BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan (business) adalah suatu organisasi di mana sumber daya
(input), diprosesuntuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah laba atau
keuntungan. Serangkaian rencana dan tindakan terintegrasi yang didesain bagi perusahaan sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan melebihi pesaingnya dan sekaligus memaksimalkan laba. Perusahaan menurut pasal 6 KUHP (Kitab
Undang-undang Hukum Pidana), dagang adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus yang
didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba. Pada kenyataannya perusahaan juga memiliki sasaran yang ingin dicapai semua pihak yang berkepentingan
khususnya stakeholders dan juga meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran para pemehang saham atau shareholders.Hal yang
sangat dihindari perusahaan adalahkesulitan keuangan yang panjang, pangsa pasar yang menurun secara signifikan, kehilangan kepercayaan karyawan, pemegang saham dan masyarakat luas, hingga terancam bangkrut. Semua ini adalah
tanda-tanda perusahaan yang mengalami kondisi perusahaan yang tidak baik.
Dalam menjalankan kegiatannya ada dua kepentingan yang paling
saham. Masalah konflik kepentingan yang muncul antara pemegang saham sebagai penyedia dan fasilitator untuk operasi perusahaan, sedangkan pihak
manajemen atau direksi sebagai pengelola yang akan menerima gaji dan kompensasi lainnya sehingga keputusan direksi diharapkan yang terbaik bagi
pemegang saham yaitu meningkatkan kemakmuran.(Tapanjeh, 2006). Menyatakan bahwa Corporate Governance merupakan prosedur yang dikemas aturan dan mekanisme yang mengendalikan suatu organisasi atau suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya, yaitu untuk memaksimalkan keuntungan jangka panjang pemegang saham.Menurut (Jensen dan Meckling, 2006)
menyatakan bahwa tidak jarang tindakan manajer bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, melainkan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara pemilik saham
dan manajer. Kondisi antara manajemen dan pihak lain tidak mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk
memonitor tindakan manajemen dapat menimbulkan asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengendalikan prilaku manajer dan melindungi pemegang saham adalah dengan mekanisme Corporate Governance.
PenerapanCorporate Governancebertujuan untuk menekan potensi konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen, mencegah terjadinya
asimetri informasi. Sistem Corporate Governance yang baik seharusnya mampu mengarahkan, mengendalikan, mengatur, dan untuk memastikan bahwa semua bekerja dengan baik untuk kepentingan perusahaan. Sistem corporate governance
menumbuhkan kepercayaan bahwa investor akan memperoleh return sesuai dengan investasi yang dilakukannya. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan
bahwa Corporate governance adalah suatu mekanisme yang dapat melindungi pihak minoritas dari ekspropiasi yang dilakukan oleh para manajer serta
pemegang saham pengendali (mayoritas) dengan menekankan pada mekanisme legal.
Investor harus merasa aman terhadap pelaksanaan regulator dan
pengadilan perlindungan investor. Negara yang lemah dalam perlindungan investor akan jauh lebih besar terkena dampak negatif guncangan ekonomi
sewaktu-waktu. Johnson, Boone, Breach, dan Friedman dalam penelitiannya membuktikan bahwa pelaksanaan Corporate Governance dalam sistem hukum yang lemah menyebabkan krisis ekonomi yang meluas ketika terjadinya krisis
ekonomi di Asia. Negara- negara yang tidak mampu melindungi pemegang saham minoritas, industri pasar modalnya tidak berkembang. Perusahaan yang berada
pada kondisi seperti itu pembiayaannya tidak bisa mengandalkan pasar modal, dan memiliki rasio utang yang sangat besar yang akan membuatnya rentan untuk jatuh sewaktu-waktu. Negara dan perusahaan yang memiliki kelemahan dalam
melaksanakan corporate governance akan mengalami krisis yang jauh lebih buruk jika terjadi goncangan sewaktu-waktu.
Memasuki era globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin kompetitif Good Corporate Governance (GCG) atau yang lebih dikenal dengan “tata kelola perusahaan yang baik”telah menjadi kebutuhan mendasar bagi Perusahaan.
Development(OECD) yang harus ditetapkan agar sistem tata kelola perusahaan berjalan dengan baik adalah transparency, accountability, responsibility,
independency, dan fairness. Prinsip tersebut ditujukan untuk mewujudkan good corporate governance yang merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi stakeholders, dan menekankan pentingnya hak pemegan saham untuk memperoleh informasi yang transparan, benar, akurat, dan tepat waktu mengenai semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholders (YPPMI & SC, 2002 dalam Darmawati, 2003). Pada tahun 1997-1998 terjadi krisis ekonomi di Asia Timur yang disebabkan oleh
corporate governance yang buruk. Beberapa hal yang memperburuk sistem tersebut diantaranya adalah sistem hukum yang buruk, tidak konsistennya standat akuntansi dan audit, praktek-praktek perbankan yang lemah dan kurangnya
perhatian Board of Directors terhadap hak-hak pemegang saham minoritas, lemahnya pengawasan komisaris, dan pasar modal yang masih unerregulated
(Shalahuddin,2009). Perusahaan besar sekelas Enron, Worldcom di America Serikat, HIH Insurance dan One-tel di Australia, Tyco, dan Global Crossing pada awal dekade 2000-an menyebabkan kajian tentang coorporate governance
semakin meningkat pesat saat ini. Hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan untuk menerapkan mekanisme corporate governance.
Beberapa perusahaan di Indonesia yang bermasalah dan bahkan tidak mampu lagi meneruskan kegiatan usahanya akibat menjalankan tata kelola perusahaan yang buruk (bad corporate governance). Contohnya antara lain : PT.Indorayon, PT
sebagainya.Kebangkrutan perusahaan seringkali diakibatkan oleh pertanggung jawaban tata kelola yang tidak baik dari pihak internal maupun eksternal untuk
menghindari kesulitan ekonomi.Budaya corporate governance memang harus dimasyarakatkan. Repotnya, praktik-praktik perusahaan yang tercela sering tumpang tindih dengan masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sementara banyak pengusaha atau direksi yang belum memahami atau malah sengaja melanggar prinsip-prinsip corporate governance.
Akibatnya sampai saat ini masih banyak perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan atau disebut juga dengan financial distress atau bahkan
sampai mengalami kebangkrutan.Beberapa perusahaan manufaktur mengalami delisting dikarenakan mengalami financial distress. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Pramowo (2010) yang menyebutkan bahwa terjadinya delisting pada
perusaahaan public di BEI disebabkan karena adanya kesulitan keuangan atau berada pada kondisi Financial Distress.Menurut Almilia dan Kristijadi (2013),
financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Hal ini dipertegas oleh Platt (2002), yang mendefinisikan financial distresssebagai tahap penurunan kondisi keuangan sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Perusahaan sejak dini
diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah kepada financial distress, sangat penting bagi perusahaan untuk
mencari mengetahui faktor apa yang mempengaruhi perusahaan sebelum mengalami Financial Distress.Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme internal dan eksternal Corporate Governance terhadap kondisi
Corporate governance digunakan untuk mengontrol perusahaan yang bertindak bagi kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka. Mekanisme Good Corporate Governance dibagi menjadi dua bagian yaitu internal dan eksternal. Mekanisme internal dilakukan komisaris
independen, kepemilikan saham institusional, ukuran dewan komisaris dan komite audit.Mekanisme eksternal di diukur dengan Kualitas audit , danlatar belakang pendidikan komite audit. Dengan berjalannya kedua mekanisme tersebut dengan
baik, maka sistem Corporate Governance perusahaan mencoba memotivasi manajer agar memaksimalkan nilai pemegang saham (Alexander dan Matts,
2003). Corporate Governance menjadi pedoman bagi para manajer dalam mengelola perusahaan secara best practice Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan TotalDebt to Equity Ratio (Solvency), Return on Asset, Ukuran
Perusahaan sebagai variabelkontrol.
Lizal (dalam Fachrudin,2008) salah satu penyebab financial distress
perusahaan yaitu ketika perusahaan memiliki susunan aset yang tepat dan struktur keuangan yang baik namun, dikelola dengan buruk. Pengelolaan yang buruk tersebut dapat disebabkan karena adanya konflik keagenan antara manajer dan
pemegang saham. Menurut Plat dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya
kebangkrutan atau likuidasi. Kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financial distress adalah :
Pihak manajemen dapat mengambil keputusan tindakan merger atau take over agar perusahan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan lebih baik,
Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat research gap yaitu perbedaan hasil
penelitian (Oktita, 2013), dan (Christina dan Fajar, 2008) mengenai pengaruh komisaris Independen terhadap Financial Distress adalah tidak berpengaruh. Perbandingan lain ditunjukan kepada ( Revina,dkk (2015) menemukan adanya
pengaruh komisaris independen terhadap Financial Distress.
Penelitian ini bermaksud melakukan penelitian terhadap mekanisme
internal dan eksternal corporate governance dalam menghindari kondisi Financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 – 2014. Untuk itu penelitian ini berjudul :PengaruhMekanisme Good Corporate
Governanceterhadapkondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di BEI Tahun 2012 -2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian yang dijelaskan diatas , peneliti
menyimpulkan rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :
Apakahmekanisme Corporate Governance(yang terdiri dari : Komisaris
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme
CorporateGovernance terhadap Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012 – 2014 .
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
khususnya mengenai pengaruh mekanisme internal dan eksternal Corporate Governance terhadap Financial Distress.
Bagi Manajemen Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada manajemen perusahaan untuk lebih memperhatikan penerapan tata kelola perusahaan yang
baik dan benar untuk menghindari kondisifinancial distress. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor untuk lebih
berhati-hati dalam menilai kondisi keuangan perusahaan sebelum melakukan investasi kepada perusahaan yang berpotensi mengalami kondisifinancial distress.