BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Agensi
Kecurangan pelaporan keuangan atau yang sering disebut fraudulent
financial reportingbukan merupakan fenomena baru, namun sudah sering
terjadi di dunia bisnis. Kecurangan pelaporan keuangan terjadi di hampir
semua jenis perusahaan baik perusahaan besar, perusahaan menegah maupun
perusahaan kecil. Fenomena ini semakin mencuat ke permukaan publik
dengan ditandai banyaknya perusahaan yang gulung tikar.
Teori keagenan sering menjadi dasar dalam menjelaskan terjadinya
fraudulent financial reporting. Hubungan agensi muncul ketika satu orang
atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent tersebut(Jensen dan Meckling, 1976:6-8).
Dalam hal ini agen merupakan manajemen perusahaan sedangkan
principal merupakan pemegang saham atau pemilih perusahaan. Dalam teori
keagenan memandang bahwa manajemen perusahaan, akan bertindak dengan
penuh kesadaran bagi kepentingannya, manajemen tidak dapat dipercaya
untuk bertindak dengan sebaik- baiknya bagi kepentingan publik pada
umumnya maupun shareholders pada khususnya. Masing-masing pihak baik
xxi memunculkan masalah. Masalah akan mulai terjadi ketika agen mulai
melakukan kecurangan dalam perusahaan.
Menurut ACFE (Associatoin of Certified Fraud Examiners) jenis
kecurangan yang terjadi dalam perusahaan yaitu penyalahgunaan asset,
korupsi dan kecurangan dalam laporan keuangan. Teori Agensi menekankan
bahwa kecurangan pelaporan keuangan dapat terjadi karena antara pihak
manajemen dengan pemilik memiliki kepentingan masing- masing untuk
memaksimumkan keuntungan pribadi.
Contoh dari kecurangan yang terjadi menurut Koroy(2008) yaitu pada tahun 1998 sampai 2001 banyak terjadi skandal keuangan di perusahaan publik yang melibatkan persoalan pelaporan keuangan dan yang pernah diterbitkan diantaranya adalah PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk. Pada kasus PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk. melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi dan penyalahgunaan informasi keuangan yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terutama investor. Bukti lain, kasus Citibank yang terjadi pada Maret 2011 yaitu pembobolan dana nasabah yang dilakukan oleh karyawan senior yang menjabat sebagai vice president di bank tersebut dan juga karyawan Citibank yang bertugas sebagai teller.
Dengan demikian untuk mencegah kecurangan itu terjadi, antara
principal dan agen itu sendiri harus ada kerjasama dan untuk menghindari
kecurangan terjadi dapat menggunakan pengauditan laporan keuangan dengan
hasil yang dapat dilihat kebenarannya.
2.2 Pencegahan Kecurangan Akuntansi
Dalam setiap aktivitas perusahaan pasti terdapat ketidakpastian yang
tindakan yang melawan hukum yang dapat merugikan organisasi atau
perusahaan dan menguntungkan pihak tertentu atau bisa disebut juga
pelakunya. Pelaku kecurangan dapat dilakukan didalam ataupun diluar
perusahaan dan dapat dilakukan oleg manajemen dan karyawan. Tindak
kecurangan tersebut dapat berupa pencurian atau pengambilan harta milik
atau aset perusahaan, bisa juga mengambil alih, menyembunyikan, atau
membelanjakan aset perusahaan. Kecurangan seperti itu disebut juga fraud.
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) berpendapat
bahwa kecurangan (fraud) adalah
“perbuatan–perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang–orang dari dalam atau luarorganisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.”
Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan definisi fraudialah “setiap
tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian atau pelanggaran
kepercayaan”. Ikatan Akuntansi Indonesia seperti yang dikutip oleh Wilopo
(2006:3) menjelaskan
xxiii Akibat dari kecurangan (fraud) dapat berupa berkurangnya aset
perusahaan atau juga mengurangi reputasi. Kecurangan (fraud) dapat
dikurangi dengan melakukan pencegahan, pendeteksian dan investigasi.
Untuk melakukan pencegahan, pendeteksian dan investigasi fraud harus
meningkatkan pemahanan dan mempelajari terlebih dahulu tentang teori dan
pengertian fraud.
2.2.1 Bentuk- Bentuk Kecurangan (Fraud)
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) di
Amerika Serikat menyusun peta mengenai fraud. Peta ini berbentuk
pohon, dengan cabang dan ranting. Tiga cabang utama dari fraud tree
ini adalah Corruption, Asset misappropriation danfraudulent statement.
Gambar 2.1 Fraud Tree
Sumber: www.acfe.com/fraud-tree.aspx
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh
pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah
untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan
melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh. Kecurangan
yang dilakukan dalam Laporan keuangan adalah dengan nyajikan
laporan keuangan yang lebih baik dari yang sebenarnya (over
statement) dan lebih buruk dari yang sebenarnya (under statement).
Sebagai contoh kasus pada Perusahaan Enron tahun 2002
merupakan perusahaan terbesar ke tujuh di Amerika Serikat yang
bergerak di bidang industri energi yang jatuh bangkrut karena
memanipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan yang
besar padahal perusahaan tersebut mengalami kerugian dan
keadaan ini di perparah dengan tidak independennya audit yang
dilakukan oleh KAP Arthur Andersen.
2. Kecurangan Penyalahgunaan Aset(Asset Misapproproation)
Asset misappropriation akan mempengaruhi posisi keuangan
perusahaan karena akan mempengaruhi 2 (dua) elemen lainnya
(liability dan equity).Kecurangan penyalahgunaan aset terdiri atas
kecurangan kas dan penyalahgunaan persediaan dan aset lainnya.
xxv Kata korupsi berarti kejahatan, kebusukan, ketidakjujuran, tidak
bermoral dan penyimpangan dari kesucian. Korupsi secara umum
dapat didefinisikan dengan perbuatan yang merugikan kepentingan
banyak orang untuk kepentingan orang- orang tertentu. Korupsi
terjadi pada organisasi swasta dan pada sektor publik.
2.2.2 Faktor Penyebab/PendorongFraud
Dalam terjadinya sebuah kecurangan (fraud)dapat dipastikan
terdapat beberapa faktor yang mendorong seseorang melakukan
tindakan ilegal tersebut. MenurutThe Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE) terdapat 3 (tiga) kondisi yang selalu hadir saat
terjadi kecurangan yaitu :
laporan keuangan yaituantara lain tekanan (pressure) berupa tekanan lingkungan disekitar, tekanan keuangan, atau kebiasaan buruk yang membuat seseorang melakukan kecurangan. Faktor lain yaitu kesempatan (opportunity), yang timbul dikarenakan lemahnya pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Kesempatan juga terjadi karena lemahnya sanksi dan ketidak mampuan untuk menilai kualitas kinerja. Faktor yang terakhir yaitu rasionalisasi (rationalization) dimana pelaku akan selalu mencari pembenaran atas apa yang telah dilakukannya.
Gambar 2.2 Fraud Triangle
2.2.3 Pencegahan Fraud
Kecurangan atau Fraud yang terjadi dalam perusahaan harus
dapat dicegah supaya tidak terulang atau setidaknya bisa dikurangi.
Pencegahanfraud bertujuan untuk : (1) Mencegah terjadinya fraud, (2)
Menangkal pelaku potensi, (3) Mempersulit gerak langkah pelaku
fraud, (4) Mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi dan kelemahan
pengendalian intern.
Pencegahan fraud dilakukan dengan mengeliminasi faktor-
faktor pendorong dengan mengurangi kesempatan, tekanan, perbaikan
moral dan ibadah agaman serta menerapkan sanksi yang tegas terhadap
pelakunya.
Resiko Integritas adalah resiko yang disebabkan perbuatan
kecurangan baik yang dilakukan manajer maupun karyawan yang
xxvii Dengan adanya resiko yang terdapat dalam resiko integritas dan
resiko fraud maka manajement resiko mempunyai peranan besar dalam
mencegah terjadinya fraud yang dapat dinilai dari resiko- resiko yang
ada.
Pencegahan fraud ini merupakan aktivitas memerangi fraud
dengan biaya murah. Upaya pencegahan harus didukung oleh seluruh
pelaku organisasi baik para manajer maupun karyawan. Berbagai
bentuk kecurangan yang terdeteksi seharusnya langsung ditindaklanjuti
hingga tuntas tanpa memandang siapa pelaku sebenarnya.
2.3 Pengendalian Intern
Pengendalian Intern, semula disebut pengecekan internal (Internal
check), yang merupakan salah satu fungsi manajemen yaitu fungsi kontrol.
Dengan adanya kemajuan dibidang ekonomi dan bisnis berakibat pula pada
kemajuan pemahanan atas pengendalian intern.
Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan
manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan mutlak) tercapainya
tujuan dan sasaran organisasi.
Menurut Government Accounting Office (GAO) atau semacam Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) di Amerika Serikat mendefinisikan pengendalian
intern sebagai pengendalian manajemen yang terdiri atas 8 unsur yaitu
pengorganisasian, kebijakan, prosedur, personalia, perencanaan, pencatatan,
Tindakan/aktivitas pengendalian yang ada dalam organisasi
dikelompokkan dalam:
a. Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk
mencegah kesalahan (errors) ataupun peristiwa yang tidak
diinginkan terjadi.
b. Pengendalian Pendeteksian (detective controls) bertujuan untuk
menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang
sedang terjadi atau beberapa saat setelah terjadi.
c. Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan
bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki
kembali dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan
pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat
menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan
manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan
sebagai pedoman dalam perencana Tuanakotta (2010), pengendalian internal
dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu: (1) pengendalian internal
aktif, dan (2) pengendalian internal pasif.
Kata kunci untuk pengendalian internal aktif adalah to prevent,
mencegah. Sedangkan kata kunci untuk pengendalian internal pasif adalah to
deter, mencegah karena konsekuensinya terlalu besar, membuat jera. Tujuan
xxix
fraud. Pengendalian internal aktif merupakan pengendalian yang paling
banyak diterapkan. Pengendalian ini seperti pagar yang menghalangi,
membatasi dan menutup akses pencuri untuk masuk. Sedangkan pengendalian
internal pasif, dari pemukaan tidak terlihat adanya pengamanan, namun
terdapat peredam yang membuat pelaku menjadi jera.
2.3.1 Unsur- Unsur Pengendalian Intern
Untuk membentuk suatu pengendalian intern yang memadai
maka diperlukan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Menurut
COSO dalam Arens, dkk (2008:376) terdapat beberapa unsur
pengendalian internal yaitu:
1. Pengendalian Lingkungan
Pembentukan suasana organisasi serta memberikan kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi, yang merupakan dasar bagi semua komponen pengendalian internal lain yang melahirkan hierarki dalam membentuk struktur organisasi. 2. Penilaian Resiko
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.
3. Pengendalian Aktivitas
Kebijakan dan prosedur yang dimiliki oleh manajemen untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa manajemen telah melakukan sebagai mana seharusnya.
4. Informasi dan Komunikasi
Diperlukan untuk semua tingkatan manajemen organisasi untuk mengambil keputusan, laporan keuangan dan mengetahui kepatuhan terhadap kebijakan yang ditentukan oleh perusahaan sebelumnya.
5. Monitoring
Merupakan sebuah proses penilaian berkelanjutan dan periodik pelaksanaan internal apakah sudah terlaksana dengan baik dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi terhadap kualitas kinerja sistem pengendalian internal.
Sistem pengendalian internal (Internal Control System) adalah
aturan, prosedur, praktek dan struktur organisasional, yang dirancang
untuk menyediakan jaminan yang memadai atas objektivitas bisnis
dapat diterima dan kejadian yang tidak diinginkan dapat dicegah, atau
dideteksi serta dikoreksi.
Terdapat sifat sistem pengendalian intern yang dapat dipercaya
yaitu (1) Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya, (2)
Rencana organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsi secara
layak, (3)Sistem pemberian wewenang, tujuan, teknik dan pengawasan
yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, utang,
penghasilan dan biaya, (4) Perbandingan secara periodik.
Faktor yang paling sulit dan paling penting dalam sifat sistem
pengendalian intern diatas adalah orang-orang yang dapat menunjang
suatu sistem dapat berjalan baik. Masalah karyawan terkadang
menimbulkan permasalahan dalam pengendalian intern. Selanjutnya
yaitu faktor pemisahan tanggung jawab yang bertujuan agar tidak
seorang pun dapat mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab fungsi.
Demikian pula setiap manajemen bertanggung jawab untuk
menentukan, melaksanakan dan memelihara serta meningkatkan sistem
pengendaliannya.
2.4 Pengembangan Mutu Karyawan
Pengembangan mutu karyawan merupakan usaha-usaha meningkatkan
xxxi dimaksudkan untuk mendorong karyawan untuk berusaha memiliki tingkat
moral yang tinggi dan mendorong karyawan bekerja lebih keras dan baik
sehingga akan menghasilkan pekerjaan yang dikerjakan dengan
efisien.Pengembangan mutu karyawan sangat penting dilakukan dalam suatu
perusahaan karena tuntutan dari pekerjaan atau jabatan. Hal ini dilakukan
dengan meningkatan keterampilan, dan pengetahuan tenaga kerja yang
dilakukan dalam bentuk nyata yaitu pemberian latihan, mengadakan seminar-
seminar dan pemberian kursus- kursus keterampilan.
Tujuan perusahaan mengembangkan mutu karyawan agar tercapainya
kesuksesan pada perusahaan itu sendiri, dengan cara merangsang antusiasme
karyawan terhadap pekerjaannya.Keuntungan dari memiliki karyawan yg
antusias dalam menjalankan pekerjaannya adalah bahwa mereka akan tetap
tinggal di organisasi dalam jangka waktu yg lama, sehingga perusahaan dapat
menghemat biaya terkait dengan turn over karyawan.
2.5 Kesesuaian Kompensasi Karyawan
Menurut Rivai (2011:741) menjelaskan bahwa kompensasi adalah
sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada
perusahaan. Kompensasi merupakan biaya utama atas keahlian atau pekerjaan
dan kesetiaan dalam bisnis perusahaan. Kompensasi menjadi alasan utama
mengapa kebanyakan orang mencari pekerjaan.
Menurut Werther dan Davis (1982) dalam Kadarisman (2012:1)
kompensasi adalah apa yang seorang karyawan/pegawai/pekerja terima sebagai
balasan dari pekerjaan yang diberikannya baik upah perjam ataupun gaji periodik
Kompensasi yang diberikan perusahaan terbagi menjadi dua jenis,
dengan uang dan tidak berbentuk uang, tetapi pemberian kompensasi daari
perusahaan sering kali berbentuk uang. Kompensasi yang diberikan pada
karyawan sering kali mempengaruhi standar hidup serta kedudukan sosial
dimasyarakat. Karena pentingnya kompensasi bagi karyawan maka berpengaruh
pada perilaku dan kinerjanya.
Dengan demikian Kesesuaian Kompensasi adalah kecocokan dan
kepuasan karyawan/pegawai/pekerja atas apa yang diberikan instansi kepada
mereka baik berupa upah perjam maupun gaji secara periodik sebagai balasan
dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Dan dengan adanya kesesuaian
kompensasi diharapkan dapat mencegah dan meminimalisasikan tindakan
kecurangan akuntansi di dalam instansi.
Samsudin (2006) dalam Kadarisman (2012:77-78) menjelaskan tujuan
pemberian kompensasi adalah 1) Pemenuhan kebutuhan ekonomi, 2)
Meningkatkan produktivitas kerja, 3) Memajukan organisasi atau perusahaan,
4) Menciptakan keseimbangan dan keahlian. Dari tujuan kompensasi diatas
dapat menunjukkan bahwa dengan sesuainya kompensasi dapat memenuhi
kebutuhan ekonomi karyawan, memajukan organisasi atau perusahaan, untuk
menciptakan keseimbangan dan keahlian dan untuk meningkatkan produktifitas
kerja.
2.6 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti berpedoman pada
tinjauan-tinjauan teori, jurnal- jurnal nasional dan internasional serta
xxxiii pengembangan mutu karyawan dan kompensasi karyawan terhadap
kecurangan akuntansi di perusahaan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu,
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
Zainal, (Studi Empiris Kantor
Cabang Bank intern berpengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi pada kantor cabang bank pemerintah dan swasta dikota Padang.
a Utara. Kecurangan Akuntansi
akuntansi di perusahaan. Keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan berpengaruh negatif dan signifikan antara Keefektifan Pengendalian Internal dengan Perilaku Tidak Etis pada Universitas Negeri Yogyakarta. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Ketaatan Aturan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis pada Universitas Negeri Yogyakarta.
Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Kesesuaian
xxxv Kecurangan merupakan suatu penyakit yang harus dilawan dalam
setiap elemen dalam perusahaan, dimulai dari bagian terkecil sampai terbesar.
Para ahli telah memperkirakan bahwa kecurangan yang terungkap merupakan
bagian yang kecil dari seluruh kecurangan yang terjadi. Maka dari itu, upaya
yang terbaik seharusnya adalah upaya dalam pencegahannya untuk dapat
melawan terjadinya kecurangan dalam perusahaan tersebut.
Untuk itulah dilakukan penelitian ini guna mengetahui faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.
Adapun faktor-faktor yang akan diteliti adalah pengendalian intern bidang
akuntansi dan mutu karyawan serta satu variabel yang masih jarang diteliti
yaitu kesesuaian kompensasi karyawan.
Berdasarkan uraian di atas, maka model kerangka pemikiran mengenai
pengaruh pengendalian intern bidang akuntansi, mutu karyawan dan
kesesuaian kompensasi karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi
di perusahaan swasta dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Pencegahan
Kecurangan
Akuntansi di
Perusahaan (Y) Pengendalian Intern Bidang Akuntansi
(X1)
Pengembangan Mutu Karyawan (X2)
Kesesuaian Kompensasi Karyawan
(X3)
H1
H2
2.7.1 Pengaruh Kefektifan Pengendalian Intern Bidang akuntansi terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi
Pengendalian intern merupakan pondasi dasar yang dibuat oleh
setiap instansi sebagai pencegahan kecurangan akuntansi (fraud).
Peterson dan Gibson (2003) dalam Arsito (2014:32), secara detail
menjelaskan bahwa prosedur pengendalian intern yang buruk
berhubungan pada kekurangan dalam pemisahan tugas dan
ketidakhadiran rekonsiliasi bebas dari uang dan dokumentasi dipandang
sebagai faktor dimana memungkinkan kecurangan untuk terjadi di suatu
instansi yang kualitas pengendalian internalnya buruk ataupun rendah.
Zainal (2009:16-17),menjelaskan bahwa kejadian penipuan
karyawan lebih tinggi terjadi disuatu perusahaan yang kualitas
pengendalian internalnya buruk atau rendah. Sehingga berdasarkan
yang telah dijelaskan diatasdapat diambil suatu kesimpulan bahwa
pengendalian intern menjadi suatu hal yang sangat penting dalam
mencegah kecurangan akuntansi (fraud), maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi berpengaruh
xxxvii 2.7.2 Pengaruh Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan
Kecurangan Akuntansi
Sifat pengembangan mutu karyawan ada tiga yaitu
pengembangan pengetahuan, pengembangan keterampilan dan
pengembangan sikap. Ketiga sifat ini memiliki keterkaitan antara satu
dengan yang lain.
Simanjuntak (2013:31) mengatakan pengembangan mutu
karyawan memberikan pengaruh terhadap pencegahan kecurangan
akuntansi di perusahaan.Mutu karyawan dalam perusahaan merupakan
aspek yang kuat dalam mmemajukan sebuah perusahaan, namun dapat
juga menjadikan perusahaan itu sendiri hancur, hal ini dapat dilihat dari
pengembangan mutu karyawan yang dibina oleh perusahaan
tersebut.Sehingga berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti
mencoba untuk melakukan penelitian di luar dari faktor yang telah
diteliti oleh para peneliti terdahulu, yaitu meneliti sejauh mana
pengaruh pengembangan mutukaryawan terhadap pencegahan
kecurangan akuntansi di Perusahaan Swasta Jakarta. Dengan demikian,
hipotesis kedua dari penelitian ini adalah:
H2: Pengembangan mutu karyawan berpengaruh positif terhadap
2.7.3 Pengaruh Kesesuaian Kompensasi Karyawan terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi
Kompensasi yang diberikan perusahaan terbagi menjadi dua jenis,
dengan uang dan tidak berbentuk uang, tetapi pemberian kompensasi oleh
perusahaan sering kali berbentuk uang. Kompensasi yang diberikan pada
karyawan sering kali mempengaruhi standar hidup serta kedudukan sosial
dalam masyarakat. Dengan demikian pentingnya kompensasi bagi
karyawan maka dapat berpengaruh pada perilaku dan kinerjanya.
Kesesuaian kompensasi dapat berpengaruh positif ataupun
negatif tergantung pada kebijaksanaan perusahaan. Sehingga
berdasarkan kesimpulan yang dilakukan peneliti terdahulu di atas, maka
peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di luar dari faktor yang
telah diteliti oleh para peneliti terdahulu, maka hipotesis ketiga dari
penelitian ini yaitu :
H3: Penyesuaian kompensasi karyawan berpengaruh positifterhadap
pencegahan kecurangan akuntansi.
2.7.4 Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi, Pengembangan Mutu Karyawan dan Kesesuaian Kompensasi Karyawan secara bersama-sama terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi.
Dalam penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa pengendalian
xxxix kompensasi karyawan dapat mewakili faktor – faktor lain yang ada
dalam mencegah terjadinya kecurangan karyawan di lingkungan
perusahaan. Dengan demikian, hipotesis ketiga dari penelitian ini yaitu :
H4: Keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi, pengembangan
mutu karyawan dan peningkatan pendapatan karyawan
berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan kecurangan