• Tidak ada hasil yang ditemukan

Addthis PAJAK HIBURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Addthis PAJAK HIBURAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK HIBURAN

A. Sejarah dan Dasar Hukum yang Pernah Berlaku

Pajak Tontonan merupakan hal ikhwal dari asal pajak hiburan, aslinya dalam bahasa Belanda bernama Verma kelijheidsblasting, yang artinya pajak atas pemberian hiburan dan kesenangan.¹ Berdasarkan memori penjelasan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 1971 diterangkan bahwa peraturan tentang pemungutan pajak untuk mengadakan tontonan dalam wilayah Jakarta diatur dalam peraturan Pajak Tontonan Jakarta 1940 tanggal 4 Desember 1939 yang telah diubah dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta tanggal 20 April 1968.

Berdasarkan perkembangan pertunjukan dan keramaian umum saat itu, peraturan tersebut kemudian diganti dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 1971 tentang Penetapan dan Pemungutan Pajak Tontonan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1981 tentang Penetapan Kembali Peraturan Pajak Tontonan dengan nama Pajak Hiburan. Peraturan ini diubah lagi dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 1986 yang terakhir diperbarui kembali dengan Peraturan Daerah Nomor7 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Hiburan dan Pajak Hiburan Dalam Wilayah DaerahKhususIbukotaJakarta yang disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973.31 - 531 tanggal 26 Oktober 1998. Dasar Hukum terpenting ialah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18Tahun 1997; dan terakhir diberlakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai objek, subjek, tarif dan dasar perhitungan pajak hiburan serta masa dan saat terutang pajak hiburan.

B. ObjekPajak

(2)

1. tontonan film;

2. pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana; 3. kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; 4. pameran;

5. diskotek, karaoke, klab malam, dan sejenisnya; 6. sirkus, akrobat, dan sulap;

7. permainan bilyar, golf, dan boling;

8. pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainnan ketangkasan;

9. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan 10.pertandingan olahraga.

Bila dibandingkan dengan peraturan daerah DKI Jakarta, maka Perda ini lebih terinci dalam menentukan objek pajaknya, sebagaimana tergambar berikut ini:

1. Pertunjukan film; 2. Pertunjukan kesenian;

3. Pertunjukan pagelaran musik dan tari;

4. Penyelenggarakan diskotek, musik hidup, karaoke, klab malam,ruang musik (music room), balai gita(singing hall), pub, ruang selera musik (music lounge), klub eksekutif(executive club) dan sejenisnya;

5. Permainan biliar dan sejenisnya;

6. Permainan ketangkasan, termasuk mesin keping dan sejenisnya; 7. Panti pijat, mandi uap;

8. Pertandingan olahraga;

9. Penyelenggaraan tempat-tempat wisata, taman rekreasi, seluncur (ice skate), kolam pemancingan, pasar malam, sirkus, komidi putar (yang digerakkan dengan peralatan elektronik), kereta pesiar, dan sejenisnya;

10.Pertunjukan dan keramaian umum lainnya.

(3)

permainan keping), musik hidup, pertunjukan temporer, klab malam, diskotek, mandi uap, padang golf, taman hiburan, bioskop dan sebagainya.

1. Mesin Permainan Keping (Coin Game Machine)

Permainan ini sebenarnya sudah lama berkembang, akan tetapi mesin permainan keping baru dikenakan pajak beberapa tahun belakangan ini. Padadasarnya adadua macam permainan dalam mesin permainan keping, yaitu:

a. Jenis Kiddy Ride

Digunakan khusus untuk permainan anak-anak. b. Jenis Ding Dong

Digunakan oleh anak-anakdan orang dewasa.

Andaikan seorang pengusaha bermaksud untuk membuka suatu usaha baru dalam jenis permainan ini, maka pengusaha tersebut harus mendapatkan terlebih dahulu izin. Gubernur akan memberikan izin dalam batas waktu yang telah tertentu. Biasanya dalam surat izin yang dikeluarkan,masa izinnya tidak lebih dari 1 (satu) tahun.Tetapi pengusaha dapat memperpanjang masa usahanya setelah jangka waktu satu tahun itu habis masa berlakunya. Untuk mendapatkan izinnya, pengusaha yang bersangkutan akan dikenakan retribusi yang besarnya ditetapkan oleh gubernur.

Untuk menjaga hal-hal yang tidak diingkan, seperti halnya permainan judi dalam mesin permainan keping atau keikutsertaan pelajar yang berseragam sekolah pada jam-jam sekolah , maka penyelenggaraan mesin permainan keping diatur waktunya menurut jenis yaitu :

a. Kiddy Ride : Jam 10.00 s/d 24.00 WIB setiap hari b. Ding – Dong : Jam 16.00 s/d 24.00 WIB setiap hari

(4)

2.Musik Hidup

Musik hidup diartikan sebagai musik yang dimainkan secara langsung oleh satu atau beberapa orang dengan menggunakan alat-alat musik. Seperti halnya pertunjukan lain maka musik hidup harus mendapat izin dari gubernur dengan mengajukan permohonan dan syarat-syarat tertentu. Biasanya izin hanya berlaku untuk satu tahun dan dapat diperpanjang kembali.

Ketentuan lain yang perlu untuk diketengahkan adalah tempat dan izin pertunjukkan. Tempat ruangan musik hidup harus memenuhi persyaratan kedap suara dan lampu penerangan yang cukup. Waktu pertunukkan ditentukan pula dari jam 19.00 sampai jam 24.00 WIB , kecuali hari Minggu dari jam 19.00 sampai jam 01.00 WIB . Biasanya pada pertunjukkan musik hidup ditampilkan artis-artis termasuk artis asing. Pada ketentuannya khusus untukartisasingdilaranguntukmenampilkannya, kecuali telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Pertunjukkan itu mutlak harus diselenggarakan di bar/ coffee house, restoran/rumah makan atau yang sejenis itu.

Dalam penyediaan fasilitas lainnya, pengusaha musik hidup dilarang menyediakan fasilitas melantai,pramuria,menerima tamu yang membawa senjata api atau senjata tajam, tamu dalam keadaan mabuk dan memberikan kesempatan untuk melakukan perbuatan asusila.

3.PERTUNJUKKAN TEMPORER

Selain dari pertunjukkan musik hidup, ada pula pertunjukkan hiburan yang temporer. Disebut temporer karena tujuan pertunjukan itu memang bukan untuk jangka waktu yang lama. Yang termasuk pertunjukan yang temporer adalah pertunjukan kesenian, pertandingan olahraga, pameran, bazaar atau kegiatan lain yang sejenis yang terbuka untuk umum dan waktunya terbatas, maksimal satu bulan.

(5)

sekurang-kurangnya 14 hari sebelum kegiatan temporer diselenggrakan, dan mempunyai keharusan untuk menyebutkan Harga Tanda Masuk (HTM).

Seperti halnya pertunjukan di bioskop,pertunjukan hiburan temporer yang menggunakan Harga Tanda Masuk (HTM) harus mendapat pengesahan untuk diperporasi oleh Dinas Pendapatan Daerah.

4. KLAB MALAM

Klab malam adalah suatu bentuk usaha komersial yang ruang lingkup penyelengaraannya ialah menyajikan hiburan untuk orang dewasa yang menyediakan fasilitas untuk melantai dengan diiringi band dan mengadakan pertujukkan floor show yang bermutu nasional atau internasional dengan menyediakan pramuria, menyajikan hidangan makanan dan minuman biasa maupun campuran, baik yang mengandung alkohol maupun tidak, terbuka untuk umum kecuali yang diselenggarakan atas keanggotaan dan terbatas tidak dibuka untuk umum dan tidak dipungut bayaran.

Untuk membuka usaha klab malam produsen harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah yang nantinya akan diberikan izin dalam jangka waktu satu tahun dan dapat diperpanjang kemudian. Dalam pengurusan izin tersebut , pengusaha klab malam akan dikenakan retribusi hiburan.

Klab malam dapat digolongkan menjadi 3 (atas) bagian, yaitu :

a. Kelas A : Mempunyai daya tampung 200 orang b. Kelas B : Mempunyai daya tampung 150 orang c. Kelas C : Mempunyai daya tampung 50 Orang

Sedangkan tarif kelas malam terdiri atas :

a. Tarif masuk (cover charge) dengan menggunakan karcis yang telah dilegalisir Dinas Pendapatan Daerah.

(6)

5. Diskotek

Hampir sama dengan klab malam, yaitu mengenai objek pengusahaan diskotek. Pengertian diskotek itu sendiri adalah suatu usaha komersial yang ruang lingkupnya menyediakan hiburan malam untuk orang dewasa dengan menyediakan fasilitas melantai diiringi musik rekaman atau piringan hitam, tape recorder dan sejenisnya dan terbuka untuk umum. Pengertian yang di maksud di atas lebih kepada pengertian tempat dan usaha.

Menurut aturan ini waktu penyelenggaran dibatasi dari waktu 19.00 sampai jam 02.00 WIB, sedangkan pada hari minggu/libur dimulai jam 19.00 sampai 03.00 WIB. Dalam kententuan lainnya mengenai perolehan izin, pengenaan retribusi dan larangan hampir sama dengan klab malam, kecuali tarif pramuria tidak di atur dalam undang-undang ini.

6. Mandi Uap

Demikian pula halnya dengan pengusahaan mandi uap. Dalam beberapa aturan di kota/kabupaten di Indonesia maka yang di maksud dengan mandi uap/air panas adalah suatu usaha komersial yang ruang lingkupnya menyediakan fasilitas mandi uap/air panas di sertai pelayanan pijat, terbuka untuk umum kecuali usaha yang bertujuan untuk pengobatan berdasarkan keanggotan terbatas dan tidak menerima keuntungan.

Mengenai perizinannya sama dengan peraturan klab malam dan diskotek. Demikian pula pengenaan retribusi terhadap Pengusahaan Mandi Uap.

Perusahaan mandi uap dapat digolongkan atas tiga kelas, yaitu :

a. Kelas A : terdiri atas 21 Kamar Pijat

b. Kelas B : terdiri atas 11 sampai 20 Kamar Pijat c. Kelas C : terdiri atas 1 sampai 10 Kamar Pijat

Penggolongan kelas ditetapkan dalam surat izin yang bersangkutan, dapat didasarkan atas letak lokasi, susunan tata ruang, mutu perlengkapan, banyaknya kamar mandi uap (steam box), kamar pijat (massage room) dan kelengkapan fasilitas lain.

(7)

a. Berbentuk badan hukum. b. Warga Negara Indonesia. c. Mempunyai modal yang cukup.

d. Mempunyai tenaga dokter sebagai pengawas medis.

e. Mempunyai kendaraan antarjemput karyawan yang bertugas pada malam hari

f. Khusus untuk klab malam yang menggunakan jasa pelayanan pramuria dan penata minum harus memiliki izin kerkaryaan

g. Khusus untuk Pengusahaan Mandi Uap yang menggunakan jasa pelayanan pemijat harus memiliki keterampilan khusus..

h. Tidak mengganggu ketertiban umum, terutama pada Pengusahaan Diskotek dan Pengusahaan Klab Malam.

7. Padang Golf

Padang-padang golf seperti padang golf Kebayoran, padang golf Rawamangun dan padang golf Ancol dikenakan pajak hiburan sebesar 10%.

C. Subjek Pajak

(8)

Dengan demikian, penyelenggara hiburanlah yang bertanggung jawab membayar pajak, tapi pada dasarnya pajak dibayar para penonton atau pengunjung yang menonton, menikmati, menggunakan alat hiburan atau mengunjungi hiburan. Jadi penyelenggara adalah wajib pajak dan juga penanggung pajak. Apabila penonton atau pengunjung tidak melunasi pajak yang terutang, maka penyelenggara bertanggung jawab atas utang pajak tersebut. Ini berarti, pajak hiburan merupakan pajak tidak langsung karena beban pajaknya dapat dilimpahkan (can be shifted) baik seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain (dalam hal ini pengunjung/penonton).

D.

Tarif dan Dasar Perhitungan Pajak Hiburan

Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen).

Walaupun ditetapkan setinggi-tingginya 35%, namun berlaku ketentuan khusus pada objek tertentu sebagaimana dibawah ini:

1. Hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotek, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen).

2. Hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

Tarif Pajak Hiburan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

E.

Pajak Hiburan di Jakarta

(9)

kesatuan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.Ini berarti provinsi terbagi dalam wilayah kotamadya/Kabupaten yang bukan merupakan daerah otonom.

Karena pemberian otonomi sebatas pada lingkup provinsi saja, maka Jakarta hanya memiliki satu kas daerah yakni pada tingkatan provinsi saja. Ini berbeda dengan provinsi lain yang tiap tingkat pemerintahan daerah kota ini berbeda dengan provinsi lain yang tiap tingkat pemerintahan daerah kotadan kecamatan serta daerah kabupaten yang memiliki kas daerah terpisah dan tersendiri dimana masing-masing pemerintahannya dapat mengolah serta mengalokasikan sendiri dana daerahnya (sesuai dengan pemberian otonomi penuh terhadap daerah provinsi, daerah provinsi, daerah kotadan kabupaten).

Dipenda merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dibidang pemungut pendapatan daerah yang juga mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pemungutan pendapatan daerah dan mengadakan koordinasi dengan instansi lain dalam perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian pemungutan pendapatan daerah.

Pajak hiburan sebenarnya merupakan jenis pajak daerah kota/kabupaten, tapi untuk wilayah Jakarta pajak hiburan pemungutannya diserahkan kepada pemerintah provinsi (wewenangnya dilimpahkan pada Balai Dipenda), tingkat kota (pada Suku Dinas Pendapatan Daerah) serta kecamatan yang sifatnya hierarkis, dengan penggolongan jenis hiburan yang telah ditentukan oleh gubernur yang dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Suku Dinas Pendapatan Daerah Kota dan Seksi Pendapatan Daerah Kecamatan untuk Melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendapatan Daerah.

F. Pengelolaan Pemungutan Pajak Hiburan

(10)

Bagan 1 Seksi-seksi yang Berkaitan dengan Penyelenggaraan Pemungutan Pajak Hiburan (PHi)

Pada bagan tersebut dapat dilihat keterkaitan masing-masing seksi dalam kegiatan pengelolaan dan pemungutan pajak hiburan di mana seksi-seksi yang terkait di dalamnya antara lain: Seksi Pendataan dan Pemeriksaan, Seksi Penatausahaan Pendapatan Daerah, Seksi Penetapan, serta Seksi Penagihan.

Berdasarkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Hiburan dan Pajak Hiburan, pemungutan pajak hiburan dilakukan untuk tiga jenis penyelenggaraan hiburan yaitu jenis penyelenggaraan hiburan rutin yang menggunakan tiket tanda masuk dan penyelenggaraan hiburan rutin yang tidak menggunakan tiket tanda masuk tapi menggunakan bill sebagai bukti pembayaran serta penyelenggaraan hiburan insidental.

Seksi Penatausahaan dan Pendapatan Daerah

 Pembuatan daftar subjek dan objek pajak

 Pembuatan Perhitungan hasil penetapan

(11)

Mekanisme pemungutan pajak hiburan dapat digambarkan dan dilihat pada Bagan 2 berikut ini:

K

Bagan 2 Mekanisme Pemungutan Pajak Hiburan

Dalam bagan tersebut dapat dilihat bahwa pemungutan pajak hiburan dibagi melalui tiga kegiatan penyelenggaraan hiburan, yang masing-masing memiliki sistem pemungutan yang berbeda, di mana ada yang menggunakan Self Assessment.Selanjutnya, pelaksanaan pemungutan dan pembayaran pajak hiburan dapat dirinci sebagai berikut:

WAJIB PJK/ Penyelenggara

RUTIN

Menggunakan Tanda Masuk

Sistem SDM

Cetak/Stok

Legalisir

Realisasi Pembayaran Tidak

Menggunakan Tanda Masuk

SKP/Self Assesment

Insidental Jaminan PDm

PEMERIKSAAN

Keterangan:

(12)

1.

Penyelenggaraan Hiburan Rutin yang Menggunakan Tiket Tanda Masuk

Terhadap wajib pajak yang menyelenggarakan hiburan rutin dengan menggunakan tiket tanda masuk seperti bioskop, penyelenggaran tempat-tempat wisata, taman rekreasi, seluncur(ice skate), kolam pemancingan dan sejenisnya, pelaksanaan pemungutan dan pembayaran wajib pajak hiburan ditetapkan dengan sistem Official Assessment di mana fiskus yang memiliki wewenang untuk menentukan berapa besarnya pajak yang terutang dan wajib pajak baru dapat melakukan pembayaran setelah adanya surat ketetapan pajak yang terutang, dengan melalui tahapan:

- Wajib pajak menyampaikan stok cetakan tiket dengan nomor dan seri berurutan dengan membayar Ongkos Cetak Karcis (OCK) dan mengajukan permohonan legalisasi atau perporasi tiket. Fiskus dalam hal ini Seksi Penetapan melakukan perhitungan dengan menggunakan Nota Perhitungan Pajak berdasarkan jumlah tiket yang dipesan dan tarif dari tiket tersebut.

Contoh :

Jumlah tiket bioskop golongan A.II Utama yang diperporasi 1000 lembar. Nomor seri: A. 0001 sampaidengan A. 1000

Tiket/Harga Tanda Masuk : Rp30.000,00 Tarif pajak hiburan : 25%

Pajak hiburan yang harus di setor:

1000 x Rp30.000,00 x 25% = Rp7.500.000,00

- Seksi Penetapan melakukan perhitungan dengan menerbitkan surat ketetapan sebagai saran yang di gunakan oleh wajib pajak untuk menyetorkan jumlah kewajibannya ke kantor kas daerah. Selanjutnya Seksi Penetapan melakukan pencatatan/pembukaan dana administrasi pengambilan tiket dan melakukan koordinasi dengan seksi pendataan dan pemeriksaan

(13)

melakukan pengambilan tiket dan melegalisasi tiket kembali sebelum persediaan yang ada terjual habis.

2. Penyelenggaraan Hiburan Rutin Yang Tidak Menggunakan Tiket Tanda

Masuk

Untuk kegiatan penyelenggaraan rutin yang tidak menggunakan tiket tanda masuk seperti penyelenggaran diskotek, musik hidup, karaoke, klab malam ,ruang musik(music room), balai gita(singing hall), pub, ruang selesa musik ( music lounge ), klab eksekutif ( executive club ) dan ejenisnya, sistem pemungutan pajak hiburan berdasarkan Self Assessment, dimana wajib pajak diberi wewenang dan kepercayaan serta tanggung jawab untuk menghitung , membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

(14)

Dengan sistem Self Assessment tersebut wajib pajak berkewajiban untuk melakukan pembayaran setiap bulannya ke kantor kas daerah dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilampirkan dengan laporan penerimaan harian Dipenda dalam hal ini Seksi Penagihan. Pelaksanaan pemungutan pajak hiburan yang tidak menggunakan tiket tanda masuk dapat digambarkan seperti Bagan 3 di atas.

3.

Penyelenggaraan Hiburan Insidental

Terhadap kegiatan penyelenggaraan hiburan insidental sistem pemungutannya dengan menggunakan sistem Semi Self Assessment, di mana pada saat penyelenggaraan hiburan, wajib pajak diberi kewenangan untuk melakukan pemungutan pajak melalui penjualan tiket dan pada masa penyelenggaraan hiburan berakhir fiskus menentukan ketetapan pajak terutang atau menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Tahapan pemungutan/pembayaran pajak hiburan insidental sebagai berikut:

 Wajib pajak menyampaikan tiketyang akan digunakan untuk acara insidental tersebut dalam waktu minimal 7 ( tujuh ) hari sebelum acara insidental dilaksanakan dengan nomor dan seri tiket beruntun dan mengajukan permohonan legalisasi/perporasi tiket dengan memberikan uang jaminan berupa Pembayaran Di Muka (PDm) sebesar jumlah tiket yang akan digunakan

Contoh:

Jumlah tiket dilegalisasi = 200 lembar

Nomor seri = A. 002 sampai A. 0200 Tiket/Harga Tanda Masuk = Rp200.000

Tarif pajak hiburan = 15%

PDm yang harus dibayar = 200 x Rp200.000 ,00 x 15%

= Rp6.000.000,00

(15)

fiskus membuat laporan realisasi penjualan tiket dengan mengetahui dan ditandatangani oleh wajib pajak.

 Dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah acara insidental, Seksi Penetapan Balai Dipenda membuat Surat Ketetapan Pajak yang harus dibayar sesuai dengan jumlah tiket yang terjual berdasarkan laporan Seksi Pendataan dan Pemeriksaan lalu menyampaikan pada wajib pajak untuk selanjutnya dilakukan pembayaran ke kantor kas daerah dengan terlebih dahulu wajib pajak mengambil uang jaminan.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Peti kemas hewan ternak model 1 hasil modifikasi dari peti kemas general cargo kondisi 80-85% yang didesain bisa dioperasikan di atas kapal 2 in 1 , dengan cara

Kandungan Fe pada daun kelor berdasarkan metode pengeringan, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, dimana kandungan tertinggi ada pada metode pengeringan

Dengan adanya peluang tersebut kami berkesempatan untuk mengembangkan beberapa model pembelajaran bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, salah satunya adalah model CRV-IDEAL

Processor adalah sebuah IC yang mengontrol keseluruhan jalannya sebuah sistem komputer dan digunakan sebagai pusat atau otak dari komputer yang berfungsi untuk

Bangunan ini merupakan sebuah Kebun Binatang yang pada pola pengaturan ruang pamer satwanya memakai metode Estetis, dimana tata ruang luar sekitar satwa diatur

Pada halaman Penjadwalan Ulang yang muncul (dapat dilihat pada gambar 5.12), akan dilakukan proses seleksi terhadap data order yang dimiliki perusahaan dengan kriteria tanggal

Saya mengucapkan terima kasih dengan kesempatan dan hal-hal apapun yang pernah saya dapatkan di KSU Zang Zulfikar dan tidak hanya itu saya juga memohon maaf

Dalam hal ini peneliti mencari informasi dari narasumber yang mempunyai informasi tentang objek yang diteliti. Informan yang disebut disini antara lain kepala desa,