• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH pandangan gender dala (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH pandangan gender dala (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

KARYA TULIS ILMIAH TENTANG

KONSEP GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM

DI SUSUN OLEH : Nama : Julita Kaisupy Jurusan : PAI

Semester : III (Tiga)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an tidak mengajarkan diskriminasi antara lelaki dan perempuan sebagai manusia. Di hadapan Tuhan, lelaki dan perempuan mempunyai derajat yang sama, namun masalahnya terletak pada implementasi atau operasionalisasi ajaran tersebut. Kemunculan agama pada dasarnya merupakan jeda yang secara periodik berusaha mencairkan kekentalan budaya patriarkhi. Oleh sebab itu, kemunculan setiap agama selalu mendapatkan perlawanan dari mereka yang diuntungkan oleh budaya patriarkhi. Sikap perlawanan tersebut mengalami pasang surut dalam perkembangan sejarah manusia.

Semua dimungkinkan terjadi karena pasca kerasulan Muhammad, umat sendiri tidak diwarisi aturan secara terperinci (tafshily) dalam memahami Al-Qur'an. Di satu sisi Al-Qur'an mengakui fungsi laki-laki dan perempuan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Namun tidak ada aturan rinci yang mengikat mengenai bagaimana keduanya berfungsi secara kultural. Berbeda pada masa kenabian superioritas dapat diredam. Keberadaan nabi secara fisik sangat berperan untuk menjaga progresivitas wahyu dalam proses emansipasi kemanusiaan. Persoalannya, problematika umat semakin kompleks dan tidak terbatas seiring perkembangan zaman, sementara Al-Qur'an sendiri terdapat aturan-aturan yang masih bersifat umum dan global (mujmal) adanya.

(3)

3

Islam mengenalkan konsep relasi gender yang mengacu pada ayat-ayat (Al Qur an) substantif yang sekaligus menjadi tujuan umum syariah antara lain mewujudkan keadilan dan kebajikan. (An Nahl {16} : 90)

Artinya : “ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, member kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia member pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran.”

B. Rumusan Masalah

(4)

4 BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Gender

Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam menjalankan peran khalifah dan hamba. Soal peran sosial dalam masyarakat tidak ditemukan ayat Al Qur an dan hadits yang melarang perempuan aktif di dalamnya. Sebaiknya Al Qur an dan hadits banyak mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai profesi.

Dengan demikian keadilan gender adalah suatu kondisi adil bagi perempuan dan laki-laki untuk dapat mengaktualisasikan dan mendedikasikan diri bagi pembangunan bangsa dan negara. Keadilan dan kesetaraan gender berlandaskan pada prinsip-prinsip yang memposisikan laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Tuhan yakni :

 Laki-laki dan perempuan akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan

pengabdiannya (An Nahl : 97)

 Sebagai khalifah di bumi ( Al A Raaf :165)

 Penerima perjanjian promordial (perjanjian dengan Tuhannya) (Al Araaf : 172)

 Adam dan hawa dalam cerita terdahulunya ( Al A raaf : 22)

Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan dan keadilan gender serta memberikan ketegasan bahwa prestasi individual baik dalam bidang spiritual maupun karir profesional. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama dalam meraih prestasi yang optimal. Namun dalam realitas masyarakat, konsep ideal ini membutuhkan tahapan dan sosialisasi karena masih terdapat sejumlah kendala, terutama kendala budaya.

(5)

5

Dengan demikian terdapat suatu hasil pemahaman atau penafsiran yang bersifat menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur kemanusiaan.

B. KONSEP GENDER DALAM ISLAM

Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian, kikta dilahirkan sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan. Tetapi, jalan yang menjadikan kita maskulin atau feminine adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur kita. Setiap masyarakat memiliki berbagai naskah untuk diikuti oleh anggotanya seperti mereka belajar memainkan peran feminine atau maskulim, sebagaimana halnya setiap masyarakat memiliki bahasanya sendiri.

Secara umum gender dimaknai sebagai perbedaan yang bersifat social budaya yang merupakan nilai yang mengacu pada sistem hubungan sosial yang membedakan fungsi serta peran perempuan dan laki-laki dikarenakan perbedaan biologis atau kodrat yang oleh masyarakat kemudian dibakukan menjadi ‘budaya’ dan seakan tidak lagi bisa ditawar.

Apalagi kemudian dikuatkan oleh nilai ideologi, hukum, politik, ekonomi dsb. Atau dengan kata lain gender adalah nilai yang dikonstruksi oleh masyarakat setempat yang telah mengakar dalam bawah sadar kita seakan mutlak dan tidak bisa diganti lagi.

Gender adalah pandangan atau keyakinan yang yang dibentuk masyarakat tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan atau laki-laki bertingkahlaku maupun berpikir. Misalnya pandangan bahwa seorang perempuan ideal harus pandai memasak, pandai merawat diri, lemah lembut atau keyakinan bahwa perempuan adalah makhluk yang sensitif, emosional selalu memakai perasaan. Sebaliknya seorang laki-laki sering dilukiskan berjiwa pemimpin, pelindung, kepala rumahtangga, rasional dan tegas.

(6)

6

dipandang sebagai adanya kesetaraan atau ketidaksetaraan gender. Pembagian tersebut semata-mata merupakan pembagian tugas yang dipandang sama-sama pentingnya dalam upaya tercapainya kebahagiaan yang hakiki di bawah keridloan Allah semata. Islam telah memberikan hak-hak kaum perempuan secara adil, kaum perempuan tidak perlu meminta apalagi menuntut atau memperjuangkannya, sebagaimana dalam surat Al Ahzab : 35

Artinya : “Sungguh, Laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki dan perempuan yang dalam ketaatannya, laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki yang menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

Maksud dari ayat di atas, sebagai manusia kedua pihak mempunyai hak dan kewajiban yang sama, pahala dan kebaikan di hari akhir pun juga demikian. Setiap individu akan dihisab berdasarkan perbuatan yang mereka lakukan di dunia.

Pada dasarnya gender dalam perspektif Islam menganggap kaum perempuan mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki yaitu sebagai hamba Allah.

Jadi kesetaraan gender adalah suatu keadaan di mana perempuan dan laki-laki sama-sama menikmati status, kondisi atau kedudukan yang setara sehingga terwujud secara penuh hak-hak dan potensinya bagi pembangunan di segala aspek kehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara. Islam mengamanahkan manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan, keutuhan baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya.

(7)

7

fungsinya sebagai khalifah dan hanya khalifah yang sukses yang dapat mencapai derajat abdi sesungguhnya.

Islam mengenalkan konsep relasi gender yang mengacu pada ayat-ayat (Al Qur an) substantif yang sekaligus menjadi tujuan umum syariah antara lain mewujudkan keadilan dan kebajikan. (An Nahl {16} : 90

Artinya :

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, member kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

permusuhan. Dia member pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

C. Kesetaraan Gender Dalam Al-Qur’an

Al Qur’an secara umum dan dalam banyak ayatnya telah membicarakan relasi gender, hubungan antara laki- laki dan perempuan, hak- hak mereka dalam konsepsi yang rapi, indah dan bersifat adil. Al Qur’an yang diturunkan sebagai petunjuk manusia, tentunya pembicaraannya tidaklah terlalu jauh dengan keadaan dan kondisi lingkungan dan masyrakat pada waktu itu. Seperti apa yang disebutkan di dalam QS. Al- Nisa, yang memandang perempuan sebagai makhluk yang mulia dan harus di hormati, yang pada satu waktu masyarakat Arab sangat tidak menghiraukan nasib mereka.

Sebelum diturunkan surat An-Nisa ini, telah turun dua surat yang sama-sama membicarakan wanita, yaitu surat Al-Mumtahanah dan surat Al-Ahzab. Namun pembahasannya belum final, hingga diturunkan surat al-Nisa’ ini. Oleh karenanya, surat ini disebut dengan surat Al-Nisa’ al-Kubro, sedang surat lain yang membicarakan perempuan juga , seperti surat al-Tholak, disebut surat al-Nisa’ al Sughro. Surat Al Nisa’ ini benar- benar memperhatikan kaum lemah, yang di wakili oleh anak- anak yatim, orang-orang yang lemah akalnya, dan kaum perempuan.

(8)

8

Kesetaraan yang telah di akui oleh Al Qur’an tersebut, bukan berarti harus sama antara laki- laki dan perempuan dalam segala hal.Untuk menjaga kesimbangan alam (sunnatu

tadafu’), harus ada sesuatu yang berbeda, yang masing-masing mempunyai fungsi dan tugas tersendiri. Tanpa itu, dunia, bahkan alam ini akan berhenti dan hancur. Oleh karenanya, sebgai hikmah dari Allah untuk menciptakan dua pasang manusia yang berbeda, bukan hanya pada bentuk dan postur tubuh serta jenis kelaminnya saja, akan tetapi juga pada emosional dan komposisi kimia dalam tubuh.

Hal ini akibat membawa efek kepada perbedaan dalam tugas ,kewajiban dan hak. Dan hal ini sangatlah wajar dan sangat logis. Ini bukan sesuatu yang di dramatisir sehingga merendahkan wanita, sebagaimana anggapan kalangan feminis dan ilmuan Marxis. Tetapi merupakan bentuk sebuah keseimbangan hidup dan kehidupan, sebagiamana anggota tubuh manusia yang berbeda- beda tapi menuju kepada persatuan dan saling melengkapi. Oleh karenanya, suatu yang sangat kurang bijak, kalau ada beberapa kelompok yang ingin memperjuangkan kesetaraan antara dua jenis manusia ini dalam semua bidang. Al Qur’an telah meletakkan batas yang jelas dan tegas di dalam masalah ini, salah satunya adalah ayat- ayat yang terdapatdi dalam surat al Nisa. Terutama yang menyinggung konsep pernikahan poligami, hak waris dan dalam menentukan tanggungjawab di dalam masyarakat dan keluarga.

Adapun prinsip-prinsip kesetaraan gender ada di dalam Al Qur an yakni: a. Perempuan dan laki-laki sama sebagai hamba

Surat Adz Dzariat:56, Laki-laki dan perempuan mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba yang ideal yakni sebagai orang yang bertaqwa (mutaqqun).

b. Perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai khalifah di bumi

Dalam surat Al An am:165 dan Al Baqarah:30 artinya perempuan dan laki-laki mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tusgas kekhalifahannya di bumi.

c. Perempuan dan laki-laki sama-sama menerima perjanjian awal dengan Tuhan

Surat Al A raaf : 172 yakni laki-laki dan perempuan menyatakan ikrar yang sama akan keberadaan Tuhan, tidak ada diskriminasi jenis kelamin.

d. Hawa dan adam terlibat secara aktif dalam drama kosmis

- Keduanya diciptakan di syurga dan memanfaatkan fasilitas syurga (Al Baqarah: 35) - Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari setan (Al A raaf : 20)

(9)

9

Setelah di bumi keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi dan saling membutuhkan (Al Baqarah: 187)

d. Perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi meraih prestasi

(10)

10 BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al Qur’an secara umum dan dalam banyak ayatnya telah membicarakan relasi gender, hubungan antara laki- laki dan perempuan, hak- hak mereka dalam konsepsi yang rapi, indah dan bersifat adil. Kesetaraan yang telah di akui oleh Al Qur’an itu, bukan berarti harus sama antara laki- laki dan perempuan dalam segala hal. Untuk menjaga kesimbangan alam (sunnatu tadafu’), harus ada sesuatu yang berbeda, yang masing-masing mempunyai fungsi dan tugas tersendiri.

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

Qurrotul Ainiyah, Keadilan Gender dalam Prespektif Islam, Malang: Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi. ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu

[r]

Perbandingan absorbansi dari gandum, sorghum, dan barley yang telah dihancurkan dapat dilihat pada Gambar 6. KESIMPULAN

Paspor yang sudah diterbitkan dan diterapkan cap ’’Jemaah Haji Indonesia (Indonesian hajj )” oleh Imigrasi, kemudian diserahkan kepada petugas Kantor Kementerian Agama

Dengan banyaknya permintaan dari kecamatan tersebut sehingga Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang kesulitan dalam memutuskan kecamatan mana yang lebih

Pada kromatografi kolom didapatkan 7 fraksi hasil pemisahan dengan fase gerak etanol-air (70:30) dan pada kromatografi lapis tipis, fraksi yang menunjukkan

In testing the hypotheses of the study, the writer also applied SPSS Statistic 19 to calculate correlation „r‟ product moment as supporting the result of

Sebaiknya pemerintah harus lebih sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar hutan, terutama pada kawasan gambut dan lahan gambut yang rawan akan