• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI EKSPOR IMPOR TERHADAP PERTUMB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONTRIBUSI EKSPOR IMPOR TERHADAP PERTUMB"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI EKSPOR IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Abrista Devi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor ekonomi merupakan salah satu sektor yang paling penting untuk mengukur kesejahteraan

suatu negara. Suatu negara dapat dianggap sejahtera salah satunya dapat dilihat melalui angka

pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pada umumnya jika angka pertumbuhan ekonomi bergerak pada

arah yang positif, maka dapat dikatakan negara tersebut sejahtera, dan begitu juga sebaliknya. Akan

tetapi, pergerakan pertumbuhan ekonomi kearah positif tidak selamanya menggambarkan bahwa negara

tersebut sejahtera, ada beberapa faktor lain yang memiliki pengaruh dalam pengukuran tingkat

kesejahteraan suatu negara seperti misalnya angka inflasi, situasi politik, dan sebagainya.

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan ekonomi yang menyebabkan barang dan

jasa yang dalam masyarakat bertambah dari satu periode ke periode yang lain serta kemakmuran

masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah dalam

makroekonomi untuk jangka panjang. Selain itu, pertumbuhan ekonomipun dipengaruhi oleh

bertambahnya investasi, teknologi yang berkembang, dan meningkatnya kesempatan kerja.1

Jika disimak dari angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada gambar 1.1. terlihat

pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) serta PNB (Produk Nasional Bruto) perkapita di Indonesia

menunjukkan peningkatan grafik yang positif. Angka ini menggambarkan Indonesia sudah mulai dapat

pulih dari keterpurukan pasca krisis moneter yang melanda negara-negara di kawasan Asia di penghujung

tahun 98/99. Meskipun pertumbuhan ekonomi yang digambarkan melalui PDB perkapita ini meningkat

dengan sangat lamban, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang proses pemulihan

ekonominya cepat dibandingkan negara-negara Asia lainnya yang juga mengalami krisis moneter.

1

(2)

Gambar 1.1.

PDB per kapita, PNB per kapita dan Pendapatan Nasional per kapita

2000-2009 (rupiah)

Sumber diperoleh dan diolah: Badan Pusat Statistik (BPS)

Merujuk pada data diatas memang dapat disimpulkan sejenak terhitung dengan menggunakan

variable PDB saja, pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif antar satu

periode ke periode lainnya. Akan tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian yang telah ada pertumbuhan

ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan PDB saja. Jika produksi barang dan jasa di dalam

negeri mengalami pertumbuhan yang baik disertai dengan meningkatnya harga-harga barang dan jasa

(terjadi inflasi) maka pertumbuhan tersebut tidak berarti apa-apa, dimana daya beli masyarakat melemah.

Selain faktor moneter ada lagi pengaruh lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi dewasa ini yang juga

menjadi langkah umum pemerintah untuk menciptakan struktur reformasi ekonomi di Indonesia, guna

mengatasi masalah perekonomian yang berlarut-larut. Bentuk pembaharuan ini diwujudkan dengan

adanya transisi dari ketergantungan sumber daya alam ke persaingan internasional.

Melakukan suatu reformasi dalam perdagangan tentunya sangat berperan penting dalam

menentukan arah kebijakan suatu negara. Setiap negara baik negara maju maupun negara berkembang

memiliki kekayaan alam masing-masing serta potensi menciptakan produk dengan comparative

advantage (keunggulan komparatif) tersendiri, baik dari bahan baku, tenaga kerja maupun biaya yang

dikeluarkan untuk melahirkan suatu produk tertentu. Oleh sebab itulah penting adanya sistem

(3)

perdagangan yang tidak hanya mengandalkan pada perdagangan dalam negeri saja, akan tetapi meluas

hingga taraf internasional.

Dengan adanya teori keunggulan komparatif inilah muncul perputaran barang dan jasa dari suatu

negara ke negara yang lain. Di era globalisasi ini, suatu negara dapat melakukan ekspansi perdagangan ke

luar negeri. Tidak hanya melakukan ekspansi perdagangan melalui Aktivitas jual saja, akan tetapi dengan

memenuhi kebutuhan masyarakatnya maka negara dapat melakukan Aktivitas pembelian dari luar negeri.

Singkatnya inilah yang biasanya dikenal dengan Aktivitas ekspor-impor.

Aktivitas ekspor–impor banyak memberikan keuntungan bagi suatu negara yang terlibat

didalamnya. Ekspor merupakan salah satu sumber devisa yang sangat dibutuhkan oleh negara atau daerah

yang perekonomiannya bersifat terbuka seperti di Indonesia, karena ekspor secara luas ke berbagai negara

memungkinkan peningkatan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga

diharapkan dapat memberikan andil yang besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas perekonomiaannya.2

Sedangkan melalui impor maka negara dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tidak dapat

diproduksi di dalam negeri atau memanfaatkan pola comparative advantage sehingga biaya yang dikeluarkan untuk suatu produk barang dan jasa akan lebih murah.

Aktivitas ekspor impor sangat cocok sekali dengan ekonomi berbasis mazhab kerakyatan, yakni

sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Dengan adanya kegiatan ini maka barang

dan jasa yang diproduksi di dalam negeri tidak hanya mengalir di dalam negeri saja akan tetapi juga

merambah pada kancah internasional. Suatu barang dan jasa dapat dijadikan barang perdagangan ekspor

jika sudah memenuhi ketentuan syarat standarisasi produk yang mana syarat standarisasi produk ini

berbeda-beda untuk setiap jenis produknya, seperti misalnya kopi, rotan dan sebagainya.

Jika semakin banyak permintaan barang dari luar negeri maka produksi akan meningkat,

meningkatnya produksi akan berimbas pada meningkatnya pula permintaan terhadap tenaga kerja

sehingga dapat meminimalisir angka pengangguran. Jika masyarakat bekerja maka daya beli masyarakat

akan meningkat dan perputaran tingkat konsumsi akan semakin lebih baik dan akhirnya tujuan dalam

pertumbuhan ekonomi pun akan tercapai.

Globalisasi memang pada hakikatnya dapat memberikan kesejahteraan dan pertumbuhan tetapi

hanya pada segelintir orang saja, yakni bagi mereka para pemilik modal. Teknik ini juga merupakan

bagian dari sistem kapitalis yang sudah mewabah termasuk ke Indonesia. Sehingga globalisasi memang

menguntungkan bagi mereka yang memiliki modal, tetapi memperburuk situasi bagi mereka rakyat yang

hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana pendapatan petani yang kian hari

semakin menurun sebagai akibat dari kebijakan impor beras pemerintah serta diperburuk dengan

mahalnya harga pupuk dan obat-obatan pembasmi hama.

2

(4)

Sehingga, yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan adanya kegiatan ekspor-impor ini

memiliki andil dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia baik dalam jangka panjang

maupun untuk jangka pendek. Lalu bagaimana pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi jika

kegiatan ekspor impor ini mengalami guncangan sebagai akibat dari faktor eksternal seperti krisis global

serta faktor internal seperti isu-isu politik dalam negeri.

Islam merupakan the way of life, dimana Islam tidak hanya mengatur ummatnya dalam hal ibadah, bahkan problematika muamalah di pasar internasional pun diatur dalam Islam. Sebenarnya tidak ada

hukum khusus bagaimana Al-Qur’an menjelaskan tentang bermuamalah di pasar internasional. Akan

tetapi, Al-Qur’an memberikan pandangan bermuamalah secara umum tanpa memandang dimana, kapan

dan dengan siapa muamalah tersebut terjadi. Adanya penelitian ini untuk menjawab apakah kegiatan

ekspor-impor yang ada memberikan kontribusi yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam

jangka pendek maupun jangka panjang melalui pendekatan VAR.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengaruh faktor ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek

dan jangka panjang di Indonesia?

2. Sejauh mana pengaruh faktor impor terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan

jangka panjang di Indonesia?

3. Sejauh mana pengaruh faktor kurs terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan

jangka panjang di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi

dalam jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor impor terhadap pertumbuhan ekonomi dalam

jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia

3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor kurs terhadap pertumbuhan ekonomi dalam

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi menurut Boediono didefinisikan sebagai penjelasan mengenai

faktor-faktor yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai

faktor-faktor tersebut satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan. Teori pertumbuhan ekonomi

dikelompokkan menjadi dua kelompok:

(1) Teori-teori klasik, mencakup teori pertumbuhan Adam Smith, David Richard, dan Arthur Lewis.

Perbedaan teori Lewis dengan teori-teori klasik Smith dan Richardo terletak pada penekanan oleh

Lewis pada aspek dualisme perekonomian, yaitu adanya sektor modern dan sektor tradisional,

yang masing-masing memiliki ciri-ciri ekonomi khusus.

(2) Teori-teori khusus, yang mencakup empat sub golongan yaitu:

a. Teori pertumbuhan yang tumbuh dari teori makro Keynes (Keynesian) dalam hal ini

mencakup teori pertumbuhan Harrod-Domar, Kaldor. Teori Keynes digunakan untuk analisis

dalam jangka pendek sedangkan teori Harrod-Domar untuk analisis dalam jangka panjang.

b. Teori pertumbuhan Neo Klasik, diawali terutama oleh teori Robert Solow dan Trevor Swan.

c. Teori Pertumbuhan Optimum. Teori ini bertujuan untuk mencari jalur pertumbuhan yang

paling baik (optimum) bagi suatu perekonomian. Termasuk dalam hal ini teori Dalil Emas dan

teori Jalan Raya.

d. Teori pertumbuhan dengan uang. Teori ini merupakan perkembangan lanjut dari teori neo

klasik, tetapi dengan adanya tambahan uang dalam perekonomian sebagai alat penyimpan

kekayaan. Teori pokoknya berasal dari karya James Tobin.

Dewasa ini pengertian pertumbuhan ekonomi sendiri sudah mencakup pada bahasan yang lebih

luas, diantaranya pengertian menurut Prof. Simon Kuznets, Jhingan pertumbuhan ekonomi adalah adanya

peningkatan kemampuan suatu negara dalam jangka panjang untuk menyediakan semakin banyak jenis

barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan

teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya.3 Definisi ini mempunyai tiga

komponen:

3

(6)

1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan

barang;

2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat

pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk;

Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang

kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat

dimanfaatkan secara tepat.

2.2 Produk Domestik Bruto (PDB)

Gross Domestic Product (GDP) atau biasa dikenal dengan Produk Domestik Bruto (PDB)

menurut wikipedia Bahasa Indonesia merupakan nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh

suatu negara pada periode tertentu. PDB juga merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk

menghitung pendapatan nasional. PDB dapat pula diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan

jasa yang diproduksi dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB

berbeda dengan Produk Nasional Bruto (PNB) karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar

negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara

tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri

atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal-usul faktor produksi yang digunakan.

Ada dua jenis PDB yaitu, PDB nominal dan PDB real. PDB nominal merujuk kepada nilai PDB

tanpa memperhatikan pengaruh harga, sedangkan PDB riil (atau jika dalam publikasi data statistik oleh

BPS lebih dikenal dengan PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan

memasukkan pengaruh harga.

PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan

pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:

PDB = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran pemerintah + (ekspor-impor) Sementara pendekatan pendapatan yang diterima faktor produksi:

PDB = sewa + upah + bunga + laba

Pada dasarnya, secara teori PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan

angka yang sama. Namun dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit

dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.

(7)

Gambar 2.2

Perkembangan Nilai PDB per Tahun Kuartal

1999-2010

Sumber diperoleh dan diolah: Badan Pusat Statistik

Gambar 2.2 menunjukkan pergerakan nilai PDB per kuartal dari tahun ke tahun. Pertumbuhan

PDB menunjukkan tren yang positif disetiap tahunnya. Terhitung pasca krisis tahun 1999 Indonesia

mampu kembali dari keterpurukan krisis secara konsisten dari tahun ke tahun. Akhir tahun 2011

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditunjukkan oleh angka PDB naik 6,5% dari tahun 2010.

2.3 Ekspor

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam

negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa

yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa

pada suatu tahun tertentu.4

Perkembangan nilai ekspor Indonesia dapat dilihat pada gambar 2.3. Nilai total ekspor dapat

dilihat semakin meningkat setiap tahunnya. Di tahun 2010 pencapaian ekspor mencapai nilai tertinggi di

4

(8)

angka US $157 juta. Untuk data terakhir di bulan Oktober 2011 nilai ekspor Indonesia mencapai US

$16,80 miliar atau turun sebesar 10,70 persen disbanding ekspor pada bulan September 2011.

Gambar 2.3

Perkembangan Nilai Ekspor per Tahun Kuartal

1999-20I0

Sumber diperoleh dan diolah: Badan Pusat Statistik

Ekspor merupakan salah satu tolak ukur penting untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan

ekonomi di suatu negara. Dari kegiatan ekspor ini maka dapat terjamin kegiatan bisnis di sektor riil

semakin terjaga. Produksi barang tidak hanya berputar di dalam negeri saja akan tetapi juga berputar di

perdagangan internasional. Oleh sebab itulah dalam jangka panjang kegiatan ekspor dapat menjadi

pahlawan devisa bagi pertumbuhan ekonomi negara.

Dengan demikian, untuk mendukung perkembangan dan meningkatkan pertumbuhan ekspor

Indonesia, diperlukan kebijakan ekspor yang secara garis besar mampu mengatasi berbagai hambatan

yang dihadapi. Kebijakan tersebut antara lain meliputi:5 (1) penegakan hukum, (2) penerapan one stop

service, (3) penyederhanaan peraturan di berbagai level, (4) pengembangan industri penunjang yang kuat

(komponen input, jasa, dll), (5) pemecahan masalah perburuhan dan kendala infrastruktur, (6)

peningkatan produktivitas dan daya saing produk-produk ekspor, dan (7) peningkatan keamanan serta

stabilitas sosial politik secara kondusif.

2.4 Impor

5

(9)

Impor dalam bahasa sederhana merupakan kegiatan membeli barang dari luar negeri ke dalam

negeri. Merujuk pada undang-undang perpajakan maka impor adalah kegiatan atau Aktivitas

memasukkan barang dari luar wilayah Pabean Indonesia (luar negeri) ke dalam wilayah Pabean

Indonesia. Sedangkan pengertian dari wilayah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi

wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi

Eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku undang-undang No10 tahun 1995 tentang

kepabeanan.

Menurut pengertian dari wikipedia bahasa Indonesia, impor adalah proses transportasi barang atau

komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, yang umumnya melalui transaksi perdagangan.

Proses impor umumnya adalah tindakan memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam

negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara

pengirik maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional termasuk

didalamnya kegiatan ekspor.

Keputusan untuk melakukan kegiatan impor tidak terlepas dari adanya kebutuhan dalam negeri

sendiri untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat disupply oleh perusahaan lokal. Misalnya saja, akhir-akhir ini pemerintah memutuskan untuk meng-impor buah-buahan dari luar negeri guna memenuhi

kebutuhan konsumsi buah dalam negeri yang tidak dapat diproduksi oleh petani lokal. Keputusan impor

bisa jadi disebabkan oleh musim panen di Indonesia yang tidak menentu sehingga harus ada supply untuk memenuhi permintaan buah di dalam negeri. Demikian halnya dengan keputusan pemerintah untuk

mengimpor beras untuk mencukupi kebutuhan bulan ramadhan yang semakin meningkat.

Gambar 2.4

Perkembangan Nilai Impor per Tahun Kuartal

1999-20I0

Sumber diperoleh dan diolah: Badan Pusat Statistik

(10)

Berdasarkan Gambar 2.4 dapat dicermati bahwa angka impor Indonesia terhadap suatu barang dan

jasa semakin meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi sempat mengalami penurunan di tahun 2009.

Penurunan angka impor ini menunjukkan disebabkan adanya penurunan impor nonmigas meskipun untuk

impor migas mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Impor minyak mentah dan hasil minyak

berkontribusi sebagai akibat meningkatnya angka impor migas, demikian halnya dengan gas.

2.5 Nilai Tukar

Terdapat hubungan yang erat antara volatilitas nilai tukar dan stabilitas pertumbuhan ekonomi.

Pada periode 1976-1996.6 Banyak negara di kawasan Asia-Pasifik yang menikmati boom ekonomi yang tinggi akibat ekspansi perdagangan luar negeri bersamaan dengan masuknya arus modal asing serta

peningkatan teknologi. Seluruh indikator ekonomi terlihat bagus. Pada umumnya negara-negara tersebut

dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu yang cukup panjang pada saat itu.

Implikasi volatilitas nilai tukar di negara-negara berkembang adalah sebagai berikut:7 (i) capital

inflow yang sangat besar telah membuat harga aset meningkat pesat. Peningkatan aset ini akan

mendorong tingkat konsumsi masyarakat. Dampaknya adalah terjadi peningkatan celah saving dan investasi yang pada gilirannya menurunkan net-ekspor dan investasi (ii) aksi spekulasi yang meningkat

akan mendorong tingginya risiko pasar keuangan. Volatilitas menyebabkan meningkatnya ketidakpastian

(uncertainty) yang mendorong naiknya premi risiko (risk premium). Kenaikan premi risiko ini

mengakibatkan meningkatkan harga modal atau cost of capital yang pada gilirannya akan berpengaruh

negatif pada investasi. Lebih lanjut tim peneliti BI menjelaskan dalam Edwards (1997) dimana Edward

melihat pengaruh fluktuasi terhadap penurunan produktivitas suatu perekonomian. Dengan menggunakan

model regresi sederhana, Edwards memperlihatkan hubungan negatif yang kuat antara volatilitas nilai

pasar suatu mata uang dengan Total Faktor Productivity (TFP).

Perkembangan nilai tukar di Indonesia dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini:

Gambar 2.5

Perkembangan Nilai Tukar per Tahun Kuartal

1999-20I0

6

(11)

Sumber diperoleh dan diolah: Badan Pusat Statistik

Fluktuasi nilai tukar di Indonesia dalam rentan kurun waktu 10 tahun terkahir menunjukkan

perubahan yang tidak terlalu tajam. Sebagaimana dilansir dalam laporan Perekonomian Indonesia 2010,

selama tahun 2010 nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat 3,8% dibanding akhir tahun 2009 menjadi

Rp 9.081 per dolar AS. Kinerja nilai tukar rupiah tersebut didukung oleh terjaganya persepsi positif

terhadap perekonomian Indonesia yang diindikasikan oleh meningkatnya peringkat utang pemerintah dan

indeks risiko yang membaik.

2.6 Penelitian Terdahulu

Keong, Yusop, dan Khim Sen (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Ekspor-Led Growth Hypothesis in Malaysia: An Investigation Using Bounds Test menggunakan beberapa variabel ekonomi dalam penelitiannya, yang diantaranya adalah: real GDP, real Ekspor, real impor, tenaga kerja, dan nilai

tukar. Berdasarkan model ini, baik ekspor dan tenaga kerja telah distimulasikan adanya penyesuaian yang

positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana variabel-variabel seperti impor, nilai tukar, dan krisis

keuangan Asia Timur tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (adanya hubungan yang negatif). Lebih

dari itu, sebuah hubungan kointergrasi antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi telah dideteksi baik untuk

jangka pendek maupun jangka panjang.

Masli dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Antar Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat

menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat selama periode

penelitian serta menunjukkan arah yang negatif dibandingkan dengan awal periode penelitian.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah teknologi, peningkatan sumber daya manusia, penemuan material baru,

peningkatan pendapatan dan perubahan selera konsumen.

Salomo dan Hutabarat (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Perdagangan

Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia menggunakan Pendapatan

(12)

Domestik Bruto (PDB) sebagai variabel terikat. Sementara variabel-variabel penjelasnya adalah data

agregat dari real ekspor, real impor, nilai tukar real rupiah terhadap dolar, jumlah pekerja, dan krisis yang

melanda Indonesia. Metode ekonometri yang digunakan adalah analisis kointegrasi dengan metode

Bounds Testing Cointegration pendekatan ARDL (Autoregressive Distributed Lag) . Hasil estimasi model

penelitian menunjukkan dalam jangka panjang ekspor, impor, nilai tukar real, jumlah pekerja, dan krisis

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan temuan tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa ekspor adalah mesin dari pertumbuhan ekonomi atau Ekspor Led Growth, nilai tukar

real adalah salah satu faktor daya saing, tenaga kerja adalah faktor produksi yang dominan dalam

perekonomian Indonesia.

Jawas (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Muslim : 2004-2005 dianalisis dengan metode Common Model, dimana estimasi penanaman modal asing (PMA) dan ekspor memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi dinegara-negara muslim pada tahun

2004-2005. Akan tetapi dari hasil pengujian yang sudah dilakukan variabel penanaman modal asing

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara muslim sedangkan

variabel ekspor memiliki pengaruh positif dan signifikan. Dalam pola peningkatan penananaman modal

asing yang secara analitis ditemukan adanya pola keterkaitan yang signifikan tetapi berpengaruh negatif

terhadap perutumbuhan ekonomi di negara-negara muslim.

Novianingsih (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Hubungan antara Ekspor dan

PDB di Indonesia Tahun 1999-2008 menyatakan hasil dari estimasi ini adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor dan PDB, atau dengan kata lain PDB mempengaruhi ekspor di Indonesia, artinya PDB

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, dimana data dari setiap variable baik

variable dependen maupun independen akan diuji dulu keabsahan datanya melalui uji stasionary data.

Jika data telah diuji maka langkah selanjutnya dapat ditentukan alat analisis apa yang akan digunakan,

apakah VAR (Vector Auto Regression) ataukah alat analisis statistik lainnya seperti VECM.

Berdasarkan wikipedia, VAR adalalah model ekonometrik yang digunakan untuk menggambarkan

evolusi dan saling ketergantungan antara multiple time series yang mengeneralisir model univariasi AR. Semua variabel dalam VAR diperlakukan secara simetris dengan memasukkan di setiap variabel sebuah

persamaan yang menjelaskan evolusinya berdasarkan pada lag dari variabel itu sendiri dan lag dari variabel-variabel yang lain pada model. Berdasarkan karakter dari metode ini, Christopher Sims

mendukung penggunaan model-model VAR sebagai metode yang tidak berdasarkan pada teori apapun

dalam mengestimasi hubungan-hubungan ekonomi.

Selanjutnya tahapan-tahapan dalam analisis VAR akan dijelaskan seperti pada gambar berikut di

bawah ini8:

Gambar 3.1.

Proses dalam Analisis VAR

8

(14)

Sumber: Ascarya, et al. (2008)

Pada gambar proses di atas, menjelaskan bahwa pada beberapa tahapan tertentu penelitian ini

dapat menghasilkan informasi berbeda menurut sifat hasilnya. Apabila pada data sudah stasioner pada

taraf level maka dapat dilanjutkan pada tahapan selanjutnya dalam hal ini VAR level dan sifat hasilnya

mengandung informasi untuk jangka panjang. Sebaliknya apabila pada taraf level datra belum mengalami

stasioner, maka uji unit root-nya ditingkatkan pada taraf first difference. Pada tahapan ini, informasi yang

terkandung hanya untuk jangka pendek saja. Akan tetapi, apabila ingin mendapatkan hasil yang

mengandung informasi jangka panjang pada tahap ini dapat dilakukan uji kointegrai. Jika terdapat

kointegrasi maka dapat dilanjutkan pada tahap VECM. Pada tahap ini informasi yang dihasilkan dapat

(15)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Metode estimasi yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini yaitu Vector

Autoregression (VAR). Sedangkan software yang digunakan adalah Eviews 6.

4.1 Hasil Uji Stasioneritas

Metode pengujian stasioneritas pada variabel-variabel uji dalam penelitian ini adalah unit root test (uji akar unit) dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) taraf lima persen. Apabila nilai t-ADF lebih kecil dari nilai kritis McKinnon (McKinnon Critical Test), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut sudah stasioner atau tidak lagi mengandung akar unit. Dalam pengujian ini, seluruh variabel

persamaan diuji per variabel.

Tabel 4.1. Hasil Uji Akar Unit

Variabel Nilai ADF Augmented Dickey-Fuller

Level First Difference

LnEkspor 0,4474 0,0000

LnImpor 0,0462 0,0001

LnKurs 0,2060 0,0000

LnPDB 0,2228 0,0000

Sumber: Lampiran 1

(16)

Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa hanya variabel impor mengalami stasioner pada tingkat level dan semua variabel (ekspor, impor, kurs, dan PDB) stasioner pada tingkat first difference. Nilai stasionaritas ini ditunjukkan oleh angka pada tabel 4.1 dimana data tersebut stasioner pada taraf 5%. Oleh

karena itu, model ini dapat dilanjutkan pada model estimasi VAR first difference atau VECM.

4.2 Penetapan Lag Optimum

Tahap pengujian lag optimum ini sangat berguna untuk menghilangkan otokorelasi dalam sistem VAR. Sehingga dengan digunakannya lag optimal dapat mencegah muncul kembali masalah otokorelasi. Penetapan lag optimal yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lag terpendek dengan menggunakan Akaike Information Criterion (AIC). Berdasarkan model PDB yang diteliti dengan menggunakan variabel ekspor, impor dan kurs mengalami titik optimum pada lag 1 (lihat tabel 4.2).

Tabel 4.2. Hasil Uji Lag Optimum PDB, Kurs, Impor, Ekspor

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 90.34091 NA 3.46e-07 -3.524119 -3.369684 -3.465527

1 237.5418 264.3607* 1.64e-09* -8.879256* -8.107085* -8.586295*

Sumber: Lampiran 2

Catatan: FPE: Final Prediction Error, AIC: Akaike Information Criterion, SC: Schwarz Information Criterion, HQ: Hannan-Quinn Information Criterion

4.3 Hasil Uji Stabilitas VAR

Berdasarkan uji stabilitas VAR, dapat disimpulkan bahwa estimasi VAR yang akan digunakan

untuk analisis IRF dan VD stabil. Hasil uji stabilitas VAR pada model-model berikut ini menunjukkan

bahwa model VAR yang dibentuk sudah stabil hingga lag optimalnya.

Tabel 4.3. Hasil Uji Stabilitas VAR

Variabel Modulus

LnPDB 0.996467

LnKurs 0.710808

LnImpor 0.710808

LnEkspor 0.522224

Sumber: Lampiran 3

Dari tabel 4.3 menunjukkan jika nilai modulus >1 maka kondisi data untuk seluruh variabel sudah

(17)

VAR yang stabil. Demikian halnya dengan variabel lainnya seperti LnKurs dengan nilai modulus

0.710808, Ln Impor dengan nilai modulus 0.710808 dan LnEkspor dengan nilai modulus 0.522224

menunjukkan nilai dibawah 1 sehingga kondisi data dikatakan stabil (Lihat lampiran 3).

4.4 Hasil Uji Kointegrasi

Fenomena data yang tidak stasioner pada tingkat level bisa menghasilkan hubungan keseimbangan jangka panjang yang biasa dikenal dengan sebutan kointegrasi. Dengan menggunakan uji kointegrasi

Johansen (Johansen Cointegration Test), akan melihat ada tidaknya hubungan kointegrasi pada veriabel-variabel tersebut. Hasil dari pengujian ini akan menentukan metode analisis yang akan dipakai apakah

VAR first difference atau VECM.

Hasil pengujian kointegrasi berdasarkan trace statistics dapat dilihat pada lampiran 4. Berdasarkan hasil penghitungan dengan alat analisis eviews menunjukkan bahwa model persamaan

LnPDB ini memiliki nilai-p 0,0459 yakni dimana < alpha 5% yang artinya persamaan ini terkointegrasi

pada taraf nyata 5%. .

Tabel 4.4. Hasil Uji Kointegrasi

Hypothesized No.

of CE (s) Eigenvalue Trace Statistic

0.05 Critical

Catatan: Angka bercetak tebal menunjukkan nilai-p < alpha 5%

4.5 Analisis Model LnPDB

Setelah melalui serangkaian uji prasyarat estimasi, yakni uji akar unit, penentuan optimum lag, uji stabilitas VAR hingga uji kointegrasi, dan faktanya terdapat satu rank kointegrasi pada taraf nyata satu dan lima persen dalam model ini, maka penghitungan dapat dilanjutkan pada tahap selanjutnya yakni

analisis VECM.Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan jangka pendek dan jangka panjang.

4.5.1 Analisis Impulse Response Function

Hasil analisis impulse response function untuk model Difference LnPDB ini dijelaskan dan dapat dibaca pada tabel 4.5. di bawah ini:

(18)

Impulse/Shocked Variable Respon Difference

PDB Kurs Impor Ekspor

PDB Positif, 10* Positif, 25 Positif, 20 Positif, 15

Kurs Negatif, 10 Positif, 17 Negatif, 16 Negatif,

positif16**

Impor Positif, 20 Positif, 20 Positif, 20 Positif, 20

Ekspor Negatif, 15 Negatif, 15 Negatif, 20 Negatif, 20

Sumber: Lampiran 4

Catatan: * dibaca: positif, stabil mulai periode ke 10 ** dibaca: negatif, stabil positif mulai period ke 16

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini ketika

terjadinya guncangan (shock). Respon keempat variabel yakni PDB, Kurs, Impor, dan Ekspor terhadap

Difference PDB (DLnPDB), Difference Kurs (DLnKurs), Difference Impor (DLnImpor), Difference

Ekspor (DLnEkspor) merespon positif dan negatif.

Pada gambar 4.1 dapat dilihat gambaran respon PDB terhadap PDB. Melalui gambar tersebut

dapat diketahui bagaimana PDB merespon guncangan PDB. PDB merespon positif dengan variabel

sendirinya dan stabil dalam mulai periode ke-10.

Gambar 4.1. Respon Difference PDB terhadap PDB

Pada gambar 4.2 dapat dilihat gambaran respon Kurs terhadap PDB. Melalui gambar tersebut

dapat diketahui bagaimana Kurs merespon guncangan PDB. Kurs merespon positif terhadap PDB dan

stabil mulai periode ke-25.

Gambar 4.2. Respon Difference Kurs terhadap PDB

.00 .02 .04 .06 .08 .10

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(19)

Sejalan dengan teori ekonomi bahwa jika suatu negara pertumbuhan ekonominya meningkat

positif yang dicerminkan dari beberapa faktor ekonomi makro seperti misalnya meningkatnya ekspor

yang turut berkontribusi terhadap neraca pembayaran serta menurunnya angka pengangguran, maka

perputaran barang dan jasa akan membaik yang terlihat dari meningkatnya kemampuan daya beli setiap

individu. Dengan membaiknya kondisi perekonomian suatu negara yang dicerminkan pada angka

pertumbuhan ekonomi juga akan mendorong investor untuk berinvestasi dalam negeri, sehingga

pembangunan ekonomi terutama infrastruktur guna mendukung perekonomian akan berjalan dengan baik.

Pada gambar 4.3 dapat dilihat gambaran respon Impor terhadap PDB. Melalui gambar tersebut

dapat diketahui bagaimana Impor merespon guncangan PDB. Impor merespon positif terhadap PDB dan

stabil mulai periode ke-20.

Gambar 4.3. Respon Difference Impor terhadap PDB

Kemampuan suatu negara yang pertumbuhan ekonominya sedang mengalami peningkatan akan

mendorong kearah konsumnisme, artinya keinginan untuk membeli barang dari luar negeri pasti akan ada

karena ada kemampuan lebih untuk membayar atas barang dan jasa yang dibeli. Dari kasus inilah dalam

jangka pendek akan terlihat guncangan PDB yang kearah positif akan berdampak pada meningkatnya

(20)

Pada gambar 4.4 dapat dilihat gambaran respon Ekspor terhadap PDB. Melalui gambar tersebut

dapat diketahui bagaimana Ekspor merespon guncangan PDB. Ekspor merespon positif terhadap PDB

dan stabil mulai periode ke-15.

Gambar 4.4. Respon Difference Ekspor terhadap PDB

Sama seperti pembahasan pada variabel sebelumnya, ekspor turut merespon positif jika terjadi

guncangan atas PDB. Hal ini juga membuktikan bahwa dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi

dalam negeri maka ada kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa lebih dari jika pertumbuhan

ekonomi melamban. Kelebihan penawaran dalam negeri juga akan mengakibatkan terjadinya kegiatan

ekspor. Oleh karena itu, dalam jangka pendek ekspor akan merespon positif terhadap PDB dan stabil

dalam jangka panjang.

Pada gambar 4.5 dapat dilihat gambaran respon PDB terhadap Kurs jika variabel kurs mengalami

guncangan. Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana PDB merespon guncangan Kurs. PDB

merespon negatif terhadap kurs dan stabil mulai periode ke-10.

Gambar 4.5. Respon Difference PDB terhadap Kurs

Jika kurs mengalami guncangan misalnya ketika rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar

maka harga dalam negeri cenderung lebih mahal. Pemerintah akan dengan sigap menelurkan

(21)

kebijakan untuk mendorong daya beli masyarakat agar tetap berjalan dengan baik seperti misalnya

melalui kebijakan subsidi dan sebagainya. Dengan adanya kebijakan subsidi ini maka akan mendorong

tingkat konsumsi masyarakat yang juga akan berdampak pada meningkatnya produksi dalam suatu usaha.

Semakin banyak sektor usaha berkontribusi terhadap PDB maka angka PDB pun akan bergerak naik.

Pada gambar 4.6 dapat dilihat respon Kurs terhadap variabel kurs sendiri jika variabel kurs

mengalami guncangan. Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana Kurs merespon guncangan

Kurs. Kurs merespon positif terhadap Kurs dan stabil mulai periode ke-17.

Gambar 4.6. Respon Difference Kurs terhadap Kurs

Pada gambar 4.7 dapat dilihat gambaran respon Impor terhadap variabel Kurs jika variabel kurs

mengalami guncangan. Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana Impor merespon guncangan

Kurs. Impor merespon negatif terhadap Kurs dan stabil mulai periode ke-16.

Gambar 4.7. Respon Difference Impor terhadap Kurs

Jika kurs mengalami guncangan misalnya dengan terjadinya apresiasi rupiah terhadap dollar maka

harga barang didalam negeri akan murah daripada harga barang diluar negeri. Oleh sebab itu, kondisi ini

akan meredam keinginan para importir untuk melakukan pembelian barang dari luar negeri karena harga

relatif lebih mahal. Dalam kasus ini pengecualian terhadap belanja rutin importir, dimana kebijakan yang

dibuat biasanya menggunakan kurs dan suku bunga flat (tetap). Respon ini akan berlanjut untuk jangka panjang yang menunjukkan impor merespon negatif stabil.

(22)

Pada gambar 4.8 dapat dilihat gambaran respon Ekspor terhadap variabel Kurs jika variabel Kurs

mengalami guncangan. Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana Ekspor merespon guncangan

Kurs. Ekspor merespon negatif terhadap Kurs dan stabil positif mulai periode ke-16.

Gambar 4.8. Respon Difference Ekspor terhadap Kurs

Jika kurs mengalami guncangan misalnya dengan terjadinya depresiasi rupiah terhadap dolar,

maka ini merupakan kesempatan bagi eksportir untuk mengirim barang keluar negeri. Sehingga,

pembayaran yang akan didapat lebih besar. Oleh sebab itulah, kurs dan ekspor memiliki hubungan yang

negative dalam jangka pendek. Lain halnya respon ekspor dalam jangka panjang dimana ekspor merespon

positif stabil.

Pada gambar 4.9 dapat dilihat gambaran respon PDB terhadap variabel Impor jika variabel Impor

mengalami guncangan (impulse/shock). Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana PDB merespon guncangan Impor. PDB merespon positif terhadap Impor dan stabil mulai periode ke-20.

Gambar 4.9. Respon Difference PDB terhadap Impor

Impor berarti memasukkan barang dan jasa dari luar kedalam negeri. Sehingga, melalui aktifitas

impor berarti menambah barang dan jasa yang akan dijual di dalam negeri. Jika barang bahan baku yang

diimpor dari luar negeri mencerminkan adanya peningkatan produksi di suatu industri. Guna mendukung

peningkatan produksi tentunya membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit, sehingga permintaan

terhadap tenaga kerja menjadi banyak, pengangguran pun dapat teratasi. Jika setiap orang bekerja maka

pendapatan perkapita semakin meningkat, dan konsumsi akan meningkat pula. Artinya, pembelanjaan

(23)

baik dari pemerintah maupun sipil sama-sama memiliki kontribusi terhadap meningkatnya PDB. Oleh

sebab itulah PDB merespon positif terhadap guncangan impor dalam jangka pendek dan stabil positif

untuk jangka panjang.

Pada gambar 4.10 dapat dilihat gambaran respon Kurs terhadap variabel Impor jika variabel Impor

mengalami guncangan (impulse/shock). Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana Kurs merespon guncangan Impor. Kurs merespon positif terhadap Impor dan stabil mulai periode ke-20.

Gambar 4.10. Respon Difference Kurs terhadap Impor

Bertolak belakang dengan teori yang ada, jika terjadi guncangan atas impor misalnya dengan

terjadinya kenaikan angka impor maka permintaan terhadap mata uang asing akan meningkat dan

berdampak pada menurunnya permintaan terhadap mata uang dalam negeri itu sendiri. Sehingga, jika

impor meningkat maka nilai kurs dalam negeri akan terdepresiasi (melemah). Akan tetapi, jika sudah

mendapat pengembalian atas barang dan jasa yang diimpor maka orang akan berbondong-bondong untuk

menukar kembali uangnya ke mata uang dalam negeri, sehingga kurs mata uang dalam negeri kembali

mengalami apresiasi untuk jangka pendek dan respon ini akan berlanjut stabil dalam jangka panjang.

Pada gambar 4.11 dapat dilihat gambaran respon Impor terhadap variabel Impor jika variabel

Impor mengalami guncangan (impulse/shock). Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana Impor merespon guncangan Impor. Impor merespon positif terhadap Impor dan stabil mulai periode ke-20.

Gambar 4.11. Respon Difference Impor terhadap Impor

(24)

Pada gambar 4.12 dapat dilihat gambaran respon Ekspor terhadap variabel Impor jika variabel

Impor mengalami guncangan (impulse/shock). Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana Ekspor merespon guncangan Impor. Ekspor merespon positif terhadap Impor dan stabil mulai periode

ke-20.

Gambar 4.12. Respon Difference Ekspor terhadap Impor

Jika impor suatu negara meningkat terutama impor atas barang baku dan barang setengah jadi

untuk kembali diproduksi di dalam negeri maka akan berdampak pada meningkatnya produktifitas dalam

negeri. Dengan demikian, adanya tingginya kemampuan untuk membayar serta adanya kelebihan supply dalam negeri maka terjadilah ekspor.

Akan tetapi pada dasarnya alasan diatas tidak dapat dijadikan sebagai alasan utama untuk

menyimpulkan adanya respon positif atas ekspor terhadap guncangan impor. Alasan diatas hanya sebagai

bentuk studi kasus saja. Meningkat dan menurunnya permintaan dan penawaran pada aktifitas ekspor

impor ini sangatlah tergantung dari beberapa aspek ekonomi makro, diantaranya adalah kebijakan dalam

negeri serta juga turut memperhatikan kebutuhan dalam negeri. Disamping itu, nilai kurs dan PDB juga

menjadi faktor utama dalam menentukan apakah akan melakukan ekspor atau impor.

Pada gambar 4.13 dapat dilihat gambaran respon PDB terhadap variabel Ekspor jika variabel

Ekspor mengalami guncangan (impulse/shock). Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana PDB merespon guncangan Ekspor. PDB merespon negatif terhadap Ekspor dan stabil mulai periode ke-15.

Gambar 4.13. Respon Difference PDB terhadap Ekspor

.01 .02 .03 .04 .05 .06

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(25)

Dalam beberapa teori yang menyatakan tentang pengaruh ekspor terhadap PDB memiliki

hubungan positif, akan tetapi hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PDB merespon negatif

terhadap guncangan ekspor. Meskipun hasil penelitian ini berseberangan dengan teori yang ada, maka

untuk kasus di Indonesia penyebab dari hasil ini bisa jadi disebabkan karena:

• Ada kebijakan yang salah dalam ekspor, seperti misalnya ada biaya keluar (pajak ekspor) yang tinggi dibanding biaya masuk (impor)

• Proses pengiriman barang keluar tidak melalui cara-cara yang legal (tidak tercatat dalam administrasi ekspor negara)

Pada gambar 4.14 dapat dilihat gambaran respon Kurs terhadap variabel Ekspor jika variabel

Ekspor mengalami guncangan (impulse/shock). Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana Kurs merespon guncangan Ekspor. Kurs merespon negatif terhadap Ekspor dan stabil mulai periode ke-15.

Gambar 4.14. Respon Difference Kurs terhadap Ekspor

Apabila terjadi kenaikan angka ekspor maka permintaan terhadap mata uang dalam negeri pada

umumnya akan meningkat, karena akan banyak rupiah masuk ke dalam negeri sebagai salah satu sumber

(26)

devisa negara. Semakin banyak jumlah uang yang dipegang di masyarakat, sejalan dengan teori ekonomi

yang ada, maka harga barang akan melambung tinggi dan terjadilah inflasi. Kondisi inflasi ini secara

tidak langsung mencerminkan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi (melemah). Kasus ini merupakan

dampak atas tejadinya guncangan pada ekspor yang dalam jangka pendek kurs akan merespon negatif dan

berjalan stabil dalam jangka panjang.

Pada gambar 4.15 dapat dilihat gambaran respon Impor terhadap variabel Ekspor jika variabel

Ekspor mengalami guncangan (impulse/shock). Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana

Impor merespon guncangan Ekspor. Impor merespon negatif terhadap Ekspor dan stabil mulai periode

ke-20.

Gambar 4.15. Respon Difference Impor terhadap Ekspor

Berbeda dari hasil respon ekspor terhadap guncangan impor yang menunjukkan positif, adanya

guncangan pada ekspor menyebabkan impor merespon negatif. Alasan yang ditujukan dari hasil ini

serupa dengan alasan pada respon ekspor impor sebelumnya dimana keputusan ekspor dan impor sangat

dipengaruhi oleh beberapa variabel mikro dan makro serta kebijakan pemerintah.

Pada gambar 4.16 dapat dilihat gambaran respon Ekspor terhadap variabel Ekspor jika variabel

Ekspor mengalami guncangan (impulse/shock). Melalui gambar tersebut dapat diketahui bagaimana Ekspor merespon guncangan Ekspor. Ekspor merespon positif terhadap Ekspor dan stabil mulai periode

ke-20.

Gambar 4.16. Respon Difference Ekspor terhadap Ekspor

-.020 -.016 -.012 -.008 -.004 .000

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(27)

1.5.2 Analisis Variance Decomposition

Setelah melakukan analisis terhadap perilaku dinamis model melalui impulse response function, maka selanjutnya akan dilihat karakteristik model melalui variance decomposition. Hasil variance

decomposition diuraikan dalam pembahasan berikut.

Gambar 4.17 menunjukkan fluktuasi difference LnPDB dipengaruhi paling dominan oleh

difference LnPDB itu sendiri, sedangkan Kurs berada pada urutan kedua mulai dari periode ke-3 hingga

periode ke-49, Impor pada urutan ketiga sedangkan Ekspor pada urutan terakhir. Pada periode pertama,

fluktuasi variabel LnPDB dipengaruhi oleh variabel LnPDB itu sendiri sebesar 100 persen. Pada interval

periode-periode selanjutnya, pengaruh variabel LnPDB semakin menurun. Akan tetapi masih sangat

dominan. Pada periode ke-2, variabel Kurs sebagai variabel yang mempunyai pengaruh terhadap LnPDB

mulai muncul demikian dengan, impor, dan ekspor.

Gambar 4.17.

Variance Decomposition PDB

.040 .044 .048 .052 .056 .060

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(28)

Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan dengan jelas bahwa variabel LnPDB mempengaruhi

variabilitasnya sendiri hingga periode ke-49.

Sedangkan pada gambar 4.18 fluktuasi difference LnKurs dipengaruhi paling dominan oleh

difference LnKurs itu sendiri, sedangkan Impor berada pada urutan kedua mulai dari periode ke-3 hingga

periode ke-49, PDB pada urutan ketiga sedangkan Ekspor pada urutan terakhir. Pada periode pertama,

fluktuasi variabel LnKurs dipengaruhi oleh variabel LnKurs itu sendiri sebesar 100 persen. Pada interval

periode-periode selanjutnya, pengaruh variabel LnKurs semakin menurun. Akan tetapi masih sangat

dominan. Pada periode ke-2, variabel Impor sebagai variabel yang mempunyai pengaruh terhadap LnKurs

mulai muncul demikian halnya dengan PDB. Hanya saja dari variance decomposition ini pengaruh dari variabel LnEksp sangat sedikit sekali terlihat berkisar 1%.

Gambar 4.18.

Variance Decomposition Kurs 0

20 40 60 80 100 120

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49

Variance Decomposition of PDB

(29)

Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan dengan jelas bahwa variabel LnKurs mempengaruhi

variabilitasnya sendiri hingga periode ke-49.

Pada gambar 4.19, untuk fluktuasi difference LnImp, pada periode pertama dipengaruhi paling dominan oleh difference LnImp itu sendiri. LnPDB berada pada urutan kedua mulai dari periode pertama hingga periode ke-49, dan Kurs pada urutan ketiga. Uniknya, meskipun pada periode pertama, fluktuasi

variabel LnImp dipengaruhi oleh variabel LnImp itu sendiri sebesar 64 persen, Pada interval

periode-periode selanjutnya, dimulai dari periode-periode pertama pengaruh variabel LnImp semakin menurun dan

digantikan oleh variabel PDB, dan hingga periode 49 PDB masih mendominasi LnImp ini. Terlihat pada

gambar 4.19 pengaruh LnKurs sangat minim sekali yang hanya berkisar 2 persen dibanding variabel

lainnya. Sama seperti variabel LnKurs, dari variance decomposition hanya sedikit pengaruh dari variabel LnEksp terhadap LnImp.

Gambar 4.19.

Variance Decomposition LnImp 0

20 40 60 80 100 120

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49

Variance Decomposition of KURS

(30)

Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan dengan jelas bahwa variabel LnPDB mempengaruhi

LnImp hingga periode ke-49.

Pada gambar 4.20 terlihat fluktuasi difference LnEksp, pada periode pertama dipengaruhi paling dominan oleh difference LnEksp itu sendiri. LnPDB berada pada urutan kedua mulai dari periode pertama hingga periode ke-49, Impor pada urutan ketiga, dan Kurs pada urutan terakhir. Pada periode pertama

variabel LnEksp masih mendominasi variabelnya sendiri, akan tetapi pada periode ke 3 terlihat variabel

LnImp mempengaruhi dominan terhadap LnEksp. Akan tetapi pada interval periode selanjutnya LnEksp

kembali dominan dengan komposisi yang hampir sama dengan LnPDB. Lain halnya dengan pengaruh

LnKurs sangat minim sekali yang hanya berkisar 1 persen dibanding variabel lainnya hingga pada periode

27 variabel LnKurs tidak mempengaruhi lagi LnEksp.

Gambar 4.20.

Variance Decomposition LnEksp 0

20 40 60 80 100 120

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49

Variance Decomposition of IMPOR

(31)

Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan dengan jelas bahwa variabel LnEksp, LnImp dan

LnPDB mempengaruhi LnEksp secara fluktuatif hingga periode ke-49.

1.5.3. Analisis Estimasi VECM

Hasil estimasi VECM dapat dilihat pada tabel 4.6. hasil dianggap signifikan ketika nilai t-statistik

> ± 1.96

Tabel 4.6. Hasil Estimasi VECM

Jangka Pendek

Variabel Koefisien T-Statistics

CointEq1 -0.429456 [ -2.49551]

D(LnPDB(-1)) -0.337086 [ -2.13385]

D(LnKurs(-1)) -0.569267 [ -2.23402]

D(LnImp-1)) 0.095835 [ 0.59900]

D(LnEksp(-1)) -0.452126 [ -1.97566]

Jangka Panjang

D(LnPDB(-1)) - 1.000000

D(LnKurs(-1)) 0.335825 [1.62332]

D(LnImp-1)) -0.632985 [-3.96126]

D(LnEksp(-1)) 0.094839 [0.40336]

C 1.365202

Sumber: Lampiran 5

Catatan: Angka yang bercetak tebal menunjukkan nalai |t hitung| > 1.96, artinya signifikan

Hasil di atas menunjukkan bahwa dalam jangka pendek ada tiga variabel diantaranya LnPDB,

LnKurs, dan LnEksp pada lag 1 yang signifikan mempengaruhi LnPDB. LnKurs mempengaruhi LnPDB secara negatif sebesar 0.569267. Artinya apabila terjadi penurunan nilai Kurs sebesar 1% maka PDB akan

(32)

naik sebesar 0.569267 persen. Demikian halnya dengan LnEksp mempengaruhi LnPDB secara negatif

sebesar 0.452126. Artinya apabila terjadi penurunan nilai Ekspor sebesar 1% maka PDB akan naik

sebesar 0.452126.

Variabel Impor signifikan secara statistik mempengaruhi variabel LnPDB dalam jangka panjang.

Variabel impor mempengaruhi LnPDB secara negatif sebesar 0.632985. Artinya apabila terjadi kenaikan

1% pada impor akan menurunkan LnPDB sebesar 0.632985 persen.

BAB V

(33)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Pendekatan VAR (Vector Auto Regression)”, maka kesimpulan yang diperoleh yaitu:

 Berdasarkan hasil analisis impulse response function pada model LnPDB dan LnEkpor, menunjukkan bahwa apabila terjadi guncangan pada ekspor maka PDB akan merespon negatif dalam jangka

pendek dan stabil negatif dalam jangka panjang di period ke-15. Sebaliknya apabila terjadi

guncangan pada PDB maka ekspor akan merespon positif untuk jangka pendek dan stabil positif

dalam jangka panjang pada periode ke-15.

 Berdasarkan hasil analisis impulse response function pada model LnPDB dan LnImpor, menunjukkan bahwa apabila terjadi guncangan pada impor maka PDB akan merespon positif dalam jangka pendek

dan stabil positif dalam jangka panjang di period ke-20. Demikian halnya apabila terjadi guncangan

pada PDB maka impor akan merespon positif untuk jangka pendek dan stabil positif dalam jangka

panjang pada periode ke-20.

 Berdasarkan hasil analisis impulse response function pada model LnPDB dan LnKurs, menunjukkan bahwa apabila terjadi guncangan pada kurs maka PDB akan merespon negatif dalam jangka pendek

dan stabil negatif dalam jangka panjang di period ke-10. Sebaliknya apabila terjadi guncangan pada

PDB maka impor akan merespon positif untuk jangka pendek dan stabil positif dalam jangka panjang

pada periode ke-15.

 Berdasarkan hasil analisis estimasi VECM menunjukkan bahwa dalam jangka pendek ada 3 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap LnPDB diantaranya adalah LnKurs berpengaruh negatif

signifikan dengan nilai statistik [-2.23402], LnEksp berpengaruh negatif signifikan dengan nilai

t-statistik [-1.97566] dan LnPDB itu sendiri. Sedangkan dalam jangka panjang variabel LnImp

mempengaruhi LnPDB secara negatif signifikan dengan nilai statistic sebesar [0.632985].

5.2 Rekomendasi

Berikut ini beberapa rekomendasi yang dapat penulis berikan yang diantaranya adalah:

1. Dari hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa kontribusi terbesar yang

mempengaruhi angka PDB adalah sangat tergantung pada kebijakan pemerintah. Jika kondisi

ekonomi berubah tidak sesuai dengan ramalan sebelumnya maka kebijakan yang diterapkan

pemerintah pun akan berubah dan menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang ada sehingga

hubungan yang ada memang ditampilkan tidak sesuai dengan teori yang ada.

2. Berdasarkan teori yang ada dinyatakan bahwa ada beberapa variabel ekonomi makro yang

mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini hanya mengambil variabel ekspor

(34)

pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Disarankan dalam penelitian

selanjutnya mengikutsertakan beberapa variabel lainnya seperti inflasi, nilai tukar dan sebagainya

berdasarkan penelitian terdahulu. Dan akan lebih mendalam lagi jika ditambahkan

variabel-variabel syariahnya seperti variabel-variabel asset dan pembiayaan yang ada di perbankan syariah.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat membagi periode penelitian menjadi 2 periode baik itu

pada periode sebelum krisis dan pasca krisis. Pembagian periode ini diharapkan lebih dapat

menggambarkan kondisi ekonomi riil yang ada dengan tidak melihat kondisi ekonomi sedang

bagus atau bahkan terpuruk.

Referensi:

Adnan, Muhammad Akhyar, 2004, Investasi di Indonesia Peluang dan Tantangan (Tinjauan Perspektif

Islam) Bangunan Ekonomi yang Berkeadilan(Teori, Praktek, dan Realitas Ekonomi Islam).

(35)

Afzalurrahman, 1997. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang. Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy.

Al-Qasim, Abu Ubaid, 2009, Al-Amwal (Ensiklopedia Keuangan Publik), (terjmh. Setiawan Budi Utomo) Jakarta: Gema Insani

Ascarya, Heni Hasanah dan Noer Azam AIChsani, “Permintaan Uang Dan Stabilitas Moneter Dalam

Sistem Keuangan Ganda”, Paper dipresentasikan pada “Seminar dan Kolokium Nasional Sistem

Keuangan Islam II”, Bandung, Indonesia, 6 September 2008.

Bayuni, Eva Misfah, 2009, Pengaruh Instrumen Moneter terhadap Stabilitas Besaran Moneter dalam Sistem Moneter Ganda di Indonesia. Skripsi Program Studi Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Ekonomi Islam TAZKIA: Bogor.

Chaudary, DR. M. Aslam dan Ahmed, DR. Eatzaz, 2004, Globalization: WTO, Trade and Economic Liberalization in Pakistan, Lahore-Rawalpindi-Karachi: Ferozsons (PVT.) LTD.

Choong Chee keong, Zulkornain Yusop, dan Venus Liew Khim Sen, 2005, Ekspor-Led Growth

Hypothesis in Malaysia: An Investigation Using Bounds Test. Sunway Academic Journal 2, 13-22.

Faisal Basri dan Haris Munandar, 2009, Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan terhadap

Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru dan Prospek Perekonomian Indonesia. Jakarta:

Kencana-Prenada Media Group.

Gerber, James, 2005, International Economics third edition, San Diego State University, Boston, San Fransisco, New-York.

Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain, Jakarta: Erlangga.

Hermanto Siregar dan Arief Daryanto, 2005, Perkembangan dan Diversifikasi Ekspor Indonesia. Terbit du Jurnal Manajemen dan Agribisnis 2(2), 117-166,2005.

http://fx.sauder.ubc.ca/cgi/fxdata

Jawas, Musleh, 2008, Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Muslim: 2004-2005. Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Indonesia Fakultas Ekonomi.

Jhingan, 2000, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta, Rajawali Press.

Laili, Nelly Nur, 2007, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi DIY tahun 1990-2004, Universitas Islam Indonesia, Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009, Pembangunan Ekonomi Umat, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (Hal 284, Konsep Pasar Menurut Sarjana Muslim; Ibnu Taymiyyah)

(36)

Laporan Tahunan 2000, Bank Indonesia.

Malian, A. Husni, Kebijakan Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor: AKP Volume 2 No. 2, Juni 2004: 135-136.

Mankiw, N Gregory, 2007, Macroeconomics 6th edition. United States: Worth Publishers.

Masli, Lili, 2007, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan

Regional Antar Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat.

Novianingsih, Dini Ayu, 2011, Analisis Hubungan antara Ekspor dan PDB di Indonesia Tahun

1999-2008. Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro: Semarang.

Prijono Tjiptoherijanto, Bambang Triyoso, dan El Capit Rusman Rochiman, 1984, Tinjauan Triwulan

Perekonomian Indonesia edisi September Vol. XXXII 3. LPEM-FEUI.

Ptaff , Bernhard, 2005, VAR, SVAR and SVEC Models: Implementation Within R Package vars. Germany, Kronberg im Taunus: Sunway Academic Journal 2.13-22.

Rivai, Muhammad, 2006, Pengaruh Ekspor, Impor dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Kalimantan Timur, Program Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas

Mulawarman, Samarinda

Ronny Salomo M dan Pos M Hutabarat, 2007, Peranan Perdagangan Internasional Sebagai Salah Satu

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Parallel Session IIID (Growth and FDI), Wisma

Makara, Kampus UI-Depok.

Soekro, Shinta R.I dan Tim, 2008, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur Satu Dekade Setelah Krisis. Bank Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sukirno, Sadono, 1994, Pengantar Teori Ekonomi Makro Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Press.

Skousen, Mark, 2006, Sang maestro Teori-Teori Ekonomi Modern. Jakarta: PRENADA Media

Tambunan, Tulus, 2001a, Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(37)

Tanjung, Hendri. Abu Ubaid dan Perdagangan Internasional. Iqtisodia Jurnal Ekonomi Islam Republika, Kamis 30 September 2010.

Tanjung Hendri. Abu Yusuf dan Strategi Perdagangan Indonesia. Republika Kamis 31 Maret 2011.

Yunan, 2009, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Medan: Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 1.1.
Gambar 2.2 Perkembangan Nilai PDB per Tahun Kuartal
Gambar 2.3 Perkembangan Nilai Ekspor per Tahun Kuartal
Gambar 2.4 Perkembangan Nilai Impor per Tahun Kuartal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alasan peneliti menerapkan permainan hula hoop dalam proses pembelajaran tersebut didasarkan dari hasil pengamatan dan analisis gerak, ternyata karakteristik gerakan

Apabila dilakukan perbandingan terhadap service level ketika kondisi jumlah truk yang sama pada kebijakan eksisting pada model simulasi eksisting dan skenario

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Bayi Di Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember; Kiki Ayu Lestari, 090810101113; 2013; 52 halaman; Jurusan Ilmu ekonomi

Salah satu rumah sakit di Kota Pekanbaru yang menyediakan pelayanan dan fasilitas kesehatan adalah RSUD Petala Bumi Provinsi Riau. Dari berbagai jenis perjanjian

digambarkan secara konkrit jumlah dan kualitas PNS yang diperlukan oleh suatu unit organisasi untuk melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna... Anggaran

Mampu menyesuaikan diri untuk bekerja dengan ketegangan jiwa jika berhadapan dengan keadaan darurat, kritis, tidak biasa atau bahaya, atau bekerja dengan

Merujuk pada konsep di atas, santripreneur dapat diistilahkan sebagai santri yang memiliki bakat (dilahirkan) wirausaha, dibentuk sebagai wirausahawan, mendapatkan

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis: Sebuah Analisis Ekonometrika..