• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Kota di Masa Depan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rancang Kota di Masa Depan (1)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Rancang Kota di Masa Depan

Keyka Aidilia S. – 2561400

Rancang kota selalu berkembang dari masa ke masa, bermula dari Jane Jacobs yang mengkritik perancangan struktur kota yang hanya mementingkan pembangunan kota yang ideal dan modern tanpa memperhatikan detail-detail pembentuk ruang kota seperti konektivitas, pejalan kaki dan lainnya. Seperti kita ketahui rancangan suatu kota mempengaruhi bentuk kota dan aktivitas manusia di dalamnya, apabila detail yang dirancang pada suatu kota tidak sesuai dengan aktivitas manusianya akan berpengaruh terhadap keberlangsungan kota tersebut. Detail pembentuk ruang kota tidak hanya berupa zona peruntukan lahan, linkage, street furniture dan sebagainya tetapi kita juga harus mempertimbangkan dampak yang dihasilkan dari penataan sebuah kawasan atau kota tersebut.

Menurut Castel, ruang kota di masa sekarang tidak lagi terbentuk dari aktivitas manusia dan budaya namun bisa terbentuk dari dominasi aktivitas ekonomi. Munculnya kota-kota kecil di dalam kota seperti China Town yang secara tidak langsung dapat merubah struktur kota yang ada. Dominasi ekonomi juga secara tidak sadar membentuk budaya masyarakat perkotaan di zaman sekarang, semakin banyak bangunan yang didirikan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar dan tidak lagi memperhatikan budaya lokal di kota tersebut. Saat ini bangunan-bangunan dibangun hanya untuk memenuhi kebutuhan investor dan perancang dihadapkan dengan dilema merancang untuk kaum kapitalis atau mendengarkan keinginan masyarakat yang mungkin hanya menginginkan ruang publik yang gratis tanpa harus membayar atau membeli barang apapun. Ruang publik yang harusnya menjadi ruang sosial (third place) kehilangan maknanya, makna ruang publik setelah kehadiran ruang-ruang sosial yang modern seperti departement store menjadi bias.

Masyarakat seakan menyetujui adanya creative destruction karena ikut merasakan kesenangan dan kemewahan yang ada, creative destruction

(2)

lokalnya, kebudayaan masyarakatnya pun seketika dapat berubah dahulu dapat berbincang sambil duduk-duduk di ruang terbuka seperti alun-alun atau tepian sungai sekarang untuk berbincang saja harus mengunjungi cafe di mal-mal.

Third place merupakan ruang sosial yang memungkinkan orang dari latar belakang yang berbeda mengenal satu sama lain dan bersosialisasi secara aman tanpa ancaman. Ruang sosial telah menjadi issue penting di masyarakat modern karena penurunan dalam kualitas desain dan penurunan dalam menciptakan kegiatan di tingkat kota. Kita sebagai perancang kota dapat menciptakan third place untuk berbagai level sosial, bisa saja tidak berupa taman namun menciptakan kegiatan berkumpul.

Dalam artikel “principles for regional design” disebutkan di masa lalu ada batasan yang bisa dilakukan untuk merubah lingkungan dan yang bisa ditambahkan untuk memodifikasi lingkungan, sehingga dampak kekuatan teknologi dan ekonomi ini terhadap lingkungan sebelumnya tidak pernah memiliki potensi besar untuk menghancurkan sistem kehidupan.

Dalam artikel ini juga dibahas prinsip-prinsip yang paling tepat untuk mendesain kawasan berdasarkan identitas kawasan seperti:

1. Knowing the place, salah satu cara dengan mengenali bagaimana orang menggunakan tempat berbeda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di satu bangunan yang memiliki sense of place yang khas, cara ini dapat ditingkatkan dalam perkotaan. Kriteria mendasar dalam menentukan ini adalah pertama dengan proses alami dari konteks lokal dan alam menjadi pertimbangan utama, kedua dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat yang tinggal agar mudah beradaptasi.

2. Identity through the landscape, kita dapat langsung mengenali suatu tempat dengan topografi dan keindahan alam daerah tersebut.

(3)

4. Maintaining a sense of history, membuat tempat yang memorable dan terhubung dengan sejarah.

5. Environmental learning and direct experience, agar kawasan dikenali oleh masyarakat yang tinggal dilingkungan tersebut melalui edukasi dan pengalaman langsung termasuk budayanya.

6. Doing as little as possible, tetap mengontrol penggunaan energi dan mengontrol pembangunan agar dapat menyeimbangkan lingkungan.

7. Sustainability, desain yang sustainable dapat memberikan benefit bagi masyarakat maupun lingkungan.

Sebagai perancang kita memang diharapkan untuk merancang kota dengan tidak meninggalkan budaya lokal namun harus dapat mengikuti perkembangan zaman. Identitas suatu kota semakin lama dapat semakin memudar bahkan hilang apabila sebagai perancang kita tidak mengasah sense of place, rasa memiliki suatu tempat tidak hanya mengetahui kebudayaan lokal dan aktivitas masyarakatnya tapi lebih dari itu kita harus benar-benar merasakan sejarah dan apa yang masyarakatnya rasakan.

Terkadang mengasah kepekaan terhadap suatu tempat masih sulit di praktekkan oleh perancang saat ini yang referensinya kebanyakan mengacu kepada budaya luar/modernisasi. Padahal Indonesia memiliki keberagaman dalam budaya, namun apabila perancangnya tidak memiliki kepekaan terhadap itu bisa saja kota-kota di Indonesia menjadi sama dan perlahan akan hilang identitas lokalnya hanya karena seorang perancang mempertimbangkan kebutuhan investor dan pasar.

NILAI KOMERSIAL

kapitalis

NILAI SOSIAL lokalitas

PEMBUAT KEBIJAKAN pemerintah

PERANCANG

MORAL

(4)

DIAGRAM 1. Hubungan antara produk perancangan, perancang dan nilai-nilai yang ada

Produk perancangan menjadi penentu lanskap/ struktur kota sebagai perancang, moral menjadi alat kontrol diri agar rancangan tidak memihak ke satu kepentingan. Dalam merancang sebuah kota, kita tidak dapat melihat dari satu sisi saja dalam hal ini sisi sebagai perancang kota tapi harus melihat dari berbagai bidang.

Apabila kita merancang sebuah kawasan, apakah lokalitas kawasan itu tetap terjaga? Apakah kita sudah benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakatnya? Bagaimana dampak suatu kegiatan terhadap struktur kotanya? Masalah kemacetan?. Apakah seorang perancang kota dapat menjawab seluruh pertanyaan itu sendiri?? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin akan terus berlanjut seiring kita merancang suatu kawasan atau kota, segala pertanyaan itu menjadi renungan dan pembelajaran bagi para perancang kota agar tidak hanya dapat menghasilkan rancangan yang baik namun memiliki sense of place.

DAFTAR PUSTAKA:

Hough, Michael. (1990) Principles for Regional Design from Out of Place: Restoring Identity to the Regional Landscape.

Oldenburg, Ray. (1989) The Problem of Place in America from The Great Good Place.

Referensi

Dokumen terkait

1) Keuchik, disamping melaksanakan tugas pemerintahan pada tingkat gampong, keuchik juga berwenang dan mempunyai tugas lain yaitu menyelesaikan perselisihan atau

Kantor cabang berpendapat bahwa semakin tinggi target yang ingin dicapai maka semakin banyak pula tenaga kerja yang harus direkrut untuk mencapai target tersebut

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa gugus yang berperan terhadap pengikatan ion Cu(II), adalah gugus S-H dan gugus –OH dari silanol, yang ditunjukkan dengan

Proses presensi berbasis web yang disajikan dalam tulisan ini berfokus pada proses face detection sebagai filter sebelum foto pegawai yang akan dikirim ke

Saat itu, Xiao Tan sudah berusaha mencegah suaminya untuk tidak pergi dari rumah, tapi toko itu adalah peninggalan dari ayah Xi Lin, Xi Lin pun bersikeras untuk

Renstra Inspektorat Kota Lubuklinggau memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan

Identifikasi jenis-jenis penyakit pada tanaman buah merah (Pandanus conoideus Lam.) pada beberapa tempat di Kabupaten Manokwari.. Penelitian

Jika sistem terdahulu yaitu pascabayar, pembayaran atau tagihan di bayar diakhir bulan maka pada prabayar pembayaran dilakukan pada saat ingin menggunakan listrik