• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kredit Macet Melalui Alur Novasi atas Pinjaman Nasabah Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Pemuda Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelesaian Kredit Macet Melalui Alur Novasi atas Pinjaman Nasabah Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Pemuda Medan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 1.1 Latar Belakang

Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari lalu lintas pembayaran uang,

dimana lembaga keuangan mempunyai peranan penting dalam menjalankan roda

perekonomian suatu negara.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang beranggapan bahwa lembaga

keuangan adalah lembaga yang dalam kegiatan sehari-harinya selalu berkaitan

dengan uang. Secara umum lembaga keuangan dikategorikan menjadi dua bagian

yaitu: Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga

keuangan bank adalah suatu lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dan

menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang

membutuhkan dana (Hermansyah, 2009:8). Sedangkan Lembaga Keuangan bukan

bank adalah semua badan yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, yang

secara langsung ataupun tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan

mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkan kembali ke masyarakat, terutama

guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan (Abdullah, 2014:15).

Pada umumnya pengusaha tidak selalu mampu menyediakan sendiri seluruh

modal yang diperlukan dalam kegiatan usahanya, sehingga diperlukan adanya

kredit dari pihak lain. Pengajuan kredit kepada pihak bank dimaksudkan sebagai

(2)

salah satu kegiatan perbankan yang paling penting, disamping adanya usaha lain

sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang

perbankan.

Saat ini pengajuan kredit telah banyak dilakukan oleh banyak kalangan baik

masyarakat umum maupun para pengusaha. Nampaknya usaha ini menarik untuk

dilaksanakan dalam dunia perbankan. Jika ditinjau dari sudut bank dan pengusaha,

transaksi kredit ini memang saling diharapkan. Oleh karena itu bank sangat

dibutuhkan oleh kalangan pengusaha, pemberian kredit kepada pengusaha

merupakan salah satu tujuan dari usaha bank yaitu, setelah bank berhasil

menghimpun dana dari masyarakat maka bank dituntut untuk dapat

menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pemberian kredit, agar dapat

meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Jika ditinjau dari sudut

pengusaha, seperti yang telah disebutkan diatas maka pemberian kredit ini

merupakan salah satu jalan keluar yang mencukupi kebutuhan pengusaha dari

kekurangan dana.

Dalam praktek perbankan agar dapat memberikan kredit pihak bank harus

menyediakan perjanjian yang bersifat mengikat. Dalam penyerahan uang terhadap

debitur seperti hal yang disepakati bersama dihadapan notaris. Hal ini dituangkan

dalam suatu perjanjian kredit yang dibuat sebelum dilakukan penyerahaan uang.

Selain perjanjian kredit, hal-hal yang dapat mengikat debitur kepada bank selaku

kreditur ialah dengan adanya akta-akta sebagai berikut yaitu: Akta Pengakuan

(3)

Bangunan, Akta Pengakuan Hutang, Akta Jual Beli, dan beberapa Akta Notaris.

Perjanjian kredit bersifat konsensuil obligator, maksudnya dengan adanya kata

sepakat, baru akan menimbulkan hak dan kewajiban yang tunduk pada

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, Hal ini berarti perjanjian ini

terjadi pada saat ditanda tanganinya perjanjian kredit yang harus disepakati antara

pihak bank sebagai kreditur dengan pihak lain sebagai debitur yang mewajibkan

pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga dan denda.

Jika terjadi pemberian kredit berarti bank memberikan uang kepada debitur

yang berjanji untuk mengembalikan uang tersebut di masa yang akan datang.

Berdasarkan waktu tersebut, maka terlihat adanya tenggang waktu antara

pemberian dan penerimaan, dengan adanya tenggang waktu maka hal ini dapat

mencegah semua hal yang tak terduga misalnya gagal bayar, sehingga dalam

kredit terkandung pengertian “Degree of risk” yaitu suatu tingkat resiko yang

akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara

pemberian dan penerima yang akan diterima dikemudian hari. Bagi penerima

kredit, resiko yang mungkin tumbuh adalah jika ia tidak dapat mengembalikan

pinjaman tersebut, ia akan kehilangan modal dan barang agunan.

Bagi pemberi kredit salah satu resiko jika pihak penerima kredit tidak dapat

melunasi kredit pada waktu yang telah ditetapkan maka terjadilah yang disebut

kredit macet. Kredit macet merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan

(4)

dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah (Ismail,

2010:123). Keadaan yang demikian dalam hukum perdata disebut wanprestasi

atau ingkar janji. Sebagaiman telah diketahui bahwa kredit merupakan perjanjian

uang, maka debitur yang tidak dapat membayar lunas utangnya setelah jangka

waktunya habis, adalah wanprestasi.

Jika terjadi kredit macet maka pihak bank perlu melakukan penyelamatan.

Guna menekan kesulitan seminimal mungkin perlu penanganan kredit macet yang

tepat. Menurut (Latumaerissa, 2013:39) Secara operasional ada beberapa cara

penanganan penyelamatan kredit macet dapat dilakukan dengan beberapa cara

yaitu :

1. Penjadwalan kembali (rescheduling) yaitu Pemberian keringanan berupa

jangka

waktu pembayaran/asuransi terutama bagi kredit terkena musibah atau

dengan melakukan penyitaan.

2. Persyaratan kembali (Reconditioning) yaitu Perubahan sebagian atau seluruh

Syarat-syarat pinjaman dan tidak terbatas pada perubahan jadwal dan jangka

waktu.

3. Penataan kembali (Restructuring) yaitu Perubahan syarat-syarat pinjaman

yang menyangkut perubahan dana dari pinjaman yang menjadi equality.

Novasi ialah perjanjian yang menyebabkan hapusnya suatu perikatan

dan pada saat yang bersamaan timbul perikatan lainnya sebagai pengganti

(5)

persetujuan yang menyebabkan hapusnya suatu perikatan lainnya yang

ditempatkan sebagai pengganti semula. Menurut Pasal 1413 KUHPerdata

menetapkan 3 (tiga) macam cara untuk terjadinya Novasi yaitu :

a. Novasi Subyektif aktif adalah suatu perjanjian yang bertujuan untuk

mengganti Kreditur lama dengan Kreditur baru.

b. Novasi Subyektif Pasif adalah suatu perjanjian yang bertujuan mengganti

Debitur lama dengan Debitur baru dan membebaskan Debitur lama dari

kewajibannya.

c. Novasi Obyektif adalah suatu perjanjian antara Kreditur denganDebitur

untuk memperbaharui atau merubah obyek atau isi perjanjian.

Pada dasarnya Novasi lahir dari sebab adanya persetujuan yang dilakukan

oleh berbagai pihak. Dengan cara perjanjian yang sudah ada dihapus dan pada

waktu bersamaan di buatlah suatu perjanjian baru untuk menggantikan perjanjian

yang lama atau telah dihapus tadi.

Novasi dapat menjadi salah satu upaya penanggulangan kredit macet karena

dengan novasi, perjanjian lama telah dibuat antara pihak bank dengan nasabah

lama, baik perjanjian pokok maupun perjanjian accesoir-nya (pengikatan jaminan)

menjadi tidak berlaku lagi (Rivai, 2013:439). Dalam hal pelaksanaannya novasi

akan melibatkan yaitu nasabah lama, nasabah baru yang mengambil alih utang,

dan bank, atas dasar kesepakatan dari ketiga pihak tersebut, novasi hanya dapat

dilakukan apabila pihak ketiga selaku debitur lama telah menyetujui pelaksanaan

(6)

Dalam pelaksanaan novasi tidak selamanya berjalan dengan baik, ada

beberapa kendala yang akan ditemui oleh pihak kreditur atau pihak bank di dalam

pelaksanaan novasi seperti debitur lama tidak menyetujui dilaksanakannya novasi

karena pihak debitur merasa masih mampu dalam melunasi kewajibannya atau

Debitur lama tidak diketahui keberadaannya. Maka ada baik sebelum melakukan

novasi seorang novator mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi konsekuensi

apabila dilakukan novasi. Dengan demikian resiko untuk terjadinya kredit macet

dapat terhindari.

Berdasarkan uraian di atas yang telah disampaikan, maka penulis tertarik

untuk membahas mengenai. “Penyelesaian Kredit Macet Melalui Alur Novasi

atas Pinjaman Nasabah Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor

(7)

1.2Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang, maka perumusan masalah adalah “Bagaimana

upaya penyelesaian kredit macet (bermsalah) melalui alur novasi Pada PT Bank

Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Pemuda Medan?.”

1.3Tujuan penelitian

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan

upaya penyelesaian kredit macet (bermasalah) dengan novasi pada PT Bank

Tabungan Negara (persero) Tbk Kantor Cabang Pemuda Medan.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan tugas akhir ini antara lain :

a. Bagi peneliti.

Menambah wawasan mengenai ilmu perbankan khususnya dalam upaya

penyelesaikan kredit macet di bank terutama penyelesaian dengan alur

novasi.

b. Bagi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Medan.

Sebagai bahan masukkan berupa saran-saran terhadap perusahaan agar

dapat menyelesaikan kredit macet (bermasalah) melalui alur novasi dengan

baik, dan tidak merugikan pihak manapun.

c. Bagi pihak lain.

Menambah wawasan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dihentikan atau dibatalkan atau kadaluarsa.Ketika liabilitas keuangan awal

Bentuk pertanggungjawaban yang dapat diberikan oleh badan korporasi yang mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yang dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukannya

Rekomendasi yang dirumuskan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: (1) Beberapa pasal UU 16/1964 sebaiknya disempurnakan, yaitu yang menyangkut bagian pemilik modal,

Sedangkan penelitian yang dilakukan Indrianawati, et, al, 2015 yang berjudul Manajemen Risiko Pembiayaan Mudharabah pada Perbankan Syari’ah Dengan Sample pada BNI Syari’ah,

Analisis Penilaian Kredit dan Laporan Keuangan Calon Debitur Terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada PT Mandala Finance Tbk Cabang Bangka (Studi Kasus Pada Usaha

Aplikasi dapat mencari data tugas akhir yang sejenis sekaligus berdasarkan judul dengan menggunakan algorithma pencarian Knuth Morris Pratt. Aplikasi dapat mencari data

Results of the analysis of genetic distance showed that kuantan and pesisir cattle might be grouped into Bos indicus because it had a genetic distance of 0.000 in

Indonesia adalah negara yang sangat bagus untuk tanaman tebu dimana lahannya luas dan pertumbuhan untuk bercocok tanam juga lumayan baik dengan adanya permintaan gula yang