• Tidak ada hasil yang ditemukan

T BP 1201266 Chapter 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T BP 1201266 Chapter 3"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III dipaparkan pendekatan dan desain penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan tahapan penelitian.

A.Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Creswell (2008, hlm. 299) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan dan dianalisis dengan menggunakan statistik. Fungsinya untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik serta melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain.

Pendekatan kuantitatif digunakan berdasarkan alasan bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik serta melakukan prediksi bahwa bimbingan sosial mempengaruhi pengembangan perilaku asertif pada remaja.

2. Metode dan Desain Penelitian

(2)

tidak dikehendaki pada variable terikat. Dalam penentuan sampelnya dilakukan randomisasi serta menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding kelompok perlakuan, dan (3) eksperimen kuasi, yang merupakan desain eksperimen yang pengendaliannya terhadap variable-variabel non eksperimental tidak begitu ketat. Penentuan sampelnya dengan tidak randomisasi (Creswell, 2008).

Penelitian eksperimen yang digunakan adalah penelitian eksperimen kuasi, dimana penelitian tetap memiliki kelompok kontrol, namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2010).

Selain itu, menurut Cresswell (2008) metode eksperimen kuasi (quasi experimental) digunakan dalam penelitian eksperimen apabila mempunyai dua kelompok yang tidak dipilih secara acak. Mengingat penelitian mengenai bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku asertif remaja dilakukan dalam pembelajaran sehari-hari bukan dalam kondisi laboratorium, sehingga tidak memungkinkan mengontrol variabel lain selain variabel bimbingan sosial dan variabel perilaku asertif secara ketat. Dengan demikian, metode penelitian yang cocok dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen kuasi dengan desain nonequivalent (pretest dan posttest) control group design, serta kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak. Proses pelaksanaan eksperimen pada penelitian ini yaitu: (1) kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pretest, (2) perlakuan berupa pelaksanaan bimbingan sosial diberikan kepada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan, (3) kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan posttest. Adapun desain penelitian disajikan pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

(3)

Keterangan:

O1 : Pretest untuk mengungkap kondisi awal perilaku asertif remaja kelas

eksperimen.

O2 : Posttest untuk mengungkap kondisi akhir perilaku asertif remaja

kelas eksperimen.

X : Perlakuan berupa layanan bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku asertif remaja pada kelas eksperimen.

O3 : Pretest untuk mengungkap kondisi akhir perilaku asertif remaja kelas

kontrol.

O4 : Posttest untuk mengungkap kondisi akhir perilaku asertif remaja kelas

kontrol.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 52 remaja LKSA, usia 15-17, yang berasal dari lima tempat LKSA di Kota Bandung (Tunas Melati, Amin, Al-Hayat, Muhammadiyah, dan Nugraha). Populasi tersebut dipilih atas dasar petimbangan: (1) 63,2% remaja yang tinggal di LKSA memiliki percaya diri dan penghargaan diri yang rendah. Mereka mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat dan pikirannya, dan sering secara pasif mengikuti apa saja yang menjadi kehendak temannya (Bıçakçı (2011)); (2) remaja yang berada dalam rentang usia 15-17 berada pada periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang melibatkan perubahan sosio emosional, dan sering mengalami kesulitan dalam penyelesaian masalah sosial (Hurlock, 1980, hlm. 213).

2. Sample Penelitian

(4)

Adapun tingkat ketercapaian perilaku asertif pada keempat LKSA di Kota Bandung disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Tingkat Ketercapaian Perilaku Asertif Remaja LKSA tahun 2015

No Tempat LKSA Kategori

Asertif Tidak Asertif

1. Tunas Melati 50% 50%

2. Al-Amin 66,67% 33,33%

3. Al-Hayat 66,67% 33,33%

4 Muhammadiyah 60% 40%

5 Nugraha 46,42% 53,58%

Berdasarkan hasil survei diperoleh satu tempat LKSA yang berada pada persentase tertinggi pada kategori tidak asertif, yaitu LKSA Nugraha. Penentuan jumlah sampel penelitian, penelitian ini mengacu pada pendapat Creswell (2008, hlm. 156), “dalam penelitian eksperimen, estimasi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk prosedur pengolahan statistik sehingga dapat mewakili populasi secara tepat adalah sekitar 15 orang”. Sampel yang diambil untuk kelompok eksperimen berjumlah 13 orang dan kelompok kontrol berjumlah 15 orang.

C. Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen ini meliputi definisi konseptual perilaku asertif, definisi operasional perilaku asertif, kisi-kisi instrumen, pedoman skoring dan penafsiran, uji kelayakan instrument, uji keterbacaan instrumen, uji validitas dan realibilitas.

1. Definisi Konseptual Perilaku Asertif

(5)

dituangkan, terbuka terhadap perubahan. Aspek perasaan ditunjukkan dengan indikator percaya diri, dan penghargaan diri. Aspek tindakan ditunjukkan dengan indikator mendengarkan orang lain, melakukan kontak mata langsung, postur tubuh yang terbuka, menerima dan memberi umpan balik.

Pernyataan Butler menjelaskan individu yang berperilaku asertif adalah individu yang mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan terbuka. Dalam hal ini, individu tersebut dapat membangun interaksi sosial yang menguntungkan dua pihak baik bagi dirinya maupun orang lain. Individu yang berperilaku asertif tidak dilatarbelakangi oleh maksud-maksud tertentu, seperti untuk memanipulasi, memanfaatkan, memperdaya ataupun mencari keuntungan dari orang itu. Sementara itu, Rathus dan Nevid (Weldy, 2009, hlm. 41) menyatakan perilaku asertif adalah kemampuan individu yang menunjukkan adanya keberanian untuk secara tegas dan terbuka mengekspresikan kebutuhan, perasaan, dan pikiran apa adanya tanpa menyakiti hati orang lain. Aspek perilaku asertif menurut Rathus dan Nevid adalah pikiran, perasaan, dan kebutuhan. Aspek pikiran ditunjukkan dengan memulai pembicaraan, mengekspresikan pendapat pribadi, mengekspresikan ketidaksetujuan. Aspek kebutuhan ditunjukkan dengan indikator mengajukan permohonan. Aspek perasaan ditunjukkan dengan indikator dengan menyampaikan pujian, menerima pujian, menyampaikan kritik, menerima kritik, menolak permintaan orang lain.

Pernyataan Rathus dan Nevid menekankan manifestasi dasar dari perilaku asertif adalah penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain. Individu yang berperilaku asertif adalah individu yang memiliki pandangan aktif terhadap hidupnya, yang ditandai dengan adanya usaha mewujudkan apa yang diinginkannya dengan tetap menghormati orang lain.

Shamieva ( E n c h e v a , 2 0 1 0 , h l m . 3 7 5 )

m e n y a t a k a n p e r i l a k u a s e r t i f s e b a g a i

k u a l i t a s i n d i v i d u d a l a m

(6)

i n i , i n d i v i d u t e r s e b u t m e m i l i k i i n i s i a t i f

d a n k e s i a p a n u n t u k m e n g a m b i l r e s i k o

d a l a m k e a d a a n y a n g s u l i t , s e r t a

m e m i l i k i k e m a m p u a n u n t u k m e m b u a t

k e p u t u s a n d a n m e n g a m b i l t a n g g u n g

j a w a b t e r h a d a p k o n s e k u e n s i n y a . Aspek

perilaku asertif menurut Shamieva yaitu, (1) pikiran yang meliputi orientasi dan evaluasi yang memadai dari situasi, transformasi produktif; (2) perasaan yang meliputi penerimaan diri, percaya diri, empati; (3) tindakan yang meliputi kegigihan pola perilaku, kesiapan mengambil resiko.

Sejalan dengan itu, Alberti dan Emmons (2012, hlm. 43) menyatakan bahwa perilaku asertif adalah pernyataan diri yang melibatkan nilai-nilai orang lain di dalam kehidupannya. Alberti dan Emmons menyatakan dengan berperilaku asertif individu dapat: (1) mengembangkan persamaan hak dalam menjalin hubungan dengan individu lain; (2) mengekspresikan perasaan dengan tepat dan apa adanya; (3) menjaga kehormatan diri dengan tetap menghargai orang lain.

Pernyataan Alberti dan Emmons menjelaskan individu yang berperilaku asertif adalah individu yang mampu mengkspesikan perasaan apa adanya dengan tetap melibatkan nilai-nilai orang lain dalam kehidupannya sehingga tercipta persamaan hal dalam menjalin hubungan dengan individu lain.

(7)

Berdasarkan pendapat para ahli (Butler, Rathus dan Nevid, Shamieva, Alberti dan Emmons), dapat disimpulkan bahwa hakikat perilaku asertif adalah kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta melakukan tindakan secara tegas dan apa adanya dengan tetap menjaga kehormatan diri dan orang lain. Aspek pikiran ditunjukkan dengan indikator hormat terhadap diri dan orang lain, berpikir positif, bertanggung jawab terhadap pendapat yang dituangkan, terbuka terhadap perubahan. Aspek perasaan ditunjukkan dengan indikator percaya diri, penerimaan diri, penghargaan diri, dan empati. Aspek tindakan ditunjukkan dengan indikator mendengarkan orang lain, melakukan kontak mata langsung, postur tubuh yang terbuka, menerima dan memberi umpan balik, berpartipasi dalam pergaulan.

2. Definisi Operasional Perilaku Asertif

Perilaku asertif dalam penelitian didefinisikan sebagai kemampuan remaja untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta melakukan tindakan secara tegas dan apa adanya dengan tetap menjaga kehormatan diri dan orang lain. Aspek perilaku asertif yang diukur dibatasi hanya pada tiga aspek yakni pikiran, perasaan, dan tindakan.

Aspek pikiran ditunjukkan dengan indikator: (1) hormat terhadap diri dan orang lain; (2) berpikir positif; (3) bertanggung jawab terhadap pendapat yang dituangkan; dan (4) terbuka terhadap perubahan. Aspek perasaan ditunjukkan dengan indikator: (1) percaya diri; (2) penerimaan diri; (3) penghargaan diri; dan (4) empati. Aspek tindakan ditunjukkan dengan indikator: (1) mendengarkan orang lain; (2) melakukan kontak mata langsung; (3) postur tubuh yang terbuka; (4) menerima dan memberi umpan; dan (5) berpartipasi dalam pergaulan.

(8)

3. Kisi-Kisi Instrumen

a. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian perilaku asertif yang meliputi aspek pikiran, perasaan, dan tindakan. Adapun kisi-kisi instrumen perilaku asertif sebelum dan sesudah validasi dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Asertif Sebelum Validasi

NO. Aspek Indikator

Bertanggung jawab terhadap pendapat yang dituangkan

Penghargaan Diri 20,21,23,28 22,24,25,26,27 9

Penerimaan Diri 30 29 2

Empati 31,32 - 2

3. Tindakan Mendengarkan Orang Lain 33 34 2

Melakukan Kontak Mata Langsung

37 35,36,38,39,40 6

Postur Tubuh yang Terbuka 41 42 2

Menerima dan Memberi Umpan Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Asertif Setelah Validasi

(9)

Positif

Bertanggung jawab terhadap pendapat yang dituangkan

Melakukan Kontak Mata Langsung

- 35,36,39,40 4

Postur Tubuh yang Terbuka - 42 1

Menerima dan Memberi Umpan

(10)

kemungkinan skor tersebut menjadi sebaliknya. Pernyatan tersebut jika dipaparkan dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5 Skor Angket Perilaku Asertif

Pernyataan Skor

SS S N T TS

Positif (+) 4 3 2 1 0

Negatif (-) 0 1 2 3 4

Upaya untuk mengetahui tingkat asertif subyek dalam penelitian dilakukan konversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas lulus actual dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sugiono, 2010).

1. Menghitung skor total masing-masing responden 2. Menentukan Range (R) = nilai terbesar-nilai terkecil 3. Menghitung banyak kelas P= 1+3,3 log n

4. Menghitung panjang kelas= range: banyak kelas (R/P) 5. Memasukkan data responden kedalam table frekuensi 6. Mencari rata-rata aktual

7. Mencari simpangan

8. Mencari batas lulus (BL)= X+ 0.25 s

9. Mengelompokkan data menjadi dua kategori dengan pedoman sebagai berikut

Tabel 3.6 Konversi Skor Mentah menjadi Skor Matang degan Batas Lulus Aktual

No Kriteria Kategori Skor Kategori Asertif

(11)

2 X < X +0.25 Sedang Tidak asertif

Tabel 3.7 Kategori Perilaku Asertif

No Kriteria Kategori Deskripsi

1 X≥ X +0.25 Asertif Remaja cenderung dapat: hormat terhadap diri sendiri dan orang lain; berpikir positif; bertanggung jawab terhadap pendapat yang dituangkan; percaya diri, menghargai diri, menerima diri; berempati; mendengarkan orang lain, melakukan kontak mata langsung, memperlihatkan postur tubuh yang terbuka, menerima dan memberi umpan balik; dan berpartisipasi dalam pergaulan.

2 X < X +0.25 Tidak

asertif

Remaja cenderung tidak dapat: hormat terhadap diri sendiri dan orang lain; berpikir positif; bertanggung jawab terhadap pendapat yang dituangkan; percaya diri, menghargai diri, menerima diri; berempati; mendengarkan orang lain, melakukan kontak mata langsung, memperlihatkan postur tubuh yang terbuka, menerima dan memberi umpan balik; dan berpartisipasi dalam pergaulan

5. Uji Kelayakan Instrumen

(12)

Dr. Syamsu Yusuf, M.Pd., Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd. yang merupakan pakar dalam Bimbingan dan Konseling (BK), serta Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd. yang merupakan pakar konseling dan psikoterapi. Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang.

6. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan instrumen dilakukan pada dua puluh responden dengan karakteristik yang cenderung sama dengan remaja yang tinggal di LKSA. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan setiap item agar mudah dipahami oleh responden, mengetahui kata-kata yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud pernyataan tersebut. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh remaja yang tinggal di LKSA dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

7. Uji Validitas dan Realibitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kedalaman alat ukur atau instrumen (Arikunto, 2006: 168). Sementara itu Sugiyono (2010:179) menyatakan validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang ditanyakan dan apa yang ingin diukur dalam penelitian. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian jika nilai koefisien validitasnya lebih atau sama dengan 0,30.

Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. 1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (rxy), dengan

(13)

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = Item soal yang dicari validitasnya Y = Skor total yang diperoleh sampel 2) Proses pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria sebagai berikut. b) Jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3, maka butir soal valid c) Jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,3, maka butir soal tidak valid

Menurut Sugiyono (2010: 179) item yang dipilih (valid) adalah yang

memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3. Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan yang seharusnya diukur.

Uji validitas perilaku asertif pada penelitian ini menggunakan dengan menggunakan software SPSS version 17.0 for Windows, dan diperoleh item yang valid ada 34 pernyataan dan yang tidak valid ada 16 pernyataan. Item yang tidak valid artinya bahwa item tersebut tidak dapat mengukur yang seharusnya diukur.

Langkah berikutnya adalah melakukan uji realibitas. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian derajat konsistensi (keajegan) instrument pengumpul data. Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketetapan setiap item yang digunakan.

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (

) melalui tahapan sebagai berikut.

Pertama, menghitung nilai reliabilitas atau r hitung (r11) dengan

(14)

r = Reliabilitas tes yang dicari

2

i

 Jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t

= Varians total n = banyaknya soal

Kedua, mencari varians semua item menggunakan rumus berikut.

(Arikunto, 2002, hlm.109)

Setelah diuji validitas butir item dari variabel perilaku asertif, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah reliabilitas item tersebut dengan menggunakan bantuan perhitungan software SPSS version 17.0 for Windows dan diperoleh hasil sebagai berikut.

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (1999 : 149) yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.8

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

(15)

Klasifikasi Koefisien Realibitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.802 50

Merujuk pada tabel interpretasi nilai koefisien korelasi, maka reliabilitas instrumen ini dinyatakan sangat tinggi, dengan kata lain instrumen ini dapat digunakan untuk penelitian.

D. Pengembangan Bimbingan Sosial

Pengembangan bimbingan sosial meliputi: (1) struktur program; (2) uji kelayakan bimbingan sosial; (3) uji empiris

1. Struktur Bimbingan Sosial

Struktur bimbingan sosial pada penelitian mengacu pada model pengajaran sosial Joyce, Weil, dan Calhoun (2011) yaitu: (a) rasional, (b) asumsi, (c) tujuan, (d) sintaksis, (e) sistem sosial, (f) sistem pendukung, (g) evaluasi, dan (h) SKLBK.

2. Uji Kelayakan Bimbingan Sosial

Uji kelayakan bimbingan sosial dinilai oleh dua orang dosen ahli dalam bidang bimbingan sosial yaitu: (1) Prof. Dr. Syamsu Yusuf Ln, M.Pd., Prof. Dr. Ahmad Juntika Nurihsan, M.Pd., serta satu praktisi Bimbingan dan Konseling di LKSA Nugraha yaitu Agus Sutardi, S.Pd. Penilaian dilakukan melalui draft penilaian dengan pemberian tanda cheklist ( ) dengan memakai empat skala penilaian yaitu; (1) = kurang memadai; (2) = cukup memadai; (3) = memadai; (4) = sangat memadai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. 10 sebagai berikut.

Tabel 3.10 Penilaian Pakar Terhadap Isi Bimbingan Sosial

No Komponen

Skala

Penilaian Komentar/ Saran

(16)

No Komponen

Skala

Penilaian Komentar/ Saran

1 2 3 4

1. Rasional

2. Asumsi

3. Tujuan

4. Sintaksis

5. Sistem Sosial

6. Sistem Pendukung

7. Evaluasi

8. SKLBK

3. Uji Empirik

Uji empirik bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku asertif remaja, meliputi: (a) penyusunan rencana kegiatan uji lapangan; (b) pelaksanaan uji lapangan dengan desain penelitian eksperimen kuasi dengan desain nonequivalent (pretest dan posttest) control group design, dan (c) Pendeskripsian hasil pelaksanaan ujian lapangan.

Tabel 3.11

Desain Uji Bimbingan Sosial Untuk Mengembangkan Perilaku Asertif Remaja

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

Sumber: Heppner, Wampold, dan Kivlinghan (2008)

(17)

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini yakni tahap: (1) persiapan, (2) pelaksanaan, dan pelaporan. Secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian ini dimulai dengan disusunnya proposal penelitian, kemudian melangsungkan seminar proposal jika telah memenuhi syarat. Setelah diseminarkan, dilanjutkan dengan pengajuan pembimbing dan pengurusan surat perijinan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah awal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yakni perumusan instrumen penelitian dimulai dengan merumuskan definisi operasional perilaku asertif, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi dan butir pernyataan yang selanjutnya diuji kelayakannya oleh para ahli baik dari segi konstruk, bacaan, maupun isi instrumen. Setelah itu, instrument perilaku asertif remaja di uji keterbacaan oleh 20 orang remaja LKSA yang berusia 15-17 tahun yang bukan merupakan sampel penelitian. Tahap akhir dari pengujian instrumen adalah uji validitas dan reliabilitas instrumen yang fungsinya untuk mengetahui tingkat keakuratan instrumen dalam mengungkap data perilaku asertif remaja.

Selanjutnya, instrumen penelitian disebarkan pada sampel penelitian. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengungkap profil perilaku asertif remaja LKSA Nugraha Tahun 2015. Penentuan subjek pada kelompok eksperimen dan control tidak dipilih secara acak. Hasil pengungkapan tersebut dijelaskan pada sample penelitian.

(18)

dosen ahli dalam bidang bimbingan sosial dan satu praktisi dari LKSA Nugraha yang memiliki latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.

Kemudian, melakukan kuasi eksperimen yang dimulai dari (a) pengambilan data pretest (pengukuran awal) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan menggunakan instrumen perilaku aserrif; (b) pelaksanaan perlakuan berupa penerapan bimbingan sosial yang diberikan kepada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan; (c) pengambilan data potstest (pengukuran akhir) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui keadaan akhir perilaku asertif remaja subjek penelitian dan menguji keefektifan bimbingan sosial. Langkah berikutnya adalah mengolah data tentang perubahan perilaku asertif remaja LKSA Nugraha Tahun 2015.

3. Tahap Pelaporan

(19)
(20)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Gambar

Tabel 3.5
Tabel 3.7 Kategori Perilaku Asertif
Tabel 3.8 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi
Tabel 3.10                                                                                                                  Penilaian Pakar Terhadap Isi Bimbingan Sosial
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara utama dari paru-paru atau bronkus yang.. menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang dari Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Lebong Nomor : ae{

NC NAIJIA BARANG DAN SPESIFIKASI Volume. 7 DentalSet child

RIZM PUTM

Suatu susunan yang terdiri atas sikap,kepercayaan,emosi,dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu

RIZKA PUTRA UTAMA, SE

Nilai Total HPS : Rp.111.562.000 ( Seratus Sebelas Juta Lima Ratus Enam Puluh. Dua Ribu

Jika transaksi selama periode akuntansi telah dicatat dalam jurnal khusus dan jurnal umum, maka langkah selanjutnya adalah memindahbukukan jurnal tersebut ke akun-akun pada