NRP : 160314093
Pembimbing yang diusulkan: 1. Yenny Sari, S.T., M.Sc.
2. Markus Hartono, S.T., M.Sc., Ph.D, CHFP
1. Judul
Perancangan Corporate Sustainability Model sebagai Readiness Assessment Tool
dengan menggunakan metode Partial Least Square Structural Equation Modelling (Case Study di Perusahaan Manufaktur Wilayah Jawa Timur)
2. Latar Belakang Masalah
Sustainability menjadi salah satu tren dalam perkembangan industri saat ini. Ide terkait sustainability ini muncul dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat supaya perusahaan lebih bertanggung jawab dalam mewujudkan dunia yang berkelanjutan [CITATION Sar16 \l 1033 ]. Perusahaan dituntut untuk memikirkan dampak dari tindakan yang mereka lakukan secara lebih luas, meliputi tanggung jawab sosial dan tanggung jawab lingkungan. Penerapan
sustainability bertujuan untuk menjamin keberlanjutan dari Triple Bottom Line, yang terdiri dari People, Profit, dan Planet. People berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan, profit berkatian dengan keuntungan finansial dari perusahaan, dan planet berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan.
[ CITATION Atk99 \l 1033 ] key success factor terdiri dari tiga hal, yaitu cost, delivery, dan service. Key success factor terus mengalami evolusi. Sejalan dengan perkembangan industri saat ini, dengan adanya tuntutan masyarakat agar perusahaan memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan perusahaan terus meningkat, sustainability berkembang menjadi salah satu key success factor dari suatu organisasi. Pernyataan ini didukung oleh studi yang dilakukan Harvard Business Review yang melibatkan 30 korporasi besar (Nidumolu, et al., 2009) yang menyatakan bahwa peranan sustainability mampu menghasilkan inovasi baik pada teknologi dan organisasi yang berujung pada keuntungan finansial organisasi.
Organisasi harus dapat terus beradaptasi untuk dapat mengimbangi lingkungan yang terus berubah[ CITATION Sht10 \l 1033 ]. Seiring dengan berkembangnya sustainability menjadi salah satu key success factor, maka perusahaan juga harus melakukan perubahan-perubahan dengan memasukkan
sustainability ke dalam proses bisnisnya. Proses bisnis ini sendiri meliputi proses inti, proses pendukung, dan proses manajerial[CITATION Sar16 \l 1033 ]. Upaya perubahan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai corporatesustainability.
Menurut Blackburn (2007), dengan menggunakan sustainability sebagai dasar dari sistem operasi bisnis atau yang dikenal dengan istilah Sustainability Operating System (SOS), bisnis dapat menjadi semakin kuat dan kompetitif. Blackburn juga menyatakan bahwa sustainability dapat memperkuat pengelolaan resiko, pemenuhan, produktivitas, dan kredibilitas. Sustainability dapat menghindarkan perusahaan dari permasalahan masa lalu, menangkap peluang di masa depan, dan menjadi bagian dari perusahaan yang terus menerus berdistribusi pada saat kondisi baik maupun buruk. Dengan adanya peranan sustainability ini, proses-proses bisnis akan terus mengalami peningkatan.
(CSM). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan CSM yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan
readiness assesment tool.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah digunakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah diperlukannya Corporate Sustainability Model yang akan digunakan sebagai dasar untuk membuat
readiness assessment tool untuk mengukur kesiapan perusahaan dalam menerapkan sustainability development.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi dan variabel-variabel yang membangun
Corporate Sustainability Model
2. Membuat dan menguji Corporate Sustainability Model terkait dengan menggunakan pendekatan PLS-SEM
5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan yang memiliki perhatian pada aspek sustainability serta bagi kalangan akademis. Manfaat bagi perusahaan adalah dapat menjadi model yang digunakan sebagai dasar dalam mendesain readiness assessment tool. Dengan adanya CSM ini perusahaan dapat melakukan perbaikan terhadap proses bisnis mereka serta bisa memasukkan dimensi sustainability di dalam perusahaan mereka. CSM juga membantu perusahaan mengetahui dimensi dan variabel apa saja yang perlu diukur pada saat melakukan readiness assessment.
mempermudah dan mempercepat proses perancangan Sustainability Strategic Management Assessment Tool. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembaruan serta melengkapi teori yang telah ada saat ini.
6. Tinjauan Pustaka
Berikut ini adalah penjelasan beberapa teori yang dapat mendukung penelitian ini.
6.1 Sustainability Development
Dalam sejarah perkembangan industri, terdapat banyak permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan yang pernah terjadi. Permasalahan-permasalahan ini muncul dikarenakan perusahaan seringkali hanya memperhatikan aspek ekonomi dari bisnisnya. Hal tersebut menyebabkan munculnya tuntutan dari masyarakat agar perusahaan juga wajib memperhatikan permasalahan-permasalahan lingkungan dan sosial tersebut, sehingga muncullah ide terkait sustainability.
Dalam buku yang ditulis Blackburn (2007), dituliskan bahwa pada tahun 1987, Brundtland Commission ditunjuk oleh PBB untuk mengajukan strategi terkait upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, sehingga tercetus ide tentang
sustainable development. Definisi dari sustainable development adalah “Pengembangan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa berkompromi terhadap kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya.” Lima tahun kemudian, hasil dari RioEarthSummit menambahkan topik sosial ke dalam sustainability. Pada tahun 1997, Elkington mengenalkan konsep TripleBottomLine yang terdiri dari 3P: profit, people, dan planet.
Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga dimensi yang terdapat dalam konsep TripleBottomLine tersebut:
2. Social (people), berkaitan dengan memberikan benefit dan praktik bisnis yang adil kepada pekerja, sumber daya manusia, dan kepada masyarakat[ CITATION Elk97 \l 1033 ].
3. Environment (planet), mengacu kepada praktik-praktik yang tidak membahayakan sumber daya alam untuk generasi yang akan datang. Hal ini berkaitan dengan penggunaan sumber daya energi secara efisien, mengurangi emisi gas rumah kaca, meminimalkan jejak ekologi, dll [CITATION Goe10 \l 1033 ].
Sustainability tentunya akan mempengaruhi proses bisnis yang ada di dalam perusahaan. Berikut ini adalah penjelasan terkait pengaruh sustainability
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan serta biaya dan value yang muncul dari hubungan tersebut [ CITATION Bla07 \l 1033 ]:
Factor 1: Reputation and brand strength
Performa dari keberlanjutan menentukan reputasi, reputasi memiliki dampak yang besar kepada penjualan dan nilai saham. Hasil studi menunjukkan bahwa seperempat hingga sepertiga reputasi publik dari perusahaan ditentukan pada pemenuhan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
Factor 2: Competitive, effective, and desirable products and services; new market
Perusahaan bisa memacu inovasi dengan melibatkan faktor keberlanjutan dalam proses desain. Dengan menggabungkan “green” design process dengan penilaian pasar yang cermat, perusahaan dapat memahami kebutuhan customer
dengan lebih baik, memproduksi produk dan layanan yang lebih kompetitif, dan membuka peluang pasar baru. Hal ini akan membawa peningkatan terhadap penjualan dan keuntungan perusahaan.
Factor 3: Productivity
Aspek-aspek terkait sustainability jika ditangani dengan benar akan membantu memperbaiki efisiensi bisnis dan akan meningkatkan profit.
Factor 4: Operational burden and interference
beban operasional, dan biaya. Dengan menangani masalah terkait sustainability
secara aktif, perusahaan dapat meringankan beban ini.
Factor 5: Supply chain costs
Dengan secara aktif mengerjakan hal-hal terkait sustainability dengan
suppliers dan contractors, perusahaan dapat memastikan pasokan dan layanan yang kritis bagi perusahaan akan tersedia secara berkelanjutan dan biaya rantai pasok terkontrol dengan baik.
Factor 6: Cost of capital (lender and investor appeal)
Keputusan investor dalam melakukan investasi tidak hanya dipengaruhi oleh analisis keuangan, namun juga dipengaruhi oleh evaluasi dari pemenuhan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Agar tetap menarik bagi investor, perusahaan harus mampu mengelola hal tersebut dengan baik.
Factor 7: Legal liability
Perusahaan yang menganut prinsip keberlanjutan cenderung tidak menimbulkan kewajiban hukum yang berpotensi menghapus keuntungan.
Adanya faktor sustainability sebagai salah satu success key factor
6.2 Corporate Sustainability Model(CSM)
CSM berperan sebagai framework of sustainability. Beberapa alasan diperlukannya framework of sustainability:
Framework menyajikan model tentang bagaimana kondisi kerja ideal dari perusahaan
Framework dapat berfungsi sebagai cermin yang ideal untuk merefleksikan model terhadap perusahaan. Dengan merefleksikan model tersebut, perusahaan dapat melihat apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan, sehingga perusahaan juga dapat mengetahui dimana mereka harus mulai melakukan perbaikan.
Framework dapat menjelaskan aspek multi-dimensi dari multiple measurement
Multi-dimensi dari multiple measurement dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain:
o Globalisasi, wilayah yang berbeda dapat melihat suatu pengukuran secara berbeda
o Waktu, pengukuran dengan waktu yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda pula
o Fungsi, pengukuran dapat disesuaikan dengan regulasi, namun hal ini tentunya akan menyebabkan biaya menjadi semakin tinggi
o Aspek, terkait dengan aspek mana yang harus diprioritaskan
Framework berfungsi untuk menjelaskan bagaimana pengukuran yang satu berkaitan dengan pengukuran yang lain. Berikut ini adalah beberapa contoh CSM yang pernah dikembangkan:
Gambar 1 - Eipstein's Corporate Sustainability Model [ CITATION Eps08 \l 1033 ]
Blackburn’s Sustainable Operating System
Drivers Efficient Enablers Pathway Evaluator A champion/leader Organizational
Structure Vision, Values, and Policy Indicators and Goals Approach for selling
management on sustainability
Deployment and Integration
Operating System Standards
Measuring and Reporting Progress
Accountability
Mechanism Stageholder engagement and
feedback
Gambar 2 - Blackburn's Sustainable Operation Systems [ CITATION Bla07 \l 1033 ]
6.3 Structural Equation Modelling (SEM)
Sarwono (2015) menyatakan bahwa Structural Equation Modelling (SEM)
variabel penelitian secara bersamaan [ CITATION Sho13 \l 1033 ]. Menurut Hair
Tabel 1 - Klasifikasi Metode Mutlivariat (Hair et al., 2013)
Tujuan utama eksplorasi Tujuan utama konfirmasi
Teknik Generasi
Pertama
Analisis kluster Exploratory factor
analysis
Analysis of variance Regresi berganda Regeresi logistik
Teknik Generasi kedua PLS-SEM CB-SEM
Sholihin (2013) dalam bukunya menyatakan bahwa SEM memiliki dua kelebihan utama dibandingkan dengan teknik generasi pertama, yaitu:
1. SEM mampu menguji model penelitian yang kompleks secara simultan Dengan mengestimasi model secara langsung, maka pengujian teori akan menjadi lebih tepat.
2. SEM mampu menganalisis variabel yang tidak dapat diukur langsung dan memperhitungkan kesalahan pengukurannya
Variabel yang tidak dapat diukur secara langsung seringkali memiliki kesalahan pengukuran karena jarang dapat diukur dengan sempurna. SEM telah memperhitungkan kesalahan dari pengukuran variabel tersebut sehingga dapat meningkatkan estimasi dan validitas kesimpulan.
Jenis-jenis variabel yang digunakan dalam SEM adalah sebagai berikut: 1. Variabel Eksogen
Variabel eksogen merupakan variabel independen. Variabel ini tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang terdapat dalam pemodelan SEM (Ghozali, 2014).
2. Variabel Endogen
Variabel endogen merupakan variabel dependen. Variabel ini dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang digunakan dalam pemodelan SEM (Ghozali, 2014).
3. Variabel Laten (Unobserved Variable)
4. Variabel Manifes (Measure Variable)
Variabel manifes merupakan variabel yang dapat diukur secara langsung. Data untuk variabel ini dapat diperoleh melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan. Variabel manifes inilah yang akan digunakan sebagai indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel laten.
Hair (2013) menyatakan bahwa ada dua tipe dari SEM, yaitu Covariance-Based SEM (CB-SEM) dan Partial Least Square SEM (PLS-SEM, juga biasa disebut dengan PLS Path Modeling). CB SEM biasa digunakan untuk melakukan konfirmasi (atau menolak) suatu teori, sebagai contohnya adalah konfirmasi terhadap suatu rangkaian hubungan sistematis antar multiple variables yang dapat diuji secara empiris. Sedangkan PLS-SEM utamanya digunakan untuk mengembangkan suatu teori di penelitian yang bersifat eksplorasi. PLS-SEM berfokus pada penjelasan varians di dalam dependent variables pada saat memeriksa suatu model.
6.3.1 PartialLeastSquare-SEM vs Covariance Based-SEM
SEM dibedakan menjadi dua macam berdasarkan pendekatan yang sering digunakan, yaitu Variance Based / Partial Least Squares SEM (PLS-SEM) dan
Tabel 2 - Perbandingan PLS-SEM dan CB-SEM (Ghozali & Latan, 2012)
Kriteria PLS-SEM CB-SEM
Tujuan penelitian Untuk mengembangkan teori atau membangun teori (orientasi prediksi)
Untuk menguji teori atau mengonfirmasi teori
Pendekatan Berdasarkan varians Berdasarkan kovarians Metode estimasi Least Square Maximum likelihood
Model struktural Model dengan kompleksitas besar dengan banyak konstruk dan banyak indikator (hanya berbentuk
recursive)
Model dapat berbentuk
recursive dan non
-recursive dengan tingkat kompleksitas kecil sampai menengah
Evaluasi model dan asumsi normalitas data
Tidak mensyaratkan data terdistribusi normal dan estimasi parameter dapat langsung dilakukan tanpa persyaratan kriteria goodnessoffit
Mensyaratkan data terdistribusi normal dan memenuhi kriteria
goodness of fit sebelum estimasi parameter
Pengujian signifikansi Tidak dapat diuji dan difalsifikasi
Model dapat diuji dan difalsifikasi
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah PLS-SEM. Alasan pemilihan metode PLS-SEM adalah karena penelitian ini bertujuan untuk membangun teori baru, serta data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat non parametrik sehingga tidak memiliki bentuk distribusi normal.
6.3.2 Model Hubungan dalam PLS-SEM
Dalam PLS-SEM terdapat dua macam hubungan antara indikator/variabel manifest dan konstruk/variabel laten, yaitu model reflektif dan model formatif [ CITATION Sar15 \l 1033 ]. Model reflektif mencerminkan bahwa setiap indikator/variabel manifest merupakan pengukuran kesalahan yang dikenakan terhadap variabel laten. Arah dari hubungan sebab akibat adalah dari variabel laten ke variabel manifest, yang mana variabel manifest merupakan refleksi variasi dari variabel laten. Di bawah ini adalah contoh dari hubungan reflektif.
Gambar 4 – Hubungan Reflektif
Hubungan formatif adalah hubungan sebab akibat yang arah hubungan sebab akibatnya berasal dari variabel manifest menuju ke variabel laten. Hal ini berarti bahwa variabel laten merupakan kombinasi dari variabel-variabel manifest, sehingga perubahan yang terjadi pada variabel manifes akan berdampak pada perubahan variabel laten. Berikut ini adalah contoh model hubungan formatif.
Gambar 5 – Hubungan Formatif
7. Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan tahapan dan kerangka berpikir yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang akan dilakukan selama penelitian:
7.1 Kerangka Berpikir
7.2 Flowchart Tahapan Penelitian
Gambar 5 – Langkah-langkah penelitian
8. Jadwal Penelitian
Tabel 3 - Rencana dan Jadwal Kerja
9. Daftar Pustaka
Atkinson, R. (1999). Project management : cost, time and qualty, two best guesses and a phenomenon, its time to accept other success criteria. International Journal of Project Management, 337-342.
Blackburn, W. (2007). Sustainability Handbook: The Complete Management Guide to Achieving Social, Economic, and Environmental Responsibility.
London, UK: Earthscan.
Elkington, J. (1997). Cannibals with forks - Triple bottom line of 21st century business. British Columbia: New Society Publisher.
Epstein, M., & Buhovac, A. R. (2008). Making Sustainability Work: Best Practices in Managing and Measuring Corporate Social, Environmental, and Economic Impacts. Sheffield, UK: Greenleaf Publishing Limited.
Bulan 2017Juli Agustus2017 September2017 Oktober2017 November2017 Desember2017
Ghozali, I. (2014). Structural Equation Modeling: Metode Alternatif Dengan Partial Least Squares (PLS) (Vol. 4). Semarang: Universitas Diponegoro. Ghozali, I., & Latan, H. (2012). Partial Least Squares - Konsep, Teknik, dan
Aplikasi SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Goel, P. (2010). Triple bottom line reporting: An analytical approach for corporate sustainability. Journal of Finance, Accounting, and Management, 1(1), 27-42.
Nidumolu, R., Prahalad, C., & Rangaswami, M. (2009, September). Why Sustainability Is Now the Key Driver of Innovation.
S. Adesola, & Baines, T. (2005). Developing and evaluating a methodology for business process improvement. Business Process Management Journal, 11, 37-46.
Sari, Y., & Hidayatno, A. (2017). The Development of Sustainability Strategic Management Assesment Tool (From a Systematic Literatrue Review to a Conceptual Framework). 6th IEEE International COnference on Advanced Logistics and Transport (IEEE ICALT 2017). IEEE.
Sarwono, J., & Narimawati, U. (2015). Mmebuat Skripsi, Tesis, dan Disertasi dengan Parlital Least Square SEM (PLS-SEM). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sholihin, M., & Ratmono, D. (2013). Analisis SEM-PLS dengan WARPPLS 3.0 untuk HUbungan Nonlinier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Shtub, A., & Reuven, K. (2010). ERP: The Dynamic of Suppy Chain and Process Management. US: Springer.
Spangenberg, J. (2005). Economic sustainability of economy: Constructs and indicators. International Journal of Sustainable Development.