BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saluran pencernaan manusia mengandung berbagai jenis mikroorganisme aktif dengan metabolisme berbeda yang mempengaruhi kesehatan manusia. Lebih dari 1014 CFU jenis mikroorganisme berbeda terdapat dalam saluran pencernaan dengan jumlah mikroba normal yang terdapat dalam usus halus khususnya jejunum dan ileum sekitar 106-107 CFU dan sekitar 109-1010 CFU terdapat dalam usus besar (kolon) (Sopandi dan Wardah, 2014).
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dapat memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan inang jika diberikan dalam jumlah yang sesuai. Dosis minimum konsumsi harian bakteri probiotik adalah 107 CFU. Golongan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus, Streptococcus dan Bifidobacterium
paling umum digunakan sebagai bakteri probiotik. Bakteri-bakteri ini merupakan mikroba baik saluran pencernaan khususnya usus halus dan usus besar yang memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan inang (Malago, et al., 2011).
Bakteri asam laktat (BAL) dapat memelihara ekologi mikroflora saluran pencernaan dengan menghambat laju pertumbuhan mikroflora yang tidak diinginkan. Efek tersebut disebabkan karena kemampuan bakteri dalam menghasilkan asam laktat dalam jumlah besar serta substansi penghambat spesifik seperti bakteriosin (Hardiningsih, 2006).
kekerabatan erat secara filogenik dan mudah terdegradasi oleh enzim proteolitik
dalam saluran pencernaan (Kusmiati dan Malik, 2002). Bakteriosin memiliki spektrum aktivitas antibakteri yang luas terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif meskipun bakteriosin dilaporkan lebih efektif melawan bakteri Gram positif. Sasaran bakteriosin adalah menghambat biosintesis dinding sel bakteri sehingga mengakibatkan pembentukan lubang pada pori (lisis) akibat ketidakseimbangan tekanan osmosis antara lingkungan dan dalam sel yang menyebabkan kematian sel (Yulinery, dkk., 2015).
Secara umum sel bakteri probiotik hidup diperoleh dari 3 sumber, yaitu: (1) produk susu fermentasi, (2) pangan atau minuman fermentasi, serta (3) sediaan
farmasi bentuk kapsul, serbuk dan tablet. Beberapa manfaat dari mengkonsumsi bakteri probiotik diantaranya sebagai antidiare, antialergi, antihipertensi, antikolesterol, imunomodulator, memperbaiki intoleransi laktosa, pemberantasan
helicobacter pylori, mengurangi Irritable bowel syndrome (IBS), mencegah vaginosis, dan kanker usus besar (Junior, et al., 2015).
Penelitian dilakukan terhadap sediaan probiotik karena memiliki manfaat dan sifat komersial yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Informasi pada label produk probiotik, terutama mengenai komposisi, identitas bakteri probiotik dan jumlah bakteri hidup harus akurat guna menjamin keamanan dan fungsi sediaan probiotik (Carollina, 2015).
memiliki jumlah bakteri sesuai dengan label kemasan dari 6 produk makanan komersil mengandung L. plantarum.
Viabilitas bakteri probiotik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi fisiologis, toksisitas bahan, pH, oksigen, aktivitas air, nutrisi, suhu dan waktu simpan. Menurut Lee dan Salminen (1995), kebanyakan sediaan probiotik memiliki umur simpan yang pendek, bahkan saat disimpan pada suhu yang rendah. Hal ini menimbulkan masalah baik bagi konsumen maupun produsen karena manfaat menguntungkan dari konsumsi bakteri probiotik hanya diperoleh jika bakteri probiotik dikonsumsi dalam jumlah yang sesuai (Utami, 2013).
Maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap viabilitas dan aktivitas antibakteri bakteriosin dari bakteri asam laktat (BAL) pada sediaan probiotik terhadap bakteri patogen S. aureus dan E. coli.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut: a. Apakah viabilitas BAL pada sediaan probiotik sesuai dengan label?
b. Apakah penyimpanan mempengaruhi viabilitas dan aktivitas antibakteri BAL pada sediaan probiotik terhadap bakteri patogen S. aureus dan E. coli
selama pengujian viabilitas?
c. Apakah penyimpanan mempengaruhi aktivitas antibakteri bakteriosin dari
BAL pada sediaan probiotik terhadap bakteri patogen S. aureus dan
E. coli?
1.3 Hipotesis
a. Viabilitas BAL pada sediaan probiotik sesuai dengan label.
b. Penyimpanan pada suhu rendah mempertahankan viabilitas dan aktivitas antibakteri BAL pada sediaan probiotik terhadap bakteri patogen S. aureus
dan E. coli selama pengujian viabilitas.
c. Penyimpanan pada suhu rendah mempertahankan aktivitas antibakteri
bakteriosin dari BAL pada sediaan probiotik terhadap bakteri patogen
S. aureus dan E. coli.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain untuk:
a. Mengetahui apakah viabilitas BAL pada sediaan probiotik sesuai label. b. Mengetahui apakah penyimpanan mempengaruhi viabilitas dan aktivitas
antibakteri BAL pada sediaan probiotik terhadap bakteri patogen S. aureus
dan E. coli selama pengujian viabilitas.
c. Mengetahui apakah penyimpanan mempengaruhi aktivitas antibakteri
bakteriosin dari BAL pada sediaan probiotik terhadap bakteri patogen
S. aureus dan E. coli?
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Memberikan informasi mengenai viabilitas BAL pada sediaan probiotik. b. Memberikan informasi mengenai pengaruh penyimpanan terhadap
c. Memberikan informasi mengenai pengaruh penyimpanan terhadap aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL pada sediaan probiotik terhadap bakteri patogen S. aureus dan E. coli.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Uji viabilitas BAL dari sediaan probiotik dilakukan dengan menghitung dan menyesuaikan hasil yang diperoleh berdasarkan jumlah bakteri yang tertera pada
label sediaan, lalu dilakukan uji daya hambat terhadap bakteri patogen
Isolasi bakteri
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Variabel
Bebas
Variabel
Terikat