• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Operator Atas Kerugian Tidak Langsung dari Pelaksanaan Operasi pada Kontrak Operasi Bersama Perusahaan Minyak dan Gas Bumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Operator Atas Kerugian Tidak Langsung dari Pelaksanaan Operasi pada Kontrak Operasi Bersama Perusahaan Minyak dan Gas Bumi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN KONTRAK OPERASI BERSAMA PERUSAHAAN

MINYAK DAN GAS BUMI

A. Pengertian Kontrak Operasi Bersama

Investasi minyak dan gas bumi tidak saja memerlukan dana yang sangat

besar tetapi juga penuh resiko dan ketidakpastian. Tentunya tidak mengherankan

apabila suatu proyek minyak dan gas bumi digarap oleh beberapa IOC

(international oil company). Bagi IOC, turut serta dalam bentuk kemitraan juga

dimaksudkan untuk mengoptimalkan portofolio mereka yang menyebar di

mancanegara.26Kontrak minyak dan gas bumi seperti konsesi, PSC (production sharing contract), service contract merupakan perjanjian yang mengatur hak dan

kewajiban pemerintah dengan perusahaan minyak dan gas bumi, sedangkan

perjanjian kemitraan sesama perusahaan minyak dan gas bumi (joint venture

agreement) mengatur kesepakatan berupa hak dan kewajiban sesama perusahaan

minyak dan gas bumi.27

Perusahaan minyak dan gas bumi biasanya membuat perjanjian awal di

antara sesama perusahaan minyak dan gas bumi sebelum memulai negosiasi

dengan negara tujuan untuk suatu proyek minyak dan gas bumi.Perjanjian ini

biasa disebut area of mutual interest (AMI).Perjanjian AMI merupakan

instrument dimana perusahaan minyak dan gas bumi sepakat melakukan operasi

tertentu atau usaha bersama dalam satu kelompok pada suatu wilayah yang

26

Benny Lubiantara, Ekonomi Migas, Tinjauan Aspek Komersial Kontrak Migas (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2012), hlm. 32.

27

(2)

ditetapkan sebagai wilayah kepentingan bersama. Kesepakatan yang tertuang

dalam AMI ini merupakan komitmen para pihak untuk bekerja sama dalam

memperoleh suatu proyek minyak dan gas bumi.28

Kontrak operasi bersama sering disebut juga sebagai perjanjian operasi

bersama, yaitu kontrak dimana dua atau lebih pihak mengikatkan diri untuk

mengerjakan kegiatan usaha untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi suatu

wilayah untuk menemukan hidrokarbon.

Ketika konsorsium IOC mendapatkan suatu wilayah kerja, selanjutnya

dibuat kontrak perjanjian operasi bersama atau joint operating agreement (JOA)

yang tidak lain adalah perjanjian kesepakatan operasional sesama pihak-pihak

yang terlibat.

29

Kontrak operasi bersama merupakan

landasan penting sebagai titik awal dari perjanjian yang berkaitan dengan bisnis

minyak mentah dan produksi gas alam, pengolahan, penjualan dan

pengangkutannya.30

Kontrak operasi bersama merupakan kontrak jangka panjang.

Perkembangan kolaboratif yang akan dilakukan bersama antara para pihak dalam

perusahaan dan meliputi kepentingan pemerintah untuk berbagi biaya dan resiko

tinggi yang tak terelakkan dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi

akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Para pihak dalam kontrak operasi

bersama sering dilatarbelakangi hukum, budaya, dan politik yang berbeda-beda,

oleh karena itu kontrak operasi bersama akan menentukan standar operasional

28

Ibid., hlm. 31.

30

(3)

umum berdasarkan jurisdiksi yang disepakati bersama, untuk diaplikasikan pada

pelaksanaan kontrak operasi bersama.31

Kontrak operasi bersama dapat dilakukan dengan membentuk konsorsium

oleh kontraktor, dapat juga terjadi dengan carafarm-out, dan unitisasi.

Perbedaannya adalah32

1. Cara bergabungnya para pihak. dalamfarm-out salah satu pihak mendapatkan

haknya karena adanya pengalihan sebagian hak dari pihak lainnya, dalam

perjanjian operasi bersama para pihak sudah mempunyai hak dan kepentingan

yang jelas dalam operasi, sedangkan dalam unitisasi terjadi karena kondisi

tertentu misalnya kesamaan wilayah operasi sehingga oleh undang-undang

diperintahkan untuk mengerjakan operasi bersama atau kemauan sendiri para

pihak setelah memperoleh ijin badan pengawas pertambangan. :

2. Cara pembiayaan. Dalam farm-out pihak yang memperoleh hak (farmee)

membiayai seluruh atau sebagian biaya, dalam perjanjian operasi bersama

biaya operasi ditanggung bersama sesuai dengan participating interest,

sedangkan dalam unitisasi biaya ditanggung sesuai dengan garis batas dan

unit-unit dalam perjanjian.

Ada beberapa model kontrak operasi bersama, diantaranya33

1. AAPL JOA (American Association of Professional Landmen), merupakan

model form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh American

Association of Professional Landmen

:

31

Ibid.

32

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 114. 33

(4)

2. AIPN JOA (The Association of International Petroleum Negotiators),

merupakan model form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh

Association of International Petroleum Negotiators

3. CAPL JOA (The Canadian Association Of Petroleum Landmen), merupakan

model form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh The Canadian

Association Of Petroleum Landmen

4. OGUK JOA (The Oil And Gas UK Limited), merupakan model form kontrak

operasi bersama yang dikeluarkan oleh The Oil And Gas UK Limited

5. NPD JOA (Norwegian Petroleum Directorate), merupakan model form

kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh Norwegian Petroleum

Directorate

6. RMMLF JOA (Rocky Mountain Mineral Law Foundation), merupakan model

form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh Rocky Mountain Mineral

Law Foundation

Perjanjian operasi bersama pada kasus pengeboran yang lebih kecil atau

saluran tunggal tanah pada umumnya tidak serumit atau sekompleks perjanjian

bersama pada unitisasi lapangan (field-wide unitization). Namun, prinsip-prinsip

umum, tujuan, dan ketentuan-ketentuan operasi pada semua situasi umumnya

adalah sama. Kontrak operasi bersama umumnya mengatur hal-hal berikut ini,

tergantung pada keadaan atau ukuran operasi:34

34

(5)

1. Definisi

Mendefinisikan dan memberikan batasan istilah-istilah yang digunakan

dalam kontrak perjanjian operasi bersama. Termasuk juga menentukan dan

mendefenisikan unit pooled atau unit field-wide, substansi unitisasi, formasi

unitisasi, working interest owner, royalty interest owner, dan peraturan dasar

lainnya.

2. Pembentukan dan akibat operasi bersama

Bagian single tract of land,35akan menggambarkan biaya-biaya dan

hal-hal yang mendukung termasuk properti yang akan dibutuhkan. Dalam kasus

pooled unit or a field-wide unit 36

3. Kepentingan para pihak (participating interest)

,akan menggambarkan sewa mineral,

kepentingan, properti terpisah, wilayah produksi terlibat yang membentuk daerah

unitisasi, dan hal-hal lainnya yang berhubungan.

Bagian ini menetapkan participating interest dari masing-masing pihak

dalam biaya dan produksi.

4. Rencana operasi

Menggambarkan bagaimana operasi akan dijalankan dalam kontrak

operasi bersama, termasuk kegiatan pengeboran, pengembangan program hingga

penelantaran. Bagian ini akan menggambarkan secara detail termasuk saluran

35

Single tract of land merupakan kontrak operasi bersama dalam hal pihak yang terlibat dalam operasi bersama adalah pihak yang sedari awal merupakan bagian dari kontrak tersebut dan dalam hal ini hanya memiliki satu wilayah kerja tertentu. Selanjutnya lihat Dennis R. Jennings and Horace R. Brock, Op.Cit.,hlm. 244.

36

(6)

atau unit pengeboran unit, pengeboran sumur pertama, hingga kesepakatan untuk

pengeboran dari setiap sumur tambahan.

5. Operator

Bagian yang akan menentukan pihak yang berperan sebagai operator, yaitu

pihak yang memiliki kontrol dan pengawasan operasi gabungan. Termasuk

bagaimana tata cara pengangkatan atau penunjukan operator.

6. Tugas dan tanggung jawab operator

Bagian ini akan menetapkan tugas dan tanggung jawab operator untuk

mengembangkan dan melaksanakan kegiatan operasi gabungan secara efisien.

Menggambarkan laporan yang harus diberikan operator kepada non-operator dan

otoritas pemerintah, prosedur pengunduran diri atau penghapusan operator, dan

menetapkan persyaratan serupa lainnya.

7. Hubungan para pihak

Bagian ini akan memberikan penjelasan mengenai tugas dan kewajiban

para pihak, apakah dimaksudkan sebagai tugas dan kewajiban terpisah dalam

beberapa sendi atau dikerjakan secara kolektif. Bagian ini juga akan menegaskan

bahwa masing-masing pihak bertanggungjawab terhadap setiap tugas dan

kewajiban yang ada.

8. Tanggal efektif dan jangka waktu perjajian

Bagian ini menentukan waktu mulai dan masa berlaku kontrak operasi

(7)

9. Alokasi produksi

Bagian ini akan memberikan hak kepada masing-masing pihak untuk

mengambil bagian dalam minyak dan gas bumi yang dihasilkan dari daerah

operasi. Bagian yang dimaksud adalah berkaitan dengan royalti maupun tanggung

jawab atas operasi tersebut.

10.Pajak

Menetapkan bahwa operator akan memayar pajak untuk tiap properti yang

dimiliki secara bersama untuk kepentingan tiap-tiap pihak. Pajak dapat juga

diberikan secara terpisah oleh para pihak. Bagian ini juga menentukan bahwa para

pihak bertanggungjawab dalam pembayaran biaya produksi, cukai, dan pungutan

lain berkaitan dengan produksi minyak dan gas bumi.

11.Asuransi

Memberikan penjelasan mengenai asuransi yang dibawa oleh operator,

seperti: kompensasi pekerja, kewajiban majikan, kewajiban publik yang

komprehensif, dan asuransi lainnya yang berkaitan. Menetapkan batasan jumlah

jaminan asuransi, dan tata cara pembayaran premi. Bagian ini juga akan

menyatakan bahwa jika operator tidak memenuhi ketentuan diatas, maka operator

harus menanggung resiko dan bertanggungjawab atas resiko tersebut.

12.Pembangunan dan biaya operasi

Jika tidak diatur secara khusus, maka operator merupakan pihak yang

akan bertanggungjawab membayarkan semua biaya dan beban dalam

pengembangan dan pengoperasian pada daerah operasi bersama. Oleh karenanya

(8)

masing-masing pihak sesuai dengan participating interest atas biaya yang diperkirakan

akan terjadi. Operator tidak diperbolehkan untuk melakukan suatu prosedur atau

proyek yang diperkirakan akan membutuhkan biaya yang melebihi perkiraan yang

ditetapkan bersama tanpa persetujuan non-operator.

13.Klaim dan litigasi

Memberikan pengaturan bilamana salah satu pihak dalam kontrak digugat

karena kegiatan operasi pada wilayah operasi ataupun wilayah saluran operasi

yang terikat dalam suatu perjanjian, maka pihak tersebut harus memberikan

laporan kepada operator dan semua pihak pada kontrak operasi

bersama.Penyelesaian perkara tersebut hanya dapat dilakukan atas persetujuan

semua pihak pada kontrak. Semua biaya sebagai akibat dari perkara tersebut akan

dianggap sebagai biaya operasi dan ditanggung secara proporsional oleh semua

pihak sesuai kepentingan dalam kontrak operasi bersama.

14.Force majeure (keadaan memaksa)

Mengatur bahwa semua kewajiban masing-masing pihak, (kecuali

pembayaran uang) akan ditangguhkan sementara apabila ada kondisi tertentu yang

tak terelakkan dan diluar kendali. Kondisi tersebut misalnya: kebakaran, perang

sipil, bencana alam, peraturan dan hukum yang berlaku, dan hal lain diluar

kendali wajar para pihak.

15.Pemberitahuan

Mengatur bagaimana prosedur pemberitahuan resmi yang diperlukan

(9)

akandiberikan secara tertulis melalui surat kepada pihak sesuai alamat yang

terdaftar atau cara lain yang ditetapkan.

16.Ketentuan lain

Selain hal-hal yang sudah disebutkan diatas, kontrak operasi bersama juga

dapat mengatur hal-hal lain yang dianggap perlu untuk mengatur hak, tugas,

kewajiban, dan tanggung jawab para pihak secara efisien.

B. Kontrak Operasi Bersama Tidak Diatur dalam Perundang-Undangan di

Indonesia

Guna mempercepat terlaksananya pembangunan ekonomi nasional dalam

menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur materill dan spiritual

berdasarkan Pancasila maka perlulah dikerahkan semua dana dan daya untuk

mengolah dan membina segenap kekuatan ekonomi potensiil di bidang

pertambangan menjadi kekuatan ekonomi riil.37

Indonesia adalah negara yang kaya akan bahan galian38

37

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan, Bagian Menimbang

38

Bahan galian adalah unsur-unsur kimia mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan alam, (lihat Pasal 2 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan).

. Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Hukum Agraria menyatakan bahwa

negara memegang kekuasaan penuh atas bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat. Sejalan dengan hal tersebut maka Negara memegang kekuasaan penuh

(10)

Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang

Pertambangan menyatakan bahwa kepada perusahaan (PERTAMINA) disediakan

seluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai

pertambangan minyak dan gas bumi. Kata disediakan tersebut mengandung arti

bahwa kepada PERTAMINA hanya disediakan lahan untuk berusaha.Dalam

konteks ini berarti hak penguasaan masih berada di tangan Negara.Oleh karena itu

Pertamina selaku penerima kuasa hukum pertambangan minyak dan gas bumi

dalam menjalankan kegiatan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi

tidak dapat bertindak sebagai pemilik wilayah kuasa pertambangan.39

Mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh Pertamina untuk

melaksanakan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi secara baik dan

efisien, maka oleh Pasal 12 Undang-Undang No 8 Tahun 1971 kepada Pertamina

diberikan kekuasaan untuk melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam bentuk

kontrak production sharing.40

1. Perkembangan perundang-undangan yang berlaku dan bentuk perjanjian

pengelolaan pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia

a. Indische Mijn wet 1899

Indische mijn wet merupakan landasan hukum bagi segala bentuk kegiatan

pertambangan baik itu pertambangan minyak dan gas bumi ataupun pertambangan

lainnya. Dengan kata lain tidak ada perlakuan pengaturan khusus terhadap

kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana sekarang.41

39

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 79. 40

Ibid.

41

(11)

Indische mijn wet pada mulanya hanya mengatur kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi pertambangan oleh swasta. Pada tahun 1910 indische mijn wet 1899

ini diubah dengan memberikan wewenang kepada Pemerintah (Hindia Belanda)

untuk dapat ikut serta dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan.

Pemerintah dalam melaksanakannya dapat mengusahakan sendiri atau dengan

bekerjasama dengan pihak lain.42

Bentuk perjanjian pengusahaan dan pengelolaan minyak dan gas bumi

berdasarkan Undang-Undang ini adalah konsesi (conssesion).Kamus besar bahasa

Indonesia mengartikan konsesi sebagai ijin untuk membuka tambang. Dalam

perjanjian konsesi kontraktor diwajibkan untuk membayar pajak tanah (vast recht)

untuk setiap hektar areal konsesi yang diberikan dan royalti seberas 4% dari

produksi kotor.Dalam menjalankan konsesi kontraktor memiliki wewenang

manajemen penuh dan minyak yang dihasilkan sepenuhnya menjadi milik

kontraktor karena pembayaran royalti dianggap sebagai pembayaran atas minyak

yang dihasilkan kepada pemilik.Konsekuensinya adalah pemerintah tidak

mempunyai akses dan kemampuan untuk menentukan dan mengendalikan harga

jual dan ketersediaan minyak di dalam negeri atas minyak yang dihasilkan.43

b. Undang-Undang Nomor 44 PRP Tahun 1960 tentang Petambangan

Minyak dan Gas Bumi

Sejalan dengan pokok pikiran Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia, yaitu bumi, air dan kekayaan alam adalah milik segenap

bangsa Indonesia dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,

42

Ibid.

43

(12)

maka Undang-Undang Nomor 44 PRP Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak

dan Gas Bumi ini mensyaratkan hanya negara yang memiliki kuasa untuk

pengusahaan minyak dan gas bumi yang dalam pelaksanaannya dikerjakan oleh

perusahaan Negara. Maka pemerintah dengan berlandaskan Undang-Undang ini

melakukan renegoisasi konsesi yang telah diberikan dan masih berlaku dengan

Caltex, Shell dan Stanvac.Hasil dari renegoisasi tersebut adalah kontrak konsesi

menjadi kontrak karya dengan ketiga perusahaan tersebut.44

Pasal 1 angka 1 keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor 1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak

Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka

Penanaman Modal Asing menyebutkan pengertian kontrak karya, yaitu perjanjian

antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam

rangka penanaman modal asing untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan

galian, tidak termasuk minyak bumi, gas alam, panas bumi, radio aktif, dan batu

bara.45

1) Manajemen ada di tangan kontraktor.

Prinsip-prinsip dasar kontrak karya adalah sebagai berikut :

2) Semua peralatan yang dibeli kontraktor tetap menjadi milik kontraktor

sampai berakhirnya masa penyusutan.

3) Pembagian hasil didasarkan pada hasil penjualan minyak dan gas bumi

dengan perbandingan 60% untuk Negara dan 40% untuk kontraktor

setelah terlebih dahulu dikurangi biaya-biaya.

44

Ibid.

45

(13)

4) Kepemilikian atas minyak dan gas bumi yang dihasilkan berada di

tangan Negara.

5) Kontrak karya mulai berlaku setelah setelah disahkan dengan

undang-undang.

c. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan

Menjalankan amanat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 44 PRP Tahun 1960

tentang Petambangan Minyak dan Gas Bumi yang menyatakan bahwa

pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi dikerjakan oleh perusahaan

Negara maka untuk memberikan landasan hukum yang kuat dan pasti atas

pendirian perusahaan Negara tersebut maka dikeluarkanlah Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan.46

1) Pertamina didirikan untuk menjalankan pengusahaan minyak dan gas

bumi yang meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, pemurnian dan

pengolahan, pengangkutan dan penjualan, dan bidang-bidang lain

sepanjang masih ada hubungannya dengan pertambangan minyak dan

gas bumi.

Prinsip-prinsip dasar yang diatur dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1971

tentang Pertambangan adalah sebagai berikut :

2) Kepada Pertamina diberikan kuasa pertambangan atas seluruh wilayah

hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai pertambangan

minyak dan gas bumi.

46

(14)

3) Pertamina dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam menjalankan

pengusahaan ekplorasi dan eksploitasi pertambangan minyak dan gas

bumi dalam bentuk kontrak production sharing.

4) Mengatur struktur perusahaan, permodalan, kepengurusan, dan

pembukuan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin

penyelenggaraan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi

sesuai dengan semangat perundang-undangan yang berlaku.

d. Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

Sejak berlakunya UU MIGAS dan Peraturan Presidem Nomor 9 Tahun

2013 tentang Peyelenggara Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas

Bumi, kegiatan pengawasan dan pembinaan kontrak kerja sama bagi hasil (PSC)

yang sebelumnya merupakan bagian dari tanggung jawab pertamina dialihkan ke

badan pelaksana (SKK MIGAS).47

1) Membina kerja sama dalam rangka terwujudnya integrasi dan

sinkronisasi kegiatan operasional kontraktor kontrak kerja sama

Sesuai Pasal 12 UU MIGAS, dalam menjalankan tugasnya badan

pelaksana memiliki wewenang :

2) Merumuskan kebiajakan atas anggaran dan program kerja kontraktor

kontrak kerja sama

3) Mengawasi kegiatan utama operasional kontraktor kontrak kerja sama

4) Membina seluruh asset kontraktor kontrak kerja sama yang menjadi

milik negara

47

(15)

5) Melakukan kordinasi dengan pihak dan/atau instansi terkait yang

diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu.

UU MIGAS menyatakan bahwa kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi

dilaksanakan dan dikendalikan melalui kontrak kerja sama (KKS). Kontrak kerja

sama adalah kontrak bagi hasil atau bentuk kerja sama lain dalam eksplorasi dan

eksploitasi minyak dan gas bumi.48

2. Bentuk-bentuk kontrak kerja sama pada pengusahaan pertambangan minyak

dan gas bumi antara badan pelaksana dengan badan usaha atau badan usaha

tetap di Indonesia

Bentuk- bentuk kontrak kerja sama pada pengusahaan minyak dan gas

bumi di Indonesia, diantaranya :

a. Kontrak production sharing (production sharing contract)

b. Kontrak bantuan teknis (Technical assistance contract)

c. Usaha patungan (joint venture)

d. Kerja sama operasi bersama (joint operating arrangement)

e. Badan operasi bersama (joint operating body)

f. Kontrak enchanced oil recovery (EOR)

g. Kontrak operasi bersama (joint operating agreement)

Karakteristik industri perminyakan adalah padat modal, resiko tinggi dan

merupakan penanaman modal jangka panjang. Oleh karena itu, pada umumnya

pelaksanaan operasi minyak dan gas bumi tidak dilaksanakan secara tunggal oleh

badan usaha atau badan usaha tetap yang telah mendapatkan kontrak kerja

48

(16)

samaterlebih dahulu dengan badan pelaksana pengusahaan minyak dan gas bumi.

Untuk membagi resiko dan biaya yang besar tersebut baisanya akan dibentuk

semacam konsorsium untuk membentuk suatu kerja sama turunan pada

pengusahaan minyak dan gas bumi.49

Joint operating agreement (kontrak operasi bersama) merupakan salah

satu cara untuk mewujudkan kerja sama melalui konsorsium tersebut. Peraturan

perundang-undangan mengakomodir untuk dilibatkannya pihak lain dalam operasi

perminyakan, baik melalui pengalihan, penyerahan, ataupun pemindahtangan

seluruh maupun sebagian hak dan kewajibannya (participating interest) kepada

pihak lain setelah mendapatkan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM), berdasarkan pertimbangan SKK MIGAS.50

C. Kontrak Operasi Bersama Tunduk pada Asas Kebebasan Berkontrak

Joint operating agreement dapat juga merupakan turunan dari joint

venture yang disepakati dengan model kontrak operasi bersama.Peraturan

perundang-undangan di Indonesia tidak mengatur secara jelas dan pasti mengenai

kontrak operasi bersama (joint operating agreement).

Pasal 1233 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap perikatan bisa lahir dari

perjanjian maupun undang-undang.Maka dapat disimpulkan bahwa antara

perikatan dengan perjanjian adalah dua hal yang berbeda.51

49

Ibid.,hlm. 112. 50

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Bab IV, Pasal 33

51

J.Satrio, Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), Cet. 1 (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 8.

(17)

sumber perikatan, di sampingnya ada sumber-sumber lain. Istilah kontrak lebih

sempit karena ditujukan kepada perjanjian yang tertulis.52

Perjanjian ataupun kontrak merupakan aspek yang sangat penting dalam

kegiatan bisnis, baik yang dilakukan antar individu dalam satu negara maupun

hubungan antar perusahaan yang bersifat lintas negara maupun dalam

negeri.Kontrak tersebut lahir bilamana ada minimal dua pihak terkait, sudah dapat

dipastikan bahwa adanya kesepakatan tersebut didasarkan pada kebebasan

berkontrak para pihak yang terkait.53

Asas kebebasan berkontrak adalah asas yang memberikan keleluasaan

kepada setiap subjek hukum untuk dapat membuat perjanjian yang melahirkan

hak dan kewajiban apapun sesuai dengan kesepakatan.Namun keleluasaan ini

tetap dibatasi oleh Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu sebab yang halal.54Pasal ini dengan tidak langsung mengakui asas kebebasan berkontrak dan menegaskan

bahwa ada batasan-batasan terhadap asas ini, yaitu bahwa asas kebebasan

berkontrak dapat dijalankan sepanjang prestasi wajib yang harus dilakukan

berdasarkan kontrak bukanlah merupakan sesuatu hal yang tidak halal ataupun

sesuatu hal yang terlarang.55

Kebebasan berkontrak diartikan sebagai kebebasan para subyek hukum

untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian, kebebasan untuk

menentukan dengan siapa mengadakan perjanjian dan kebebasan untuk

52

Ibid.

53

Christiana Tri Budhayati, Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Perjanjian Indonesia (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana, 2009), hlm. 5.

54

Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) Dalam Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 275.

55

(18)

menentukan isi dan bentuk perjanjian.Dengan demikian kebebasan berkontrak

bersumber pada kebebasan subyek hukum (individu) dalam memenuhi

kepentingan individu tersebut.Oleh karena itu dapat dipahami bahwa guna

memenuhi kepentingan individu, kepada individu diberikan kebebasan untuk

membuat perjanjian.56

Kebebasan berkontrak pada dasarnya merupakan perwujudan dari

kehendak bebas, pancaran dari hak asasi manusia yang perkembangannya

dilandasi semangat liberalisme yang mengagungkan kebebasan

individu.Perkembangan ini seiring dengan penyusutan BW di negeri Belanda, dan

semangat liberalisme ini juga dipengaruhi semboyan revolusi Perancis “liberte,

egalite et fraternite” (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Menurut paham

individualisme setiap orang bebas untuk memperoleh apa yang dikehendaki,

sementara itu di dalam hukum perjanjian falsafah ini diwujudkan dalam asas

kebebasan berkontrak.57

Doktrin mendasar pada kebebasan berkontrak yang melekat adalah

kontrak sebagai perwujudan kebebasan kehendak (free will) para pihak yang

membuat kontrak. Dengan kontrak akan tercipta kewajiban-kewajiban baru yang

ditentukan oleh para pihak, dengan demikian kebebasan berkontrak telah

memutuskan hubungan antara kebiasaan dan kewajiban kontraktual. Kebebasan

56

Christiana Tri Budhayati, Op.Cit.,hlm. 6. 57

(19)

berkontrak memperbolehkan kesepakatan untuk mengesampingkan

kewajiban-kewajiban berdasarkan kebiasaan yang telah ada sebelumya.58

Buku III KUHPerdata menganut sistem terbuka, artinya hukum

memberikan keleluasaan kepada para pihak untuk mengatur sendiri pola

hubungan hukum yang dibuatnya.Sitem keterbukaan buku III KUHPerdata ini

tercermin dari substansi Pasal 1338 angka (1) KUHPerdata yang menyatakan

bahwa, “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.” Dengan menekankan pada perkataan semua,

maka pasal tersebut seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat

bahwa kita diperbolehkan membuat suatu perjanjian yang berupa dan berisi apa

saja (atau tentang apa saja) dan perikatan itu akan mengikat mereka yang

membuatnya seperti suatu undang-undang.59

58

Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak (Jakarta: Pasca sarjana FH UI, 2003), hlm. 86.

59

Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta : PT. Inermasa, 1979), hlm. 14.

Selanjutnya sistem terbuka dari hukum perjanjian itu, juga mengandung

suatu pengertian bahwa perjanjian-perjanjian khusus yang diatur dalam

undang-undang hanyalah merupakan perjanjian yang paling terkenal di masyarakat pada

waktu pembentukan kitab undang-undang hukum perdata. Oleh karenanya untuk

setiap perjanjian yang tidak diatur dalam kitab undng-undang hukum perdata ini

tunduk kepada asas kebebasan berkontrak dimana para pihak bebas membuat

perjanjian dengan bentuk atau format apa pun (tertulis, lisan, scriptless, paperless,

autentik, non-autentik,sepihak/eenzijdig, adhesi,standar/baku, dan lain-lain), serta

(20)

Menurut Sutan Remi Sjahdeini, asas kebebasan berkontrak menurut

hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut60 1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian

:

2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian

3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih kausa dari perjanjian yang akan

dibuatnya

4. Kebebasan untuk menentukan objek perjajian

5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian

6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi undang-undang yang bersifat

opsional.

Mengingat kontrak operasi bersama tidak diatur oleh regulasi hukum di

Indonesia, maka sebagai salah satu bentuk perjanjian ataupun kontrak, dimana dua

atau lebih pihak mengikatkan diri untuk melakukan suatu prestasi, kontrak operasi

bersama tunduk kepada asas kebebasan berkontrak. Dalam hal ini kontrak operasi

bersama dibuat oleh para pihak yang terkait berdasarkan asas kebebasan

berkontrak untuk menentukan isi, bentuk dan pola dari kontrak operasi bersama

sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan terkait.

Dengan kata lain berlakunya asas kebebasan berkontrak sebagai dasar dalam

membuat kontrak operasi bersama dibatasi oleh ketentuan-ketentuan berkontrak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

60

(21)

D. Asas-Asas Kontrak Operasi Bersama

Kontrak operasi bersama merupakan suatu jenis perjanjian yang tidak

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, karena itu kontrak operasi

bersama ini tunduk kepada asas kebebasan berkontrak dan dibatasi oleh

ketentuan-ketentuan di dalamnya. Asas-asas kontrak operasi bersama juga sama

dengan dengan asas hukum perjanjian lainnya yang disebut dalam

perundang-undangan yang berkaitan, yaitu:

1. Asas kebebasan berkontrak

Setiap orang pada dasarnya bebas melakukan perjanjian.Hal ini sebagai

realisasi dari asas kebebasan berkontrak.Kebebasan berkontrak pada dasarnya

adalah implementasi dari alam pikiran faham individualis. Mariam Darus

Badrulzaman mensinyalir bahwa kebebasan berkontrak yang dituangkan ke dalam

Buku III KUHPerdata berlatar-belakang pada faham individualisme yang secara

embrional lahir dalam zaman Yunani, diteruskan oleh kaum Eficuristen dan

berkembang pesat pada abad ke XVIII melalui pemikiran Huge de Groot

(Grotius), Thomas Hobbes, John Locke dan Rousseau. Puncak perkembangannya

dalam periode setelah revolusi Perancis.Faham individualis mengutamakan dan

menjunjung tinggi nilai-nilai dan eksistensi individu di dunia ini, termasuk dalam

memenuhi kebutuhannya.61

Makna dan isi kebebasan berkontrak dalam sejarah perkembangannya,

mengalami pergeseran sesuai dengan faham atau ideologi yang dianut oleh suatu

61

Mariam Darus Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya

(22)

masyarakat, dengan kalimat lain sejauh mana kebebasan seseorang melakukan

kontrak dapat dibatasi oleh faham atau ideologi yang dianut suatu masyarakat.

Asas kebebasan berkontrak mula-mula muncul dan berlaku dalam hukum

perjanjian Inggris sebagai awal dari sejarah timbulnya asas kebebasan berkontrak.

Menurut Treitel, sebagaimana dikutip oleh Remy Sjahdeini, freedom of contract

digunakan untuk merujuk kepada dua asas umum, yaitu62

Asas kebebasan berkontrak merupakan asas dalam hukum perjanjian yang

dikenal hampir semua sistem hukum.Asas kebebasan berkontrak telah menjadi

asas hukum utama dalam hukum perdata, khususnya dalam hukum perjanjian, :

a. Asas umum yang mengemukakan bahwa hukum tidak membatasi

syaratsyarat yang boleh diperjanjikan oleh para pihak; asas tersebut tidak

membebaskan berlakunya syarat-syarat suatu perjanjian hanya karena

syaratsyarat perjanjian tersebut kejam atau tidak adil bagi satu pihak.

Menurut Treitel, asas ini ingin menegaskan bahwa ruang lingkup asas

kebebasan berkontrak meliputi kebebasan para pihak untuk menentukan

sendiri isi perjanjian yang ingin mereka buat.

b. Asas umum yang mengemukakan pada umumnya seseorang menurut

hukum tidak dapat dipaksa untuk memasuki suatu perjanjian. Menurut

Treitel, dengan asas umum ini ingin mengemukakan bahwa asas

kebebasan berkontrak meliputi kebebasan bagi para pihak untuk

menentukan dengan siapa dia ingin atau tidak ingin membuat perjanjian.

Asas ini merupakan asas umum yang bersifat universal.

62

(23)

dikenal dalam civil law system maupun dalam common law system, bahkan

dalam sistem hukum Islam.63 2. Asas konsensualisme

Istilah konsensualisme berasal dari bahasa latinconsensus yang berarti

sepakat. Arti asas konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan

yang timbul itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kata kesepakatan.

Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai

hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan sesuatu formalitas. Adakalanya

undang-undang menetapkan bahwa untuk sahnya suatu perjajian diharuskan

perjanjian itu diadakan secara tertulis atau dengan akta notaris, tetapi hal demikian

itu merupakan suatu kekecualian.64

3. Asas daya mengikat kontrak (pacta sunt servanda)

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata meyatakan bahwa semua perjajian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.Pengertian berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya menunjukkan bahwa undang-undang sendiri mengakui dan

menempatkan posisi para pihak dalam kontrak sejajar dengan pembuat

undang-undang.65

Pihak-pihak yang berkontrak dapat secara mandiri mengatur pola

hubungan-hubungan hukum diantara mereka.Kekuatan perjanjian yang dibuat

secara sah mempunyai daya berlaku seperti halnya undang-undang yang dibuat

63

Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), hlm. 38.

64

Subekti, Op Cit., hlm. 15. 65

(24)

oleh legislator dan karenanya harus ditaati oleh para pihak, bahkan jika perlu

dapat dipaksakan dengan bantuan penegakan hukum (hakim, juru sita).66Kekuatan mengikat kontrak khususnya terkait isi perjanjian atau prestasi, tidak hanya

mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga

untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjajian, diharuskan oleh kepatutan,

kebiasaan atau undang-undang.67 4. Asas itikad baik

Sebagaimana diketahui bahwa dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata

tersimpul asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme serta daya mengikat

perjanjian.Pemahan tersebut tidaklah dapat berdiri sendiri, asas-asas yang terdapat

dalam pasal tersebut merupakan suatu sistem yang pada yang tidak dapat

dipisahkan dan bersifat integratif dengan ketentuan-ketentuan lainnya.Misalnya

terkait dengan daya mengikatnya suatu perjanjian sebagai undang-undang bagi

para pihak yang membuatnya dibatasi oleh asas itikad baik.68

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menyatakan bahwa perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik.Pengertian kata itikad baik dalam hal ini tidak

dijelaskan oleh perundang-undangan dengan jelas.Dalam kamus besar bahasa

Indonesia, yang dimaksud dengan itikad adalah kepercayaan, keyakinan yang

teguh, maksud dan kemauan (yang baik).69

Pengertian itikad baik dalam dunia hukum mempunyai arti yang lebih luas

daripada pengertian sehari-hari. Menurut Hoge Raad, dalam putusannya tanggal 9

66

Ibid.

67

Subekti, Op Cit, hlm. 15. 68

Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 134. 69

(25)

februari 1923memberikan rumusan bahwa itikad baik harus dilaksanakan menurut

kepatutan dan kepantasan.70

Rancangan Undang-Undang (RUU) kontrak menyebutkan substansi itikad

baik diatur dalam Pasal 1.7 dan 2.15, yang menekankan perlunya itikad baik dan

kejujuran (good faith dan fair dealing) dan melarang adanya proses perundingan

kontrak yang didasari itikad buruk. Meskipun penekanan perlunya itikad baik dan

kejujuran diletakkan pada proses perundingan kontrak, namun tidak berarti pada

proses berikutnya pada pelaksanaan kontrak itikad baik dapat dikesampingkan.

Itikad baik harusnya diartikan dan diterapkan pada seluruh proses berkontrak. Pengadilan Tinggi Bandung dalam perkara Ny. Lie Lian Joun v. Arthur

Tutuarima, No.91/1970/perd/P.T.B., menafsirknan pasal 1338 ayat (3)

KUHPerdata bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik artinya

perjajian tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan kepatutan dan keadilan.

Dengan demikian, pengadilan harus mempertimbangkan apakah dalam persoalan

yang dikemukakan kepadanya ada kepatutan dan keadilan atau tidak.Apabila

dalam perjanjian tersebut tidak terdapat kepatutan dan keadilan maka hakim dapat

merubah isi perjajian tersebut.Perjanjian tidak hanya ditentukan oleh rangkaian

kata dari para pihak, tetapi juga ditentukan oleh kepatutan dan keadilan.

71

Selain asas yang telah disebutkan diatas, sebagai salah satu bentuk dari kontrak

bisnis, kontrak operasi bersama juga tunduk terhadap asas-asas pada kontrak

bisnis, antaral lain:72

70

Ibid.

71

Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 142. 72

(26)

1. Asas kepribadian, merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang

akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan

perseorangan. Hal ini sesuai dengan maksud dari pasal 1315 KUHPerdata

menyatakan pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau

perjanjian selain untuk dirinya sendiri.

2. Asas keseimbangan, adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak

memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai hak untuk

menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi

melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk

melaksanakn perjanjian itu dengan itikad baik.

3. Asas persamaan hukum, bahwa subyek hukum yang mengadakan perjanjian

mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam hukum.

4. Asas perlindungan, bahwa antara debitur dan kreditur harus dilindungi oleh

hukum.

5. Asas kepatutan, bahwa isi perjanjian haruslah sesuatu yang patut dan tidak

bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini sesuai dengan

pasal 1339 KUHPerdata yang berbunyi “suatu perjanjian tidak hanya

mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakn dalm undang-undang,

tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh

kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.”

6. Asas moral, asas ini terkait dengan perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan

sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat

(27)

7. Asas kepastian hukum, kepastian ini terungkap dari mengikatnya perjajian,

yaitu berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

E. Sahnya Kontrak Operasi Bersama

Peraturan perundang-undangan Indonesia menyatakan bahwa kontraktor

dapat mengalihkan, menyerahkan, dan memindahtangankan sebagian atau seluruh

hak dan kewajibannya (participating interest) kepada pihak lain setelah mendapat

persetujuan menteri berdasarkan pertimbangan badan pelaksana. Dalam hal

pengalihan, penyerahan, dan pemindahtanganan sebagian atau seluruh hak dan

kewajiban kontraktor kepada perusahaan non-afiliasi atau kepada perusahaan lain

selain mitra kerja dalam wilayah kerja yang sama, maka menteri dapat meminta

kontraktor untuk menawarkan terlebih dahulu kepada perusahaan nasional.73

Kontraktor tidak dapat mengalihkan sebagian hak dan kewajibannya

sebagaimana telah dijelaskan diatas secara mayoritas kepada pihak lain yang

bukan afiliasinya dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun pertama masa

eksplorasi.74

73

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Bab IV, Pasal 33 ayat (1).

74

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Bab IV, Pasal 33 ayat (2).

Sebelum menyepakati suatu kontrak operasi bersama hal-hal yang

disebutkan diatas harus terlebih dahulu dipenuhi oleh kontraktor ataupun badan

usaha/badan usaha tetap. Selain itu apabila kontrak operasi bersama

mengakibatkan perubahan operator yang kemudian berbeda dari apa yang

disepakati pada kontrak kerja sama, maka kontraktor berkewajiban untuk

(28)

Persyaratan tersebut diatas apabil sudah dipenuhi, maka kontraktor (badan

usaha/badan usaha tetap) dapat membentuk semacam konsorsium untuk membagi

resiko atau pun biaya kepada pihak-pihak lain. Hal tersebut juga dapat dilakukan

melaui farm-out, yaitu kontraktor (badan usaha/badan usaha tetap) yang sudah

memiliki kontrak kerja sama dengan badan pelaksana minyak dan gas bumi

kemudian menawarkan kepada pihak lain untuk berpartisipasi. Hal inilah yang

disebut dengan mengalihkan, menyerahkan, dan memindahtangankan sebagian

atau seluruh hak dan kewajibannya (participating interest) kepada pihak lain.75 Keabsahan suatu kontrak operasi bersama adalah sama dengan keabsahan

kontrak pada umumnya, hal ini dikarenakan kontrak operasi bersama tidak diatur

dan ditentukan secara khusus oleh perundang-undangan di Indonesia. Pasal 1320

KUHPerdata merupakan instrumen pokok untuk menguji keabsahan kontrak yang

dibuat para pihak.76 Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat77 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

:

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian.

3. Megenai suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.

Dua syarat yang pertama disebut syarat subyektif, karena mengenai

orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjajian, sedangkan dua syarat yang

terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif karena mengenai perjanjian sendiri atau

obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.78

75

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 112. 76

Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 157. 77

Subekti, Op.Cit., hlm. 17. 78

(29)

1. Syarat subyektif

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Pihak- pihak yang mengadakan perjanjian harus bersepakat dan setuju

mengenai hal-hal pokok yang diadakan dalam perjanjian itu.Pernyataan atas

kesepakatan itu bisa dilakukan secara tegas atau secara diam-diam.79

Kesepakatan bisa dianggap tidak ada apabila dapat dibuktikan bahwa

kesepakatan terjadi karena kekhilafan (dwaling),paksaan (dwang), maupun

penipuan (bedrog).80Kekhilafan dapat membatalkan suatu perjanjian apabila

mengenai orang atau barang yang menjadi tujuan dari pihak-pihak yang

mengadakan perjanjian. Paksaan terjadi, jika seseorangmemberikan

persetujuannya karena ia takut pada suatu ancaman. Paksaan yang dimaksud

dalam KUHPerdata tidak hanya yang berbentuk kekerasan, teapi paksaan dalam

arti yang lebih luas, yaitu meliputi ancaman terhadap kerugian kepentingan

hukum seseorang.81

b. Kecakapan untuk bertindak

Selain itu, penipuan juga merupakan salah satu penyebab batalnya

perjanjian, apabila penipuan itu dilakukan oleh salah satu pihak sedemikian

hingga secara terang dan nyata bahwa jika pihak lainnya mengetahui hal tersebut

ia tidak akan menyepakati perjanjian tersebut.

Orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum.Pada

dasarnya, setiap orang yang sudah dewasa atau akilbaliq dan sehat pikirannya

79

Ibid.

80

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 95.

81

(30)

adalah sakap menurut hukum.82

1) Orang-orang yang belum dewasa

Dalam pasal 1330 KUHPerdata disebut sebagai

orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian :

2) Mereka yang ditaruh dalam pengampuan

3) orang perempuan dalam hal yang ditetapkan undang-undang, dan

semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat

perjanjian-perjanjian tertentu.

Orang yang sudah dewasa adalah orang yang sudah berumur 18 tahun atau

sudah menikah, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Menurut hukum nasional yang berlaku sekarang, perempuan bersuami

sudah dianggap cakap melakukan perbuatan hukum, sehingga tidak lagi

diharuskan untuk melakukan perbuatan hukum dengan ijin suami yang

bersangkutan.Perbuatan hukum yang dilakukan perempuan tersebut sah menurut

hukum dan tidak dapat dimintakan pembatalannya kepada hakim.Hal ini sesuai

dengan dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963.

2. Syarat obyektif

a. Mengenai suatu hal tertentu

Suatu perjanjian haruslah memiliki obyek tertentu, setidak-tidaknya dapat

ditentukan jenisnya.Undang-undang tidak mengharuskan barang tersebut sudah

82

(31)

ada di tangan pihak lainnya atau tidak, ketika perjanjian tersebut dibuat.Namun

para pihak dilarang untuk memperjanjikan warisan yang belum terbuka.83

Perkataan “tertentu” dalam hal ini tidak harus dalam artian gramatikal dan

sempit haus sudah ada pada saat kontrak tersebut dibuat, tetapi memungkinkan

juga apabila obyek tertentu tersebut sekedar ditentukan jenis, sedangkan mengenai

jumlahnya dapat ditentukan dikemudian hari.84 b. Suatu sebab yang halal

Sebab yang dimaksud dalam hal ini adalah substansi atau isi dari

perjanjian itu sendiri.85Sebab yang dimaksud dalam hal ini bukanlah desakan jiwa ataupun motif dari seseorang untuk mengadakan suatu kontrak atau

perjanjian.Hukum pada dasarnya tidak menghiraukanapa yang ada dalam gagasan

atau pemikiran seseorang, yang diperhatikan adalah tindakan yang nyata yang

dilakukan dalam masyarakat.86

Syarat sahnya kontrak ini bersifat komulatif, artinya keseluruhan dari

persyaratan tersebut harus dipenuhi agar kontrak tersebut menjadi sah. Dengan

tidak dipenuhinya salah satu atau lebih dari syarat tersebut akan menyebabkan

kontrak tersebut dapat diganggu gugat keberadaannya.

Sebab yang tidak diperbolehkan adalah sebab yang

bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.

87

subyektif membuat suatu kontrak atau perjanjian dapat dibatalkan. Hal yang

menjadi penting untuk digaris bawahi disini adalah apabila perjajian tersebut tidak

(32)

syarat obyektif membuat suatu kontrak atau perjanjian menjadi batal demi

hukum.Artinya dari semula dianggap tidak pernah ada perjanjian dan

perikatan.Tujuan para pihak untuk membuat suatu perjanjian dan perikatan adalah

gagal.88

F. Para Pihak Dalam Kontrak Operasi Bersama

Mengidentifikasi para pihak dalam kontrak operasi bersama (joint

operating agreement) merupakan hal yang esensial demi berjalannya kontrak

dengan baik. Hal ini dikarenakan indentitas pihak dalam kontrak akan

menentukan sejauh mana partisipasi pihak tersebut dalam kontrak operasi

bersama.89

Pihak yang diidentifikasi pada kontrak operasi bersama adalah pihak yang

sejak semula ada pada kontrak operasi bersama, penambahan pihak ataupun

pengurangan pihak diatur secara terpisah pada kontrak operasi bersama.Para pihak

dalam kontrak operasi bersama tidak hanya berkenaan dengan pihak yang terlibat

dalam kontrak operasi bersama, tetapi pihak dalam kontrak ini juga meliputi pihak

penerus (successor) atau pihak yang ditunjuk sebagai pengganti dalam kondisi

tertentu dari suatu pihak tertentu.90

Hubungan para pihak pada kontrak operasi bersama adalah hubungan yang

horizontal. Sehingga tidak ada perbedaan antara pihak yang memiliki konsesi

ataupun pihak yang memiliki kontrak kerja sama dengan badan pelaksana minyak

dan gas bumi dengan pihak yang ikut berdasarkan pengalihan, pemindahtanganan

88

Subekti, Op.Cit., hlm. 20. 89

Peter Roberts, Op.Cit., hlm. 43. 90

(33)

sebagian atau seluruh hak dan kewajiban dari pihak pemegang kontrak kerja sama

dengan pemerintah.91 1. Operator

Operator adalah pihak yang bertindak sebagai pelaksana operasi.Operator

pada kontrak operasi bersama ditentukan berdasarkan jumlah saham paling besar

dalam kontrak operasi bersama.Pihak yang memiliki saham lebih kecil biasanya

enggan untuk mengambil peran tersebut karena berbagai keterbatasan dan

pertimbangan tertentu.92

Beberapa negara dalam hal penunjukan opearator perlu mendapatkan

persetujuan dari instansi yang mengawasi operasi pertambangan minyak dan gas

bumi dan asa juga yang hanya mensyaratkan pemberitahuan saja.Bahkan ada juga

yang mensyaratkan penyerahan status operator kepada Negara setelah melewati

tahapan operasi tertentu, misalnya seperti yang digambarkan dalam kontrak jasa

resiko atau kontrak jasa.93

Peran sebagai operator membuat pihak tertentu memiliki status ganda pada

kontrak operasi bersama. Namun peran sebagai operator tidak membuat pihak

tersebut menjadi istimewa dan memiliki hak khusus dari pihak lain pada kontrak

operasi bersama. Misalnya dalam hal pembiayaan kegiatan operasi,

masing-masing pihak memiliki kewajiban yang sama untuk menanggung biaya operasi

sesuai partisipasi (participating interest) masing-masing.94

91

Ibid.

92

Rudi M Simamora, Op.Cit. hlm. 114. 93

Ibid., hlm. 115. 94

(34)

Secara umum tugas dan tanggung jawab operator adalah mengelola dan

menjalankan operasi bersama di bawah pengawasan dari komisi operasi yang

merupakan badan perwakilan dari para pihak dan merupakan badan pengambil

keputusan tertinggi.95 Disamping itu kepada operator juga diberikan wewenang fungsional yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan yang

meliputi96

a. Menyiapkan rencana kerja, anggaran danperkiraan biaya :

b. Mengadakan barang dan jasa yang diperlukan untuk operasi sesuai dengan

rencana kerja dan anggaran yang telah disetujui bersama

c. Menjalankan prosedur akutansi

d. Menyiapkan danmemberikan segala kebutuhan jasa teknis, hukum dan

professional lainnya termasuk juga pengurusan perizinan dan persetujuan

dari instansi yang berwenang

e. Memberikan laporan data-data yang diperlukan berkaitan dengan

perkembangan pelaksanaan operasi

f. Menjamin kepatuhan pada segala ketentuan yang berlaku baik berdasarkan

perjanjian pengusahaan pertambangan maupun perundang-undangan yang

berlaku termasuk membayar pajak atas rekening bersama dan menyiapkan

perpanjangan perjanjian serta perizinan lain yang diperlukan.

Penggangtian operator dapat terjadi karena pengunduran diri dari pihak itu

sendiri atau penggantian berdasarkan keputusan rapat komisi operasi.Operator

dianggap mengundurkan diri bilamana pihak tersebut tidak lagi memiliki saham

95

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 115. 96

(35)

dalam kontrak ataupun pihak tersebut tidak mampu menjalankan peran sebagai

operator. Penggantian oleh keputusan komisi operasi dapat terjadi apabila

disepakati demikian oleh para pihak non-operator karena alasan kelalaian atau

kesengajaan tetapi juga bahan pelanggaran atau ketidakmampuan untukmemenuhi

standar operasi yang terkandung dalamperjanjian kegagalan material atau

ketidakmampuan untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan kontrak operasi

bersama.97

2. Non-operator

Pihak non-operator adalah pihak dalam kontrak operasi bersama selain

operator.98

3. Komisi operasi (Operating Committee)

Komisi operasi dibentuk untuk membuat kebijakan-kebijakan dasar

tentang pelaksanaan operasi yang harus dijalankan operator dalam kurun waktu

tertentu dan mengawasi serta memerintahkan sesuatu sehubungan dengan

pelaksanaan opersi bersama dan pelaksanaan tugas operator.Secara umum dapat

dikatakan bahwa komisi operasi bertugas untuk menjamin terselenggaranya

operasi dengan baik dan lancar untuk pencapaian tujuan operasi bersma seoptimal

mungkin.99

Semua pihak pada kontrak operasi bersama berhak untuk mengirim utusan

atau perwakilannya di komisi operasi dan masing-masing pihak mempunyai hak

suara sesuai dengan saham yang dimilikinya.Penunjukan seorang atau lebih

97

Allen D Cummings, The Joint Operating Agreement, The Basics (Texas: Makalah disampaikan pada seminar Minyak dan Gas Bumi, 2012), hlm. 9.

98

AIPN 2002 model form joint operating agreement article 1.45 99

(36)

perwakilan dari masing-masing pihak ini tidak bersifat permanen tetapi dilakukan

sefleksibel mungkin dengan tidak mengurangi aspek formalitas yang

dipesyaratkan.100

Keputusan komisi operasi bersifat mengikat, sepanjang keputusan tersebut

diambil melalui prosedur formal yang ditentukan dalam persyaratan pengambilan

keputusan sebagaimana diatur dalam kontrak operasi bersama, misalnya berkaitan

dengan persyaratan kuorum.101

Selain komisi operasi, juga akan dibentuk sub-sub komisi seperti sub

komisi teknis, sub komisi keuangan dan sebaginya sesuai kebutuhan. Sub komisi

ini dapat mengadakan rapat tersendiri untuk mendukung rapat komisi operasi.

Seperti halnya rapat komisi operasi, operator juga bertanggungjawab dalam

penyelenggaraan rapat sub komisi operasi. Kekuatan mengikat keputusan rapat

sub komisi ditentukan lebih lanjut dalam rapat komisi, kecuali ditentukan

sebaliknya.102

4. Pihak non-partisipasi (non-JOA party)

Non-partisipasi pada kontrak operasi bersama dimungkin untuk terjadi

dalam beberapa kegiatan operasi bersama. Hal ini dimungkinkan antara lain

dalam proyek pengeboran lebih dalam, pengeboran eksplorasi ulangan, atau

penyimpangan dari program pengeboran yang telah disetuji sebelumya, pengujian

geologis, geofisika, dan stratigrafikal dan kegiatan lain sepanjang di luar rencana

kerja dan anggaran minimum.103

100 Ibid.

101

Ibid.

102

Ibid.

103

(37)

Non-partisipasi umumya dilatarbelakangi oleh alasan-alasan berikut ini104 a. Adanya ketidakpastian atas kandungan minyak dan gas bumi dalam

wilayah kerja.

:

b. Luasnya wilayah kerja.

c. Adanya perbedaan penafsiran informasi dalam proses eksplorasi.

d. Adanya keraguan atas ketersediaan dana dimasa mendatang.

e. Adanya keengganan untuk memberikan komitmen operasi bersama untuk

jangka panjang.

Keputusan apakah non-partisipasi dapat diterima atau tidak diputuskan

berdasarkan hasil keputusan rapat komisi operasi.apabila pihak non-operasi

adalah pihak yang berperan sebagai operator, maka dimungkinkan untuk

menunjuk pihak lain sebagai operator atas risiko sendiri.105

104

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 122. 105

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian belakang kemasan terdapat lambang/ikon yang menjelaskan keunggulan produk kepada konsumen, diantaranya yaitu logo Chocodot yang menunjukan nama merek

[r]

Perkembangan Teknologi Komputer semakin maju, sehingga banyak orang bisa mendapatkan informasi melalui informasi-informasi tersebut dengan sangat mu- dah, maka semakin banyak

Manajemen bandwidth dengan menggunakan Hierarchical Token Bucket dilakukan karena kebutuhan akses internet dan pengiriman data yang lebih baik untuk para pengguna jaringan. Pada

Gambar 3.2 menunjukkan regangan tarik komposit mengalami penurunan dengan peningkatan fraksi volume serat komposit.. Besarnya regangan tarik menunjukkan kemampuan benda

Rakyat Indonesia sebagian besar masuk ke dalam sebuah era demokrasi sesungguhnya dimana pada saat yang sama tingkat kehidupan ekonomi mereka justru tidak lebih baik

Pada kapal-kapal yang menggunakan motor yang letaknya terlalu jauh dari buritan kapal, maka poros antara dapat dipasang lebih dari satu dengan tujuan untuk mempermudah dalam

Oleh karena itu, di dalam aspek pasar dan pemasaran, baik untuk perusahaan yang sudah berjalan maupun bagi perusahaan yang baru akan berdiri perlu dilakukan suatu studi