• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Metode dan Materi Pendidikan Aga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Metode dan Materi Pendidikan Aga"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

METODE DAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA

ANAK USIA DINI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen

Drs. Maman, M.Ag.

Disusun Oleh

Kelas : 4 B

Kelompok : 6

Mochamad Faisyal 155060053

Annita Wulandari 155060079

Nita Rahmanti 155060056

Gina Septina 155060055

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME. Atas berkat-Nya lah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang metode dan materi pendidikan agama islam pada usia dini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan-bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

BAB I... 1

PENDAHULUAN...1

I. Latar Belakang...1

II. Rumusan Masalah...2

BAB II... 3

PEMBAHASAN...3

1. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini...3

2. Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip dan Lingkup Materi Pengembangan Pada Anak Usia Dini...5

3. Pendekatan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini...13

4. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini...14

5. Metode Pengembangan Anak Usia Dini Secara Terpadu...15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Mencetak generasi unggul dan ”sukses hidup” di tengah persaingan

global dapat dilakukan dengan jalan menyelenggarakan pendidikan yang

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk tumbuh

dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan

kesanggupannya. Menyelenggarakan pendidikan yang membebaskan

anak dari tindak kekerasan.Menyelenggarakan pendidikan yang

memperlakukan anak dengan ramah. Menyelenggarakan pendidikan yang

memanusiakan anak.Menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi

hak-hak anak. Hal tersebut akan terwujud jika pendidikan yang demikian

dilakukan sejak anak usia dini.

Pada awalnya, hanya lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak

yang mengalami perkembangan pesat di Indonesia hingga penghujun

1999.Bahkan, dulu lembaga ini hanya berkembang di daerah-daerah

perkotaaan.Tetapi, sekarang pertumbuhan lembaga Taman Kanak-kanak

telah merambah hingga ke sudut-sudut pedesaan.Sementara itu, lembaga

PAUD yang lain, seperti TPA dan KB di saat TK/RA berkembang pesat

(5)

perkotaan pun masih sangat jarang.Jangankan di daerah pedesaan, di

kota-kota besar masih jarang dijumpai lembaga PAUD yang

menyelenggarakan TPA dan KB.

Tetapi, mulai tahun 2003 hingga penghujung 2008, tepatnya

semenjak disahkannya UU No. 20 tahun 2003 lembaga PAUD, mulai dari

TK/RA, KB dan TPA mulai berkembang dengan pesat. Hingga saat ini,

penyebaran dan pertumbuhan lembaga PAUD tidak hanya menjamur di

daerah-daerah perkotaan saja, tetapi telah masuk ke sudut-sudut

perkampungan.

II. Rumusan Masalah

1. Apa Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini?

2. Apa Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip dan Lingkup Materi Pada

Pengembangan Anak Usia Dini?

3. Bagaimana . Pendekatan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini ?

4. Bagaimana Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini ?

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini

Sebelum dibicarakan tentang pendidikannya terlebih dahulu akan

dibahas tentang anak usia dini. adapun yang dimaksud dengan anak usia

dini adalah sebagai berikut:[1] Anak usia dini adalah kelompok manusia

yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasrkan Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional), adapun berdasrkan

para pakar pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 9-8

tahun. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki

pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan

kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan

kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama),

bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan

dan perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam tiga tahapan, yaitu (a)

masa bayi lahir sampai 12 bulan, (b) masa toddler (batita) usia 1-3 tahun,

(c) masa prasekolah usia 3-6 tahun, (d) masa kelas awal SD 6-8 tahun.

(7)

peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan

manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya

pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang

sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh.[2]

Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk

menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan

pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan

anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang

dilakukan pada anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun.

Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physical, intelligence,

emotional, social education.

Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka

penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan

tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya PAUD

bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian

gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaan PAUD dilakukan

secara terpadu dan komprehensif

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya

dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses

perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan

aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman

yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan

(8)

melalui cara mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung

secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan

anak. Oleh kerena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati

berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang

diupayakan oleh pendidik dan orangtua yang dapat memberikan

kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman

dengan berbagai suasana, hendaklah memperhatikan keunikan

anak-anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian

anak.Contoh : jika anak dibiasakan untuk berdoa sebelum melakukan

kegiatan baik di rumah maupun lingkungan sekolah dengan cara yang

paling mudah dimengerti anak, sedikit demi sedikit anak pasti akan

terbiasa untuk berdoa walaupun tidak di damping oleh orang tua ataupun

guru mereka.[3]

2. Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip dan Lingkup Materi Pengembangan Pada Anak Usia Dini

Pendidikan adalah proses interaksi antara pendidik dan anak didik

dan atau lingkungan secara sadar, teratur, terencana dan sistematis guna

membantu pengembangan potensi anak didik secara maksimal.

Pengertian ini dianggap lebih lengkap dan memadai daripada

pengertian-pengertian tentang pendidikan yang dikemukakan oleh banyak ahli di

bidang pendidikan.[4]

Setelah dikatakan Anak Usia Dini, berikut di paparkan tentang

(9)

pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara

menyuluruh, yang mencakup aspek fisik dan non-fisik, dengan

memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan

spiritual ), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya yang

dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan,

pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk

mengeksplorasi dan belajar secara aktif.

Dengan demikian, PAUD dapat di deskripsikan sebagai

berikut :Pertama, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pemberian

upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian

kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan

keterampilan pada anak. Kedua, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang menitikberatkan

pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik

(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,

kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap

perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi. Ketiga, sesuai dengan

keunikan dan pertumbuhan Pendidikanan Usia Dini (PAUD) disesuaikan

dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.[5]

Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan

(10)

terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. secara

khusus tujuan yang ingin dicapai, adalah :

1. Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan

mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologis

yang bersangkutan.

2. Dapat memahami perkembangan kreatifitas anak usia dini dan

usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya.

3. Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan

perkembangan anak usia dini.

4. Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini.

5. Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi

pengembangan anak usia kanak-kanak.

Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah

mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan

untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara

khusus kegiatan pendidikan bertujuan agar:

1. Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan

Tuhan dan mencintai sesama. Contoh : pendidik mengenalkan kepada

anak didik bahwa Allah SWT menciptakan berbagai makhluk selain

manusia, seperti binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu

harus kita sayangi.

2. Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-garakan

(11)

menerima rangsangan sensorik (panca indera). Contoh: menari, bermain

bola, menulis ataupun mewarnai.

3. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan

dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan

belajar. Contoh : ketika sudah melakukan pembahasan tema, diberikan

kepada anak didik untuk bertanya atau menjawab isi tema yang telah

diberikan.

4. Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan

masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. Contoh : mencari

pasangan gambar yang berkaitan dengan sebab akibat, lalu anak akan

berusaha memecahkan masalah dan memberika alasan tersebut.

5. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan

masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu

mengembangkan konsep diri, sikap postif terhadap belajar, kontrol diri dan

rasa memiliki.

6. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi,

bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif. Contoh : anak

yang senang dan menyukai dengan musik, saat mendengar lagu maka

akan segera mengikutinya, ataupun ketika diminta melanjutkan syair

kedua hingga selesai, maka anak mampu melakukannya.

Selain itu, tujuan pendidikan anak usia dini adalah :

1. Untuk membentuk anak Indonesia yang berkuailtas, yaitu anak yang

(12)

sehingga memiliki yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar

serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.

2. Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik)

di sekolah.

3. Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat

menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency) yaitu

dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik,

konsep diri, minat dan bakat)

4. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam

pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.[6]

Beberapa fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus

diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Untuk mengembangkan

seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan

perkembangannya. Contoh : menyiapkan media pembelajaran yang

banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat anak; (2) Mengenalkan anak

dengan dunia sekitar. Contoh:field tripke Taman Safari, selain dapat

mengenal bermacam-macam hewan ciptaan Allah juga dapat mengenal

berbagai macam tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan udara

panas dan dingin; (3) Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh: bermain

bersama teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan

berkomunikasi sehingga proses sosialisasi anak dapat berkembang; (4)

Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Contoh:

(13)

peraturan dan mengenal arti penghormatan kepada pahlawan perjuangan

bangsa; (5) Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa

bermainnya. Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan

anak; (6) Memberikan stimulus kultural pada anak.

Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan

perumusan kebijakan dibidang pendidikan anak usia dini; penyiapan

bahan perumusan standar, criteria, pedoman, dan prosedur dibidang

pendidikan anak usia dini; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan pemberdayaan peran

serta masyarakat dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan

ketatausahaan Direktorat (Direktorat PAUD, 2000:6).

Selain itu, fungsi PAUD lainnya yang penting diperhatikan, adalah:

(1) Sebagai upaya pemberian stimulus pengembangan potensi fisik,

jasmani, dan indrawi melalui metode yang dapat memberikan dorongan

perkembangan fisik/motorik dan fungsi inderawi anak; (2) Memberikan

stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan dan emosi kearah

yang benar dan sejalan dengan tuntutan agama; (3) Stimulus

pengembangan fungsi akal dengan mengoptimalkan daya kognisi dan

kapasitas mental anak melalui metode yang dapat mengintegrasikan

pembelajaran agama dengan upaya mendorong kemampuan kognitif

anak.

Dari beberapa fungsi yang telah dipaparkan, dapat terlihat bahwa

(14)

kepada anak. Pendidikan pada usia dini sebenarnya merupakan ekspresi

dari stimulasi kultural tersebut.

Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah

beberapa fungsi program stimulasi edukasi, yaitu:

1. Fungsi Adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan

penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan

diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.

2. Fungsi Sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki

keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan

kehidupan sehari-hari di mana ana berada.

3. Fungsi Pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai

potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak

membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat

menumbuhkankembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang

optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri

maupun lingkungannya.

4. Fungsi Bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak

untuk bermain, karena pada hakikat nya bermain itu sendiri merupakan

hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain

anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya

sendiri.

5. Fungsi Ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak merupakan

(15)

perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada

pada masa keemasan (the golden age) yang akan memberikan

keuntungan berlipat ganda. Pendidikan di Taman Kanak-kanak merupakan

salah satu peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. [7]

Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran pada pendidikan anak

usia dini, beberapa akan dipaparkan pada bagian berikut ini diantaranya:

1) Anak sebagai Pembelajar Aktif

Pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pembelajar

yang aktif. Pendidikan yang dirancang secara kreatif akan menghasilkan

pembelajar yang aktif. Proses pendidikan seperti ini merupakan wujud

pembelajaran yang bertumpu ada aktivitas belajar anak secara aktif atau

yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA= Student Active

Learning).

2) Anak Belajar Melalui Sensori dan Panca Indera

Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat

melalui bayangan yang ditangkap oleh matanya, anak dapat

mendengarkan bunyi melalui telinganya, anak dapat merasakan panas

dan dingin lewat perabaannya, anak dapat membedakan bau melalui

hidung dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. Oleh

karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan anak pada

berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya.

(16)

Sejak lahir anak diberi berbagai kemampuan.Dalam konsep ini anak

dibiarkan belajar melalui pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

dialaminya sejak anak lahir dan pengetahuan yang telah anak dapatkan

selama hidup.

4) Anak Berpikir Melalui Benda Konkret

Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan

benda-benda yang nyata agar anak tidak menerawang atau bingung.Maksudnya

adalah anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang

menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi pelajaran.

5) Anak Belajar Dari Lingkungan

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan

terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi secara optimal

sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya.[8]

3. Pendekatan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini

Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat1 menyatakan bahwa proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik. Contoh

konkret berbagai pendekatan dalam pendidikan anak usia dini, yaitu:

pendekatan psikonalisis manusia/anak mempunyai keinginan dalam

dirinya ‘homo valens’, kognitif (homo sapines: manusia berpikir) sikap

bahasa, behaviorostik (homo mechanicus: manusia mesin),homo

(17)

namun jika anak melakukan sesuatu yang baik, maka berilah penguatan

(reinforcement), stimulus atau respons, pendekatan humanistic (humo

ludens: manusia suka bermain) yaitu pemebelajan dengan bermain.[9]

4. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan

dalam bentuk formal, non-formal dan informal. Setiap bentuk

penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri. Berikut ini akan

dipaparkan bentuk penyelenggaraan pada jalur pendidikan formal,

nonformal dan informal.

Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal

adalah Taman Kanak-kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis.

Penyelenggraraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur nonformal

diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat sendiri,

khususnya bagi anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak terlayani

di pendidikan formal (TK dan RA ). Pendidikan dijalur informal ini

dilakukan oleh keluarga atau lingkungan.Pendidikan informal bertujuan

memberikan keyakinan agama, menanamkan nilai budaya, nilai moral,

etika, dan kepribadian, estetika serta meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

(18)

5. Metode Pengembangan Anak Usia Dini Secara Terpadu

Catron dan Allen (1999:23-26) menyebutkan bahwa terdapat 6

aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan

emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik

sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi.

Kreativitas tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan, melainkan

sebagai komponen yang integral dari lingkungan bermain yang kreatif.

Pertumbuhan anak pada enam aspek perkembangan di bawah ini

membentuk fokus sentral dan pengembangan kurikulum bermain pada

anak usia dini.

Kesadaran Personal

Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran

personal.Bermain mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan

memiliki kontrol atas lingkungannya.Melalui bermain anak dapat

menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru dan mempraktikan

kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun

keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini membuat anak

merasa kompeten.

Pengembangan Emosi

Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan

(19)

kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk

mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.

Membangun Sosialisasi

Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika

berbagi dengan anak yang lain. Bermain dapat menumbuhkan dan

meningkatkan rasa sosialisasi anak.

Pengembangan komunikasi

Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan

kemampuan berbahasa anak.Melalui komunikasi inilah anak dapat

memperluas kosakata dan mengembangkan daya penerimaan serta

pengekspresian kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan

anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan.

Pengembangan Kognitif

Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif

terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam

menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas

perkembangan kognitif lainnya.Selama bermain, anak menerima

pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan

orang lain dan mulai merasakan dunia mereka.

Pengembangan Kemampuan Motorik

Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk

(20)

besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan

peseptual motorik.

Jika melihat paparan di atas maka metode permainan adalah

metode yang sangat tepat untuk digunakan atau diterapkan pada

pembelajaran anak usia dini,karena anak yang memang seharusnya

banyak bergerak secara motorik akan merangsang pertumbuhan fisik

mereka.Secara sosial anak juga dibiasakan dididik untuk berinteraksi

dengan sesama temanya, agar mereka saling memahami dan belajar

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, Kurikulum Hasil Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,

Depdiknas, Jakarta, 2002, hlm.

Bambang Hartoyo, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Materi

Tutor dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini, di BPPLSP Regional III

Jawa Tengah, 2004

Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

(Jakarta: PT INDEKS, 2009)

Suyadi, Manajemen PAUD. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. (Yogyakarta: Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Definisi tentang tata kelola TI yang diambil dari COBIT 4.1 menyebutkan bahwa tata kelola TI didefinisikan sebagai tanggungjawab eksekutif dan dewan direksi, sebagai bagian dari

- Pendapatan (diisi dengan nilai realisasi dan dibandingkan dengan nilai realisasi periode yang sama pada TA yang lalu dan penyebab terjadi kenaikan/penurunan realisasi) -

27 Suasana dan lingkungan kerja Saudara saat ini membuat Saudara bersemangat dalam bekerja 28 Pimpinan perusahaan dan atasan Saudara selalu. bersikap ramah dan santun

Alhamdulillahi rabbil „alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan karunia- Nya serta shalawat dan salam semoga

AICS - Inventarisasi Bahan Kimia Australia; ASTM - Masyarakat Amerika untuk Pengujian Bahan; bw - Berat badan; CERCLA - Undang-Undang Tanggapan, Kompensasi, dan Tanggung Jawab

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran

Sebagai bahan masukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay serta pengaruh audit delay itu sendiri terhadap reaksi investor pada

Dina Mayasari, Penerapan Metode Pembelajaran Pq4r ( Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Dalam Meningatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Di Smpn