sekunder,65Data sekunder dimaksud meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.66
a. Bahan hukum primer yaitu merupakan bahan-bahan yang mengikat sebagai
landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini diantaranya adalah
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Jabatan Notaris
Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dan Undang-Undang Nomor
42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia.
65Ibid, hal. 10.
66Amiruddin dan Zainal Asikin,Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
b. Bahan hukum sekunder yaitu merupakan bahan pustaka yang meliputi
buku-buku hasil karya para sarjana, hasil penelitian dan penemuan ilmiah yang
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang berfungsi memberikan
penjelasan terhadap bahan primer dan bahan hukum sekunderberupa kamus
hukum dan kamus lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti
dengan jenis penelitian hukum normatif, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan menggunakan wawancara terarah yaitu menggunakan
pedoman wawancara terarah dengan sumber informasi (informan)67. Wawancara terarah sebagaimana yang dimaksud adalah dengan melakukan tanya jawab kepada
petugas yang berwenang pada PT. Astra Credit Company(bernama Ria)yang
mewakili bagian Legal Officer, Marketing dan ataupun Branch Manager yang
memiliki pemahaman dan kecukupan informasi perihal pembelian kendaraan
bermotor dengan jaminan fidusia.
4. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan baik jenis data primer maupun data sekunder
kemudian dilakukan analisis kuantitatif dan kualitatif68. Data kuantitatif ditampilkan dengn tabel yang berupa angka-angka penjualan dari PT Astra Sedaya Finance, PT
Astra Auto Finance, dan PT Swadharma Bhakti Sedaya Finance, mulai tahun 2011
sampai dengan tahun 2014. Total penjualan kenderaan pada PTSedaya Financeadalah
513.823 unit, PT Astra Auto Financeadalah 102.838 unit, dan PT Swadharma Bhakti
Sedaya Financeadalah 412.166 unit. Data kualitatif dilakukan terhadap dokumen
perusahaan pembiayaan mengenai bentuk dan isi perjanjian pembiayaan dengan
mengaitkannya kepada peraturan undang-undang jaminan fidusia. Metode analisis
terhadap data kuantitatif dan data kualitatif dilakukan secara deduktif dan induktif.
Metode deduktif digunakan dengan melihat norma hukum dan asas hukum jaminan
fidusia, sedangkan metode induktif dipakai terhadap kasus-kasus tertentu secara
individual. Dengan mempergunakan kedua metode berpikir tersebut, pemecahan