• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Elite Lokal Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar Di Kabupaten Padang Lawas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Elite Lokal Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar Di Kabupaten Padang Lawas)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pemilihan umum ialah salah satu syarat dalam era demokrasi, dimana pemilihan umum merupakan ajang partai politik bertarung serta memberi kesempatan atau peluang untuk menduduki Eksekutif dan Legislatif. Bagi suatu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi maupun yang membangun proses demokrasi, partai politik menjadi sarana demokrasi yang bisa berperan sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah. Pembentukan partai politik berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi, yakni pemerintahan yang dipimpin oleh mayoritas melalui pemilihan umum. Untuk menciptakan pemerintahan yang mayoritas, diperlukan partai-partai yang dapat digunakan sebagai kendaraan politik untuk ikut dalam pemilihan umum. Menurut J Kristiadi, pemilu demokratis adalah perebutan kekuasaan yang dilakukan dengan regulasi, norma, dan etika sehingga sirkulasi elit atau pergantian kekuasaan dapat dilakukan secara damai dan beradab.1

Pemilihan umum yang berlangsung di Kab.Padang Lawas semenjak tahun 2009 banyak sekali dipengaruhi oleh elit yang sedang berkuasa. Pada tahun 2009 pemilihan umum untuk memilih anggota legislatif banyak dimenangkan oleh partai Demokrat pada saat itu, dikarenakan pada tahun 2009

1

(2)

banyak elit lokal menetapkan pilihannya pada partai yang incumbent dari tahun 2004 tersebut. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kebiasaan yang terjadi membentuk perilaku masyarakat di daerah tersebut. Begitu pula pada pemilihan umum untuk memilih calon anggota legislatif di Kab.Padang Lawas yang berlangsung pada tanggal 9 April 2014 lalu juga banyak dipengaruhi oleh elit lokal yang juga turut serta berkompetisi di dalam pemilihan umum tersebut.

Pada tahun 2009 Partai Golkar dalam mengikuti pemilihan umum legislatif memperoleh suara secara keseluruhan 9.134 Suara dan menempatkan Golkar di urutan kedua, sementara yang memperolehan suara terbanyak dimenangkan oleh Partai Demokrat dengan perolehansuara 12.010.2

Partai Golkar berhasil memperoleh suara terbanyak pada Pemilihan Umum Legislatif tahunn 2014 tingkat Kab. Padang Lawas, dengan perolehan suara 20.515. Rincian perolehan Partai Golkar, yakni di Dapil Padang Lawas I Partai Golkar terus berusaha untuk menaikkan elektabitasnya dalam Pemilu selanjutnya dengan beberapa tokoh elit yang dianggap sangat berpengaruh dalam partai dan siap untuk menang pada pemilu legislaif 2014. Hal ini sangat memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada Pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 09 April 2014, dimana partai Golkar kembali bangkit untuk memperoleh suara terbanyak dalam pemihan umum yang telah berlangsung tahun ini.

2

(3)

meraih 5.393 suara, Dapil Padang Lawas II 2.870 suara, Dapil Padang Lawas III 2.944 suara, Dapil Padang Lawas IV 5.725 suara dan di Dapil Padang Lawas V memperoleh 3.583 suara. Kemudian, posisi kedua yakni Partai Hanura meraih 16.577 suara, Partai Demokrat memperoleh 13.512 suara, PKB 13.184 suara, PPP 11.837 suara, PDIP 9.950 suara, Gerindra 9.914 suara, PAN 7.960 suara, PKS 7.032 suara, PKPI 6.189 suara, PBB 4.489 suara, dan posisi terkahir adalah NasDem dengan perolehan sebanyak 4.141 suara3

Hasil ini tidak hanya menempatkan Partai Golkar sebagai peraih suara terbanyak di Kab.Padang Lawas, namun memperoleh sebanyak 5 kursi legislatif di DPRD Kab. Padang Lawas, dari total 30 kursi legislatif yang diperebutkan. Keadaan tersebut sangat dapat dirasakan masyarakat karena dilihat dari hasil dari pemenangan partai Golkar, yang didalamnya terdapat beberapa tokoh masyarakat yang dikategorikan sebagai elit partai, dengan memperoleh suara tertinggi di daerah padang lawas. Masyarakat banyak menggunakan hak pilihnya untuk memilih sosok yang mereka anggap sudah mengerti bagaimana kondisi yang terjadi di daerah pemilihannya dan bagaimana mengatasi kondisi keadaan yang terjadi di daerah itu pula.

.

Dari data di atas dapat kita lihat bagaimana kondisi pemilihan umum untuk memilih anggota legislatif di Kab.Padang Lawas dari tahun 2009 sampai dengan 2014. Pergantian pemenang jumlah perolehan suara banyak dimotori oleh elit yang juga turut serta berkompetisi ataupun elit yang tidak

3

(4)

ikut berkompetisi namun mempunyai andil yang penting untuk kemenangan suatu calon dari partai tertentu. Isu kepemimpinan nasional menjadi penting guna mengukur posisi elit partai yang akan maju atau elit di luar partai politik yang dijagokan oleh partai. Walau demikian, elit di luar partai juga termasuk elit dalam tingkatan kelas sosial dalam strata masyarakat. Elit dapat memotori suatu partai ataupun perilaku masyarakat untuk menetapkan pilihannya, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam suatu pemilihan umum. Pemilu juga mendorong beberapa patronase dengan tujuan untuk menjalin hubungan dengan beberapa kelompok yang mempunyai kepentingan tertentu untuk mendapatkan tujuan.4

Teori elit dibangun di atas pandangan bahwa keberadaan elit baik elit politik tidak dapat dielakkan dari aspek-aspek kehidupan modern yang serba kompleks. Dalam sejarahnya, jumlah elit cenderung lebih sedikit akibat legitimasi dari masyarakat demikian berat. Ada dua tradisi akademik tentang elit, yakni dalam tradisi yang lebih tua elit diperlukan sebagai sosok khusus yang menjalankan misi historis, memenuhi kebutuhan mendesak, melahirkan bakat-bakat unggul dan elit dipandang sebagai kelompok pencipta tatanan yang kemudian dianut oleh semua pihak. Dalam pendekatan yang lebih baru, elit dipandang sebagai suatu kelompok yang menghimpun para petinggi pemerintahan.

4

(5)

Elit politik merupakan individu-individu yang memiliki keistimewaan dalam pemahaman, pemaparan, dan pengalaman mengenai sistem kekuasaan selain itu, elit politik juga merupakan individu yang telah mendapat pengakuan dari masyarakat sebagai suatu minoritas yang memiliki status sosial dalam peran dan fungsinya di tengah masyarakat. Kedudukan elit dalam masyarakat dapat dianalisis melalui konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa elit dan kekuasaan merupakan dua variabel yang tidak dapat dipisahkan, karena elit merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber kekuasaan dan sebaliknya, Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit.

Adapun yang mendorong elite politik atau kelompok-kelompok elite untuk memainkan peranan aktif dalam politik adalah Karena ada dorongan kemanusiaan yang tidak dapat dihindarkan atau diabaikan untuk meraih kekuasaan. Politik merupakan permainan kekuasaan dan para individu menerima keharusan untuk melakukan sosialisasi serta penanaman nilai-nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut. Keinginan berebut kekuasaan dan berusaha memperbesar kekuasaan yang menyebabkan terjadinya pergumulan politik antar elite di dunia politik.

(6)

Golkar bukanlah partai yang menang di pemilu tahun 2009 namun pada pemilu tahun 2014 partai ini memperoleh suara tertinggi, kemenangan ini kemudian apakah ada pengaruh dari elit partai yang duduk sebagai Bupati, ketua DPRD dan elit-elit partai tersebut di Kab. Padang Lawas. Penelitian difokuskan di daerah Kab.Padang Lawas karena daerah ini merupakan hasil dari pemisahan diri dari Kab. Tapanuli Selatan sehinggah penelitian ini menunjukkan bagaimana suatu kabupaten baru dalam menghadapi pemilihan umum legislatif di daerahnya dalam rangka menempatkan perwakilan masyarakatnya dalam kursi legislatif.

Pengaruh yang sangat besar terhadap elite partai golkar dalam memenangkan perolehan suara dalam pemilihan umum, sehinggah hal ini sangat berpengaruh terhadap perilaku pemilih didaerah Padang Lawas. Beranjak dari yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini, mengkaji bagaimana peran yang diberikan elit terhadap kemenangan partai Golkar yang ada di kabupaten Padang Lawas.

B. Perumusan Masalah

(7)

masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah.5

Sejalan dengan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan di atas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran Elit lokal dalam pemenangan partai Golkar pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kab. Padang Lawas?

C.Batasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji pendekatan yang dilakukan elit politik dan elit non politik dalam pemenangan pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kab. Padang Lawas.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah pernyataan mengenai apa yang hendak kita capai. Tujuan peneitian dicantumkan agar pihak lain yang membaca laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti tentang apa tujuan dari

5

(8)

penelitian kita sesungguhnya.6 Adapun yang menjadi tujuan penelitan ini secara umum ialah untuk mengetahui pengaruh dan pendekatan yang digunakan elit Golkar dalam memberikan pengaruhnya di masyarakat dalam usaha memenangkan partai Golkar pada pemilu legislatif di Kab.Padang Lawas.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan yang bermanfaat yaitu:

1. Secara akademis penelitian dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi dalam konteks ilmu politik terkait dengan elite politik. 2. Secara teoritis maupun metodologis studi ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman studi pengaruh elit lokal dalam suatu partai politik, khususnya di Indonesia.

3. Secara pribadi penelitian mampu mengasah kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri.

6

(9)

F. Kerangka Teori

F.1 Teori Elite

Elite Politik adalah sekelompok kecil orang berkualitas yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Menurut Pareto, masyarakat terbagi dalam dua kategori yaitu: lapisan elite yang jumlahnya kecil dan mempunyai kemampuan memerintah (governing elite), dan lapisan non elite yang jumlahnya besar yang ditakdirkan untuk diperintah (non elite).7

Elit merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Disamping itu bahwa elit yang ada dalam lapisan masyarakat pada umumnya datang dari kelas yang sama yaitu orang-orang yang kaya dan juga pandai, yang mempunyai kelebihan dalam matematika, bidang musik, karakter moral dan sebagainya.. Vilfredo Pareto sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah, yang menurut dia berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan kelicikan yang dilihatnya sebagai hal yang penting.8

Gaetano Mosca dan Vilfredo Pareto membagi strtifikasi dalam tiga kategori yaitu elit yang memerintah (governing elit), elit yang tidak memerintah (non-governing elite) dan massa umum (non-elite). Kajian ini membagi dua katagori elit yaitu:9

1. Elit Politik Lokal merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih

7

SP. Varma. 2010.Teori Politik Modern. .Jakarta: PT. Rajawali Pers. Hal 199

8

Ibid. Hal 200

9

(10)

melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti: Gubenur, Bupati, Walikota, Ketua DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik. dalam konteks lokal yaitu elit politik lokal dan elit non politik lokal.

2. Elit Non Politik Lokal adalah seseorang yang menduduki jabatan-jabatan strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat. Elit non politik ini seperti: elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lain sebagainya. Perbedaan tipe elit lokal ini diharapkan selain dapat membedakan ruang lingkup mereka, juga dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan antar-elit politik maupun elit mesyarakat dalam proses pemilihan kepala daerah di tingkat lokal.

(11)

lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada.10

Sementara Gaetano Mosca melihat bahwa pergantian elit terjadi apabila elit yang memerintah dianggap kehilangan kemampuanya dan orang luar di kelas tersebut menunjukan kemampuan yang lebih baik, maka terdapat segala kemungkinan bahwa kelas yang berkuasa akan dijatuhkan dan digantikan oleh kelas penguasa yang baru11. Dalam sirkulasi elit yang disebutkan oleh Mosca, terutama karena terjadinya penjatuhan rejim, konflik pasti tidak terhindarkan, karena masing-masing pihak akan menggunakan berbagai macam cara. menurut Maurice Duverger, dalam konflik politik, sejumlah alat digunakan seperti organisasi dan jumlah uang (kekayaan), sistem, militer, kekerasan fisik, dan lain sebagainya.12

Tata cara mekanisme sirkulasi elit ini akan sangat menentukan sejauh mana sistem politik memberikan karangka bagi terujutnya pergantian kekuasaan di suatu Negara. Dalam konteks pergantian seperti itu, kenyataannya perosesnya tidak selalu mulus, apalagi dalam konteks politik Internasional yang menunjukan sifat-sifat ketidak normalan. tetapi masing-masing DPRD mempunyai tata cara dan mekanisme masing-masing dalam pergantian elit.

Elit merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki

(12)

jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti Gubenur, Bupati, Walikota, DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik.

Dalam menganalisa kedudukan elit dalam masyarakat, elemen yang perlu di perhatikan adalah konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa elit dan kekuasaan merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan, karena elit adalah merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber kekuasaan dan sebaliknya. Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit. Elit politik adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan politik. Bahwa jumlah penguasa selalu lebih sedikit daripada yang dikuasai.13

Secara umum, elit merupakan sekelompok orang yang menempati kedudukan-kedudukan tinggi. Dalam arti yang lebih khusus, elit juga ditunjukkan oleh sekelompok orang terkemuka dalam bidang-bidang tertentu dan khususnya kelompok kecil yang memegang pemerintahan serta lingkungan dimana kekuasaan itu diambil. Dengan demikian, konsep tentang elit cenderung lebih menekankan kepada elit politik dengan merujuk pada pembagian elit penguasa Teori elit dibangun di atas pandangan atau persepsi bahwa keberadaan elit baik elit politik maupun elit agama tidak dapat dielakkan dari aspek-aspek kehidupan modern yang serba kompleks. Dalam sejarahnya, jumlah elit cenderung lebih sedikit akibat legitimasi dari masyarakat demikian berat.

13

(13)

dan elit yang tidak berkuasa yang mengarah kepada adanya kepentingan yang berbeda.

Elit politik merupakan individu-individu yang memiliki keistimewaan dalam pemahaman, pemaparan, dan pengalaman mengenai sistem kekuasaan selain itu, elit politik juga merupakan individu yang telah mendapat pengakuan dari masyarakat sebagai suatu minoritas yang memiliki status sosial dalam peran dan fungsinya di tengah masyarakat. Sehingga dengan kedudukan yang istimewa inilah kemudian elit menjadi faktor penentu yang berperan dalam mendorong dan mempengaruhi partisipasi politik masyarakat.

Dalam masyarakat yang menganut paham demokrasi, maka keberadaan elit tidak bisa dilepaskan dari adanya proses sosial yang berkembang. Keller mengemukakan empat proses sosial utama yang mendorong perkembangan elit yakni pertumbuhan penduduk, pertumbuhan spesialisasi jabatan, pertumbuhan organisasi formal atau birokrasi dan perkembangan keagamaan moral. Konsekuensinya, kaum elitpun semakin banyak, semakin beragam, dan lebih bersifat otonom.14

Huky membagi elit ke dalam tiga kategoriyaitu :15 1. Elit karena kekayaan.

Kekayaan menjadi suatu sumber kekuasaan. Orang-orang kaya tergabung ke dalam group tertentu baik bersifat konkrit maupun

14

Ibid. hal. 44

(14)

abstrak dan mengontrol masyarakat di sekitarnya, seperti majikan dengan posisi elit dalam mengontrol bawahannya.

2. Elit karena eksekutif.

Group ini terdiri dari orang-orang yang mempunyai posisi strategis dalam strategi di bidang tertentu. Dengan posisi yang strategis ini, ia memperoleh kekuasaan mengontrol dan mempengaruhi orang lain. Misalnya pejabat-pejabat pemerintah pada kedudukan yang strategis.

3. Elit komunitas.

Orang-orang tertentu dalam suatu komunitas dipandang sebagai kelompok yang dapat mempengaruhi kelompok lain.

Untuk melancarkan mekanisme sistem politik maka para elit politik atau elit penguasa harus mampu mengakomodasi berbagai tuntutan masyarakat atau warga Negara. Kemudian tuntutan itu diolah menurut mekaisme sistem politik yang bisa menghasilkan berbagai kebijakan atau keputusan yang dapat menjawab berbagai tuntutan masyarakat. Keputusan atau kebijakan ini juga memberi kesejahteraan pada anggota masyarakat. Elit politik bertindak secara demokratis untuk menghargai hak-hak warganegara dan terbuka terhadap berbagai golongan. Adapun cara elit mempertahankan kekuasaan yaitu:16

1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik yang merugikan kedudukannya

16

(15)

penguasa, peraturan-peraturan tersebut akan digantikan dengan peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa. Keadaan tersebut biasanya terjadi pada waktu ada pergantian kekuasaan dari seseorang penguasa kepada penguasa lain (yang baru). 2. Mengadakan sistim-sistim kepercayaan (belief - system) yang akan

dapat memperkokoh kedudukan penguasa atau golongan. Sistem sistem kepercayaan tersebut meliputi agama ideologi dan seterusnya. 3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik

4. Mengadakan konsolidasi secara horisontal dan secara pertikal.

F.2 Teori Kekuasaan

Kekuasaan merupakan suatu konsep politik yang paling sering di bahas dan dipelajari oleh para akademisi dalam mempelajari ilmu politik. Khususnya dalam hal ini politik beranggapan bahwa Kekuasaan merupakan inti dari politik yaitu semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Kekusaan sangat erat kaitannya dengan pengaruh dan mempengaruhi. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam artian bahwa ada satu pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Atau satu pihak memberi perintah dan satu pihak lagi yang mematuhi perintah.

(16)

perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.17

Kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan.Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya. Meriam budiardjo dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Ilmu Politik” menyebutkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau sekelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mmpunyai kekuasaan itu.

Dengan demikian kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang itu enggan melakukannya. Yang terpenting dari kekuasaan adalah adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang memengaruhi.

18

Konsep kekuasaan (politik) diupayakan sebagai suatu elaborasi dengan menjadikan kekuasaan itu sebagi fenomena politik kekuasaan. Untuk memahami Sehingga dapat mempengaruhi seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan.

17

Soerjono Soekanto. Op.Cit.262 18

(17)

fenomena kekuasaan politik. Charles F Andrain dan Ramlan Surbakti seperti yang dikutip oleh P. Antonius Sitepu dapat ditinjau dari (6) dimensi yaitu:19

1. Dimensi Potensial dan Aktual

Seseorang yang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila mempunyai atau memiliki sumbr-sumber kekuasaan seperti kekayaan tanah, senjata, pengetahuan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa yag terorganisir dan jabatan. Sebaliknya seseorang yang dipandang memiliki kekuasaan aktual apabila telah menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan-kegiatan politik secara efektif.

2. Dimensi Konsensus dan paksaan

Dalam menganalisis hubungan kekuasaan harus membedakan kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan kekuasaan yang berdasarkan konsensus. Para analisis politik yang lebih menekankan aspek konsensus dari kekuasaan akan cenderung melihat elite politik sebagai orang yang tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat secara keseluruhan. Sementara itu, apabila menekankan pada aspek paksaan dari kekuasaan akan cenderung memandang politik sebagai perjuangan, pertarungan, dominasi, dan konflik.

19

(18)

3. Dimensi Positif dan Negatif.

Tujuan umum pemengang kekuasaan adalah untuk mendapatkan ketaatan atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum itu dapat dikelompokkan menjadi dua aspek yang berbeda yakni: tujuan positif dan negatif. Kekuasaan positif adalah penggunaaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dianggap penting dan diharuskan, sedangkan kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah orang lain untuk mencapai tujuannya yang tidak hanya dipandang tidak perlu akan tetapi juga merugikan pihaknya.

4. Dimensi jabatan dan pribadi

(19)

5. Dimensi implisit dan eksplisit

kekuasaan implisit adalah kekuasaan yang tidak terlihat dengan kasat mata akan tetapi dapat dirasakan sedangkan kekuasaan eksplisit adalah pengaruh yang terlihat dan dapat dirasakan. Adanya kekuasaan dimensi eksplisit menimbulkan perhatian orang pada segi rumit hubungan kekuasaan yang disebut dengan azaz memperkirakan reaksi dari pihak lain.

6. Dimensi langsung dan tidak langsung

(20)

Adapun Unsur – unsur kekuasaan yang didapat dijumpai dalam masyarakat mempunyai beberapa unsur pokok yaitu.20

1. Rasa Takut

Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang ynag ditakuti tadi. rasa takut merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai rasa takut akan berbuat segala sesesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang ditakutinya agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang akan menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh.

2. Rasa Cinta

Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Orang-orang lain bertindak seseuai dengan kehendak pihak yang berkuasa untuk menyenangkan semua pihak. Rasa cinta biasanya telah mendarah daging dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Rasa cinta yang efisien seharusnya dimulai dari pihak penguasa.

3. Kepercayaan

Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatif.

20

(21)

4. Pemujaan

Di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang yang memegang kekuasaan mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya dianggap benar.

F.3 Teori Strategi Politik

Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan kelompok atau pribadi secara keseluruhan. Melalui serangkaian aktifitas yang unik atau berbeda dari yang lain dan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang ingin dicapai ditopang dengan sarana dan prasarana. Dikendalikan oleh seorang pemimpin.Pemimpin sejati bukanlah orang yang yang cuma bisa memimpin, tetapi pemimpin sejati adalah orang yang bisa membuat orang-orang yang di pimpinnya menjadi pemimpin pula.

Strategi menurut Arnold Steinberg adalah rencana untuk tindakan penyusunan dan pelaksanaan strategi mempengaruhi suskses atau gagalnya strategi pada akhirnya.21

21

Toni Adrianus Pito, at.all. 2006. Mengenal teori-Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Nuansa. Hal 196

(22)

Pada dasarnya strategi politik menurut Peter Schroder ada dua strategi yaitu strategi Ofensif (menyerang) dan strategi defensif (bertahan). Strategi ofensif merupakan strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Sedangkan strategi defensif merupakan strategi untuk mempertahankan pasar dan strategi untuk menutup atau menyerahkan pasar.22

Sebagaimana yang dikutip dari buku Toni Andrianus Pito at all “Mengenal Teori- Teori Politik” Ada empat macam startegi politik yaitu:23

1. Strategi penguatan yaitu strategi yang digunakan untuk sebuah kontestan yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan publik tertentu. 2. Startegi rasionalisasi yaitu dilakukan kepada kelompok pemilih yang

sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. Strategi rasionalisasi ini dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus dilakukan dengan hati-hati.

22

Ibid.Hal. 198 23

(23)

3. Strategi bujukan yaitu strategi yang diterapkan oleh kandidat yang dipersiapkan memiliki citra tertentu tapi juga memiliki atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya.

4. Strategi konfrontasi yaitu strategi yang diterapkan kepada para pemilih yang telah memilih kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih. Biasa saja pada suatu pemilu, sebagaian pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang jelek, tapi kemudian kandidat tersebut ternyata tidak menghasikan kinerja yang diharapkan.

Salah satu perwujudan dari strategi politik itu ialah kampanye politik dan marketing Politik yang dilakukan untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu dari suatu kompetisi yang sedang berlangsung. Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu.

(24)

dianggap efektif jika calon legislatif atau suatu partai itu mendapat kemenangan suara dalam pemilu nantinya.

Marketing politik adalah seperangkat metode yang memfasilitasi kontestan (individu atau partai poilitik) dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik, isu politik, idiologi politik, dan karakteristik pemimpin partai dan program kerja partai kepada masyarakat. Pada dasarnya political marketing menurut Adam Nursal yakni sebagai strategi kampanye politik untuk membentuk serangkain makna politis tertentu didalam pikiran para pemilih. Serangkain makna politis yang terbentuk didalam pikiran para pemilih untuk memilih para kontestan tertentu. Makna politis inilah yang menjadi output penting marketing politik yang menentukan pihak mana yang akan dipilih oleh pemilih.24

Dalam kajian ilmu politik political marketing menurut firmanzah merupakan penerapan-penerapan marketing dalam kehidupan politik. Dalam political marketing, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode marketing dalam menyusun produk politik, distribusi produk politik kepada masyarakat serta meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan dengan pesaing. Sehingga membantu politikus dan partai politik untuk membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat.25

Marketing menjadi salah satu cara yang diperlukan dalam strategi politik. Dalam konsep marketing mengenal adanya persaingan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Dalam hal ini bagaiamana seorang kandidat

24

Rudi Sakam Sinaga. 201, Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 41

25

(25)

mengkomunikasikannya kepada masyarakat dengan mengemas strategi-strategi kampanye yang akan mudah diterima masyarakat.

G. Metodologi Penelitian

G.1 Jenis Penelitian

Berdasaran dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka dasar di atas, penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif. Dengan metode kualitatif, penelitian sama-sama mempersoalkan realibitas, validitas, pengukuran dan alat ukur juga berbeda.26 Penelitian dekriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data yang ada. Menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi dan juga bersifat komperatif dan korelatif.27

Secara khusus penelitian deskriptif yang penulis gunakan dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fakta atau data yang ada dikumpulkan, diklarifikasi dan kemudian akan dianalisa.

G. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada Kab.Padang Lawas yang merupakan daerah kemenangan partai Golkar pada pemilu Legislatif yang dilaksanakan pada 9 April 2014 lalu.

26

Burhan Bungin. 2001. Metodologi penelitian Sosial. Surabaya: Air langga Press. Hal 71 27

(26)

G. 3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan sebuah penelitian, ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data antara lain wawancara (interview), observasi (observation), dan dokumentasi (documentation). Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data Primer, yaitu data yang diambil dari data primer atau sumber pertama dilapangan.28

28

Burhan Bungin. 2001.Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Air Langga University Press. Hal 128

(27)

Sutan Harahap sebagai ketua LMP (Laskar Merah Putih) Kab.Padang Lawas. Alasan saya memilih narasumber ini karena mereka merupakan motor massa dalam pemilihan anggota legislatif di Kab.Padang Lawas pada tahun 2014 yang baru saja dilaksanakan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber skunder.29 Data diperoleh dari literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, jurnal, artikel, peraturan-peraturan, laporan-laporan serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

G. 4 Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisa data yang digunaka dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis data kualitatif. Dalam analisis data kualitatif memberikan hasil penelitian untuk memperoleh gambaran terhadap proses yang diteliti dan juga menganalisis makna yang dibalik informan, data dan proses tersebut.30

29

Ibid. Hal. 128

Disamping itu, penelitian ini bersifat deskripsi yang bertujuan memberikan gambaran mengenai situasi atau kejadian yang terjadi. Data-data yang terkumpul melalui wawancara dan dokumentasi kemudian disusun, dianalisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis tentang kondisi dan situasi yang ada. Data-data

30

(28)

tersebut diolah dan dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya akan menghasilkan kesimpulan yang menjelaskan masalah yang akan diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci maka penulis menjabarkan penelitian ini ke dalam IV Bab. Untuk itu sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, , batasan masalah, tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI MENGENAI LOKASI DAN PROFIL ELIT LOKAL

YANG BERPENGARUH DI KAB. PADANG LAWAS

Bab ini akan diuraikan gambaran umum tentang deskripsi lokasi penelitian, profil Golkar dan Elit yang yang berpengaruh di Kab. Padang Lawas.

BAB III : PENGARUH ELIT LOKAL TERHADAP KEMENANGAN

PARTAI GOLKAR PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014

Bab ini akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang dianalisis secara sistematis berdasarkan penelitian yang dilakukan.

BAB IV : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari kedua definisi diatas bahwa manajemen pelayanan pasien adalah suatu proses koordinasi pelayanan kolaboratif untuk mempergunakan sumber daya yang tersedia dengan

Melalui kegiatan pembelajaran daring menggunakan model discovery learning tentang sistem pencernaan pada manusia peserta didik diharapkan mampu menganalisis hubungan antara

[r]

Dalam hal ini Direktur dan karyawan memiliki persepsi yang sama, sehingga Direktur harus mempertahankan ketiga tipe kepemimpinan tersebut dengan menerapkan sifat – sifat yang

Tabel 5.6 Tabulasi silang hasil pemeriksaan kolesterol total berdasarkan umur perokok aktif di RT 1 Dusun Bululowo Desa Puri Kecamatan. Plandaan

Keempat, keeratan hubungan cara minum tablet zat besi dengan kejadian anemia ibu hamil trimester III di BPS Pipin Heriyanti Yogyakarta tahun 2011 yaitu memiliki

hasil penelitian yang berasal dari ternpat lain dengan rnasalah yang sama , tidak1. dapat diadopsi begitu saja oleh para praktisi di lapangan karena

LKM yang digunakan adalah LKM Terbimbing dimana LKM Terbimbing ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan menyelesaikan persoalan yang ada pada perkuliahan Struktur