KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-1
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-2 Pada bab ini ini berisikan arahan RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008), RTRW Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN). Indikasi program Bidang Cipta Karya pada RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini. Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan spasial, bagian ini juga memaparkan kedudukan kota pada rencana pengembangan kawasan khusus, antara lain dalam rangka pengembangan MP3EI dan KEK (jika kabupaten/kota tersebut termasuk dalam KPI MP3EI dan/atau kawasan pengembangan KEK).
3.1 Arahan RTRW Nasional
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:
A. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
B. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau
C. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:
A. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
B. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau
C. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:
A. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,
B. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,
C. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
D. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
A. Pertahanan dan keamanan,
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-3 geostrategi nasional,
2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau
3) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
B. Pertumbuhan Ekonomi
1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,
3) memiliki potensi ekspor,
4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, 5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal C. Sosial Budaya
1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,
2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa, 3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, 4) merupakan tempat perlindungan peninggalanbudaya nasional,
5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau 6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. D. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi, sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
3) memiliki sumber daya alam strategis nasional
4) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa 5) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau 6) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. E. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-4 3) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara,
4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro 5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualita lingkungan hidup 6) rawan bencana alam nasional
7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Berdasarkan Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN. Provinsi NTB memiliki Kota Mataram yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Praya, Raya, Sumbawa Besar.
3.2 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah rencana struktur dan rencana pola ruang. Berikut akan dipaparkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang di Provinsi NTB
3.2.1 Arahan Struktur Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Rencana Struktur ruang yang ditetapkan pada RTRW Provinsi NTb terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: a. Rencana sistem perkotaan dan Rencana sistem jaringan:
- Rencana Sistem Perkotaan:
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-5 Sistem perkotaan kabupaten/kota yaitu Pusat Pelayanan Lokal (PPL). PPL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota berdasarkan usulan pemerintah kecamatan dan memperhatikan potensi wilayah. PPL memiliki kriteria
1. kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan; dan/atau
2. kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa/ kelurahan.
- Rencana Sistem Jaringan:
Rencana system jaringan yang diatur di Provinsi NTB meliputi sistem jaringan transportasi;, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem jaringan persampahan dan sistem jaringan sanitasi. Berikut akan dipaparkan rencana system jaringan.
1. Sistem Jaringan Transportasi
A. Sistem jaringan transportasi nasional yang ada di wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terdiri dari sistem transportasi darat, laut dan udara, meliputi:
1) sistem transportasi darat terdiri dari jaringan lalu lintas angkutan jalan dan jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan;
2) jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari jaringan jalan dan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;
3) jaringan jalan nasional terdiri dari jalan arteri primer dan jalan kolektor primer; 4) jaringan prasarana terdiri dari Terminal Penumpang Kelas A berada di
Mataram, Gerung, Sumbawa Besar dan Raba;
5) pelabuhan pengumpul berada di Lembar, Labuhan Lombok, dan Bima; 6) pelabuhan penyeberangan lintas provinsi berada di Lembar, Bima dan Sape; 7) pelabuhan perikanan nusantara (PPN) berada di Teluk Awang;
8) bandar udara pusat pengumpul skala sekunder berada di Selaparang/Praya; dan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-6 B. Sistem jaringan transportasi provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari sistem
transportasi darat, laut dan udara, meliputi:
1) sistem transportasi darat terdiri dari jaringan lalu lintas angkutan jalan dan jaringan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP);
2) jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari jaringan jalan dan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;
3) jaringan jalan provinsi, meliputi: jalan lintas utama Pulau Lombok, jalan lintas utama Pulau Sumbawa, jalan lintas utara Pulau Lombok, jalan lintas selatan Pulau Lombok, jalan lintas utara Pulau Sumbawa dan jalan lintas selatan Pulau Sumbawa;
4) jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan, meliputi: terminal penumpang Kelas B berada di Tanjung, Praya, Selong, Taliwang, Dompu, dan Woha; 5) pelabuhan pengumpan berada di Bangsal Pemenang, Labuhan Haji, Tanjung
Luar, Benete, Badas, Calabai, Kempo, Waworada, Cempi, dan Sape;
6) pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota berada di Labuhan Lombok, Telong-elong, Pototano, Benete, Pulau Moyo, Lua Air;
7) pelabuhan khusus penumpang berada di pesisir pantai Kota Mataram; dan 8) bandar udara pusat pengumpan berada di Brang Biji dan Sekongkang.
C. Mengembangkan sarana prasarana transportasi laut pendukung ALKI II (Alur Laut Kepulauan Indonesia) yang melintasi Selat Lombok.
2. Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan
Pembangkit tenaga listrik yang saat ini terdapat di Provinsi Nusa Tenggra Barat (NTB) terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL), Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi (PLTBE).
Berikut adalah arahan lokasi pusat pembangkit listrik di Provinsi NTB. Tabel 3.1 Arahan Sistem Pembangkit Listrik di Provinsi NTB
NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi 1 Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD)
- PLTD Ampenan (Kota Mataram), - PLTD Taman (Kota Mataram),
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-7 NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi
- PLTD Gili Air (Kab. Lombok Utara), - PLTD Gili Meno (Kab. Lombok Utara), - PLTD Maringkik (Kab. Lombok Timur), - PLTD Taliwang (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Klawis (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Sekongkang (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Labuhan I (Kab. Sumbawa),
- PLTD Alas I (Kab. Sumbawa), - PLTD Sebotok (Kab. Sumbawa),
- PLTD Labuhan Haji (Kab. Lombok Timur), - PLTD Lebin (Kab. Sumbawa),
- PLTD Bugis Medang (Kab. Sumbawa), - PLTD Lunyuk (Kab. Sumbawa),
- PLTD Empang (Kab. Sumbawa), - PLTD Lantung (Kab. Sumbawa), - PLTD Mamak (Kab. Sumbawa), - PLTD Dompu (Kab. Dompu), - PLTD Kempo (Kab. Dompu), - PLTD Kwangko (Kab. Dompu), - PLTD Pekat (Kab. Dompu),
- PLTD Sampungu (Kab. Bima), - PLTD Sape (Kab. Bima), - PLTD Monta (Kab. Bima), - PLTD Kore (Kab. Bima), Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU)
- PLTU Jeranjang (Kabupaten Lombok Barat) - PLTU IPP Tahap I (Kab. Lombok Timur ) - PLTU IPP Tahap II (Kab. Lombok Barat) - PLTU Loan (Kab. Lombok Timur)
- PLTU IPP Alas (Kab. Sumbawa) - PLTU APLN (Kab. Bima)
- PLTU Bonto (Kota Bima) Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu (PLTB)
Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu, dan Bima Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA)
- PLTA Kokoq Putih (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Muntur (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Pekatan (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Brangbeh (Kabupaten Sumbawa) - PLTA Batulanteh (Kabupaten Sumbawa) Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH)
Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah Lombok Timur,
Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, dan Bima Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS)
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok
Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Bima.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-8 NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi
Panas Bumi (PLTPB)
- Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Maronge (Kabupaten
Sumbawa). Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang Laut (PLTGL)
Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Bima.
Seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Nusa Tenggara Barat
Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat 2009 - 2029
3. Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pada system jaringan telekomunikasi telah direncanakan lokasi dan lokasi yang ada akan dipertahankan. Pada perencanaan lokasi mengenai system jatingan
telekomunikasi yang ditetapkan oleh RTRW Provinsi NTB dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Telekomunikasi Provinsi NTB
NO Jenis Jariingan Lokasi
Jaringan Mikro Digital Perkotaan
Di wilayah Kota Mataram yaitu Selagalas-Mataram sepanjang 6 km.
Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Barat
Batulayar-Lembah Sari sepanjang 4 km dan Batulayar- Senteluk sepanjang 2 km.
Gerung-Kebon Ayu
Gunungsari-Dopang, Gunungsari-Guntur Macan (2km),
Gunungsari-Kekeri (5km), Gunungsari-Mambalan (3km), Gunungsari-Mekarsari (1,5 km),
Gunungsari- Penimbung (3 km).
Kayangan ke masing-masing: Dangiang (2 km), Gumantar (4 km), Salut ( 3 km).
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-9 NO Jenis Jariingan Lokasi
Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Utara
Bayan-Sambik Elen sepanjang 7 km.
Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Lombok Tengah
Batukliang-Tampaksiring sepanjang 3 km. Batukliang Utara ke masing-masing: Aik Berik (3
km), Aik Bukaq (2 km), Karang Sidemen (3 km), Lantan (2 km), Mas-mas (3 km) dan Setiling (3,5 km).
Janapria-Selebung Rembiga sepanjang 6 km. Kopang-Lendang sepanjang 4 km.
Praya ke masing-masing: Mertak Tombok (6 km) dan Semayan (3 km)
Praya Barat-Banyu Urip sepanjang 3 km. Praya Barat Daya ke masing-masing : Kabul (3
km) dan Montong Sapah (3,5 km).
Praya Tengah ke masing-masing: Beraim (6 km), Gerantung (7 km), Lajut (3 km), Pejanggik (2 km),
dan Sasake (2,5 km).
Peringgarata ke masing-masing: Murbaya (2 km), dan Sepakek (2,5 km).
Jerowaru-Sepapan sepanjang 6 km. Keruak-Mendana sepanjang 3 km.
Masbagik-Masbagik Utara sepanjang 2 km Sembalun-Sambelia sepanjang 20 km. Jaringan Mikro
Digital Perkotaan di Kabupaten
Sumbawa
Alas ke masing-masing: Juru Mapin (4 km), Labuan Burung (7 km), Matemega (6 km) dan Tarusa (6 km).
Badas-Labuan Aji sepanjang 6 km.
Batu Lanteh ke masing-masing: Bao Desa ( 6 km) dan Batu Dulang (10 km).
Empang ke masing-masing: Batu Lanteh (5 km), Labuan Aji (8 km), Labuan Jambu (100 km), Mata (21 km) dan Tolo Oi (27 km).
Labuan Badas ke masing-masing: Moyo Medang (24 km) dan Labuan Aji (16 km).
Lape Lopok-Labuan Kuris/Labuan Terata sepanjang 8,5 km.
Lunyuk ke masing-masing: Jamu (4 km), Mungkin (4,5 km) dan Kelais (6 km).
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-10 NO Jenis Jariingan Lokasi
Rhee-Rhee Loka sepanjang 1,5 km.
Sumbawa ke masing-masing: Jorok (1,5 km), Kerato (2 km), Kerekeh (3 km) dan Pelat (4,5 km). Utan-Labuan Bajo sepanjang 1,5 km.
Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten
Sumbawa Barat
Sekongkang ke masing-masing: Ai Kangkung (13 km) dan Tatar (11 km)
Seteluk-UPT Tambak Sari sepanjang 7,5 km. Taliwang-Sampir sepanjang 4 km.
Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Dompu
Dompu-Ambalawi sepanjang 40 km.
Kempo ke masing-masing: Kesi (24 km), So Nggaja (38 km) dan Tolokalo (29 km).
Kilo ke masing-masing Karama (21 km) dan Kiwu (28 km)
Manggalewa-Nangatumpu sepanjang 30 km Pajo-UPT Woko sepanjang 20 km
Pekat ke masing-masing: Pancasila (15 km) dan Tambora (20 km).
Jaringan Mikro Digital Perkotaan di Kabupaten Bima dan Kota Bima
Ambalawi ke masing-masing: Kole (2 km), Mawu (4 km), Rite (6 km) dan Talapati (9 km). Lambuwu ke masing-masing : Hidirasa (3 km), Kaleo (5 km), Lambo (3 km), Mangga (4 km) dan Nggelu (7 km).
Langgudu ke masing-masing : Doro O’o (3,5 km), Dumu (6 km, Kalodu (9 km), Kangga (4 km), Karampi (13 km), Kawuwu (16 km), Rumpe (19 km), UPT Doro O’o (23 km), UPT Laju (21 km), UPT Waworada (24 km), dan Waduroka (2 km). Madapangga ke masing-masing: Mpuri (4 km),
Ndano (11 km), Tonda (3 km) dan Woro (11 km). Monta ke masing-masing : Pela (3 km) dan Tolo
Oi (6 km).
Soromandi ke masing-masing: Sai (3 km) dan Sampungu (6 km).
RasanaE Barat ke masing-masing: SambinaE (3 k m), dan Santi (6 km).
RasanaE Timur ke masing-masing: Kendo (6 km), Lampe (8 km), Nitu (S15 km), Ntobo (16 km), Nungga (10 km) dan PananaE (13 km). Sanggar-Oesaro sepanjang 7 km.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-11 NO Jenis Jariingan Lokasi
(21 km).
Tambora ke masing-masing: Kawinda NaE (9km), Kawinda Toi (12 km), Labuhan Kenanga (16 km) dan Oi Panihi (19 km).
Wawo ke masing-masing : Kaboro (4 km), Kawa (6 km), Kuta (7 km), Ntori (8 km), Raba (11 km), Sambori (13 km) dan Tarlawi (19 km).
Wera ke masing-masing: Bala (14 km) dan Oitui (17 km);
Woha ke masing-masing: Rabakodo (8 km) dan Waduwani (17 km).
Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2010 – 2030
4. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Rencana pengelolaan sistem jaringan prasarana sumberdaya air wilayah provinsi terdiri dari sistem prasarana sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah provinsi dan rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumberdaya air provinsi.
Pada Sistem prasarana sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi :
A. Wilayah Sungai (WS) strategis nasional adalah WS Pulau Lombok yang meliputi Daerah Aliran sungai (DAS) Dodokan, DAS Menanga, DAS Putih dan DAS Jelateng; B. Sistem jaringan irigasi nasional meliputi: Bendungan Batujai, Bendungan Pengga,
Bendungan Mamak, Bendungan Batu Bulan, Bendungan Tiu Kulit, Bendungan Gapit, Bendungan Pelaparado, Bendungan Sumi, dan Bendungan Plara; dan
C. Daerah Irigasi (DI) nasional meliputi : DI nasional lintas kabupaten/kota dan DI nasional utuh kabupaten/kota.
Sistem jaringan prasarana sumberdaya air provinsi NTB terdiri dari :
A. WS Lintas kabupaten/kota meliputi WS Sumbawa dan WS Bima- Dompu;
B. sistem jaringan irigasi provinsi meliputi bendungan, bendung, jaringan saluran irigasi, dan daerah irigasi; dan
C. sistem jaringan air bersih provinsi meliputi jaringan perpipaan air minum, saluran perpipaan air baku, dan instalasi air minum.
WS Sumbawa meliputi: DAS Moyo Hulu, DAS Rhee, DAS Jereweh, DAS Beh, DAS Bako, DAS Ampang, dan DAS Moyo. WS Bima-Dompu meliputi: DAS Baka, DAS Hoddo, DAS Banggo, DAS Parado, DAS Rimba dan DAS Sari.
5. Sistem Jaringan Persampahan
Sistem jaringan prasarana persampahan Provinsi NTB meliputi:
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-12 B. Pengembangan Tempat Pembuangan Akhir lintas kabupaten/kota lainnya.
6. Sistem Jaringan Sanitasi
Sistem jaringan prasarana sanitasi wilayah Provinsi NTB meliputi :
A. sistem perpipaan air limbah provinsi di Mataram Metro (Kota Mataram dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat);
B. instalasi pengolahan air limbah di Mataram Metro (Kota Mataram dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat); dan
C. pengembangan instalasi pengolahan air limbah lintas kabupaten/kota D. lainnya.
Pada subbab ini memiliki muatan rencana kawasan lindung dan budidaya yang direncanakan
pada Provinsi NTB. Berikut akan dijelaskan rencana yang ditetapkan.
- Rencana Pengembangan Kawasan Lindung
Kawasan lindung nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi:
1. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya nasional meliputi Hutan Lindung, dan Kawasan resapan air;
2. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya nasional meliputi: Cagar Alam (CA.), Suaka Margasatwa (SM.), Taman Nasional (TN.) Gunung Rinjani, Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa dan Taman Wisata Alam (TWA); dan
3. kawasan lindung nasional lainnya adalah Taman Buru (TB) Pulau Moyo dan Taman Buru (TB) Tambora Selatan.
Sedangkan Kawasan Lindung pada provinsi NTB dapat dilihat pada table di bawah ini
Tabel 3.3 Penetapan Rencana Luasan Kawasan Lindung
NO JENIS JARINGAN LOKASI 1 Kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan dibawahnya
a. Hutan Lindung (HL) Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Utara seluas ± 35.785,16 ha
Kabupaten Lombok Tengah seluas ± 10.857,54 ha Kabupaten Lombok Timur seluas ± 31.498,67 ha Kabupaten Sumbawa seluas ± 168.667,68 ha Kabupaten Sumbawa Barat seluas ± 66.230,71 ha Kabupaten Dompu seluas ± 51.482,59 ha
Kabupaten Bima seluas ± 83.189,91 ha
b. Kawasan Resapan Air Diarahkan di Kawasan Gunung Rinjani, Kawasan Selatan Pulau Lombok; dan Kawasan Gunung Tambora
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-13 NO JENIS JARINGAN LOKASI
(KSA), Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Nasional
KSA Pulau Panjang seluas ± 1.641,25 ha. berada di
Kabupaten Sumbawa.
CA. Pulau Sangiang seluas ± 7.492,75 ha. berada di
Kabupaten Bima.
CA. Tambora Selatan seluas ± 23.840,81 ha. berada di
Kabupaten
Bima dan Kabupaten Dompu.
CA. Pedauh seluas ± 543,5 ha. berada di Kabupaten
Sumbawa Barat.
CA. Tofo Kota Lambu seluas ± 3.338 ha. berada di
Kabupaten Bima.
KSA Jereweh seluas ± 3.718,868
Suaka Margasatwa (SM.) yang meliputi :
SM. Lunyuk seluas ± 3.000 ha. berada di Kabupaten
Sumbawa.
SM. Tambora Selatan seluas ± 11.670 ha. berada di
Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.
Taman Nasional (TN.) Gunung Rinjani seluas ± 41.330 ha.
berada di
Kabupaten Lombok Utara seluas ±10.210 ha, di Kabupaten
Lombok Tengah seluas ± 3.675 ha dan Kabupaten Lombok Timur seluas ± 27.445 ha.
Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa seluas ± 3.155 ha.
berada di Kabupaten Lombok Barat.
Taman Wisata Alam (TWA.) yang meliputi :
TWA Bangko Bangko seluas ± 2.169 ha. berada di
Kabupaten Lombok Barat.
TWA. Danau Rawa Taliwang seluas ± 1.406 ha. berada di
Kabupaten Sumbawa Barat.
TWA. Gunung Tunak seluas ± 624 ha. berada di Kabupaten
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-14 NO JENIS JARINGAN LOKASI
TWA. Kerandangan seluas ± 320 ha. berada di Kabupaten
Lombok Barat.
TW Perairan Laut Gili Meno- Air-Trawangan seluas ± 2.954
ha. berada di Kabupaten Lombok Utara.
TWA Laut Pulau Moyo seluas ± 6.000 ha. berada di
TWA. Suranadi seluas ± 52 ha berada di Kabupaten Lombok
Barat.
TWA Tanjung Tampa seluas ± 2000 ha berada di Kabupaten
Sumbawa.
TWA Laut Gili Banta seluas ± 7.896 ha berada di Kabupaten
Bima.
TWA Laut Gili Sulat seluas ± 999,003 ha dan Gili Lawang
seluas ± 669,174 ha berada di Kabupaten Lombok Timur.
Kawasan Lindung Lainnya Nasional adalah Taman Buru (TB.)
TB. Pulau Moyo seluas ± 22.250 ha berada di Kabupaten
Sumbawa.
TB. Tambora Selatan seluas ± 26.130,15 ha berada di
Kabupaten Bima dan di Kabupaten Dompu .
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan sempadan pantai, diarahkan pada kawasan
sepanjang tepian pantai sejauh antara 30 - 250 meter dari garis pasang tertinggi secara proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai;
Kawasan sempadan sungai, diarahkan pada sungai-sungai
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-15 NO JENIS JARINGAN LOKASI
Kawasan sekitar danau atau waduk diarahkan ke seluruh
kawasan sekitar danau dan waduk yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa (Segara Anak, Batujai, Mujur, Pandanduri Swangi, Pengga, Beringin Sila, Labangka, Mamak, Lebok, Taliwang, Bintang Bano, Tiu Kulit, Batu Bulan, Pelara, Gapit, Pelaparado, Campa, Rababaka, Sumi), lebarnya berimbang dengan bentuk kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari garis pasang tertinggi ke arah darat; Kawasan Hutan Kota yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikembangkan pada seluruh ibukota Kabupaten dan Kota.
Sumber: Rencana Tata Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2009 - 2029
-
Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
Pada rencana Kawasan Budidaya, Provinsi NTB memeiliki beberapa bagian yang direncanakan. Pada rencana kawasan budidaya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu kawasan budidaya yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang terkait dengan wilayah provinsi NTB dan kawasan budidaya provinsi NTB.
Kawasan budidaya nasional yang terkait dengan wilayah provinsi NTB meliputi :
1. Kawasan Andalan terdiri dari:
A. Kawasan Andalan Lombok dan sekitarnya dengan sector unggulan : pertanian, perikanan laut, pariwisata, industri, dan pertambangan;
B. Kawasan Andalan Sumbawa dan sekitarnya dengan sector unggulan: pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan perikanan
C. Kawasan Andalan Bima dan sekitarnya dengan sektor unggulan : pertanian, pariwisata, perikanan, industri dan pertambangan.
2. Kawasan Andalan Laut adalah Kawasan Andalan Perairan Selat Lombok dengan sektor unggulan : perikanan laut dan pariwisata.
Sedangkan, untuk Kawasan Budidaya yang direncanakan pada Provinsi NTB adalah:
1. kawasan peruntukan hutan produksi tetap dan terbatas
2. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura berada di kawasan pertanian lahan basah, lahan kering, dan kawasan pertanian hortikultura.
3. kawasan peruntukan perkebunan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-16 4. kawasan peruntukan peternakan
Kawasan peruntukan peternakan berada tersebar di wilayah provinsi untuk alokasi peningkatan jumlah ternak, penggemukan ternak, pembibitan ternak, penyediaan pakan ternak, dan pengembangan industri pengolahan hasil ternak.
5. kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan meliputi pertambangan mineral logam, mineral bukan logam dan batuan berada pada zona tertentu di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
6. kawasan peruntukan pariwisata
A. Pulau Lombok, meliputi: Senggigi dan sekitarnya, Suranadi dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Benang Stokel dan sekitarnya, Dusun Sade dan sekitarnya; Selong Belanak dan sekitarnya, Kuta dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya; Gili Indah dan sekitarnya, Gunung Rinjani dan sekitarnya; dan
B. Pulau Sumbawa, meliputi: Maluk dan sekitarnya; Pulau Moyo dan sekitarnya; Hu’u dan sekitarnya, Teluk Bima dan sekitarnya, Sape dan sekitarnya; Gunung Tambora dan sekitarnya.
7. kawasan peruntukan perikanan, kelautan dan pulau-pulau kecil
A. Pulau Lombok, meliputi: Gili Indah dan sekitarnya, Senggigi dan sekitarnya, Lembar dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Teluk Sepi dan sekitarnya, Kuta, Awang dan sekitarnya, Tanjung Luar dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya, dan Labuhan Lombok dan sekitarnya; dan
B. Pulau Sumbawa, meliputi: Alas - Pantai Utara Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya ; Teluk Saleh dan sekitarnya; dan Labuhan Lalar, Maluk dan sekitarnya; Teluk Sanggar dan sekitarnya; Teluk Cempi dan sekitarnya; Waworada dan sekitarnya; Teluk Bima dan sekitarnya; dan Sape dan sekitarnya.
8. kawasan peruntukan industry
A. Kawasan Agroindustri berada di Gerung, Kediri, Labuapi, Sekotong, Bayan, Kayangan, Gangga, Batukliang, Praya Barat, Praya Timur, Jonggat, Batukliang Utara, Praya Barat, Praya Timur, Pringgarata, Pujut, Selong, Masbagik, Aikmel, Pringgabaya, Labuhan Haji, Jerowaru, Jereweh, Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Alas, Utan, Rhee, Sumbawa, Moyohulu, Moyohilir, Lape Lopok, Plampang, Empang, Dompu, Kempo, Bolo, Woha, Belo, Wawo, Sape, dan RasanaE; dan
B. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah berada di Labuapi, Kediri, Gerung, Tanjung, Pemenang, Praya, Batukliang, Kopang, Masbagik, Aikmel, Labuhan Haji, Jereweh, Alas, Sumbawa, Empang, Plampang, Dompu, Kempo, Hu’u, Bolo, Woha Sape, dan Pajo.dan RasanaE.
9. kawasan peruntukan permukiman; dan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-17 B. kawasan permukiman perdesaan berada diluar kawasan perkotaan yang didominasi oleh
penggunaan lahan sawah dan perkebunan. 10. kawasan peruntukan lainnya.
3.3 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok
Timur
Ditinjau dari kondisi yang ada saat ini, Kabupaten Lombok Timur memiliki kondisi yang beraneka ragam baik sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun tingkat perkembangan wilayahnya. Oleh karenanya diperlukan strategi pengembangan wilayah agar pertumbuhan dapat optimal, terarah, dan tidak terjadi pertumbuhan yang tidak seimbang antara wilayah yang satu dengan yang lainnya.
3.3.1 Rencana Struktur Ruang Kabuapten Lombok Timur
Strategi yang diperlukan berkaitan dengan hal tersebut adalah dengan membuat sistem perwilayahan dengan pusat pertumbuhan pada masing-masing wilayah pengembangan dan diharapkan berawal dari wilayah yang ditentukan sebagai pusat pertumbuhan tersebut, akan memberikan dampak pertumbuhan terhadap wilayah-wilayah pendukung di satuan wilayah yang bersangkutan.
Secara konseptual strategi tersebut diwujudkan dengan membuat struktur Tata Ruang Wilayah. Dalam membuat struktur tata ruang wilayah Kabupaten Lombok Timur, dikembangkan dengan menentukan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) sebagai upaya membuat regionalisasi di Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dengan menekankan kemandirian terhadap wilayah kecamatan di Kabupaten Lombok Timur.
Berdasarkan kondisi dan potensi di masing-masing wilayah dan sekaligus telah ditentukannya hirarki seluruh ibu kota kecamatan tersebut maka pada akhirnya dapat dibuat rasionalisasi Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) dan pusatnya beserta prioritas pengembangan dan fungsi kawasan.
Adapun SWP Kabupaten Lombok Timur terbagi menjadi 4 SSWP yaitu :
1. SSWP Utara, pusatnya di Kecamatan Aikmel dengan kecamatan pendukungnya adalah: Kecamatan Pringgabaya, Kecamatan Sambelia, Kecamatan Wanasaba dan Kecamatan Suela
2. SSWP Tengah, dengan pusatnya di Kecamatan Selong dan wilayah pendukungnya adalah: Kecamatan Masbagik, Kecamatan Sukamulia, Kecamatan Suralaga, Kecamatan Labuhan Haji dan Kecamatan Pringgasela.
3. SSWP Barat, pusat pengembangan di Kecamatan Terara dengan wilayah pendukung Kecamatan Montong Gading, Kecamatan Sikur, Sakra, Sakra Barat dan Kecamatan Sakra Timur.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-18
3.3.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Lombok Timur
Dalam penetapan kawasan lindung harus dikaitkan dengan konteks keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan dalam arti yang lebih luas. Dalam hal ini penetapan tersebut tidak harus didasarkan pada faktor fisiknya saja namun juga dalam rangka keseimbangan hidrologis, keseimbangan flora dan fauna, perlindungan cagar alam dan perlindungan terhadap dampak lingkungan lainnya.
1. Strategi Pengembangan
Pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Lombok Timur diutamakan untuk perlindungan (konservasi) terhadap tanah dan air. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung di Kabupaten Lombok Timur berada pada ketinggian > 1000 m dpl dengan elevasi lahan. Dimana kawasan tersebut dapat menjaga kelangsungan sumber air di kawasan yang ada dibawahnya dan melindungi tanah dari bahaya erosi dan pengikisan oleh aliran air permukaan baik sungai maupun karena hujan. Dengan demikian strategi penataan kawasan lindung lebih diarahkan ke upaya melakukan konservasi tanah dan air. Strategi Konservasi tanah dan Air, ada beberapa, yaitu: Metode vegetatif
Adapun yang termasuk metode vegetatif dalam strategi konservasi tanah dan air adalah - Penanaman dengan tanaman penutup tanah
- Penanaman dalam stripcropping - Penanaman berganda
- Pemakaian mulsa
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-20 Metode fisik/mekanis
Konservasi sumber daya tanah dan air secara mekanis pada dasarnya ditujukan untuk :
- Memperkecil aliran permukaan sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak. - Menampung dan menyalurkan aliran permukaan pada bangunan tertentu yang telah
dipersiapkan.
Salah satu metode mekanis dalam strategi konservasi tanah dan air adalah pembuatan teras. Tujuan utama pembuatan teras adalah guna mengurangi panjang lereng, sehingga dapat memperkecil aliran permukaan. Disamping itu pembuatan teras juga memberi kesempatan air untuk meresap kedalam tanah (infiltrasi). Berdasarkan bentuk dan fungsinya dikenal empat macam teras, yakni ;
- Teras datar - Teras kredit - Teras pematang - Teras bangku Metode kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan terjadinya erosi, sehingga ada beberapa macam bahan pemantap tanah dengan menggunakan bahan kimia dalam bentuk emulsi atau larutan. Dan cara dalam penggunaan bahan tersebut adalah :
- Bahan kimia dan larutan tersebut dicampur dengan air dan disemprotkan ke tanah sambil di aduk/dicangkul
- Disemprotkan tanpa ada pengadukan/pengolahan tanah
- Pemakaian setempat, artinya bahan kimia digunakan pada tempat tertentu yang akan ditanami. Ini sering digunakan pada tanaman tahunan.
2. Arahan Kebijaksanaan
Dalam upaya meningkatkan kelestarian dan perlindungan terhadap kawasan lindung yang merupakan wilayah penting dalam melindungi kawasan bawahannya diperlukan kebijakan, antara lain :
Adanya upaya kerjasama antar wilayah kabupaten dalam pengelolaan kelestarian hutan
lindung terutama diwilayah perbatasan
Meningkatkan penyuluhan terhadap masyarakat setempat, tentang larangan terhadap
penebangan liar yang dapat merusak kawaan konservasi tersebut. Dan adanya pembatas antara perkembangan permukiman penduduk dengan wilayah hutan
Menetapkan perda tentang kawasan lindung dan adanya sanksi terhadap eksploitasi hutan
yang tidak sesuai dengan konsep konservasi.
Pada dasarnya kawasan lindung ini tidak boleh ada kegiatan manusia yang dapat
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-21 Pada bagian wilayah yang penggunaan tanahnya saat ini belum sesuai dengan fungsi
lindung terbatas, masih dapat diatasi dengan menggunakan teknik-teknik konservasi sumberdaya tanah dan air untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi lindung dan penggunaan lahan yang ada saat ini hendaknya ditata kembali dan disesuaikan dengan teknik pengolahan lahan yang sesuai.
Pada bagian wilayah yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna, geologis, bangunan
budaya yang digunakan sebagai pariwisata budaya dikembangkan secara sangat terbatas artinya sarana dan prasarana penunjangnya ditempatkan di luar kawasan ini dan diberi perlindungan dari intervensi manusia.
Kegiatan pertambangan harus diikuti dengan usaha mereklamasi atau merehabilitas
lahan-lahan yang telah dibuka atau dirusak dengan teknologi secara tepat.
Peningkatan daya dukung tanah dan sumber air sehingga perlu dilakukan peningkatan
populasi atau jumlah vegetasi terutama vegetasi yang mampu menyerap air dengan menata kembali pola vegetasi di lingkungan tersebut sesuai dengan fungsi kawasan, termsuk dalam usaha ini adalah perubahan penggunaan tanah yang rusak/kritis, tandus, semak, rumput, padang alang-alang menjadi kawasan lindung.
Menurut kebijakan di RTRW Propinsi NTB untuk kawasan lindung mutlak terdapat di sekitar
Gunung Rinjani (Sembalun), Aikmel, dan Pringgasela. Untuk kawasan lindung lainnya tersebar di sekitar wilayah Aikmel, Sambelia, Keruak. Sedangkan kawasan suaka margasatwa terdapat di Aikmel, Pringgasela, dan Sikur. Dan pelestarian terhadap cagar budaya berupa Makam Selaparang, Makam Buaq Bakang, Makam Tanjung, Kenaot, Balai Beleq. Untuk kawasan rawan bencana terdapat di sekitar Pringgasela dan Sambelia.
A. Kawasan Permukiman
1. Strategi Pengembangan
Untuk pengembangan kawasan budidaya ini juga harus memperhatikan kondisi yang ada, misalnya dalam hal kelerengan dan ketinggian lokasi dari permukaan air laut merupakan faktor penting dalam pengembangan kawasan pertanian dan permukiman.
- Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman, dalam pengembangan kawasan tersebut harus mengedepankan aspek kelestarian, konservasi, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Menghindari pola perkembangan pemukiman yang sifatnya linier sesuai dengan
kondisi jalan, untuk mengantisipasi perkembangan wilayah yang memusat, maka pola perkembangan pemukiman dibuat menyebar dengan ketersediaan fasilitas penunjang yang memadai sesuai standard kebutuhan kota.
Penentuan GSB yang jelas pada kawasan yang belum dibangun pemukiman guna
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-22 mendatang. Berdasarkan kecenderungan perkembangan saat ini, pola pemukiman di wilayah kota dan Kabupaten Lombok Timur secara umum berkembang secara alami sesuai dengan ruas jalan, sehingga dikhawatirkan akan semakin memakan badan jalan.
Peningkatan kualitas bangunan dan lingkungan sekitar pemukiman pada daerah –
daerah terbelakang/kampung kota melalui program P3KT atau melalui kegiatan gentingisasi, betonisasi, penyediaan sanitasi/MCK yang lebih baik, hal ini diarahkan untuk mengubah citra kampung kota menjadi lebih baik.
- Permukiman Perdesaan
Mengarahkan pengembangan pemukiman agar membentuk pola menyebar
Membatasi perkembangan pemukiman disepanjang jalan utama dengan membuat
ketentuan GSB yang ideal untuk mengantisipasi pengembangan jaringan jalan pada masa mendatang, pengembangan ini terutama pada ruas jalan nasional dan Jalan arteri primer yang ada di Kabupaten Lombok Timur
Pengaturan terhadap luas tanah terbangun dan tidak terbangun pada kawasan
pengembangan permukiman.
Perlu adanya pencadangan tanah kosong atau pekarangan pada masing-masing unit
rumah, yang dapat digunakan untuk kegiatan seperti bercocok tanam dan sebagainya, sehingga lebih bernilai ekonomis.
Pemisahan antara perumahan dan tempat hunian ternak untuk menjamin tingkat
kesehatan penghuni rumah.
Perluasan areal yang akan digunakan untuk permukiman sedapat mungkin
menggunakan tanah yang tidak termasuk tanah subur atau beririgasi teknis dan ½ teknis.
2. Arahan Kebijaksanaan
Untuk mendukung beberapa strategi diatas, maka arahan kebijaksanaan yang dapat dikembangkan antara lain:
Menetapkan peraturan mengenai GSB (garis sempadan bangunan) pada setiap kawasan yang terbagi atas :
- Damija - Damaja - Dawasja
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-23 B. Kawasan Pertanian
1. Strategi Pengembangan
Untuk mengatasi pengurangan lahan pertanian serta untuk menjaga kualitas produksi hasil pertanian, maka ada beberapa strategi pengembangan yang dapat dilakukan, antara lain:
Mengembangkan sentra produksi tanaman pertanian pada masing-masing wilayah
Kecamatan sesuai dengan jenis tanaman yang sesuai dengan jenis tanaman yang cocok dan produksi yang dominan
Pembatasan kegiatan pengembangan pertanian pada kawasan konservasi Menjaga kualitas lahan, melalui kegiatan pergiliran budidaya tanaman pertanian
Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pertanian melalui kegiatan intensifikasi dan
pemanfaatan teknologi tepat guna
Mempertahankan fungsi kawasan pertanian yang sudah ada, sesuai dengan
peruntukannya
Kegiatan ekstensifikasi dapat dilakukan melalui peningkatan kelas lahan perkebunan
menjadi lahan pertanian produktif.
Menetapkan sentra pengembangan kegiatan pertanian pada masing-masing wilayah
2. Kebijaksanaan Pengembangan
Untuk mendukung hal tersebut, maka kebijaksanaan pengembangan yang dapat dilakukan, antara lain dengan;
Membatasi kegiatan pembangunan disekitar kawasan pertanian potensial, dengan
menyusun perda sebagai satu dasar hukum yang mengatur pembatasan kegiatan pembangunan disekitar kawasan pertanian potensial
Upaya ekstensifikasi pertanian, dilaksanakan berdasarkan pertimbangan aspek daya
dukung tanah, daya dukung pengairan/irigasi, dan produktivitas lahan pertanian yang ada saat ini.
C. Kawasan Perikanan
1. Strategi Pengembangan
Peningkatan kuantitas hasil tangkapan melalui pemanfaatan teknologi penangkapan yang lebih modern
Perluasan pangsa pasar, dengan memanfaatkan teknologi informasi serta promosi yang
gencar oleh aparat pemerintah maupun masyarakat secara umum
Peningkatan kualitas hasil tangkapan dengan sistem pengemasan yang lebih baik Mengoptimalkan fungsi koperasi nelayan sebagai tulang punggung pemenuhan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-24 2. Arahan Kebijaksanaan
Potensi kelautan adalah sumber daya alam yang terbatas, untuk itu dalam
pengembangannya harus memperhatikan prinsip lestari dan seimbang.
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sistem penangkapan yang sesuai
dengan kaidah praktis, ekonomis dan efisien.
Mengembangkan pola pemasaran yang terintegral dengan linkage ekonomi lainnya. Perluasan kegiatan pengembangan perikanan terutama bagi wilayah yang memilki
potensi periukanan yang potensial.
D. Kawasan Khusus/Pesisir Laut
1. Strategi Pengembangan
Kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan khusus disini ditekankan pada kawasan pesisir. Dan beberapa gili yang ada disekitarnya. karena sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah wilayah Pesisir yang perlu dikembangkan terutama di kawasan Pemokong, Keruak, Labuhan Haji, dan Pringgabaya, maka strategi yang dapat dilakukan melalui:
Menyeimbangkan kegiatan pembangunan antara daerah pesisir dan daratan untuk
mencegah terjadinya kesenjangan antar wilayah
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk wilayah pesisir
Peningkatan kualitas hidup masyarakat yang berada diwilayah pesisir an penduduk yang
ada di pulau/gili, dengan menyediakan sarana dan prasarana yang lebih memadai Memperhatikan manajemen sarana dan prasarana produksi melalui ketepatan waktu,
ketepatan jumlah dan ketetapan mutu.
Memperhatikan dan melihat peluang pasar di Luar negeri yang cukup potensial, dimana
diarahkan melalui strategi pemasaran yang tepat (strategi produk, promosi, tempat dan harga).
Perlu adanya penelitian yang lebih endalam untuk mengetahui secara pasti potensi
pencemaran logam berat terhadap ikan dan organisme laut lainnya. 2. Kebijaksanaan Pengembangan
Mengingat potensi wilayah pesisir Kabupaten Lombok Timur cukup besar, maka
diperlukan pengelolaan yang optimal untuk mendukung kemajuan wilayah
Wilayah Pesisir adalah bagian terintegral dari seluruh wilayah daratan Kabupaten
Lombok Timur, untuk itu perlu adanya pemerataan pembangunan secara berimbang Wilayah Pesisir dan sekitarnya adalah merupakan suatu ekosistem yang saling terkait
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-25 Kerjasama dengan berbagai pihak antara lain dengan negara Jepang dalam proyek
pelestarian hutan bakau yang ada di Gili Sulat dan Sekitarnya atau adanya rehabilitasi hutan bakau yang telah rusak, dengan sistem tebang pilih.
Memperhatikan kuantitas produk yang tinggi dengan cara pemakaian teknologi yang
tepat guna, seperti sistem Long Line
Memperhatikan kualitas produk yang selama ini rendah dengan memperbaiki sistem
waktu panen dan teknologi pasca panen yang tepat, serta sistem penjemuran bukan langsung diatas pasir (misaknya diatas plastik atau pelataran yang terbuat dari kayu/ppn). Hasil yang diharapkan dengan manajemen semacam ini adalah terciptanya kualitas produksi yang semakin baik yang akan berdampak pada peningkatan harga menjadi lebih tinggi
E. Strategi Pengembangan Sektor Ekonomi
1. Strategi Pengembangan
Ekonomi bisa mapan kalau ada keseimbangan investasi yang didukung oleh segenap potensi masyarakat secara bersama, secara bersinergi membentuk suatu komponen yang dapat meningkatkan produktifitas di berbagai sektor. Adapun strategi yang dilakukan adalah : Meningkatkan produktifitas pertanian tanaman pangan, hortikultura, serta kebun
Mengembangkan usaha baru dengan bahan dasar dari hasil produksi tanaman yang ada di wilayah, misal : Kelapa dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan nata de coco, kayu bangunan, anyaman, minyak, dan kopra, dan airnya digunakan sebagai bahan pembuatan kecap. Dengan demikian akan membuka lapangan kerja baru.
Sistem kerjasama kemitraan dengan perusahaan/bapak angkat dengan hasil keuntungan yang seimbang.
Berusaha mencari informasi tentang cara penanaman, permodalan, dan peluang pasar. Adanya keterkaitan antara sektor akan dapat menunjang peningkatan pendapatan
daerah, misalnya : adanya sentra pengembangan berbagai kerajinan yang lokasinya dekat dengan obyek wisata andalan atau pengembangan sistem agro-eco-turism. 2. Kebijaksanaan Pengembangan
Mengoptimalkan kegiatan investasi pada sektor unggulan
Kegiatan yang dimuculkan mempunyai kaitan depan dan kebelakang sehingga ada
kesinambungan dalam proses pembangunan ekonomi jangka panjang
Penyediaan dan pemeliharaan prasarana penunjang termasuk komunikasi dan informasi
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-26 Melibatkan masyarakat sebagai pelaku ekonomi melalui sistem berantai yang mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi secara simultan dan berlanjut
Dalam jangka panjang keserasian dengan lingkungan hidup harus tetap terjaga
sehingga berkelanjutan akan tetap dapat dilaksanakan selamanya.
Untuk menciptakan keseimbangan antar wilayah perlu dilakukan kajian yang menerus
tentang perbedaan distribusi pendapatan sehingga perlu dilakukan pendekatan keruangan agar terjadi pertumbuhan yang seimbang di berbagai wilayah.
Perkembangan produksi harus kompetitif dalam hal mutu dan harga sehingga mampu
bersaing dengan wilayah lainnya
Dalam skala yang luas diperlukan kerja sama dengan pihak swasta (investor) untuk
meningkatkan produksi dan dalam penggalian diversifikasi hasil pertanian atau industri dan penerapan teknologi tepat guna dapat melibatkan perguruan tinggi.
Melakukan koordinasi terus menerus antara masyarakat, pemerintah dan swasta. Peran serta koperasi dengan melalui pembinaan dan kontrol managemen yang
proposional. F. Sektor Pariwisata
1. Strategi Pengembangan
Pengembangan sistem paket wisata yang menggabungkan antara wisata yang telah
berkembang dengan obyek-obyek wisata yang belum berkembang sehingga akan saling mendukung
Mengembangkan atraksi penunjang wisata utama sesuai dengan potensi yang dimiliki
oleh wilayah wisata potensial
Penyediaan akomodasi wisata yang lebih memadai sesuai dengan standard kebutuhan
wisata
Menetapkan pangsa pasar wisata, sehingga dapat ditentukan jenis sarana yang
dibutuhkan pada masing-masing jenis obyek wisata
Sub Kawasan wisata Pantai Surga dan sekitamya, aktivitas wisata andalan terdapat
pada wisata kepulauan (gill-gili), berjemur, mandi/berenanq, pemandangan slam pantai, dan tempat tertentu dapat melihat matahari terbit (sunrise) dan selancar (surfing) terutama di Pantai Surga (Tanjung Sangulap) dan Pantai Kaliantan.
Sub Kawasan wisata Gili Kere dan sekitarnya, aktivitas wisata yang menonjol terdapat
pada wisata kepulauan (gili-gili), berjemur, mandi/berenang, snorkelling dan menyelam (diving), dan di tempat tertentu dapat melihat matahari terbit (sunrise) dengan atraksi atraktif pada Pulau Sumbawa yang dapat terlihat.
Dari obyek wisata andalan pada kawasan wisata pegunungan ini terdapat pada wisata
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-27 ini didukung dengan,wisata budaya pada desa tradisional di Senam, Segenter-Bayan, Sebalun Lawang, Sembalun Bumbung; dan lain sebagainya.
2. Kebijaksanaan Pengembangan
Organisasi dan Struktur Tata Ruang Pariwisata harus merupakan satu sistem
linkage/keterhubungan antara kawasan wisata yang kurang berkembang dengan kawasan wisata yang telah berkembang dan dikenal oleh wisatawan
Kesiapan internal setiap kawasan wisata dalam penyediaan kebutuhan dasar
wisatawan, mencakup akomodasi dan fasilitas penunjang lainnya
Menetapkan pangsa pasar setiap obyek wisata, sehingga fasilitas yang disediakan
sesuai dengan kebutuhan wisatawan yang berkunjung.
Dalam pengembangannya harus tetap mempertimbangkan aspek konservasi dan kelestarian sekitar obyek wisata, termasuk
Untuk menjaga kelestarian wisata pulau/gili, maka penyediaan obyek wisata
dilaksanakan didaerah daratan/pantai
Menurut kebijakan Rencana Tata Ruang Pesisir propinsi NTB di sebutkan bahwa zona
pariwisata bahari terdapat di zona: Kawasan Wisata Bahari IV
Kawasan- wisata bahari IV ini berada di Pulau Lombok bagian selatan - timur yang terdiri dua sub kawasan wisata.
a. Sub Kawasan wisata Pantai Surga dan sekitamya, dengan obyek wisata unggulannya adalah ;
- Pantai Surga - Pantai Kaliantan - Teluk Ekas
b. Sub Kawasan wisata Gili Kere dan sekitamya, dengan obyek wisata unggulan ;
- Gili Kere - Gili Merengke - Gili Belek - Gili Re
Kawasan Wisata Bahari V
Kawasan wisata bahari ini terletak di Pulau Lombok sebelah utara-timur yang terdiri dari dua sub kawasan wisata yaitu :
a. Sub Kawasan wisata Gili Sulat dan sekitarnya, dengan obyek wisata unggulan :
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-28 b. Sub Kawasan wisata Gili Bidara dan sekitamya, dengan obyek wisata unggulan :
- Gili Bidets atau Gili Bagik - Gili Petagan atau Gili Lampu - Gili Konda
Kawasan wisata pegunungan unggulan Propinsi Nusa Tenggara Barat diarahkan
pada dua kawasan wisata pegunungan yaitu :
Kawasan Wisata Pegunungan I (Rinjani dan sekitarnya)
Tempat - tempat di kawasan wisata pegunungan Rinjani dan sekitarnya yang potensial dijadikan sebagai obyek wisata pegunungan adalah :
Danau Segara Anak, sumber air panas Aik Kalak, dan pemandangan alam di base
camp Segara Anak. Kawah Gunung Rinjani Puncak Gunung Rinjani
Gunung Barujari (Anak Gunung Rinjani)
Pemandangan alam di Sekitar Puncak Rinjani dengan padang Sabana dan tumbuhan
pegunungan lainnya seperti edleways yaitu di Sembalun Lawang dan di Plawangan Senaru dan Plawangan Sembalun.
Air terjun terutama air terjun Sindanggile dan Jeruk Manis Sumber mata air seperti di Otak Kokok Gading dan Lemor. Sumber mata air panas Kanyen
Pemandangan alam dan tempat peristirahatan di kaki/lereng Gunung Rinjani seperti di
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-29
3.4 Masterplan
Percepatan
dan
Perluasan
Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.
Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan factor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
Berdasarkan Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) menurut Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011. NTB masuk ke dalam koridor ekonomi Bali - Nusa Tenggara. Pada Koridor Bali dan Nusa Tenggara dalam pengembangan ekonomi terlebih dahulu melihat kontribusi PDRB di tiap kawasan di Bali dan Nusa Tenggra. Untuk Kontribusi PDRB pada tiap provinsi dalam wilayah penetapan MP3EI dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber: Bahan Presentasi “Konsep Pembangunan Kepariwisataan Koridor Ekonomi Bali-NTB-NTT”, Kemenbudpar, 2011
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-30 Perikanan dan peternakan didasarkan pada masalah yang dihadapai di Koridor Bali – Nusa Tenggara
3.4.1 Sektor Pariwisata
Beberapa strategi umum untuk dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan selama berkunjung ke Bali – Nusa Tenggara, antara lain:
Meningkatkan keamanan di dalam Koridor Bali – Nusa Tenggara, antara lain melalu penerapan system keamanan yang ketat;
Melakukan pemasaran dan promosi yang lebih fokus dengan target pasar yang lebih jelas. Strategi pemasaran untuk setiap negara asal wisatawan perlu disesuaikan dengan menerapkan tema ”Wonderful Indonesia, Wonderful Nature, Wonderful Culture, Wonderful People, Wonderful Culliner,dan Wonderful Price”. Kegiatan pemasaran dan promosi ini diharapkan dapat membuat Bali menjadi etalase pariwisata dan meningkatkan
citra Bali sebagai tujuan utama pariwisata dunia;
Memberdayakan Bali Tourism Board untuk mengkoordinasikan usaha pemasaran dan promosi Bali;
Meningkatkan pengembangan destinasi pariwisata di wilayah Bali Utara dalam rangka meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan dan lama tinggal wisatawan;
Meningkatkan destinasi pariwisata di luar Bali (Bali and Beyond) dengan menjadikan Bali sebagai pintu gerbang utama pariwisata Indonesia seperti wisata pantai (Bali, Lombok, NTT), wisata budaya (Bali), wisata pegunungan (Jatim, Bali, Lombok), dan wisata satwa langka (Pulau Komodo). Kunci sukses dari strategi ini adalah dengan pengadaan akses seperti peningkatan rute penerbangan ke daerah-daerah pariwisata di sekitar Bali, yang disertai pemasaran yang kuat dan terarah;
Meningkatkan kualitas dan kenyamanan tinggal para wisatawan dengan meningkatkan sarana dan prasarana seperti ketersediaan air bersih, listrik dan transportasi serta komunikasi;
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat lokal terutama SDM pariwisata di NTB dan NTT, serta mengembangkan gerakan sadar wisata khususnya di wilayah Nusa Tenggara.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-31 bisa mendorong laju pertumbuhan pariwisata di masa mendatang. Untuk meningkatkan citra kepariwisataan dan pengembangan kepariwisataan up market pada koridor ini adalah menjadikan Bali sebagai destinasi wisata utama MICE, cruise dan yacht serta Nusa Tenggara sebagai etalase wisata ekologis, petualangan, budaya dan bahari serta kepariwisataan yang berbasis UKM.
Dalam rangka melaksanakan strategi umum tersebut, diperlukan dukungan regulasi dan kebijakan berikut:
Kemudahan perluasan pemberian Visa Entry, Visa on Arrival dan Visa on Board bagi
wisatawan mancanegara serta perpanjangan visa bagi pengguna kapal layar yacht
asing;
Pengembangan standar pembangunan terminal cruise dan marina sekaligus sebagai
port of entry;
Mempermudah pemberlakuan CAIT (Clearance Approval for Indonesian Territory) bagi
wisatawan asing pengguna kapal layar yacht;
Mengurangi/menghilangkan biaya impor sementara bagi pelaku asing wisata bahari
(kapal layar yacht) yang masuk ke dalam wilayah perairan Indonesia;
Meninjau kembali RTRW Bali, NTB dan NTT untuk mendukung rencana pengembangan
pariwisata di Bali;
Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) percepatan perizinan dan
penyediaan Pelayanan Terpadu Satu Atap untuk semua perizinan untuk pengembangan kawasan wisata.
Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama pariwisata, dilakukan melalui:
Peningkatan kapasitas dan pelayanan bandar udara, seperti pengembangan bandar
udara di Lombok yang dapat diberdayakan sebagai “matahari kembar” selain Bandara
Ngurah Rai (untuk membagi beban lalu lintas penumpang yang ada di koridor ekonomi
ini, karena jumlah pengunjung yang akan masuk ke koridor ini diproyeksikan akan
melebihi kapasitas Bandar Udara Ngurah Rai pada tahun 2020);
Peningkatan kapasitas dan pembangunan infrastruktur jalan, seperti rencana
pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Benoa;
Peningkatan akses jalan perlu ditingkatkan untuk menghubungkan daerah-daerah
pariwisata di luar Bali bagian selatan dan di dalam wilayah NTB dan NTT;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-32 Peningkatan pelabuhan dan marina yang telah ada agar memenuhi standar (seperti
kapal cruise dan kapal layar yacht);
Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan listrik
bagi Bali dan Nusa Tenggara.
3.4.2 Sektor Perikanan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kegiatan perikanan dibagi menjadi tiga aspek utama yaitu penangkapan/budidaya, pengolahan dan distribusi hasil pengolahan perikanan. Terdapat beberapa tantangan yang berkaitan dengan tiga aspek pengembangan kegiatan perikanan di atas, antara lain:
Tidak terpetakannya potensi perikanan kelautan secara akurat serta lemahnya kontrol
implementasi rencana tata ruang yang menyebabkan penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan peruntukkannya;
Terbatasnya suplai perikanan laut sehingga membutuhkan efisiensi produksi melalui
pengembangan bibit unggul perikanan;
Sebagian besar armada dan peralatan penangkapan ikan masih sangat sederhana;
Rendahnya minat investor untuk pengembangan perikanan, terutama dalam kegiatan
pengolahan produk perikanan dan kelautan;
Rendahnya nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan kelautan;
Rendahnya kualitas SDM perikanan dan kelautan, baik dalam produksi penangkapan
dan budidaya perikanan serta dalam pengolahannya;
Terbatasnya permodalan untuk masyarakat setempat sehubungan dengan
pengembangan kegiatan perikanan berbasis masyarakat;
Terbatasnya jalur distribusi dan pemasaran produk perikanan dan olahannya;
Belum terpenuhinya kebutuhan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung
(antara lain jalan, air bersih dan listrik) terutama untuk melayani industri pengolahan
produk perikanan kelautan. Hal ini menyebabkan tingginya biaya produksi perikanan
dan produk olahannya;
Minimnya akses yang menghubungkan antara lokasi-lokasi penghasil produk
perikanan kelautan dengan lokasi industri pengolahannya serta dengan pasar regional
dan fasilitas ekspor.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-33 1. Meningkatan produksi hasil perikanan, yang meliputi penangkapan tuna,budidaya
udang, dan budidaya rumput laut. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki potensi perikanan yang sangat besar, oleh karena itu untuk meningkatkan produksi perikanan perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi:
Pemetaan potensi sumber daya perikanan dan kelautan; Pengawasan penerapan RTRW;
Pembentukan pusat benih;
Revitalisasi tambak yang sudah ada;
Pendirian pusat pelatihan nelayan dan pengadaan program sertifikasi; Pengembangan bibit unggul dan teknologi penangkapan ikan.
2. Meningkatan produksi produk olahan bernilai tambah tinggi hasil perikanan, yang meliputi pembekuan udang, pengalengan ikan, pengolahan tepung ikan, dan pengolahan keraginan (tepung rumput laut). Nilai tambah produk olahan perikanan pada saat ini masih sangat kecil. Peningkatan nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan dapat dilakukan dengan:
Pengembangan klaster industri perikanan yang melingkupi industri produksi bahan baku;
Penjalinan kerjasama dengan negara yang mengkonsumsi hasil perikanan dan kelautan (Jepang dan Thailand) untuk pemasaran hasil budidaya;
Pemberian pendampingan pada UKM perikanan untuk meningkatkan pengetahuan pengolahan yang memiliki nilai tambah tinggi serta pemberian skema micro credit PNPM Mandiri melalui koperasi nelayan.
3. Meningkatkan produksi garam dengan mengoptimalkan lahan yang memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan usaha garam. Pengembangan industri garam merupakan kegiatan prioritas saat ini karena Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan domestik dan masih mengandalkan impor garam. Sebagai upaya untuk meningkatkan produksi garam dalam negeri, sentra garam akan dikembangkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Regulasi dan Kebijakan Dalam rangka melaksanakan strategi umum peningkatan produksi perikanan dan pengembangan usaha garam, diperlukan dukungan regulasi dan kebijakan sebagai berikut:
Penyiapan dan pengawasan pelaksanaan RTRW;
Penjalinan kerjasama dengan negara yang mengkonsumsi hasil perikanan dan kelautan (Jepang dan Thailand) untuk pemasaran hasil budidaya;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-34 Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas untuk mendukung peningkatan produksi perikanan dan pengembangan usaha garam, dilakukan melalui:
Perbaikan level of service jalan lintas kabupaten, terutama untuk wilayah NTT dan peningkatan akses dari dari dermaga pendaratan ikan ke jalan lintas kabupaten terdekat;
Peninjauan kembali kapasitas pelabuhan setempat guna mendukung aktivitas industri;
Percepatan program penambahan kapasitas energi listrik dengan peningkatan kapasitas PLTU/PLTP;
Pengembangan Bandar Udara Mbai di Kabupaten Nagekeo, NTT yang digunakan untuk mengangkut hasil perikanan dan kelautan yang bernilai tinggi namun harus cepat dikonsumsi;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-35 SDM dan IPTEK Upaya peningkatan produksi perikanan dan pengembangan usaha garam, dilakukan melalui:
Pendirian pusat pelatihan nelayan dan pengadaan program sertifikasi; Pengembangan bibit unggul dan teknologi penangkapan ikan;
Pemberian pendampingan pada UKM perikanan untuk meningkatkan pengetahuan pengolahan yang memiliki nilai tambah tinggi serta pemberian skema micro credit PNPM Mandiri melalui koperasi nelayan;
Penjalinan kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Universitas setempat untuk pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan dan kelautan yang bernilai jual lebih tinggi (kualitas lebih baik);
Penjalinan kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Universitas setempat untuk pengembangan teknologi budidaya garam (agar tidak tergantung pada cuaca); Pendirian pusat pelatihan budidaya garam dengan skala layanan kabupaten untuk
diseminasi teknik dan kemungkinan integrasi penggunaan lahan tambak garam dengan budidaya perikanan.
3.4.3 Sektor Peternakan
Jenis populasi ternak yang paling potensial dikembangkan di koridor ini adalah Sapi Bali yang sudah dikenal luas sebagai sapi potong asli Indonesia. Sapi potong dapat dikembangkan untuk menghasilkan tujuh jenis emas, yaitu emas merah (daging), emas putih (susu), emas putih batangan (tulang), emas kuning (urin), emas cokelat (kulit), emas biru dan emas hijau (kotoran). Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan energi biogas.
Pertumbuhan populasi ternak sapi potong di Nusa Tenggara Barat cukup pesat dari tahun 2009 hingga tahun 2010, namun hal yang serupa tidak terjadi di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Sebaliknya, pertumbuhan produksi sapi potong di Bali dan Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan di tahun 2008 dimana Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan yang sangat drastis. Penurunan produksi ini diakibatkan maraknya pemotongan sapi betina produktif, penyelundupan sapi, maupun penurunan kualitas bibit sapi itu sendiri. Selain itu, tantangan terbesar dalam pengembangan kegiatan peternakan juga meliputi terbatasnya infrastruktur yang dapat mendukung distribusi produk ternak sapi, kurangnya modal usaha dan lemahnya sumber daya manusia dan kelembagaan peternakan.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-36 Regulasi dan Kebijakan Dalam rangka melaksanakan strategi pengembangan kegiatan ekonomi utama peternakan, diperlukan dukungan regulasi dan kebijakan sebagai berikut:
Meningkatakan industri hilir dengan meningkatkan nilai tambah ternak sapi potong, yang dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi produk yang memanfaatkan kulit, tulang, darah, kotoran, dan urin melalui penguatan industri kecil;
Memberikan perlindungan usaha ternak dengan kebijakan pengurangan impor daging secara bertahap dan kebijakan pengendalian harga daging yang atraktif dan terjangkau;
Menyediakan daging dengan kualitas ASUH (Aman Sehat Utuh dan Halal);
Mengembangkan kebijakan usaha tani sapi-tanaman yang terintegrasi (integrated rice-livestock system) dan berkelanjutan dengan mengoptimalisasi prinsip Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), atau pendekatan zero waste yang menghasilkan produk 4F (Food, Feed, Fertilizer & Fuel);
Memberikan jaminan tata ruang untuk lahan peternakan dan lahan penggembalaan ternak;
Mempermudah akses finansial bagi peternak melalui penguatan koperasi simpan pinjam;
Memberikan sanksi yang tegas kepada oknum-oknum yang terbukti melakukan pemotongan sapi betina produktif.
Hal lain adalah pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas untuk mendukung produksi peternakan, yang dilakukan melalui:
Penyediaan infrastruktur yang mendukung kegiatan peternakan melalui PPP; Penguatan jalan untuk mengangkut produk peternakan dari sentra industri
pengolahan daging dan non daging ke pelabuhan lokal terdekat;
Penguatan pelabuhan lokal terdekat untuk mengangkut dan memasarkan produk ternak sapi ke wilayah lain terutama Jakarta dan Surabaya. Pelabuhan laut Marapokot di Kabupaten Nagekeo akan dikembangkan untuk mendistribusikan hasil peternakan dan perikanan;
Penguatan Bandar Udara Mbai atau dikenal dikenal dengan nama Bandara Surabaya II yang akan difungsikan untuk mengangkut produk peternakan dan perikanan;
Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan listrik khususnya untuk wilayah Nusa Tenggara;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 3-37 SDM dan IPTEK Upaya peningkatan produksi dan pengembangan peternakan dilakukan melalui:
Menjamin ketersediaan pakan sepanjang tahun dengan teknologi pakan murah untuk pemenuhan kebutuhan daging lokal dari produksi dalam negeri;
Mengadakan pelatihan dan pendampingan kelompok peternak dalam rangka penerapan program Good Breeding Practice;
Mengembangkan teknologi untuk perbaikan mutu bakalan melalui metode inseminasi buatan, embrio transfer atau rekayasa genetika dalam waktu panjang.