• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Lapangan (8)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Lapangan (8)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktek Kerja Lapangan DTSD Kepabeanan dan Cukai Angkatan II

T.A. 2014

di KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok Tanggal 13 s.d. 18 Juni 2014

Mekanisme Pengawasan Pembongkaran Barang Impor dari Sarana Pengangkut ke Dermaga Pelabuhan Tanjung Priok

Oleh: Kelompok 1

(2)

A. Aktivitas PKL

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di ruang Bidang Penindakan dan Penyidikan pada KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok dengan aktivitas sebagai berikut:

No .

Tanggal Unit Kerja Jenis Pekerjaan

1. 13 Juni 2014 - Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi - Tempat Pemeriksaan Hi-Co Scan X-Ray - Tempat Pemeriksaan Fisik Barang Impor - Tempat Pemeriksaan Gamma Ray

- Bidang Penindakan dan Penyidikan

- Sambutan dan pemutaran profil video KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok oleh Bapak Iwan Agung Selaku Kepala Seksi Layanan Informasi - Penjelasan mekanisme

pemeriksaan Hi-Co Scan X-Ray oleh petugas - Penjelasan langsung di

lapangan tentang

mekanisme pemeriksaan barang oleh petugas pemeriksa fisik barang - Penjelasan mekanisme

pemeriksaan barang ekspor dengan

menggunakan Gamma Ray oleh petugas - Pengarahan tentang

pengawasan pembongkaran dan penimbunan barang impor oleh Bapak Waloyo selaku Kepala Seksi Penindakan

2. 16 Juni 2014 - Bidang Penindakan dan Penyidikan

- Penjelasan proses bisnis pembongkaran dan penimbunan barang impor di KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok - Pengumpulan data dan

(3)

- Bidang Pelayanan Pabean dan Cukai

- Pengumpulan data dan bahan pendukung laporan 3. 17 Juni 2014 - Bidang Penindakan

dan Penyidikan - Dermaga

Pelabuhan Tanjung Priok wilayah kerja Seksi Penindakan I

- Aula Lantai 5 Ruang Kesempurnaan

- Pengumpulan data dan bahan pendukung laporan

- Peninjauan lokasi pembongkaran barang berupa Coil dan Gypsum dari sarana pengangkut ke dermaga

- Penyusunan draft Laporan PKL 4. 18 Juni 2014 - Aula Lantai 5 Ruang

Kesempurnaan

- Penyusunan draft Laporan PKL

B. Konsentrasi Laporan 1. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI nomor: 68/PMK.01/2007 Tgl 27 Juni 2007, disebutkan bahwa KPU Bea dan Cuka Tipe A Tanjung Priok yang berkedudukan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan pengawasan, penelitian atas keberatan serta audit di bidang kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Salah satu kegiatan utama pada KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok adalah pengawasan pembongkaran dan penimbunan barang impor. Pembongkaran barang impor dari sarana pengangkut yang datang dari luar daerah pabean wajib dilakukan:

a. Di kawasan pabean; atau

b. Di tempat lain setelah mendapat izin kepala kantor yang mengawasi tempat tersebut.

(4)

dilakukan pengawasan pembongkaran adalah komoditi dengan jenis barang Coil, barang pabrikasi, gandum, sulfur, dan gypsum.

Menurut praktik yang terjadi di lapangan,definisi dari pembongkaran itu sendiri adalah membongkar/memindahkan kontainer yang berisi barang impor dari sarana pengangkut laut ke dermaga. Kontainer-kontainer tersebut masih belum dapat diketahui apakah berisi barang yang terkena jalur merah, jalur kuning atau jalur hijau, sehingga setiap kontainer yang akan dilakukan pembongkaran mengalami tatalaksana pembongkaran yang sama dengan kontainer-kontainer lainnya, tanpa adanya perbedaan. Titik akhir dari pembongkaran itu sendiri adalah apabila kontainer sudah berada di atas dermaga. Ketentuan “di atas dermaga” berarti mencakup juga kontainer yang tidak diletakkan dahulu di atas dermaga, tapi langsung diletakkan atau dipasang di atas sarana pengangkut darat yang akan mengangkut kontainer itu keluar dari pelabuhan. Sarana pengangkut darat yang dimaksud adalah truk (trucklossing) atau kereta api.

2. Unit Kerja yang Melaksanakan

Unit kerja yang terlibat dalam kegiatan pengawasan pembongkaran adalah:

a. Kepala KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok

Setiap Surat Pemberitahuan awal yang disampaikan kepada Kantor Bea dan Cukai Tanjung Priok ditujukan kepada Kepala Kantor.

b. Bidang Pabean dan Cukai

Berperan sebagai tempat bagi petugas pengawas pembongkaran untuk menyampaikan informasi tentang hasil pembongkaran dengan kondisi lebih atau kurang untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

c. Bidang Penindakan dan Penyidikan

Berperan dalam pemberian wewenang kepada seksi penindakan untuk melaksanakan pengawasan pembongkaran barang impor.

d. Seksi Penindakan

Berperan dalam pelaksanaan pengawasan pembongkaran barang impor dari sarana pengangkut ke dermaga Pelabuhan Tanjung Priok.

e. Bidang Manifes

(5)

3. Bahan-bahan yang Digunakan untuk Menyelesaikan Pekerjaan

Peraturan-peraturan yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan ketentuan teknis di bidang kepabeanan untuk tema yang kami bahas kali ini adalah: a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU

Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.01/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 88/PMK.04/2007 tentang Pembongkaran dan Penimbunan Barang Impor

d. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-25/BC/2007 tentan Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-21/BC/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok e. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-10/BC/2006 tentang

Tata Cara Penyerahan dan Penatausahaan Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut, Manifes Kedatangan Sarana Pengangkut, dan Manifes Keberangkatan Sarana Pengangkut

4. Prosedur Kerja

Mekanisme pengawasan pembongkaran dimulai dari penyampaian Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP) atau Jadwal Kedatangan Sarana Pengangkut (JKSP) oleh sarana pengangkut kemudian dilanjutkan dengan penyampaian inward manifest yang juga berfungsi sebagai dokumen persetujuan pembongkaran barang. Pengangkut yang sarana pengangkutnya akan datang dari:

a. Luar Daerah Pabean; atau

b. Dalam Daerah Pabean yang mengangkut barang impor, barang ekspor dan/atau barang asal Daerah Pabean yang diangkut ke dalam Daerah Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean,

(6)

Selain kewajiban menyampaikan RKSP dan JKSP, pengangkut juga wajib menyerahkan pemberitahuan berupa inward manifest (lampiran 2) dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris kepada Pejabat di KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok. Untuk Sarana Pengangkut yang melalui jalur laut dan mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok, kewajiban menyerahkan inward manifest dilaksanakan paling lama pada saat sebelum pembongkaran dilakukan. Dalam hal pembongkaran tidak dapat segera dilakukan, inward manifest diserahkan paling lama 24 jam sejak kedatangan untuk sarana pengangkut yang melalui jalur laut.

Penyerahan inward manifest tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

a. Melalui sistem PDE, untuk Kantor Pabean yang menerapkan sistem PDE Kepabeanan

b. Melalui Media Penyimpan Data Elektronik, untuk Kantor Pabean yang menerapkan sistem pertukaran data dengan Media Penyimpan Data Elektronik

c. Secara manual, untuk Kantor Pabean selain yang menerapkan sistem PDE ataupun Media Penyimpan Data Elektronik.

Dalam hal penyerahan inward manifest, KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok termasuk ke dalam kategori kantor yang telah menggunakan sistem PDE atau EDI (Electronic Data Interchange).

Setelah inward manifest disampaikan, sarana pengangkut akan mendapatkan respon berupa nomor dan tanggal pendaftaran. Manifes yang telah memiliki nomor dan tanggal pendaftaran ini merupakan Pemberitahuan Pabean BC 1.1 yang dapat dijadikan sebagai dokumen persetujuan pembongkaran barang. Atas pembongkaran barang impor tersebut, petugas bea dan cukai dapat melakukan kegiatan pengawasan dan dibuatkan laporan mengenai pembongkaran (lampiran 3).

Pengawasan pembongkaran atas barang impor di kawasan pabean Pelabuhan Tanjung Priok antara lain betujuan:

a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran yang dilakukan dalam pembongkaran barang impor

b. Untuk mengetahui apakah jumlah barang yang dibongkar sama dengan jumlah barang yang diberitahukan dalam inward manifest

(7)

Setelah selesai melakukan pembongkaran barang impor, pengangkut wajib menyampaikan daftar bongkar yang berisi jumlah kemasan, jenis kemasan, dan/atau jumlah barang curah yang telah dibongkar kepada pejabat bea dan cukai di KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok dalam jangka waktu paling lama 24 jam terhitung sejak pembongkaran selesai. Hal ini sesuai dengan Peraturan Kementerian Keuangan Nomor: 88/PMK.04/2007 tentang Pembongkaran dan Penimbunan Barang Impor.

Daftar bongkar yang disampaikan oleh pengangkut didasarkan pada jumlah barang yang dibongkar yang tercantum dalam Statement of Fact (lampiran 4) yang diterbitkan oleh Perusahaan Bongkar Muat (PBM). Petugas pengawas pembongkaran wajib mencocokkan antara jumlah barang yang dilaporkan pegangkut dalam inward manifest dengan jumlah yang tercantum dalam Statement of Fact.

Di dalam kegiatan pembongkaran, hasil jumlah bongkar yang dapat terjadi antara lain kondisi sesuai, kurang, atau lebih. Pengenaan sanksi administrasi berupa denda dan/atau bea masuk sebesar yang diberitahukan ditetapkan apabila pengangkut tidak dapat mempertanggungjawabkan selisih lebih/kurang tersebut. Dalam hal kondisi sesuai, pengangkut tidak ada kewajiban membayar apa-apa. Dalam kondisi selisih kurang, maka pengangkut wajib membayar denda dan Bea Masuk senilai yang diberitahukan. Sedangkan dalam kondisi selisih lebih, maka pengangkut hanya diwajibkan membayar denda. Apabila dari hasil penyampaian daftar bongkar didapati terjadi kondisi selisih lebih atau kurang, maka petugas pengawas pembongkaran, dalam hal ini mewakili seksi penindakan akan menindaklanjuti kepada bidang pabean untuk diteruskan kepada bidang manifest agar dilakukan penelitian terkait keputusan pengenaan sanksi berupa denda dan/atau pembayaran bea masuk.

(8)

pembandingan jumlah dapat diyakini akurasinya dan menghindari terjadinya selisih yang terlalu besar.

Draught Survey adalah salah suatu sisem perhitungan muatan, berdasarkan pengukuran draft kapal sebelum dan sesudah pembongkaran dengan memperhitungkan perubahan berat barang-barang yang berada di atas kapal selain muatan yang mungkin terjadi selama operasi pembongkaran. Untuk pengukuran Draught Survey lazimnya menggunakan jasa perusahaan inspeksi misalnya PT. SUCOFINDO. Selain menggunakan metode Draught Survey juga dapat digunakan metode lainnya seperti metode timbangan.

Pada saat pembongkaran diawasi oleh 2 (dua) orang petugas pengawas pembongkaran yang ditunjuk berdasarkan surat tugas bulanan (lampiran 6). Dalam melaksanakan pembongkaran, alat-alat berat yang digunakan adalah Crane, Forklift, dan Hover (Hover untuk membongkar barang curah). Alat-alat berat ini disediakan oleh PBM (Perusahaan Bongkar Muat) yang merupakan perusahaan swasta di area Kawasan Pelabuhan.

Setelah selesai pembongkaran, maka selanjutnya barang dapat ditimbun. Barang dapat ditimbun di TPS ataupun di gudang/lapangan importir di luar Kawasan Pabean.

Sejak diterapkan sistem EDI pada Kantor Pelayanan Utama Tipe A Tanjung Priok, secara tidak langsung mengurangi peranan petugas pengawas pembongkaran. Hal ini dikarenakan ketentuan peraturan perundangan di bidang pabean menyatakan bahwa, ketika inward manifest yang telah disampaikan oleh pengangkut melalui system EDI telah mendapat respon nomor dan tanggal pendaftaran, maka dokumen BC 1.1 tersebut dapat digunakan sebagai dokumen persetujuan pembongkaran barang impor. Sehingga, walaupun pengangkut membongkar barang tanpa ada pengawasan langsung oleh petugas bea dan cukai, tindakan ini tidak dapat dipersalahkan menurut hukum apabila pengangkut dapat menunjukkan dokumen BC 1.1. yang bernomor dan tanggal pendaftaran. Namun, pada dasarnya manajemen resiko telah dilaksanakan di dalam sistem. Sistem akan mengidentifikasi barang-barang mana saja yang membutuhkan pengawasan dalam pembongkaran. Untuk barang-barang jenis ini, petugas bea dan cukai akan melakukan pengawasan yang lebih instensif.

(9)

4. Permasalahan dan Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Pekerjaan

Setelah melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan mengenai mekanisme pembongkaran barang impor dari sarana pengangkut ke dermaga Pelabuhan Tanjung Priok, Kami menemukan beberapa permasalahan antara lain:

a. Tidak adanya ketentuan peraturan yang mengatur sanksi administrasi keterlambatan penyampaian daftar bongkar

Terkait dengan batas waktu penyampaian daftar bongkar, di dalam peraturan hanya menyebutkan bahwa batas waktu maksimal adalah penyampaian adalah 24 jam sejak selesai pembongkaran. Hingga saat ini masih belum diatur mengenai ketentuan sanksi apabila penyampaian daftar bongkar melebihi 24 jam. Padahal, faktanya di lapangan banyak sekali penyampaian daftar bongkar yang melebihi 24 jam dengan berbagai alasan. Petugas Bea dan Cukai tidak dapat bertindak dengan tegas karena keterbatasan dasar hukum yang kuat terkait hal ini.

b. Standar Operasi dan Prosedur (SOP) pengawasan pembongkaran barang impor masih dalam bentuk draft

Selama ini, pelaksanaan tugas pengawasan pembongkaran atas barang impor belom memiliki standar yang baku. Cara pengawasan yang dilakukan

(10)

antara petugas yang satu dengan petugas yang lain dapat saja berbeda. Hal ini jelas sangat menyulitkan untuk menentukan apakah pengawasan yang dilakukan telah optimal dan sesuai standar atau tidak. Tata cara pelaksanaan pengawasan pembongkaran saat ini masih dalam bentuk draft, sehingga belum dapat diterapkan oleh petugas pengawas pembongkaran.

c. Terdapat dokumen lain selain BC 1.1 yang berfungsi sebagai persetujuan bongkar barang berupa makhluk hidup

Dalam hal perijinan pembongkaran barang impor, pada dasarnya BC 1.1 (inward manifest) merupakan dokumen yang sah yang dijadikan sebagai persetujuan pembongkaran. Namun, yang perlu dicermati adalah pembongkaran terhadap barang impor berupa makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan. Untuk barang-barang impor tersebut, selain manifest, ada dokumen lain yang seharusnya dijadikan dasar persetujuan pelaksanaan pembongkaran. Untuk hewan, dokumen yang dibutuhkan yakni dokumen KH-5 (Surat Perintah Bongkar, lampiran 7), KH-7 (Instalasi Karantina Hewan), atau KH-12 (Sertifikat Pelepasan). Untuk tumbuhan, dokumen yang dibutuhkan yakni dokumen SP-7 (Surat Pemberitahuan Tidak Diperlukan Tindakan Karantina Tumbuhan), KT-2 (Surat Persetujuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan), atau KT-9 (Sertifikat Pelepasan Karantina Tumbuhan).

Pada kenyataannya, petugas pengawas di lapangan seringkali menemukan kasus pembongkaran barang impor berupa hewan dan tumbuhan yang hanya disertai dengan dokumen manifest saja tanpa ada dokumen lainnya terkait karantina. Petugas yang pengawas pembongkaran tidak dapat dipersalahkan dalam kondisi ini, karena dalam pandangan bea cukai pembongkaran yang dilakukan oleh pengangkut telah sesuai dengan aturan. Pengangkut telah memiliki dokumen BC 1.1 yang telah memiiliki tanggal dan nomor pendaftaran. Dalam hal ini, perlu adanya koordinasi yang baik antara pihak bea dan cukai dengan pihak karantina terkait dokumen persetujuan pembongkaran.

d. Tidak adanya pembatasan akses orang masuk/keluar dermaga

(11)

penyelundupan barang yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

5. Saran/Usul Solusi Pemecahan Masalah

Dari berbagai permasalahan dan kendala pelaksanaan pengawasan pembongkaran di lapangan, saran yang dapat kami berikan antara lain:

a. Perbaikan peraturan-peraturan yang dapat dijadikan dasar hukum terkait dengan pengenaan sanksi berupa denda atau lainnya apabila pengangkut terlambat menyampaikan daftar bongkar kepada Kantor Bea Cukai Pengawasnya

b. Menetapkan Standar Operasi dan Prosedur (SOP) pengawasan pembongkaran menjadi standar baku yang harus dilakukan oleh setiap petugas pengawas pembongkaran. SOP juga dapat memuat hal-hal lain yang dapat dilakukan oleh petugas pengawas pembongkaran jika kondisi di lapangan tidak sesuai dengan SOP.

c. Melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait, misalnya karantina, dalam hal perijinan pembongkaran untuk jenis barang impor tertentu yang membutuhkan perijinan dari instansi teknis yang bersangkutan. Untuk barang impor selain hewan dan tumbuhan, dokumen yang dibutuhkan hanya BC 1.1 sebagai persetujuan bongkar. Sedangkar untuk barang impor berupa hewan, selain BC 1.1 juga harus disertai dokumen 5, KH-7, atau KH-12. Untuk barang impor berupa tumbuhan juga harus disertai dokumen SP-7, KT-2, atau KT-9.

(12)

Jakarta, 18 Juni 2014 No

.

Nama NIP Tanda Tangan

1 Aron Melky Mario Hutabarat 199202042013101003 1.

2 Ersa Pradika Arvianto 199104112013101001 2.

3 Muhammad Rafiq 198812222013101001 3.

4 Rio Artha Yudha Prawira 199005222013101001 4.

5 Yosua Risputra 199201232013101001 5.

Pengesahan Pembimbing

Nama : Marlinah

NIP : 196911061996032001

Tanda Tangan Tanggal

Referensi

Dokumen terkait

ketiganya berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Dengan tingkat pengaruh dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah masing – masing adalah kepuasan

Pemimpin perusahaan juga kurang memberikan motivasi atau dorongan serta mengajari kepada karyawan untuk bekerja dengan baik walaupun hasil penelitian menunjukkan

Pada pola adsorpsi ini setiap situs aktif yang terdapat pada permukaan adsorben hanya bisa menampung satu atom teradsorpsi, sehingga setelah semua situs telah

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa surat merupakan alat komunikasi yang berisi tulisan, pernyataan, suatu kabar, harapan,

Limbah cair ini apabila masuk ke dalam badan air, akan berdampak pada meluasnya pesebaran polutan dalam badan air (Boyd, 1990). Secara alamiah sistem perairan

Bagi Jemaat yang baru pertama kali mengikuti Ibadah dalam Persekutuan di GPIB “PANCORAN RAHMAT” Depok dan berkerinduan mendapat pelayanan atau menjadi Anggota

Sebelum menggunakan alat juga harus diketahui prinsip kerja atau cara kerja menggunakan alat menggunakan alat juga harus diketahui prinsip kerja atau cara kerja menggunakan

Istilah “Identitas Nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimilki oleh suatu bangsa secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan  bangsa