• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Ikan dengan Tingkat Kecukupan Protein Anak Balita pada Keluarga Nelayan di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Konsumsi Ikan dengan Tingkat Kecukupan Protein Anak Balita pada Keluarga Nelayan di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Ikan

2.2.1 Pengertian dan Jenis Ikan

FAO (1995) mendefinisikan ikan sebagai organisme yang hidup di air.

Kelompok organisme yang dikelompokan sebagai ikan adalah ikan bersirip

(finfish), krustasea, moluska, binatang air lainnya dan tanaman air. Ikan termasuk

kelas Pisces yang merupakan kelas terbesar dalam golongan vertebrata

(Djuwanah, 1996).

Berdasarkan UU No. 45 Tahun 2009, pengertian Ikan adalah segala jenis

organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam

lingkungan perairan. Secara umum perairan tempat kehidupan ikan terdiri dari

laut, tawar dan payau.

Astawan (2005) menggolongan ikan dalam tiga golongan yaitu ikan air

laut, ikan air tawar dan ikan air payau (tambak). Ikan yang ada di air tawar dan air

laut sangat banyak sehingga dibedakan menjadi golongan yang dapat dikonsumsi

dan ikan hias. Lingkungan ikan air tawar adalah sungai, danau, kolam, sawah atau

rawa.

Beberapa contoh jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu :

1. Bandeng

Merupakan jenis ikan budi daya air payau yang sekaligus juga merupakan

bahan konsumsi masyarakat luas. Bentuk badan yang memanjang, padat dan dapat

(2)

disukai semua lapisan masyarakat. Ciri - ciri ikan bandeng : badan memanjang,

padat, kepala tanpa sisik, mulut kecil terletak di ujung kepala dan rahang tanpa

gigi dan lubang hidung terletak di depan mata, sirip punggung terletak jauh

dibelakang tutup insang, berwarna putih bersih dan dagingnya putih (Hadie dan

Supriatna, 1996).

2. Ikan Mas

Merupakan jenis ikan darat yang hidup di perairan dangkal yang mengalir

tenang dengan suhu sejuk. Jenis ikan konsumsi air tawar ini banyak digemari

masyarakat karena dagingnya gurih dan memiliki kadar protein tinggi. Beberapa

ciri - ciri ikan mas yaitu umumnya berwarna kuning dan badan memanjang (Harli,

2004).

3. Lele

Dari sekian banyak komoditas perikanan di Indonesia, lele dapat dikatakan

sebagai jenis ikan yang sangat populer di masyarakat, selain rasanya lezat,

kandungan gizinya pun cukup tinggi sehingga disukai berbagai kalangan,

terutama bagi anak - anak karena kandungan proteinnya tinggi yang berguna

untuk meningkatkan kecerdasan, umumnya berwarna hitam abu -abu, terkadang

putih berbintik (Hadie dan Supriatna, 1996).

4. Gurami

Gurami adalah ikan air tawar yang banyak menghuni rawa - rawa, danau

atau daerah yang perairannya tenang. Beberapa ciri - ciri umumnya yaitu

tubuhnya pipih dan agak memanjang, bagian dahi gurami dewasa terdapat

(3)

5. Ikan Tongkol

Berdasarkan pendapat Susanti, dkk yang mengutip hasil penelitian Sanger,

dapat disimpulkan bahwa Ikan tongkol ( Euthynnus affinis C.) adalah ikan yang

berpotensi cukup tinggi dalam bidang ekspor serta memiliki nilai ekonomis tinggi.

Walaupun demikian, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih sangat

rendah. Hal ini menyebabkan penanganan ikan tongkol masih belum baik dari

penangkapan sampai pemasaran.

Ikan tongkol juga memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 26,2

mg/100g dan sangat cocok dikonsumsi oleh anak-anak dalam masa pertumbuhan,

selain itu ikan tongkol juga sangat kaya akan kandungan asam lemak omega-3.

Gambar 2.1 Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis C.)

6. Ikan Layang

Ikan layang (Decapterus sp.) termasuk ikan pelagis, dan berdasarkan

ukurannya dikelompokkan sebagai ikan pelagis kecil. Besarnya komposisi kimia

daging ikan sangat bervariasi tergantung spesies, jenis kelamin, umur, musim dan

(4)

kandungan gizi yang tinggi, protein sebesar 22,0 %, kadar lemak rendah 1,7%

sehingga lebih menguntungkan bagi kesehatan ( Yulius, dkk, 2013).

Gambar 2.2 Ikan Layang (Decapterus sp.)

7. Ikan Baronang

Ikan baronang (Siganus canaliculatus) termasuk dalam Famili Siganidae,

merupakan jenis ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar

perairan. Ikan baronang yang kecil dikenal oleh masyarakat dengan nama yang

berbeda-beda satu sama lain seperti di Tapanuli Tengah dinamakan cabe-cabe, di

Pulau Seribu dinamakan kea-kea, dan lain-lain (Ambo, dkk).

(5)

8. Ikan Kembung

Ikan kembung (Scomber canagorta) tergolong ikan pelagik yang

menghendaki perairan yang bersalinitas tinggi. Ikan kembung suka hidup secara

bergerombol dan kebiasaan makan adalah memakan plankton yang besar/kasar

(Copepode atau Crustacea) (Burhanuddin, 1994).

Ikan kembung (Scomber canagorta) memiliki rahang, tubuh bilateral

simetris, mulutnya terminal dan memiliki tutup insang. Ikan kembung juga

memiliki linea lateralis, rudimeter, finlet, memiliki lubang hidung dua buah

(dirhinous), bersisik dan tidak memiliki sunggut, ikan kembung juga memiliki

satu buah sirip punggung, dua buah sirip perut, pectoralis, sirip anal dan sirip ekor

bercagak (Jenie, 2001).

Gambar 2.4 Ikan Kembung (Scomber canagorta)

2.2.2 Kandungan Gizi dalam Ikan

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai

macam zat gizi. Selain harga yang lebih murah, absorpsi protein ikan lebih tinggi

dibandingkan dengan produk hewani lain seperti daging sapi dan ayam, karena

daging ikan mempunyai serat-serat protein lebih pendek dari pada serat-serat

(6)

beberapa kelebihan, diantaranya adalah mengandung omega 3 dan omega 6, dan

kelengkapan komposisi asam amino (Pandit, 2008).

Menurut Budiarso (1998), Ikan merupakan bahan pangan yang sangat baik

mutu gizinya, karena mengandung kurang lebih 18 gram protein untuk setiap 100

gram ikan segar, sedangkan ikan yang telah dikeringkan dapat mencapai kadar

protein 40 gram dalam 100 gram ikan kering.

Didukung dengan Astawan (2004), dibandingkan dengan bahan makanan

lainnya, ikan mengandung asam amino essensial yang lengkap dan sangat

diperlukan oleh tubuh manusia, oleh karena itu mutu protein ikan sebanding

dengan mutu protein daging.

Ikan adalah bahan pangan yang mengandung protein tinggi yang sangat

dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna, juga mengandung asam

amino yang terdapat dalam tubuh manusia (Suhartini dan Hidayat, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian, daging ikan memiliki koposisi kimia, yaitu :

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daging Ikan

Komposisi Jumlah Kandungan (%) Sumber : Suhartini dan Hidayat (2005)

Komposisi gizi ikan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor

yaitu spesies, jenis kelamin, tingkat kematangan (umur), musim, siklus bertelur

dan letak geografis. Kandungan protein ikan sangat dipengaruhi oleh kadar air dan

lemaknya. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa ikan bersirip mengandung

(7)

dapat mencapai 35%. Proporsi protein kolektif 6 (kolagen) pada ikan jauh lebih

rendah daripada daging ternak yaitu berkisar antara 3-5% dari total protein. Hal

ini juga yang menyebabkan daging ikan lebih empuk (Khomsan, 2004).

Ikan lebih dianjurkan untuk dikonsumsi dibandingkan daripada daging

hewan, terutama bagi mereka yang menderita kolesterol dan gangguan tekanan

darah ataupun jantung (Suhartini dan Hidayat, 2005).

Ikan juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan kadar

trigliserida darah, meningkatkan kecerdasan anak dan meningkatkan kemampuan

akademik, menurunkan risiko kematian karena penyakit jantung, mengurangi

gejala rematik, menurunkan aktivitas pertumbuhan sel kanker dan juga

mengandung omega 3 dan omega 6 (Pandit, 2008).

Omega 3 yang terdapat pada ikan mencegah penyakit jantung dan penyakit

degeneratif lainnya. Masyarakat yang gemar mengonsumsi ikan memiliki umur

harapan hidup rata - rata lebih panjang daripada masyarakat yang kurang

mengonsumsi ikan (Pandit, 2008).

2.2.2.1 Protein pada Ikan dan Manfaatnya

Ikan mengandung protein tinggi yang terdiri atas asam amino esensial

yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Kandungan protein pada ikan bervariasi,

tergantung kandungan lemak dan airnya. Namun secara umum, ikan mengandung

13-20% protein. Protein ini dapat membantu pertumbuhan sel otak, sehingga ikan

sering disebut makanan penunjang kecerdasan. Karena serat proteinnya lebih

pendek, protein pada ikan gampang dicerna bahkan bagi bayi sekalipun. Proporsi

(8)

3-5% dari total protein. Makanya dibandingkan daging sapi, daging ikan terasa

empuk dan lebih mudah hancur saat dikunyah (Andriani dan Bambang, 2012).

2.2.2.2 Lemak pada Ikan dan Manfaatnya

Kandungan lemak dalam ikan hanya berkisar antara 1-20%, terlebih

sebagian besar kandungan lemaknya pun berupa asam lemak tak jenuh yang justru

berguna bagi tubuh, di antaranya berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam

darah (Andriani dan Bambang, 2012).

Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung asam lemak

tak jenuh (Eicosapentaenoic acid/EPA, Docosahexanoid acid/DHA), yodium,

selenium, fluorida, zat besi, taurin, coenzyme Q10 dan kalori yang rendah (Harli,

2004).

1. Selenium

Selenium sudah diakui sebagai unsur esensial bagi manusia dan

merupakan bagian penting dari enzym yang berperan dalam membuat antioksidan.

Selenium membantu mencegah kerusakan DNA yang disebabkan zat kimiawi dan

radiasi. Hasil penelitian pada hewan percobaan menunjukkan kekurangan

selenium menimbulkan gejala pertumbuhan lambat, dystrophy otot dan necrosis

jantung, ginjal dan hati. Bagi daerah atau negara yang tingkat kandungan selenium

dalam tanahnya rendah seperti Australia, maka mengonsumsi ikan menjadi faktor

yang amat penting untuk mencegah kekurangan selenium (KKP, 2009).

2. Co-enzyme Q10

Ikan adalah salah satu sumber co-enzym Q10 yang sangat baik. Walaupun

(9)

suatu antioksidan, namun baru akhir - akhir ini mendapat perhatian berkaitan

dengan sumber makanannya (KKP, 2009).

Konsentrasi co - enzyme meningkat dibawah pengaruh tekanan seperti

latihan fisik dan dalam kondisi regeneratif otak, seperti penyakit

kepikunan/alzheimer. Dilaporkan juga bahwa konsentrasi co - enzym menurun

pada beberapa penyakit termasuk penyakit degenerasi otot dan carcinomas hati.

Walaupun co - enzyme Q10 dapat dibangun dalam tubuh, namun asupan dari

makanan masih sangat diperlukan (KKP, 2009).

3. Taurin

Seafood, termasuk ikan laut, banyak mengandung taurin. Asam amino ini

telah diketahui berperan dalam formasi dan ekskresi garam empedu, yang dipecah

menjadi kolesterol. Taurin juga berperan dalam fungsi retina dan fungsi kognitif

(KKP, 2009).

4. Asam Lemak tak Jenuh

Asam Lemak Tak Jenuh Seafood mengandung asam lemak tak jenuh

omega-3, Eicosa pentaenoic Acid (EPA) dan Docosahexaenoid Acid (DHA) yang

sangat tinggi. Kandungan omega - 3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber

protein hewani lainnya, seperti daging sapi dan ayam, daging babi bahkan sama

sekali tidak mengandung omega - 3. Tubuh manusia dapat membentuk beberapa

tipe asam lemak, namun demikian asupan asam lemak essensial khususnya asam

lemak tak jenuh omega - 3 dan omega - 6 masih diperlukan. Sumber utama

omega-3 adalah seafood dan tanaman seperti kacang kedelai, kanola dan biji rami.

(10)

seperti Crustacea, mulusca, ikan dan tanaman seperti bunga matahari, jagung dan

kedele (KKP, 2009)

Kandungan asam lemak omega 3 yang tinggi ini berperan meningkatkan

kekebalan tubuh, menurunkan risiko penyakit jantung koroner, menghambat

pertumbuhan beberapa jenis kanker, dan mempertahankan fungsi otak terutama

yang berhubungan dengan daya ingat (Andriani dan Bambang, 2012).

Tabel 2.2 Kandungan Omega 3 dan Omega 6 pada Berbagai Jenis Ikan per 100 gram Ikan

2.2.2.3 Vitamin pada Ikan dan Manfaatnya

Ada dua kelompok vitamin pada ikan, pertama vitamin larut dalam air,

antara lain Vitamin B6, B12, Biotin, dan Niasin. Vitamin ini banyak terdapat di

ikan yang dagingnya berwarna gelap. Adapun kelompok kedua, yaitu vitamin

larut dalam lemak (Vitamin A dan D) yang terkandung pada minyaknya (Andriani

dan Bambang, 2012).

Jumlah vitamin - vitamin ini kebanyakan pada hati ikan daripada hati

mamalia darat. Hati ikan hiu mengandung vitamin A sampai 50000 IU/gram,

(11)

2.2.2.4 Mineral pada Ikan dan Manfaatnya

Kandungan mineral pada ikan jumlahnya lumayan banyak, di antaranya

ada magnesium (memperkuat tulang, otot, dan gizi), zat besi (mencegah anemia),

seng (meningkatkan kekebalan tubuh dan mempercepat penyembuhan luka), dan

selenium (mencegah kanker, mempertahankan elastisitas jaringan bersama

Vitamin E sehingga kita terhindar dari penuaan dini) (Andriani dan Bambang,

2012).

Orang - orang dipegunungan yang banyak menderita gondok, antara lain

disebabkan jarang makan ikan laut. Kekurangan yodium yang dialami ibu sejak

mengandung bayinya akan mengakibatkan bayi yang lahir kretin dan juga bisa

terjadi mental retarded atau IQ nya rendah. Kandungan yodium yang diperoleh

dari jenis ikan laut sangat cukup untuk mencegah berkembangnya penyakit

gondok yang sering menghinggapi masyarakat miskin, oleh karena itu pemerintah

sekarang membuat peraturan menambahkan yodium pada setiap garam dapur

(12)

Tabel 2.3 Kandungan Zat Gizi Ikan per 100 gram

2.5.1 Faktor yang Memengaruhi Konsumsi Ikan

Dewasa ini, Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan kekayaan alamnya

secara maksimal, terlebih dengan banyaknya jenis ikan yang baik untuk

dikonsumsi penduduk Indonesia dan tentunya dapat memenuhi kebutuhan protein

penduduk indonesia. Namun, penduduk Indonesia memiliki tingkat konsumsi ikan

yang masih dikategorikan rendah bahkan di kawasan Asia Tenggara, Indonesia

masih rendah dibandingkan Singapura dan Malaysia, apalagi jika dibandingkan

(13)

Indonesia berbanding terbalik dengan wilayahnya yang kaya akan sumber protein

hewani.

Adapun beberapa faktor–faktor yang mengakibatkan rendahnya konsumsi

ikan pada masyarakat Indonesia, antara lain :

1. Mitos dan Budaya

Umumnya masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang kental

dengan budaya adatnya, sehingga tidak jarang cara bagaimana pola makan yang

baik, cara mengolah makanan, bahkan kegemaran antar setiap makanan berbeda –

beda. Contohnya, orang padang gemar mengonsumsi makanan bersantan,

sedangkan orang jawa gemar mengonsumsi makanan yang manis, dan lain-lain.

Dari sini kita dapat melihat bahwa pengaruh budaya sangat melekat, begitu juga

dengan mitos. Masyarakat Indonesia juga sangat mudah terpengaruh dengan

adanya mitos turun temurun dari nenek moyangnya. Saat ini mungkin sudah tidak

jarang juga kita mendengar bahwa membiarkan anak balita atau anak sekolah

mengonsumi ikan yang banyak akan mengakibatkan kecacingan, sehingga ini

menjadi salah satu alasan kenapa masih banyak Ibu yang tidak mengharuskan

anaknya untuk mengonsumsi ikan.

2. Kondisi Geografis

Kodisi Geografis merupakan kondisi suatu daerah dilihat dari letaknya

pada bola bumi dibandingkan dengan posisi atau letak daerah lain.

Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir memiliki keuntungan dalam hal

mengonsumsi ikan. Karena masyarakat daerah pesisir umumnya

(14)

sumber penghasilan ataupun dikonsumsi sehari-hari sebagai penyumbang protein

ataupun gizi lainnya bagi setiap masyarakatnya.

Berdasarkan pendapat para peneliti (Madanijah, dkk, 2006) yang mengutip

hasil penelitian Daryati menyimpulkan bahwa konsumsi ikan yang lebih besar

pada keluarga nelayan dibandingkan keluarga yang bukan nelayan, karena

keluarga nelayan bertempat tinggal di daerah yang penghasil ikan.

3. Pendapatan Rumah tangga

Besar dan kecilnya pendapatan rumah tangga sangat mempengaruhi

jumlah dan jenis makanan yang dapat dikonsumsi. Sesuai dengan fungsi makanan

yang dapat menggambarkan status sosial, hal ini juga menjadi faktor pendukung

untuk kalangan masyarakat menengah keatas untuk mengonsumsi makanan yang

mahal, terkhusunya dalam mengonsumsi ikan. Umunya masyarakat dari golongan

menengah keatas akan dengan mudah mengonsumsi Ikan berprotein tinggi yang

biasanya akan dikenakan harga yang mahal, sedangkan untuk masyarakat

golongan bawah tidak terlalu memperhatikan apakah makanan tersebut memiliki

kandungan gizi tinggi atau tidak, tapi lebih memperhatian apakah makanan

tersebut dapat mengenyangkan perut atau tidak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Restuina (2009), dapat

disimpulkan bahwa masyarakat keluarga nelayan lebih memilih mengonsumsi

ikan dencis daripada ikan bawal yang memiliki harga yang mahal.

4. Pengetahuan Ibu

Menurut Waysima, dkk (2010) yang mengutip pendapat Birch, pada anak,

(15)

lahir, seperti orangtua melalui makanan yang diperbolehkan, dan konteks sosial

dimana perilaku makan terjadi, khusunya peran Ibu dalam meningkatkan asupan

makanan yang sehat pada anak.

Berdasarkan pendapat Waysima, dkk (2010) dapat disimpulkan bahwa

seorang ibu sering digambarkan sebagai nutritional gate-keeper yaitu seseorang di

dalam rumah tangga yang berlaku sebagai pembuat keputusan membeli hingga

menyiapkan makanan untuk keluarga. Di Indonesia sendiri, kebanyakan ibu

berlaku sebagai gate-keeper bagi keluarganya, walaupun sebagian dari mereka

adalah perempuan bekerja atau sekalipun di rumahnya terdapat pembantu. Oleh

karenanya ibu banyak mempengaruhi pola kebiasaan makan anak.

Berdasarkan penelitian Madanijah (2006) dapat disimpulkan bahwa

peningkatan pengetahuan gizi ibu dapat menyebabkan peningkatan konsumsi ikan

pada setiap anggota keluarga. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan

menyebabkan pemilihan makanan yang bukan hanya sekedar baik tapi memiliki

kandungan gizi yang bermanfaat, sebaliknya, ibu yang memiliki pengetahuan gizi

kurang akan menyebabkan pemelihan makanan yang asal-asalan.

Berdasarkan penelitian Indriana (2005), dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi pendapatan/kapita/bulan dan pengetahuan gizi Ibu tentang ikan maka

semakin tinggi ketersediaan ikan di Rumah Tangga.

5. Pola Konsumsi dan Distribusi Makan Keluarga

Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan

bahwa kebiasaan pola konsumsi makan keluarga sangat mempengaruhi kesukaan

(16)

dalam pendistribusian makanan, umumnya masyarakat Indonesia menengah

kebawah masih membiasakan untuk memberikan bagian terbaik suatu hidangan

makanan kepada kepala keluarga dibandingkan anak balita atau anak yang masih

dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.

6. Ketersediaan Ikan Laut

Berdasarkan penelitian Waysima, dkk (2010) menyimpulkan bahwa

ketersedian ikan laut bagi konsumen sangat layak mendapat perhatian, karena

sering kali didapati alasan kurangnya konsumsi ikan laut di masyarakat bukan

dikarenakan tidak memiliki uang namun karena tidak tersedianya ikan tersebut di

daerah tersebut. Alasan lain terkait ketersediaannya juga mengarah pada kondisi

ikan yang setelah sampai di pasar sudah tidak layak konsumsi karena busuk atau

menggunakan bahan pengawet yang tidak diizinkan.

2.5.2 Manfaat Konsumsi Ikan

Dibandingkan dengan ikan tawar, kandungan gizi ikan laut lebih banyak.

Ikan laut memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Fungsinya

adalah agar lemak tubuh tetap dalam keadaan cair jika berada di air laut. Adanya

kemampuan tersebut membut kandungan omega 3 yang lebih tinggi. Kandungan

utama dari ikan laut adalah zat makro molekul tubuh, misalnya seperti protein

tinggi, lemak, vitamin dan mineral.

Manfaat ikan laut dapat kita rasakan setiap hari dengan mengkonsumsinya

(17)

1. Mengatasi Masalah Pencernaan

Protein pada ikan berbeda dengan protein yang ada pada manfaat

daging lainnya seperti daging sapi, ayam, atau kambing. Berdasarkan pendapat

Pandit (2008), dapat disimpulkan bahwa serat pada protein ikan memiliki rantai

penyusun protein yang pendek, sehingga penyerapan lebih cepat dan lebih mudah.

Tentu saja ini tidak memberatkan kinerja pada usus halus, sehingga dapat

membantu proses pencernaan bagi yang sedang mengalami gangguan pada proses

pencernaan.

2. Merangsang Otak

Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan

bahwa dalam protein ikan terdapat kandungan zat yang mampu merangsang

pertumbuhan otak, terutama untuk balita. Zat tersebut lebih dikenal taurine, yang

bekerja dengan baik untuk merangsang sel otak yang masih dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan. Zat lain yang mampu merangsang

perkembangan otak adalah asam lemak Omega 3 (EPA dan DHA). Karena

sebagian besar otak manusia mengandung zat omega 3, sehingga dipercaya untuk

membantu perkembangan sel otak.

3. Mengontrol Kolesterol

Berdasarkan pendapat Pandit (2008), dapat disimpulkan bahwa salah satu

zat yang membantu proses pertumbuhan adalah asam lemak tak jenuh. Zat ini

bertugas dengan baik dalam menjaga stamina tubuh agar tetap fit. Salah satu zat

(18)

omega 3. Kandungan zat di dalamnya terdapat EPA dan DHA mampu

menurunkan kolestrol tinggi dan mengikat lemak.

4. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Bayi dan balita sangat rawan terkena penyakit, untuk itu perlu ekstra

hati-hati dalam menjaga kondisi agar tetap stabil. Berdasarkan pendapat Andriani dan

Bambang (2012), dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya yang dapat menjaga

kondisi kekebalan tubuh agara tetap stabil yaitu dengan mengonsumsi asam lemak

omega 3 yang banyak terdapat dalam manfaat ikan laut. Salah satu fungsinya

adalah untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menjaga

kondisi tubuh, sehingga anak tidak mudah terserang penyakit.

5. Menurunkan Resiko Penyakit Degeneratif

Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan

bahwa fungsi lainya dari asam lemak omega 3 adalah membantu untuk

menurunkan resiko penyakit degeneratif. Salah satunya adalah penyakit jantung

koroner, tekanan darah tinggi, dan kanker. Selain menggunakan omega 3,

kandungan mineral selenium mampu membantu metabolisme tubuh. Manfaat

antioksidan di dalamnya juga dipercaya untuk mengatasi masalah penyakit

degeneratif.

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang timbul di usia tua, misalnya

jantung koroner. Penyebabnya adalah karena kolestrol yang tidak terkontrol. Ikan

laut memiliki kolestrol yang lebih rendah dari daging seperti iga, gajih, dan

(19)

mengikat lemak jenuh dengan baik. Sehingga mengurangi resiko untuk terkena

penyakit degeneratif tersebut.

6. Menjaga Kesehatan Mata

Salah satu fungsi penting yang terdapat dalam manfaat ikan laut adalah

menjaga kesehatan mata. Bukan hanya itu, juga membantu mencegah kebutaan

pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena dalam ikan laut terdapat

banyak manfaat vitamin A dan B kompleks. Menurut Pandit (2008), Vitamin A

banyak terdapat pada hati ikan, terkhususnya hati ikan Hiu.

7. Baik untuk Pertumbuhan

Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan

bahwa Ikan juga berperan dalam proses pembentukan tulang dan memperkuat

otot. Kandungan manfaat vitamin D dan magnesium dalam ikan laut, berperan

untuk menjaga kekuatan tulang. Makanan jenis ini sangat cocok dikonsumsi untuk

anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan.

8. Membantu Hasilkan Energi

Selain lemak dan karbohidrat, ada zat lain yang membantu menghasilkan

energi. Salah satunya adalah manfaat vitamin B kompleks. Fungsi lain yang

dihasilkan oleh vitamin ini adalah membantu proses metabolisme karbohidrat

tubuh. Kandungan tersebut ada di dalam ikan laut. Cocok untuk anda yang

(20)

9. Mencegah Migrain

Ikan laut merupakan salah satu bahan pangan yang kaya vitamin. Adanya

fungsi vitamin B kompleks membantu tubuh mengurangi dan mencegah migraine

(sakit kepala sebelah).

10. Baik untuk Anemia

Anemia atau kurang darah biasanya memiliki tubuh lemas dan pucat.

Mereka harus mengkonsumsi banyak manfaat sayur-sayuran untuk membantu

pembentukan sel darah merah. Jika anda adalah tipe orang yang kurang suka

sayuran, dapat dikolaborasikan dengan ikan laut. Nutrisi dalam ikan laut terdapat

vitamin B kompleks yang juga membantu untuk pembentukan sel haemoglobin.

Dengan begitu eritrosit (sel darah merah) juga akan terbentuk.

Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan

bahwa dalam ikan laut terdapat juga manfaat zat besi, yang berfungsi untuk

membantu pembentukan sel haemoglobin.

2.5.3 Konsumsi Ikan pada Masyarakat 2.5.3.1 Konsumsi Ikan pada Baduta

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Hartati (2006) di Kecamatan

Gandus, Kota Palembang, dapat disimpulkan bahwa anak berusia 1-2 tahun

mengonsumsi ikan kurang dari 19 gram/hari, walaupun sebagian besar anak-anak

tersebut menyukai ikan. Rendahnya konsumsi ikan ini disebabkan karena harga

Ikan di pasar yang mahal sehingga keluarga tidak sanggup membeli ikan. Maka

frekuensi konsumsi ikan dan jumlah ikan yang dibeli dikurangi, kemudian diganti

(21)

Berdasarkan penelitian Salasa, dkk (2006), dapat disimpulkan juga bahwa

anak berusia 1-2 tahun yang tinggal di daerah dekat sungai mengonsumsi ikan 1

sampai 2 kali dalam sehari, dan jenis ikan yang dikonsumsi biasanya adalah ikan

patin, ikan sepat, dan ikan gabus.

2.5.3.2 Konsumsi Ikan pada Wanita

Ikan memiliki kontribusi terhadap pemenuhan zat gizi dari pangan hewani.

Berdasarkan penelitian Nurjanah, dkk (2015), dapat dilihat konsumsi ikan pada

wanita dewasa sebesar 109 gram/hari. Pedoman Gizi Seimbang (2014)

menganjurkan wanita dewasa mengkonsumsi 120 gram pangan hewani sebagai

penyumbang protein dengan mutu gizi yang tinggi. Pemenuhan pangan hewani

dari ikan sesuai pedoman gizi seimbang adalah 91% atau hampir memenuhi

anjuran konsumsi. Ikan menyumbang protein sebanyak 19,1 g /hari atau 82% dari

total asupan protein pangan hewani. Jika dibandingkan dengan kebutuhan protein,

konsumsi ikan perhari pada wanita dewasa hanya memenuhi 34% kebutuhan

protein per hari. Pola konsumsi ikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antar kelompok umur pada wanita dewasa di Indonesia.

Berdasarkan penelitian Nurjanah, dkk (2015) juga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara konsumsi ikan, asupan, zat gizi, dan status gizi.

Konsumsi ikan berhubungan positif dengan asupan energi dan beberapa zat gizi,

antara lain: lemak, lemak jenuh, kolesterol, lemak trans, dan natrium. Status

perkawinan dan status ekonomi juga mempengaruhi konsumsi ikan. Wanita

dewasa dengan status perkawinan memiliki peluang 1,13 kali lebih tinggi

(22)

dengan status ekonomi menengah hingga tinggi berpeluang 1,11 kali

mengkonsumsi ikan yang lebih tinggi dibandingkan status ekonomi rendah.

2.5.3.3 Konsumsi Ikan pada Keluarga Nelayan

Berdasarkan pendapat Waysima, dkk (2010), dapat disimpulkan bahwa

sikap anak dari keluarga nelayan terhadap makan ikan laut ditentukan oleh

wilayah pesisir, yang berarti ketersediaan ikan dalam jumlah banyak dan relatif

segar di suatu wilayah sangat menentukan hal yang berkaitan dengan kegiatan

anak mengonsumsi ikan laut. Pola makan keluarga, yang berarti anak cenderung

mengikuti pola makan orangtua dalam mengonsumsi ikan laut. Begitu juga

dengan sikap afektif atau kesukaan ibu terhadap ikan laut akan memberikan

kontribusi nyata ke sikap anak dalam mengonsumsi ikan laut.

2.6 Protein

2.6.1 Angka Kecukupan Protein

Protein terdiri dari asam asam amino. Disamping menyediakan asam

amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari

karbohidrat dan lemak. Pangan sumber protein hewani meliputi daging, telur,

susu, ikan, seafood dan hasil olahnya. Pangan sumber protein nabati meliputi

kedele, kacang - kacangan dan hasil olahnya seperti tempe, tahu, susu kedele.

Secara umum mutu protein hewani lebih baik dibanding protein nabati. Di

Indonesia kotribusi energi dari protein hewani terhadap total energi relatif rendah

yaitu 4% (Hardinsyah dkk, 2001), yang menurut FAO RAPA (1989) sebaiknya

(23)

2.6.2 Angka Kecukupan Protein pada anak Balita

Kecukupan protein seseorang dipengaruhi oleh berat badan, usia (tahap

pertumbuhan dan perkembangan) dan mutu protein dalam pola konsumsi

pangannya. Bayi dan anak-anak yang berada dalam tahap pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat membutuhkan protein lebih banyak perkilogram berat

badannya dibanding orang dewasa (IOM, 2005).

Perhitungan kecukupan protein didasarkan pada kebutuhan protein per

kilogram berat badan menurut umur dan jenis kelamin berdasarkan hasil review

yang dilakukan IOM (2005); demikian pula untuk tambahan kecukupan protein

bagi ibu menyusui (IOM, 2005), dengan data berat badan rata–rata sehat

penduduk Indonesia menurut kelompok umur dan jenis kelamin, seperti halnya

pada perhitungan AKE. Perhitungan kecukupan protein disesuaikan dengan rata

-rata berat badan sehat, serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein

(Hardinsyah, dkk, 2011).

Asumsi mutu protein diet penduduk Indonesia pada perhitungan AKG

yang lalu adalah 85 perlu disempurnakan dengan mutu protein 80. Ini artinya

faktor koreksi mutu protein pada AKG 2012 ini adalah 100/80 atau 1.3.

Sedangkan faktor koreksi mutu protein bagi perempuan hamil adalah 1.2 karena

pada saat hamil menurut IOM (2005) terjadi efisiensi penyerapan zat gizi

termasuk protein sekitar 10%. Selain itu dengan mempertimbangkan bahwa asam

manio esensial pada diet usia anak dan remaja cenderung defisit, dan protein

terutama protein hewani turut berperan dalam pertumbuhan linear atau

(24)

dan remaja tetapi ditingkatkan menjadi 1.5. Berikut rumus perhitungan kecukupan

protein (Hardinsyah, dkk, 2011) :

Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein

Keterangan :

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)

BB = Berat badan aktual (kg)

Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa dan 1.5 bagi anak dan

remaja. Faktor koreksi mutu protein Perempuan hamil = 1.2

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Protein Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari) 2013 pada Balita

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia

Pemenuhan kebutuhan gizi mikro yang berkualitas berkaitan erat dengan

konsumsi protein, terutama protein hewani. Dalam kaitannya dengan mengatasi

masalah gizi mikro terutama mineral zat besi, zink, selenium, kalsium dan vitamin

B12, serta masalah stunting sejak usia dini yang merupakan masalah gizi dan

kesehatan masyarakat di Indonesia, perlu ditingkatkan asupan protein terutama

dari pangan hewani. Guna memperoleh mutu protein dan mutu zat gizi mikro

yang lebih baik, paling tidak seperempat (25%) AKP dipenuhi dari protein

hewani. Porsi ikan akan lebih banyak dalam pemenuhan kebutuhan protein

hewani penduduk Indonesia, karena dalam pola pangan penduduk saat ini sekitar

(25)

2.3.3 Kontribusi Ikan terhadap Protein

Sebagai bahan pangan, ikan mempunyai banyak keunggulan dibanding

sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi, daging ayam, telur dan susu.

Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik dan

prospektif. Ikan juga bersifat universal, dapat diterima semua agama dan semua

golongan (tidak memerlukan ritual khusus terkait penyembelihan) serta dapat

dikonsumsi oleh semua kelompok umur. Keragamanan yang sangat tinggi pada

ikan baik dari segi jenis, bentuk, warna, rasa dan ukuran juga menyebabkan ikan

dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai macam produk olahan.

Berdasarkan hasil penelitian Anindita (2012), dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kejadian stunting

pada balita, yang artinya semakin tinggi tingkat kecukupan protein maka semakin

naik pula pertumbuhan balita.

Berdasarkan laporan KKP (2014) yang memperoleh data SUSENAS

(Survey Sosial Ekonomi Nasional) – BPS menunjukkan bahwa sumbangan

protein ikan terhadap konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia mencapai

57%. Ini terjadi seiring dengan kecenderungan pergeseran konsumen dalam

(26)

Gambar 2.5 Sumbangan Konsumsi Protein Ikan Indonesia terhadap Total Konsumsi Protein

Mutu suatu protein pada bahan pangan, sangat ditentukan oleh

tinggi-rendahnya asam amino esensial yang dikandungnya. Dan protein ikan memiliki

keunggulan karena kelengkapan komposisi asam aminonya dan kemudahannya

untuk dicerna tubuh.

Meskipun tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia masih sangat

rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan China, namun

kontribusi protein ikan terhadap total protein hewani lebih baik yaitu mencapai

lebih dari 50%. Bahkan untuk tahun 2008 dan 2009, kontribusinya mencapai

2/3 dari total konsumsi protein hewani. Namun, ketika pasokan protein dari

ikan tersebut dibandingkan dengan total protein (termasuk protein nabati),

komposisi pasokan protein dari ikan masih di bawah 15%. Berdasarkan

kelompoknya, pasokan konsumsi protein ikan sebagian besar berasal dari

konsumsi protein ikan dan udang segar yaitu lebih dari 43% sedangkan

kontribusi dari konsumsi protein ikan dan udang diawetkan sekitar 22%.

Sementara itu, kontribusi dari protein hewani selain ikan yang dominan adalah

(27)

2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Alur kerangka konsep penelitian : Konsumsi ikan pada balita di keluarga nelayan

yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensi ikan akan memberikan kontribusi

terhadap kecukupan protein ikan.

Kecukupan Protein Konsumsi Ikan :

• Jenis Ikan

• Jumlah Ikan

Gambar

Gambar 2.1 Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis C.)
Gambar 2.2 Ikan Layang (Decapterus sp.)
Gambar 2.4 Ikan Kembung (Scomber canagorta)
Tabel 2.2 Kandungan Omega 3 dan Omega 6 pada Berbagai Jenis Ikan per 100 gram Ikan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Garam Beriodium untuk Semua atau Universal Salt Iodization mensyaratkan minimal 90 persen rumah tangga mengonsumsi (menggunakan) garam mengandung cukup iodium. Tabel

Jika foton jingga diganti dengan foton berwarna kuning terang dijatuhkan pada permukaan logam tersebut, pernyataan yang benar adalah ..... elektron yang dilepaskan dari logam

Pada penelitian ini terdapat 3 (tiga) bagian kuesioner yaitu data demografi, tingkat depresi dinilai dengan menggunakan instrument BDI (Beck Depression Inventory) II , dan

Dengan demikian pembagian harta bersama menurut Pasal 128 KUHPerdata bahwa setelah bubarnya harta bersama, kekayaan bersama dibagi dua antara suami dan isteri, tetapi dapat

Judul Skripsi : Hubungan Depresi dan Sindroma Dispepsia pada Pasien Penderita yang Diberi Kemoterapi di RSUP H.. Adam

Berdasarkan data Ka dari beberapa asam berikut, yang memiliki sifat asam paling lemah adalah ….B. Larutan berikut ini yang tidak mengalami

Matakuliah ini menekankan pada pemahaman mahasiswa terkait dengan pengetahuan dalam pekerjaan pengembangan sumber daya air yang meliputi teknik perancangan SDA, penyusunan

Dengan berfungsinya sekolah melakukan program learning organization maka seluruh pihak disekolah dapat mengembangkan dan mempersiapkan diri secara terus menerus dalam