BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Pemberian otonomi dan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Kabupaten/ Kota akan membawa konsekuensi perubahan pada pola dan sistem pengawasan yang mendasar dengan diberinya keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, memberi arti penting bagi proses reformasi lembaga sektor publik di Indonesia. Kedua UU tersebut memberi dasar bagi serangkaian reformasi kelembagaan dalam rangka menciptakan good governance, yaitu pemerintahan yang bersih, ekonomis, efektif, transparan, responsif, dan akuntabel (Bastian: 2006). Perkembangan akuntansi sektor publik khususnya di Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah. Warga negara yang semakin cerdas dan kritis selalu menuntut untuk dilakukan transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik tersebut telah dibelanjakan (Arjenim 2012). Untuk menghadapi tuntutan perkembangan tersebut, pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah menetapkan penggunaan pendekatan penganggaran berbasis prestasi kerja atau kinerja dalam proses peyusunan anggaran. Penganggaran berbasis kinerja atau
yang berorientasi pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin dicapai (Andriani 2012).
Ekonomi berhubungan dengan biaya pengadaan (cost of inputs) maka, ekonomi adalah praktek pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan, mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat dan tidak ada pemborosan. berikutnya Efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya dengan keluaran yang dihasilkan. Kegiatan dikatakan efisiensi apabila output tertentu dapat dicapai sumber daya seminimal mungkin. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannnya. Efektifitas menggambarkan kontribusi
output terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
yang lebih sulit mewujudkannya dari pada memberantas korupsi, Turner & Hulme (1997) Fenomena KKN yang belakangan ini terjadi dapat menjadi indikator dari rendahnya Akuntabilitas Pemerintah Kota/Kabupaten yang merupakan menjadi salah satu ciri yang penting dalam tata pemerintahan yang baik.
Selain itu tuntutan sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan transparansi dan informasi terhadap masyarakat dalam rangka memenuhi hak-hak public dalam halnya pengelolaan anggaran. Transparansi dapat diartikan memberikan informasi yang terbuka, yang sesuai da jujur kepada public sesuai dengan perundang-undangan.
penganggaran dan kebijakan menjadi lebih bertanggungjawab dan tepat sasaran. Paling tidak ada tiga parameter standar yang harus diterima secara langusng oleh berbagai kalangan yang seharusnya dipenuhi oleh sebuah kinerja anggaran atau pengelolaan anggaran yang baik, yaitu Pengawasan, Transparan dan Akuntabel. APBD sebagai salah satu produk kebijakan keuangan publik seharusnya mengakomodir beberapa indikator yang sesungguhnya merupakan penjabaran dari tiga parameter utama yang pada intinya adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Isu pokok yang muncul adalah buruknya kinerja pengelolaan anggaran daerah.
Fenomena yang terjadi pada Kinerja Anggaran di Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada laporan realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir sampai dengan 2013 dan 2012 pada tabel 1.1 menunjukan nilai persentase realisasi anggaran dari anggaran dan menunjukan peningkatan atau penurunan dari tahun sebelumnya.
Tabel 1.1
Lanjutan Tabel 1.1
Laporan Realisasi Anggaran Untuk Tahun Berakhir s.d 31 Desember 2013 dan 2012
Sumber: Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2013
Keterangan:
PAD : Pendapatn Asli Daerah PT : Pendapatan Transfer
LLPS : Lain-Lain Pendapatn yang Sah BO : Belanja Operasi
BM : Belanja Modal BTT : Belanja Tak Terduga BT : Belanja Transfer
Berdasarkan temuan bukti diatas terlihat bahwa kinerja anggaran di Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih belum maksimal dengan adanya bukti laporan hasil pemeriksaan BPK RI pada tahun 2013. Laporan tersebut menggambarkan tidak efisien dan tidak ekonomis terhadap pengelolaan Kinerja Anggaran. Value for Money bertujuan untuk memperbaiki kinerja anggaran pemerintah.
Penelitian terdahulu yang terkait dengan fenomena tersebut telah banyak dilakukan, Suryaningsih Loi (2015), penelitiannya menunjukan Akuntabilitas berpengaruh secara positif dan signifikan dan Transparansi tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for Money,berbeda dengan Anugriani (2014), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Akuntabilitas, Transparansi dan Pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Anggaran.
Siregar (2011) dalam hasil penelitiannya mengatakan akuntabiltas publik berpengaruh positif terhadap pengelolaan APBD, transparansi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengelolaan APBD dan pengawasan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan APBD tetapi Akuntabilitas publik, transparansi publik dan pengawasan secara simultan bersama-sama berpengaruh terhadap pengelolaan APBD.
sebelumnya memberikan cukup acuan untuk meneliti kinerja SKPD Labuhanbatu selatan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Anugriani (2014), faktor yang membedakannya adalah lokasi atau tempat penelitian, dan waktu penelitian . Dari latar belakang dan hasil penelitian terdahulu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan Terhadap Kinerja
Anggaran Berkonsep Value For Money pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah Akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan?
2. Apakah Transparansi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan?
3. Apakah Pengawasan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan?
Money pada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Akuntabilitas terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Transparansi terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengawasan terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Akuntabilitas, Transparansi dan Pengawasan secara Simulatan terhadap Kinerja Anggaran berkonsep
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini, yaitu:
1.Bagi Penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kinerja anggaran berkonsep value for money pada pemerintah daerah.
2.Bagi Akademisi, sebagai tambahan pengetahuan dibidang pemerintahan, khususnya Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan Terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value For Money pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan