• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Ulang Produk Pada Depot Lia Water di Perumahan Kuis Indah, Batang Kuis Deli serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Ulang Produk Pada Depot Lia Water di Perumahan Kuis Indah, Batang Kuis Deli serdang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Pelayanan

Keberhasilan dalam pemasaran produk sangat ditentukan oleh kualitas

pelayanan yang diberikan perusahaan dalam memasarkan produknya. Kualitas

merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan

(Tjiptono, 2005:259). Menurut Limakrisna dan Supranto (2007:13), “Layanan

merupakan kegiatan bantuan (peripheral) yang dikerjakan untuk meningkatkan

produk atau jasa primer.

Kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai “The extent of discrepa ncy between customers expectations or desire and their perceptions”. Dari pernyataan

tersebut dikemukakan bahwa kualitas pelayanan yang diterima konsumen

dinyatakan besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen dengan

tingkat persepsi mereka (Laksana, 2008:36). Kualitas pelayanan dapat diketahui

dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata

mereka terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka terima

atau harapkan terhadap atribut–atribut pelayanan suatu perusahaan.

Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir

pada persepsi pelanggan, dimana persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan

merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan. Ini berarti

(2)

Untuk lebih memahami konsep kualitas pelayanan, ada beberapa atribut yang

harus kita mengerti terlebih dahulu yang berkaitan dengan kualitas pelayanan,

yaitu:

a. Pelayanan merupakan sesuatu yang tak terlihat (intangible).

b. Pelayanan merupakan sesuatu yang heterogen, artinya dalam

pengukuran kinerja suatu jasa sering bervariasi, tergantung dari sisi

penyedia jasa dan pelanggan.

c. Pelayanan tidak dapat ditempatkan dalam suatu kinerja waktu tertentu,

sehingga penilaiannya dilakukan sepanjang waktu.

Menurut Kasmir (2004:34) ciri-ciri pelayanan yang baik adalah

1. Memiliki pelayanan yang baik

Memiliki karyawan yang professional khususnya yang berhadapan

langsung kepada pelanggan.

2. Adanya sarana dan prasarana yang baik

Tersedianya sarana dan prasanan yang baik yang dapat menunjang

kelancaran penjualan produk ke pelanggan secara cepat dan tepat waktu.

3. Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan sejak awal hingga selesai,

dalam hal ini karyawan harus melayani sampai tuntas.

4. Memberikan pelayanan yang baik

Mampu melayani pelanggan secara tepat dan cepat, tentunya dibandingkan

(3)

5. Mampu berkomunikasi

Mampu berkomunikasi secara jelas, menyenangkan dan mampu

menangkap keinginan dan kebutuhan pelanggan.

6. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi

Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi, terutama dalam hal

keuangan seperti jumlah transaksi yang terjadi.

7. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik

Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik tentang produk yang

dijual dan pengetahuan umum lainnya.

8. Memahami kebutuhan pelanggan

Tersedianya ragam produk yang diinginkan, artinya pelanggan dapat

membeli beragam produk dengan kualitas produk dan pelayanan yang

mereka inginkan.

9. Memberikan kepercayaan kepada pelanggan

Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan, sehingga pelanggan

merasa yakin dengan apa yang telah dilakukan perusahaan.

Pada model kualitas pelayanan (service quality), kualitas jasa didefinisikan

sebagai penilaian atau sikap global berkenaan dengan superioritas suatu jasa.

Definisi didasarkan pada tiga landasan konseptual utama yaitu (Martin, 2004:8)

diantara lain adalah

a. Kualitas jasa lebih sukar dievaluasi konsumen daripada kualitas barang.

b. Persepsi terhadap kualitas jasa merupakan hasil dari perbandingan antara

(4)

c. Evaluasi kualitas tidak hanya dilakukan atas hasil jasa, namun juga

mencakup evaluasi terhadap proses penyampaian jasa.

Servqua l menghubungkan pandangan dari pelanggan dan penyedia jasa

mengenai kualitas pelayanan, serta merupakan dasar yang baik dalam memahami,

mengukur dan memperbaiki kualitas pelayanan. Model ini lebih dikenal sebagai

model analisis kesenjangan, yang merupakan alat untuk menganalisis penyebab

dari masalah pelayanan dan untuk memahami bagaiman kualitas pelayanan dapat

diperbaiki). Servqual merupakan alat yang efektif untuk mengukur tingkat

kepuasan pelanggan dengan mengukur kelima dimensi dari kualitas pelayanan.

Model ini terdiri dari dua bagian, dimana bagian awal berisikan harapan

pelanggan dan bagian kedua merupakan persepsi pelanggan akan pelayanan yang

diterima. Sebuah skor untuk kualitas pelayanan dihitung dari selisih antara nilai

peringat yang diberikan pelanggan untuk sepasang pernyataan harapan dan

persepsi. Servqual dan kelima dimensi kualitas dapat membantu perusahaan

dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan kualitas pelayanan dan

dalam membuat kebijakan untuk menghilangkan kesenjangan yang dapat

mempengaruhi kesenjangan yang dapat mempengaruhi persepsi pelanggan

terhadap kualitas pelayanan. (Kotler, 2000:2jj41).

Menurut Laksana (2008:91) konsep kualitas pelayanan terdiri dari 5 (lima)

dimensi antara lain meliputi:

a. Berwujud (tangible) yaitu penampilan fisik, peralatan, personil, dan media

komunikasi. Sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui

(5)

memberikan impresi yang positif terhadap kualitas pelayanan yang

diberikan.

b. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

disajikan dengan tepat dan terpercaya. Determinan ini mencakup 2 (dua)

hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan

dipercaya (dependability), berarti perusahaan harus memberikan

jasa/pelayanannya secara tepat sejak saat pertama (right the first time)

sesuai dengan jadwal pelayanan yang disepakati. Dibandingkan dengan

keempat dimensi yang lainnya, dimensi ini sering dipersepsi paling

penting bagi pelanggan dan berbagai industri jasa.

c. Daya Tanggap (responsiveness) yaitu keinginan untuk membantu para

konsumen dan memberikan pelayanan dengan sebaik mungkin, yang

meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta

penanganan keluhan yang memuaskan sejak proses penjualan hingga

purna jualnya (serviceability). Daya tanggap merupakan dimensi kualitas

pelayanan yang paling dinamis. Pelayanan yang tanggap juga dipengaruhi

oleh sikap staf atau karyawan.

d. Jaminan (assurance) yaitu pengetahuan dan kesopan santunan para

pegawai perusahaan serta kemampuan menumbuhkan rasa percaya diri

konsumen terhadap perusahaan.

e. Empati (empathy) yaitu memberi perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan

(6)

memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami

kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian

yang aman dari pelanggan. Empati merupakan ketetapan memperdulikan

serta perhatian secara pribadi ke pelanggan.atribut pembentuk dimensi

empati berupa jam kerja, perhatian didalam pelayanan, menjadikan

pelanggan tertarik kepada perusahaan,perhatian pribadi kepada pelanggan,

dan memahami kebutuhan pelanggan

Untuk lebih memahami konsep kualitas pelayanan, ada beberapa atribut

yang harus kita mengerti terlebih dahulu yang berkaitan dengan kualitas

pelayanan, yaitu:

1. Pelayanan merupakan sesuatu yang tak terlihat (intangible).

2. Pelayanan merupakan sesuatu yang heterogen, artinya dalam

pengukuran kinerja suatu jasa sering bervariasi, tergantung dari sisi

penyedia jasa dan pelanggan.

3. Pelayanan tidak dapat ditempatkan dalam suatu kinerja waktu tertentu,

sehingga penilaiannya dilakukan sepanjang waktu.

Menurut Kotler (2005:42) menyatakan bahwa cara mengukur kualitas pelayanan

dapat berfokus pada dua macam riset, yaitu:

1. Riset konsumen

Mengkaji perspektif konsumen mengenai kekuatan dan kelemahan

perusahaan, serta meliputi aspek-aspek seperti komplain konsumen,

survey purna jual, wawancara kelompok fokus, dan survei kualitas

(7)

2. Riset non-konsumen

Mengkaji perspektif karyawan mengenai kelemahan dan kekuatan

perusahaan, serta kinerja karyawan, dan juga dapt menilai kinerja jasa

pesaing dan dapat dijadikan basis perbandingan.

2.2 Kepuasan Pelanggan

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup

baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat) sehingga kepuasan bisa

diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”.

Kepuasan pelanggan merupakan respon berupa perasaan puas yang timbul karena

perjalanan mengonsumsi suatu produk.

Menurut Simamora (2003:18), kepuasan pelanggan adalah hasil pengalaman

terhadap produk. Ini adalah sebuah perasaan konsumen setelah membandingkan

antar-harapan (prepurchase expectation) dengan kinerja aktual (actual

performa nce) produk.

Menurut Kotler (2005:36) kepuasan pelanggan adalah sebagian perasaan

suka/tidak kepada seseorang terhadap suatu produk setelah membandingkan

antara persepsi terhadap hasil produk dengan harapan. Lebih spesifik, kepuasan

pelanggan berarti sejauh mana anggapan terhadap kualitas produk dalam

memenuhi harapan pelanggan. Jika kualitas produk lebih rendah dibandingkan

dengan harapan, maka pelanggan tersebut tidak puas atau kecewa. Sebaliknya,

jika kualitasnya sesuai atau bahkan melebihi harapan, pelanggan tersebut akan

(8)

Menurut Lupioyadi (2006:192), manfaat yang diterima oleh perusahaan

dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi adalah meningkatkan

loyalitas pelanggan dan mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensivitas

pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya operasi yang diakibatkan oleh

meningkatnya jumlah pelanggan, meningkatnya efektivitas iklan dan

meningkatnya reputasi bisnis. Mencapai tingkat kepuasan pelanggan tertinggi

adalah tujuan utama pemasaran.

Menurut Sunarto (2006:6), adapun elemen yang mempengaruhi kepuasan

pelanggan yaitu:

1. Kebijakan manajemen

2. Struktur pelayanan

3. Tindakan petugas pelayanan digaris depan

Pada kenyataannya, akhir-akhir ini banyak perhatian tercurah pada konsep

kepuasan “total” yang implikasinya adalah mencapai kepuasan sebagian saja tidaklah cukup untuk membuat pelanggan setia dan kembali lagi. Ketika

pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang didapatkan pada saat proses

transaksi dan puas terhadap barang atau jasa yang mereka dapatkan, besar

kemungkinan mereka akan kembali lagi dan melakukan pembelian ulang.

Menurut Kotler (2005:38) ada 4 (empat) perangkat untuk mengukur tingkat

kepuasan pelanggan yaitu:

a. Sistem keluhan dan saran (complain and suggestion system), sebuah

perusahaan yang berorientasi pada pelanggan, biasanya menyediakan

(9)

mempermudah pelanggannya untuk memberikan saran dan keluhan.

Perusahaan juga mempekerjakan staf khusus untuk segera menangani

keluhan pelanggannya.

b. Survei kepuasan pelanggan (customer satisfaction survey), perusahaan

melaksanakan survei secara berkala kepada pelanggan di berbagai tempat

untuk mengetahui apakah mereka puas dengan apa yang ditawarkan oleh

perusahaan, melalui pembagian kuesioner, interview langsung, telepon,

atau e-mail. Hal ini dilakukan untuk memperoleh umpan balik secara

langsung dari pelanggan. Pelanggan lebih respek terhadap perusahaan

karena merasa diperhatikan oleh perusahaan tersebut.

c. Menyamar berbelanja (ghost shopping), perusahaan menempatkan

karyawannya bertindak sebagai pembeli potensial dengan tujuan untuk

mengetahui apakah produk atau jasa yang diberikan sesuai dengan standar

perusahaan dan melaporkan hasil temuan tentang kekuatan dan kelemahan

ketika membeli produk atau jasa perusahaan bahkan dimiliki oleh

pesaingnya.

d. Analisis pelanggan yang hilang (customer loss rate analysis), perusahaan

melakukan analisa penyebab dari para pelanggan yang berhenti membeli

atau berganti kepada perusahaan lainnya. Perusahaan menghubungi secara

langsung pelanggannya untuk mengetahui penyebab hal tersebut sehingga

dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan

perbaikan di masa sekarang dan akan datang, dan diharapkan

(10)

Menurut Lupiyoadi (2006:158) dalam menentukan tingkat kepuasan

pelanggan, terdapat 5 (lima) faktor utama yang harus diperhatikan oleh

perusahaan adalah

a. Kualitas produk

Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan

bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

b. Kualitas pelayanan

Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang

baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

c. Emosional

Kepuasan yang diperoleh berasal dari nilai sosial yang membuat

pelanggan menjadi puas terhadap merk tertentu.

d. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga

yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada

pelanggan.

e. Biaya

Pelanggan akan merasa puas apabila ia tidak perlu mengeluarkan nilai

tambah atau tidak perlu membuang waktu untuk memperoleh biaya yang

diharapkan.

2.4 Perilaku Konsumen

Menurut Hawkins, dkk (dalam Tjiptono, 2005:40), Perilaku konsumen

(11)

dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan, menggunakan, dan

menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, dan dampak dari proses– proses tersebut terhadap konsumen dan masyarakat.

Menurut Hasan (2008:129), Perilaku konsumen merupakan respon

psikologis yang kompleks, yang muncul dalam bentuk perilaku-tindakan yang

khas secara perorangan yang langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan

menggunakan produk, serta menentukan proses pengambilan keputusan dalam

melakukan pembelian produk, termasuk dalam melakukan pembelian ulang.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut

Laksana (2008:26) adalah sebagai berikut:

a. Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas terhadap perilaku berbelanja

konsumen, menurut Kotler (dalam Laksana, 2008:27) budaya merupakan

penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Faktor budaya

adalah kelas pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen

yang tersusun secara hirarki dan memiliki anggota dengan nilai-nilai,

minat dan perilaku serupa.

b. Faktor Sosial

Faktor sosial meliputi kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status

sosial. Acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh

langsung atau tidak langsung terhadap sikap. Keluarga adalah organisasi

(12)

posisi seseorang dalam tiap-tiap kelompok dan status merupakan peran

yang dimainkan oleh seseorang.

c. Faktor pribadi

Karakteristik pribadi dapat mempengaruhi keputusan pembelian suatu

produk yang meliputi usia dan tahap siklus hidup pekerja, keadaan

ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

d. Faktor Psikologis

Pilihan pembeli dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: motivasi, motif,

persepsi dan proses.

2.5 Keputusan Pembelian

Secara umum keputusan penggunaan berkaitan erat dengan keputusan

pembelian. Sebab setelah suatu produk telah dibeli maka produk tersebut akan

digunakan atau dipakai sesuai dengan keperluannya.

Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu

produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk

itu dengan mempertimbangkan informasi–informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya. Menurut Hasan

(2008:139), proses pengambilan keputusan pembelian berakhir pada tahap

perilaku purnabeli di mana konsumen merasakan tingkat kepuasan dan

ketidakpuasan yang dirasakan akan mempengaruhi perilaku berikutnya.

Menurut Kotler (2005:202), “Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya akan menimbulkan keputusan pembelian”. Tahapan-tahapan

(13)

Sumber : Kotler (2005)

Gambar 2.1 : Model Lima Tahap Proses Pembelian a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau

kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang

nyata dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan ini dapat dipicu oleh

stimuli intern atau ekstern.

b. Pencarian Informasi

Seorang konsumen tergerak oleh stimuli akan berusaha untuk mencari

lebih banyak informasi. Melalui pengumpulan informasi, konsumen

mengetahui merek-merek bersaing dan keistimewaan masing-masing

merek.

c. Evaluasi Alternatif

Konsumen kemudian sampai pada pendirian (pertimbangan, preferensi)

terhadap alternatif merek. Konsumen menggunakan prosedur alternatif

berbeda-beda untuk membuat suatu pilihan antara objek-objek dengan

atribut banyak.

d. Keputusan Pembelian

Konsumen membentuk preferensi di antara merek-merek dalam kelompok

pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk suatu maksud pembelian

untuk membeli merek yang paling disukai.

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Sesudah Pembelian Pencarian

Informasi Pengenalan

(14)

e. Perilaku Sesudah Pembelian

Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat

kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen juga akan melakukan tindakan

setelah pembelian dan menggunakan produk tersebut yang mendapat

perhatian dari pemasar.

Menurut Supranto dan Limakrisna (2007:229) ada tiga perilaku setelah melakukan

pembelian yaitu:

1. Ketidakcocokan Pasca Pembelian

Pembelian suatu jenis produk dapat memuaskan atau mengecewakan

konsumen. Puas kalau terjadi kecocokan dan tidak puas (kecewa)

kalau terjadi ketidakcocokan. Pembeli yang kecewa akan

menyampaikan keluhan, jika keluhan cepat ditanggapi oleh pemasar,

masalah tersebut akan cepat terselesaikan dan konsumen dapat

berubah menjadi puas, kemudian menjadi loyal. Konsumen

mempunyai komitmen yaitu membeli secara berulang dengan

meningkatkan penggunaan produk atau dapat juga kecewa yang

menyebabkan pergantiaan merek atau tidak menggunakan produk

tersebut.

2. Produk Dipergunakan

Kebanyakan pembelian konsumen melibatkan pembuatan keputusan

yang terbatas, oleh karena itu tidak menimbulkan kekecewaan artinya

(15)

3. Produk Tidak Dipergunakan

Produk yang tidak dipergunakan terjadi jika seorang konsumen secara

aktif mendapatkan produk yang tidak dipergunakan atau dipergunakan

hanya sebagai serap, atau sebagai pengganti, relatif terhadap

penggunaan yang potensial.

2.6 Pembelian Ulang Produk

Pembelian adalah memperoleh sesuatu dengan membayar uang atau

memperoleh sesuatu dengan pengorbanan. Perilaku membeli timbul karena

didahului oleh adanya minat membeli, minat tersebut muncul disebabkan oleh

persepsi yang didapatkan bahwa produk tersebut memiliki kualitas yang baik.

Pembelian ulang (repeat purchase) adalah kegiatan pembelian yang

dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali. Kepuasan yang diperoleh

seorang konsumen, dapat mendorong ia melakukan pembelian ulang (repeat

purcha se), yang akhirnya menjadi loyal terhadap produk atau loyal terhadap toko

tempat dia membeli barang sehingga konsumen dapat menceritakan hal-hal yang

baik kepada orang lain.

Menurut Schiffman & Kanuk (2000:42) perilaku pembelian ulang itu sangat

berhubungan dengan konsep dari brand loyalty, dimana kebanyakan perusahaan

mendukung karena hal ini memiliki kontribusi yang besar untuk kestabilan yang

baik didalam market place. Menurut Kapferer dan Laurent (dalam Tjiptono,

2005:231), perilaku pembelian ulang (repeat purchasing behaviour ) bisa

dijabarkan menjadi dua kemungkinan, yakni loyalitas dan inersia. Faktor

(16)

sebagai ”sejauh mana nama merek memainkan peranan kunci dalam pemilihan alternatif dalam kategori produk tertentu. ”Sensitivitas merek dipengaruhi persepsi

terhadap perbedaan antar merek dan tingkat keterlibatan konsumen dalam kategori

produk. Perilaku pembelian ulang dalam situasi sensitivitas merek yang kuat

dikategorikan sebagai loyalitas, dimana konsumen cenderung membeli ulang

merek yang sama dan menganggap pilihan merek sangat penting baginya.

Konsumen yang merasa senang dan puas akan barang/jasa yang telah

dibelinya, akan berpikir untuk membeli ulang kembali barang/jasa tersebut.

Pembelian yang berulang akan membuat konsumen menjadi loyal terhadap suatu

barang/jasa. Akumulasi dari pengalaman dan pengetahuan konsumen terhadap

suatu merek merupakan faktor yang dapat mempengaruhi konsumen untuk

melakukan pembelian kembali merek yang sama. Konsumen beranggapan bahwa

hal ini lebih ekonomis dan efisien daripada konsumen harus kembali mencari tahu

tentang brand yang lain.

2.7 Penelitian Terdahulu

Wibisaputra (2011) meneliti Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Minat Beli Ulang Gas Elpiji 3 KG (Di PT. Candi Agung Pratama Semarang).

Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis dan menguji pengaruh harga,

promosi dan kualitas pelayanan terhadap minat beli ulang gas elpiji 3 kg. Jumlah

sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang responden. Penelitian tersebut

menunjukkan pengaruh yang signifikan antara harga (X1), promosi (X2) dan

kualitas pelayanan (X3) terhadap minat beli ulang (Y). Faktor yang berpengaruh

(17)

Tandanu (2009) dengan judul “Pengaruh Lokasi Dan Kualitas Pelayanan

Terhadap Minat Pembelian Ulang Pada CV Brastagi Supermarket Jl. Gatot

Subroto Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya

hubungan pengaruh lokasi dan kualitas pelayanan terhadap minat pembelian ulang

pada CV Brastagi Supermarket Jl. Gatot Subroto Medan. Hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan terhadap minat pembelian

ulang pada CV Brastagi Supermarket Medan, dengan jumlah responden 100 orang

responden. Dari penelitian faktor yang paling dominan adalah kualitas pelayanan.

Burhanudin (2007) dengan judul “Analisis Konsekuensi Kepuasan Dan

Penyesalan Pada Niat Melakukan Pembelian Ulang Dan Niat Melakukan

Komplain”. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara

kepuasan, penyesalan pada niat melakukan pembelian ulang dan niat melakukan

komplain. Hasil penelitian ini adalah penyesalan berpengaruh negatif terhadap

niat melakukan pembelian ulang, artinya makin besar penyesalan yang dirasakan

maka makin kecil niat untuk melakukan pembelian ulang. Kepuasan

mempengaruhi secara positif niat untuk melakukan pembelian ulang, artinya

semakin tinggi kepuasan yang diterima maka semakin besar pula niat untuk

melakukan pembelian ulang. Penyesalan tidak mempengaruhi niat untuk

melakukan komplain karena konsumen akan melakukan perpindahan merek pada

saat dia membutuhkan kembali produk yang sama di masa mendatang. Kepuasan

(18)

2.8 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual sebagai pedoman arah tujuan penelitian dan membantu

pemilihan konsep-konsep yang diperlukan guna pembentukan hipotesisnya.

Keberhasilan suatu pemasaran produk dapat ditentukan melalui kualitas

pelayanan, dimana kualitas pelayanan yang diterima konsumen dinyatakan dalam

besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen dengan persepsi

mereka. Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan

pelanggan. Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dikatakan baik dan memuaskan. Sebaliknya,

apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan tidak sesuai (di bawah) dengan

yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dikatakan buruk atau tidak

memuaskan. Dimensi dari kualitas pelayanan terdiri dari penampilan fisik,

keandalan, ketanggapan, jaminan dan empati yang berpengaruh terhadap niat

pembelian ulang (Laksana 2008).

Kotler (2005) berpendapat kepuasan pelanggan adalah sebagian pemasaran

suka/tidak kepada seseorang terhadap suatu produk setelah membandingkan

antara persepsi terhadap hasil produk dengan harapan. Apabila pelanggan merasa

puas, maka pelanggan akan membeli kembali produk dan pelanggan cenderung

akan memberikan referensi yang baik terhadap produk kepada orang lain.

Kepuasan pelanggan dapat mempengaruhi perubahan sikap (dalam pilihan

supplier) yang pada gilirannya berpengaruh pada pembelian ulang, dengan tingkat

kepuasan yang tinggi dapat meningkatkan kemungkinan suatu merk dapat melekat

(19)

Berikut gambar kerangka konseptual dalam penelitian adalah

Sumber : Laksana (2008), Kotler (2005) data diolah penulis Gambar 2.2: Kerangka konseptul

2.9 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono 2007: 70).

Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis yang diajukan yaitu: diduga

sebagai berikut:

a. Kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pembelian ulang produk pada depot Lia Water.

b. Faktor kepuasan pelanggan merupakan variabel yang paling dominan

dalam mempengaruhi pembelian ulang produk pada depot Lia Water. Kualitas

pelayanan (X1)

Pembelian Ulang (Y) Kepuasan

Gambar

Gambar 2.1 : Model Lima Tahap Proses Pembelian

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 2.7 Penduduk Kota Sukabumi Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Pekerjaan Utama (Agustus 2014). Sumber : BPS

Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya secara parsial variabel kepemilikan manajerial (MOWN) tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang

Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional. 6 Kedudukan guru sebagai

Dalam analisis kapasitas tampang saluran, perhitungan dilakukan berdasarkan debit rencana pada metode rasional, metode weduwen dan metode hasper, sedangkan penilaian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan Pengaruh Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Informasi terhadap Kepuasan Pengguna Software Powerpro.. Penelitian ini

Penilaian untuk tugas kecil disesuaikan dengan masing-masing pokok bahasan berupa survei lapangan, konsep perancangan, analisis pemrograman dan sketsa dalam bentuk format A3

Nilai HQLA setelah pengurangan nilai (haircut) atau Outstanding kewajiban dan komitmen dikalikan tingkat penarikan (run-off rate) atau Nilai tagihan. kontraktual dikalikan

surat berharga berupa surat utang yang diterbitkan oleh bank ( unsecured debt ). 0 0 0 0 0 0