• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peramalan Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Di Bawah Umur Di Sumatera Utara Tahun 2016-2017 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peramalan Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Di Bawah Umur Di Sumatera Utara Tahun 2016-2017 Chapter III V"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profil Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara ( KPAID Sumut )

3.1.1 Latar Belakang Berdirinya Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara ( KPAID Sumut )

Beberapa tahun terakhir ini, banyak masyarakat yang dihentakan oleh berita tentang permasalahan anak yang semakin memprihatinkan. Permasalahan seperti tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran anak, perebutan hak asuh anak hingga perdagangan anak semakin marak diperbincangkan di berbagai media. Anak-anak yang tidak mengerti apa-apa menjadi korban orang dewasa yang tidak bertanggungjawab. Berbagai tindakan tersebut dapat dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok tertentu dengan berbagai modus perilaku yang dikemas secara kriminalitas seperti tindak praktik penjualan bayi/balita yang sering dilakukan dengan dalih adopsi, penculikan anak, perkosaan anak, penelantaran anak, tenaga kerja anak dan sebagainya.

(2)

pesantren, lembaga swadaya masyarakat (LSM), yayasan pemerintah dan sebagainya.

Adanya pengalaman tidak diketahuinya kasus-kasus tersebut di tengah-tengah masyarakat, karena tidak tersedianya sarana dan informasi yang mudah diakses kemana mereka memberikan pengaduan atau rujukan atas kasus yang dialami. Hal tersebut membuat para orang tua sangat berharap kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk membentuk suatu lembaga yang berkonsentrasi terhadap perlindungan anak.

Berdasarkan kegelisahan masyarakat akan nasib masa depan anak-anak mereka, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumut No.3 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan Perlindungan Anak dan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Sumatera Utara No. 463/026.K/2006 yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka dibentuklah Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara (KPAID Sumut) yang disahkan pada tanggal 21 Februari 2006 yang pada awalnya terletak di Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara di jalan Diponegoro No. 30 Medan Sumatera Utara. Namun, sejak tahun 2009 hingga saat ini KPAID Sumatera Utara telah terletak di jalan Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan (Komplek Kantor BAPEMMAS).

(3)

pelaksanaan tugasnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dapat membentuk

perwakilan di daerah”.Kata perwakilan dalam rumusan tersebut merupakan

perwakilan lembaga pusat di daerah demi kepentingan terbaik bagi anak, sesuai dengan jiwa dan semangat Undang–undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. KPAID bukan merupakan perwakilan KPAI yang bersifat hierarkis, melainkan lebih bersifat koordinatif dan fungsional. Keberadaan KPAID sejalan dengan era otonomi daerah dimana pembangunan perlindungan anak menjadi kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah. Dengan demikian, sifat indepedensi KPAID Sumut tetap terjamin sejalan dengan visi, misi dan strategi KPAI.

Komisi perlindungan Anak Indonesia merupakan komisi yang bersifat independen, yang kedudukannya setingkat dengan komisi Negara dan dibentuk untuk mendorong atau memfasilitasi dan mengawasi penyelenggaraan perlindungan hak– hak anak baik hak hidup, hak sipil, hak tumbuh kembang anak dan hak berpartisipasi sesuai keinginan, bakat, minat dan kebutuhannya. Pemenuhan hak– hak tersebut dilakukan dengan tujuan “demi kepentingan terbaik bagi anak” sebagai generasi penerus sekaligus pemilik dan pengelola masa depan bangsa.

Ada beberapa dasar pemikiran yang melatarbelakangi dibangunnya KPAID Sumut ini yaitu:

(4)

bertanggungjawab dapat dijatuhi hukuman sesuai yang tertulis di undang-undang tersebut.

2. Keprihatinan dengan semakin banyaknya jumlah anak-anak yang terindas dari perlakuan orang dewasa seperti kekerasan, pelecehan seksual, eksploitasi dan lain-lain yang berhubungan dengan kekerasan pada anak. 3. Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya korban anak-anak yang

semakin marak dan mengupayakan membela hak-haknya dari mereka yang tidak memperdulikan.

3.1.2 Visi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara (KPAID Sumut)

Visi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara (KPAID Sumut) adalah terjamin, terpenuhi dan terlindunginya hak–hak anak Indonesia dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak di Sumatera Utara.

3.1.3 Misi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara (KPAID Sumut)

1. Menyadarkan semua pihak akan pentingnya pemenuhan dan perlindunagn hak– hak anak; menerima pengaduan masyarakat dan memfasilitasi pelaynan dan pendampingan terhadap anak–anak yang mengalami kekerasan;

(5)

3. Menjalani kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka perlindungan anak;

4. Melakukan pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasi terhadap penyelenggaraan perlindungan anak;

5. Melakukan pengawasan terhadap instansi dan lembaga penyelenggaraan perlindungan anak;

6. Mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan perlindungan anak;

7. Memberikan masukan, saran dan pertimbangan kepada pemerintah dan pihak penyelenggara perlindungan anak demi kepentingan terbaik bagi anak.

3.1.4 Dasar Hukum dan Letak Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Sumatera Utara ( KPAID Sumut)

Dasar Hukum Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara (KPAID-Sumut) telah diatur dalam UUD 1945, pasal 28 meliputi

:

a. Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), dan Pasal 34 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak ( Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 32, Tambahkan Lembaran Negara Nomor 3143).

(6)

d. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asas Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886).

e. Undang-undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. f. KEPRES No.39 tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak-hak

Anak tahun 1989.

g. KEPRES No. 77 tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia.

h. Perda Provinsi Sumut No.3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak.

i. SK GUBERNUR Sumatera Utara No. 463/026.K/2006 tanggal 23 Januari 2006 tentang Pembentukkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara.

j. SK GUBERNUR Sumatera Utara No.463/1682/K Tahun 2009 tanggal 19 Mei 2009 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia.

3.1.5 Kewajiban Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

a. Menyadarkan semua pihak akan pentingnya pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak.

b. Menerima pengaduan masyarakat dan memfasilitas pelayanan dan pendamping pelanggaran hak anak.

(7)

d. Membangun dan membina kerjasama dengan berbagai pihak dalam raangka perlindungan anak.

e. Melakukan pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasi terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

f. Melakukan pengawasan terhadap instansi dan lembaga penyelenggaraan perlindungan anak.

g. Mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan perlindungan anak.

h. Memberikan masukkan, saran dan pertimbangan kepada pemerintah dan pihak penyelenggara perlindungan anak demi kepentingan terbaik bagi anak.

3.2 Struktur Organisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu lembaga untuk mencapai hasil kerja yang efisien dan efektif. Disamping itu struktur organisasi merupakan kerangka landasan bagi pengemban tugas untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hierarki yang ada. Struktur organisasi pada dasarnya mengandung penetapan batas-batas wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian diharapkan adanya satu kesatuan komando dalam penggerak dan langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun struktur KPAI Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah : Ketua : Mhd. Zahrin Piliang

(8)

Penanggungjawab Pokja Pengaduan dan Fasilitasi Pelayanan: Muslim Harahap, S.H, M.H

Sekretariat/staf : 1. Nora Liza Fitri, SE

2. Afriana Devyanti Sirait, S.sos 3. Ramadhan Lubis

4. Syarifuddin Ali Khan, S.H., M.H 5. Farid Aziz Zendrato

6. Fitri Yanti Sitanggang 7. T Putri Shuha Dwita Syafira

3.3 Proses Penanganan kasus di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara (KPAID Sumut)

Ada beberapa tahapan-tahapan atau proses yang akan dilakukan ketika menangani kasus kekerasan di KPAID Sumut yaitu :

a. Pengaduan

Proses pengaduan ini merupakan langkah awal ketika seseorang, instansi, atau kelompok yang datang mengajukan suatu kasus yang terkait dengan permasalahan anak. Biasanya seseorang atau kelompok yang datang mengadu disebut pelapor,dimana orang tersebut merupakan yang pertama kali mengetahui secara lengkap kronologis akan persitiwa tersebut. Pelapor akan memberikan informasi yang akurat dengan apa yang menjadi masalah terhadap anak tersebut, sehingga lembaga ini akan mencatat kronologis tersebut untuk dijadikan sebagai bukti penerimaan pengaduan.

(9)

Proses mediasi merupakan proses dimana merespon pengaduan pelapor yang datang.

Mediasi bertujuan untuk memberikan jalan penengah dibalik permasalahan yang diperuntukkan bagi para orang tua atau keluarga yang mempunyai masalah terhadap anaknya guna untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi anak. Keinginan pelapor akan dilakukannya mediasi karena tidak mendapatkan hasil yang maksimal dari putusan pengadilan sehingga diharapkan kepada lembaga ini untuk dapat membantu dalam menemukan jalan tengah dari permasalahan tersebut. Dalam mediasi ini juga para pihak pelapor dan terlapor akan dipertemukan dan duduk bersama dalam satu ruangan, ini dilakukan agar masing-masing pihak dapat saling mendengar dan menyimak secara seksama dengan apa yang diinginkan pelapor.

c. Pemantauan atau Rekan Aduan

(10)

BAB 4

PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data

4.1.1 Peramalan Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Pada Anak

Data merupakan sejumlah informasi yang memberikan gambaran tentang suatu keadaan. Pada umumnya informasi ini diperoleh melalui observasi (pengamatan) yang dilakukan terhadap sekumpulan individu (orang, barang, jasa, dll). Informasi yang diperoleh memberikan keterangan, gambaran atau fakta mengenai suatu persoalan dalam bentuk kategori, huruf atau bilangan. Dalam hal ini persoalan yang diteliti mengenai peramalan jumlah korban kasus pengniayaan terhadap anak di bawah umur di Sumatera Utara dan pengumpulan data dilakukan dengan melakukan riset di KPAID Sumut.

Berikut data kasus pengaduan yang terdaftar di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara untuk kasus penganiayaan terhadap anak di bawah umur di Sumatera Utara adalah:

(11)

Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

Dari data diatas yang mengenaii jumlah korban kasus penganiayaan yang terjadi pada anak dibawah umur yang melapor ke KPAID Sumut tersebut dapat digambarkan grafik sebagai berikut.

Gambar 4.1 Grafik Batang Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Anak Di Bawah Umur Pada Tahun 2009- 2015

Gambar 4.2 Diagram Pencar Jumlah Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Dibawah Umur Pada Tahun 2009-2015

0

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Korban Penganiayaan

Terhadap Anak Di Bawah Umur

dari tahun 2009 s/d 2015

Tahun Jumlah Korban Penganiayaan

(12)

Dengan mempergunakan tabel di atas dan melihat diagram pencar dari data yang menunjukkan diagram garis linier pertumbuhan jumlah korban kasus penganiayaan tahun 2009-2015. Dengan diagram tersebut akan memberikan suatu gambaran pertumbuhan jumlah korban kasus penganiayaan pada tahun yang akan datang.,.

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilakukan proyeksi jumlah korban kasus penganiayaan pada anak tahun 2016-2017 dengan data yang digunakan merupakan data ganjil.

a. Cara ke 1

Jika kita memilih nilai-nilai X untuk tahun 2009 – 2015 sedemikian rupa sehingga

∑X=0, persamaan garis kuadrat minimum dapat ditulis:

Y =

��

+

∑ ��

∑ �2

X

Karena jumlah data adalah ganjil, maka X=0 ditempatkan pada tahun tengah 2012, X=1, 2, 3 kepada tahun berikutnya dan X= -1, -2, -3 kepada tahun-tahun sebelum tahun-tahun tengah.

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(13)

Tahun tengah 2012 disebut permulaan (origin). Kecuali dinyatakan lain, kita akan menganggap bahwa nilai-nilai Y merujuk pada nilai-nilai pertengahan tahun. Perhitungannya dapat diatur seperti dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Korban Kasus Penganiayaan terhadap Anak Di Bawah Umur Tahun 2009-2015 Cara 1

Tahun X Y X2 XY

2009 -3 24 9 -72

2010 -2 21 4 -42

2011 -1 11 1 -11

2012 0 22 0 0

2013 1 12 1 12

2014 2 27 4 54

2015 3 31 9 93

∑ 0 148 28 34

Maka : Y =

+

∑ ��

∑ �2

X

Y = 21,14 +

34

28

X

Y �= 21,14 + 1,21 X

(14)

dan dengan demikian persamaan adalah Y� = 21,14 + 1,21 (X-3) atau Y� = 17,5 + 1,21 X

Jadi untuk persamaan regresinya adalah Y� = 17,5 + 1,21X. b. Cara ke 2

Perhitungan koefisien terdiri dari jumlah kasus penganiayaan terhadap anak dibawah umur dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Jumlah Korban Kasus Penganiayaan terhadap Anak Di Bawah Umur Tahun 2009-2015 Cara 2

Tahun Jumlah Korban

Berdasarkan data pada tabel diatas, maka hasil yang didapat setelah melakukan suatu perhitungan adalah sebagai berikut:

n = 7

∑Yi = 148

∑Xi = 21

∑Xi2 = 91

∑XiYi = 478

(15)

�� = ∑�1

Dari formula umum dapat diperoleh:

(16)

Nilai � sebesar 1,21 menunjukkan volume pertambahan kasus penganiayaan setiap tahunnya. Maka didapat persamaan garis trend sebagai berikut:

��= a + bx

�� = 17,5 + 1,21x

Dengan menggunakan persamaan di atas, dapat dilakukan peramalan jumlah korban kasus penganiayaan pada anak pada tahun 2013-2018, maka dapat ditentukan nilai ramalaan Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Di Bawah Umur Di Sumatera Utara sebagai berikut.

a. Jumlah korban penganiayaan pada anak Tahun 2016

X = 7

��16 =17,5 + 1,21 X = 17,5 + 1,21 (7) = 17,5 + 8,47 = 25

Ini berarti peramalan jumlah korban kasus penganiayaan pada tahun 2016 adalah sebesar 25 jiwa.

(17)

X = 8

Y�17 = 17,5 + 1,21 X = 17,5 + 1,21 (8)

= 17,5 + 9,68 = 27

Ini berarti peramalan jumlah korban kasus penganiayaan pada tahun 2017 adalah sebesar 27 jiwa.

Tabel 4.4 Hasil Peramalan Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Dibawah Umur Di Sumatera Utara Tahun 2016-2017

Tahun

Tahun ( Xi)

Ramalan Jumlah Kasus Penganiayaan Orang ( Y )

2016* 7 25

2017* 8 27

Setelah dilakukan perhitungan dan mendapatkan hasil dari peramalan jumlah korban kasus penganiayaan terhadap anak di bawah umur, maka dapat ditentukan peramalan jumlah korban kasus penganiayaan pada anak. Seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Jumlah Koerban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Di Bawah Umur Di Sumatera Utara Tahun 2016-2017

(18)

2014 27

2015 31

2016* 25

2017* 27

Keterangan : *adalah hasil proyeksi

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa tahun 2009 terdapat korban kasus penganiayaan sebesar 24 jiwa dan pada tahun 2015 sebesar 31 jiwa. Jadi, selama 6 tahun korban kasus penganiayaan berkurang sebesar 7 jiwa.

Berdasarkan tabel 4.5 di atas juga dapat dilihat grafik dari jumlah korban kasus penganiayaaan anak di bawah umur di Sumatera Utara pada tahun 2009-2017. Adapun grafik tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3 Hasil Peramalan Jumlah Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Dibawah Umur Tahun 2009-2017

Dari gambar 4.3 di atas, diperoleh bahwa untuk peramalan jumlah korban penganiayaan pada anak untuk tahun 2015-2016 menuru karena keseriusan pemerintah dalam meindungi anak melalui komisi perlindungan anak yang

0

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016* 2017*

Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Pada Anak Di Bawah Umur Di Sumatera Utara Tahun 2009-2017

(19)

dibentuk pemerintah sedang giat dalam memberantas kekerasan terhadap anak yang membuat pelaku berpikir ulang karena ketatnya hokum yang berlaku, sedangkan peramalan jumlah anak pada tahun 2016-2017 adalah menaik karena adanya factor ekonomi. Kebanyakan kekerasan yang timbul karena tekanan ekonomi. Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi adalah factor yang banyak terjadi yang menyebabkan kekerasan pada anak.

Persentase hasil peramalan jumlah korban kasus penganiayaan terhadap anak di bawah umur di Sumatera Utara tahun 2016-2017 yaitu:

a. Persentase Tahun 2016

2016=

ℎ����� ���� �� ℎ ������������ �ℎ� 20016−ℎ��������� �� ℎ������������ �ℎ� 2015

ℎ���� ������� �� ℎ������������ �ℎ� 2015 x100

= 25−31

31 x 100%

= −19.35%

Ini berarti bahwa hasil peramalan jumlah korban kasus penganiayaan terhadap anak di Sumatera Utara tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak 19.35% dari tahun 2015.

b. Persentase tahun 2017

2017=

ℎ��������� �� ℎ ������������ �ℎ� 20017−ℎ��������� �� ℎ������������ �ℎ� 2016

ℎ���� ������� �� ℎ������������ �ℎ� 2016 x100

= 27−25

(20)

Ini berarti bahwa hasil peramalan jumlah korban kasus penganiayaan terhadap anak di Sumatera Utara tahun 2017 mengalami kenaikan sebanyak 8% dari tahun 2016.

(21)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulaan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Dari hasil peramalan untuk tahun 2016 terjadi penurunan pengaduan jumlah korban kasus penganiayaan terhadap anak di bawah umur dan pada tahun 2017 jumlah pengaduan untuk tingkat kekerasan penganiayaan pada anak menaik. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang melatarbelakangi kasus penganiayaan anak seperti perekonomian keluarga, kekerasan di dalam rumah tangga, dll. Dari hasil peramalan yang dilakukan berdasarkan data seluruh jumlah pengaduan korban penganiayan, maka terlihat bahwa tahun 2016 jumlah korban pada anak 25 jiwa atau 19,35% mengalami penurunan dari tahun 2015 dan pada tahun 2017 sebesar 27 jiwa atau 8% mengalami kenaikan dari tahun 2016. Hasil peramalan untuk jumlah korban kasus penganiayaan terhadap anak di bawah umur di Sumatera Utara tahun 2016-2017 mengalami fluktuatif (naik/turun) di setiap tahunnya.

5.2 Saran

(22)

Gambar

Gambar 4.1 Grafik Batang Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Anak Di Bawah Umur Pada Tahun 2009- 2015
Tabel 4.2 Jumlah Korban Kasus Penganiayaan terhadap Anak Di Bawah
Tabel 4.3 Jumlah Korban Kasus Penganiayaan terhadap Anak Di Bawah
Tabel 4.5 Jumlah Koerban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Di Bawah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 323) fungsi adalah: ”… kegunaan suatu hal dilakukan bagi hidup suatu masyarakat”. Fungsi secara budaya yaitu fungsi dimana setiap

Tionghoa yang datang berkunjung dibanding dengan masyarakat Tionghoa. Masyarakat umum menganggap patung Dewi Kwam Im menjadi objek wisata. Namun demikian, masyarakat Tionghoa

Biasanya usia 7 – 11 tahun, anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan; adanya perkembangan dari pola berpikir yang egosentris menjadi lebih mudah

Conservation des écosystèmes Critère correspondant: Principe 2.. Conservation des

tersimpan(Trust in Stored Data) terhadap kepercayaan pada e- Government signifikan, ini menunjukkan bahwa jika pihak pemerintahan melakukan jaminan bahwa data milik

Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Dalam Memahami Konsep Kalkulus Diferensial Dan Kalkulus Integral Dengan..

Pada penelitian ini akan dibangun Rancang Bangun File Transfer Protocol (Ftp) Dengan Pengamanan Open Ssl Pada Jaringan Vpn Mikrotik Di SMKS Dwiwarna yang akan di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Sinduadi 2 dilakukan melalui integrasi dalam proses pembelajaran, pengembangan