• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Mawar Putih (Rosa alba L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Mawar Putih (Rosa alba L.)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mawar Putih

2.1.1. Morfologi Tumbuhan Mawar

Bunga Mawar yang termasuk famili Rosaceae berbentuk semak kadang-kadang

memanjat (Nuraini, 2014). Daunnya merupakan daun majemuk menyirip yang

memiliki daun penumpu. Struktur daun mawar (Rosa sp.) ini terdiri dari anak

daun (foliolum) yang terdiri dari lebih dari satu helai yang didukung oleh tangkai

anak daun; tangkai anak daun (petiololus) yang merupakan tempat melekatnya

anak daun ; ibu tangkai daun (petiolus communis) merupakan tempat melekatnya

anak daun dan tangkainya ; serta daun penumpu.

Rosa alba L atau Rosa indica Lindl berbunga besar berwarna putih atau

putih pucat, memiliki perhiasan bunga ganda , berbau harum ( Suryowinoto,

1997).

2.1.2. Sistematika Tumbuhan Bunga Mawar Putih Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dycotyledoneae

Ordo : Rosidales

Famili : Rosaceae

Genus : Rosa

Spesies : Rosa alba L

(2)

2.1.3. Jenis-Jenis Tumbuhan Bunga Mawar

Mawar beragam warna yaitu merah, merah jambu, kuning, ungu, putih, dan

lain-lain. Jumlah varietas mawar saat ini diperkirakan mencapai 5000 macam, namun

hanya sekitar 300-400 varietas saja yang dikenal secara umum dan sering

dibudidayakan. Luqman (1992), Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura

(1988) mencatat bahwa diantara varietas tersebut penggolongan mawar menjadi

Sembilan kelompok utama, yaitu:

a. Hybrid tea

Jenis bunga mawar yang bertangkai panjang dengan bunga tunggal

diujungnya sehingga tampak megah dan cantik

b. Floribunda

Jenis bunga potong dan tanaman taman yang bunganya cukup besar dengan

warna bervariasi dab tangkai tegak panjang

c. Grandiflora

Bunganya berukuran raksasa dengan diameter dapat mencapai 7,5-12,5 cm.

d. Climbing rose

Diameter bunga berkisar antara 5-15 cm dan tumbuh merunduk karena

beratnya cabang serta tersusun dalam tandan yang jarang. Kelompok mawar

ini pertumbuhannya sangat lamban dibandingkan kelompok lain dan rata-rata

baru dapat berbunga setelah umurnya lebih dua tahun.

e. Polyantha

Jenis mawar taman dengan warna bunga yang sangat beraneka ragam, bunga

kecil dengan garis tengah sekitar 5 cm dan didekat pucuk cabangnya terdapat

banyak ranting yang masing-masing memiliki sekuntum bunga

(3)

Jenis mawar yang diameter bunganya sangat lebar (15 cm) dan juga

merupakan kelompok mawar yang sudah sulit ditemukan dalam literature

g. Mawar tea

Merupakan nenek moyang mawar di Asia dengan ukuran bunga kecil

h. Mawar tua

disebut juga mawar kuno, dan aromanya sangat wangi

i. Special purpose

mawar yang dibedakan atas tiga golongan, yaitu mawar pohon, mawar perdu,

mawar mini.

Luqman (1992), Rukmana (1992) dan Subiyanto (1991) menguraikan

pengelompokkan bunga mawar berdasarkan bentuk bunga menjadi tiga kelompok,

yaitu:

a. Mawar berbunga tunggal

Mawar yang mahkota bunganya tersusun dari satu lapis daun bunga sebanyak

5-7 helai

b. Mawar berbunga semidobel

daun bunganya berjumlah antara 10-20 helai yang tersusun dalam beberapa

lapis, biasanya mahkota bunga semidobel ini agak terbuka bagian atasnya

c. Mawar berganda

Mahkotanya tersusun dari beberapa lapis daun bunga sehingga membentuk

(4)

O1

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar (Markham,

1988). Flavonoida umumnya terdapat dalam tumbuhan tingkat tinggi tetapi

terdapat juga dalam alga. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan

senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin

benzene tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Golongan

terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai

tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Adapun sistem penomoran

untuk turunan flavonoid sebagai berikut pada gambar 2.1 (Robinson, 1995).

Gambar 2.1 flavonoid

2.2.1 Klasifikasi Senyawa Flavonoida 1 . Flavonoida O-glikosida

Flavonoida biasanya terdapat sebagai flavonoid O-Glikosida. Pada

senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoid atau lebih yang terikat

pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam

Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoid menjadi kurang reaktif dan

lebih mudah larut dalam air. Sifat terakhir ini memungkinkan

penyimpanan flavonoid di vakuola sel. Salah satu contohnya yaiu

Apigenin 7-O-β-D-glukopiranosida pada gambar 2.2 (Markham, 1988).

O

(5)

2. Flavonoida C-glikosida

Gula juga dapat terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini

gula tersebut terikat langsung pada inti benzene dengan suatu ikatan

karbon-karbon. Glikosida tersebut disebut C-glikosida yang tahan asam

contoh pada gambar 2.3 yaitu Apigenin 8-C-β-D-glukopiranosida

(Markham, 1988).

3. Flavonoida Sulfat

Flavonoid flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin

ditemukan hanya flavonoida sulfat. Senyawa ini mengandung satu ion

sulfat atau lebih yang terikat pada hidroksil fenol atau gula. Secara

teknis senyawa ini sebenarnya bisulfat karena terdapat sebagai garam,

yaitu flavon-O-SO3-K (Markham, 1988).

4. Biflavonoid

Biflavonoid adalah flavonoid dimer flavonoid yang biasa terlibat yaitu

biasanya flavon dan flavanon secara biosintesis mempunyai pola

oksigenasi yang sederhana dan ikatan antar flavonoid yaitu ikatan

karbon-karbon atau ikatan eter contoh pada gambar 2.4 Amentoflavon (

Markham, 1988). Biflavonoid terdapat hampir khusus dalam

gimnospermae tetapi kadang-kadang dapat juga ditemukan dalam

angiospermae (Harbone, 1987).

O OH

HO O

OH O

HO HO

HO OH

(6)

5. Aglikon Flavonoida

Anglikon flavonoid mempunyai atom karbon atom asimetrik dan dengan

demikian menunjukkan sifat keaktifan optik (yaitu memutar bidang

polarisasi-datar). Yang termasuk dalam golongan ini adalah flavanon,

dihidroflavonol, katekin, pterokarpan, rotenoid, dan beberapa

biflavonoid (Markham, 1988).

flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu

1. Flavonol

Flavonol dapat dikatakan sebagai flavonoid yang paling tersebar luas

dan tersebar di seluruh kingdom tumbuhan kecuali alga dan fungi

(Gambar 2.5) . Flavonol seperti myricetin, quercetin, isorhamnetin dan

kaemperol pada umumnya ditemukan dalam bentuk o-glikosida

(Robinson, 1995)

O

O

OH

Gambar 2.5 Flavonol O OH

HO O

OH

O OH

HO O

OH

Gambar 2.4 Amentoflavon

(7)

2. Flavon

Flavon (Gambar 2.6) memiliki struktur yang sangat mirip dengan

flavonol (Crozier, 2006). Hanya ada 2 flavon umum yaitu apigenin dan

luteolin. Flavon juga terdapat dalam bentuk glikosida tetapi jenis

glikosidanya lebih sedikit daripada jenis gikosida pada flavonol

(Harbone, 1987).

3. Isoflavon

Isoflavon yang telah dikenal lebih dari 200 senyawa, merupakan isomer

flavon, tetapi jauh lebih langkah. Hampir semuanya terdapat dalam suku

leguminosae (Harbone, 1988). Isoflavon berlainan dengan flavonoid,

pada kedudukan dari cincin aromatik B pada rantai propana sentral,

struktur isoflavon dapat dilihat pada gambar 2.7 (Manitto, 1980).

4. Flavanon

Flavanon dapat dikarakterisasi karena tidak adanya terdapat ikatan

rangkap pada atom karbon no 2 dan 3 (gambar 2.8) dan dengan adanya

pusat atom karbon kiral pada pada C2. Struktur flavanon memiliki

kereaktifan yang tinggi. Flavanon dalam konsentrasi tinggi terdapat

dalam buah jeruk (Citrus) (Crozier, 2006).

O O

Gambar 2.6 flavon

O O

Gambar 2.7 Isoflavon

O O

(8)

5. Flavanonol

Flavanonol atau dihidroflavonol (gambar 2.9) merupakan flavonoid yang

paling kurang dikenal dan tidak diketahui apakah senyawa ini terdapat

dalam bentuk glikosida. Tidak seperti leukoantosianidin, senyawa ini

stabil dalam asam klorida panas tetapi terurai oleh basa hangat menjadi

kalkon (Robinson 1995).

6. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna paling penting dan paling tersebar luas

dalam tumbuhan (Harbone, 1988). Antosianin ialah pigmen daun bunga

merah sampai biru yang biasa ( meskipun apigeninidin kuning),

banyaknya sampai 30% bobot kering dalam beberapa bunga. Tidak

seperti golongan flavonoid lainnya antosianin selalu terdapat sebagai

glikosida. Salah satu contoh antosianin Malvidin-3-O-glikosida dapat

dilihat pada gambar 2.10 (Robinson, 1995).

O O

OH

Gambar 2.9 Flavononol

O+

OCH3

OCH3

OH

HO

OH

O

O HO

HO

OH OH

(9)

7. Antosianidin

Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin

dihidrolisis dengan asam (Harbone, 1988) dimana secara luas tersebar

dalam kingdom plantae dan jelas terdapat dalam jaringan bunga dan

buah. Antosianidin (gambar 2.11) ini bertanggung jawab dalam

meberikan warna merah,biru, dan ungu. Antosianidin juga ditemukan

dalam di daun, batang, biji dan jaringan akar dan memiliki peran penting

dalam menarik serangga dalam penyerbukan. Adapun contoh

antosianidin yang paling umum yaitu pelargonidin, cyaniding,

delphinidin, peonodin, petunidin, dan malvidin ( Crozier, 2006 ).

8. Auron

Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan

bryofita (gambar 2.12). Dikenal hanya lima aglikon , tetapi pola

hidroksilasi senyawa ini umumnya serupa dengan pola pada flavonoid

lain dalam larutan basa senyawa ini menjadi merah rose. Beberapa

contoh auron yaitu leptosin, aureusidin, sulfuretin, dan sulfuretin (

Crozier, 2006 ).

O+

OH

OH HO

OH

Gambar 2.11 antosianidin

O

(10)

9. Kalkon

Kalkon merupakan zat warna kuning pada bunga, kadang terdapat pada

jaringan lain. Sifat khas kalkon memberikan warna merah dengan

ammonia (Sirait, 2000). Kalkon tidak terdapat cincin benzo γ-piron

sehingga merupakan flavonoid cincin terbuka.Struktur dari kalkon dapat

dilihat pada gambar 2.13 (Bhat, 2005).

2.2.2 Sifat Kelarutan Senyawa Flavonoida

Flavonoida dalam bentuk glikosida kelarutannya bertambah dalam air dan

alkohol. Flavanon dan glikosida kalkon sulit larut dalam metanol, etanol, dan

campuran alkohol-air. Flavan-3-ol ( katekin, proantosianidin, dan tanin

terkondensasi) dapat diekstrak secara langsung menggunakan air sedangkan

metanol merupakan pelarut yang baik untuk katekin dan aseton 70 % untuk

prosianidin. Antoasianin dapat diekstrak menggunakan metanol asam. Metanol

asam ini mengandung asam asetat 7% dan asam trifluoroasetat 3% (Andersen,

2006).

2.3 Teknik Pemisahan

2.3.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan substansi atau zat dari campurannya

dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi dapat digolongkan

berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi dan proses pelaksanaannya.

Berdasarkan bentuk campurannya yaitu ekstraksi padat-cair ; zat yang diekstraksi

terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan.

O

(11)

Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan didalam usaha mengisolasi zat

berkhasiat yang terkandung didalam bahan alam seperti steroid, hormon,

antibiotika, dan lipida pada biji-bijian. Kemudian ekstraksi cair-cair ; zat yang

diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair

sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat

seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam larutan air.

Berdasarkan proses pelaksanaanya yaitu ekstraksi Kontinyu (Continues

Extraction) pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang sama digunakan secara

berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai. Tersedia berbagai alat dari jenis

ekstraksi ini seperti alat soxhlet atau Craig Countercurent. Dan yang kedua

Ekstraksi Bertahap (Batch) pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu

digunakan pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai. Alat yang digunakan

adalah berupa corong pisah (Yazid, 2005).

Flavonoid biasanya (glikosida) dapat terdegradasi oleh aktivitas enzim saat

tumbuhan dalam bentuk segar dan dalam bentuk tidak kering. Oleh karena itu

disarankan sampel yang digunakan dalam bentuk kering, lipofilik, atau sampel

beku. Ketika sampel atau material dalam bentuk kering digunakan pada umumnya

diubah dalam bentuk serbuk halus. Untuk ekstraksi pelarut yang dipilih

disesuaikan dengan sifat flavonoidnya. Polaritas merupakan dasar pertimbangan

dalam hal pemilihan pelarut (Andersen, 2006). Aglikon flavonoid kepolaran

rendah (flavon, dihidroflavonol, flavanon, isoflavon) dapat diekstraksi

menggunakan kloroform, diklorometan, dietil eter atau etil asetat sedangkan

aglikon flavonoid yang lebih polar seperti hidroksi flavon, flavonol, biflavon,

auron, khalkon dapat diekstraksi dengan aseton, metanol, etanol dan air atau

kombinasi dari pelarut tersebut. Metanol dan air dalam campuran yang bervariasi

merupakan salah satu sistem pelarut yang sesuai untuk senyawa yang

kepolarannya tinggi (Bhat, 2005).

Sampel dalam bentuk serbuk dapat diekstraksi dengan menggunakan alat

sokletasi awalnya diekstrak menggunakan n-heksana, hal ini bertujuan untuk

membuang lemak dan kemudian diekstraksi dengan etanol atau etil asetat untuk

(12)

2.3.2 Kromatografi

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu

proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri atas dua fase atau

lebih. Salah satu fase bergerak secara bersinambungan dalam arah tertentu dan

didalamnya, zat-zat terlarut menunjukkan perbedaan mobilitas yang disebabkan

oleh perbedaan adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau

kerapatan muatan ion (Harmita, 2014).

2.3.2.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi adsorbsi dan adsorben bertindak

sebagai fase stasioner. Kromatografi lapis tipis (thin layer chromatography atau

TLC) dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion

anorganik, kompleks senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam dan

senyawa-senyawa sintetik.Metode pemisahan ini merupakan metode fisikokimia

yang didasarkan atas penyerapan, partisi (pembagian), atau gabungannya (

Harmita, 2009).

Ada empat jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu silika gel, alumina,

kieselguhr, dan selulosa. Dari keempat adsorben tersebut yang paling banyak

dipakai adalah silika gel. Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis

dibandingkan dengan kromatografi kertas ialah karena dapat dihasilkannya

pemisahan yang sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan dapat dilaksanakan

dengan lebih cepat ( Adnan, 2010 ).

Sebelumnya kromatografi lapis tipis, kromatografi poliamida, dan

elektroforesis kertas merupakan merupakan kelompok teknik pemisahan untuk

senyawa fenolik. Kromatografi lapis tipis merupakan analisis yang bagus untuk

flavonoida hal ini dikarenakan adanya cincin fenil yang merupakan gugus

kromofor yang aktif akan UV serta menyebabkan flavonoid sangat mudah

(13)

2.3.2.2 Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom merupakan peralatan yang sangat penting dalam pemisahan

flavonoida. Adapun fase diam yang pada umumnya digunakan dalam

kromatografi kolom yaitu silika gel, sephadex, polyamida dan selulosa dimana

fase gerak yang biasa digunakan yaitu campuran antara pelarut organik polar dan

pelarut organik nonpolar dengan menggunakan metode elusi gradient (Bhat,

2005).

Mekanisme pemisahan pada kromatografi kolom didasarkan pada adsorbsi

komponen-komponen campuran yang memiliki afinitas yang berbeda-beda pada

permukaan fase diam. Interaksi antara adsorben dan komponen-komponen

campuran harus bersifat reversible. Aliran fase gerak akan membawa

komponen-komponen campuran dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan afinitas

komponen tersebut terhadap adsorben. Komponen yang memiliki afinitas paling

kecil akan bergerak lebih cepat.

Pemisahan yang terjadi bergantung pada jenis fase gerak yang digunakan.

Bila fase gerak yang digunakan sekaligus merupakan larutan campuran yang

dipisahkan, kecuali eluat pertama, eluat sebelumnya selalu mengandung

komponen dari eluat sebelumnya. Jadi komponen yang dipisahkan tidak murni.

Bila eluen berupa larutan dari zat yang lebih kuat terikat pada adsorben,

komponen-komponen yang dipisahkan lebih murni dan keluar secara beruntun

dari kolom. Adapun prosedur yang dilakukan dalam kromatografi kolom yaitu:

Diawali tahap penyiapan kolom, kolom diisi homogen dengan adsorben

yaitu dengan mencampurkan adsorben dengan pelarut hingga membentuk bubur

(slurry), kemudian dituangkan ke dalam kolom yang berisi pelarut. Campuran

diaduk didalam kolom untuk membantu homogenitas dan menghilangkan

gelembung-gelembung udara. Sebelum dan selama proses pemisahan, permukaan

kolom harus tetap terendam dalam pelarut dan ketinggian pelarut ± 1 cm diatas

permukaan kolom. Kemudian tahap pemasukkan sampel ke permukaan kolom.

Kolom dicuci dengan eluen, kemudian sampel yang telah dilarutkan dengan

sejumlah kecil volume eluen dimasukka kemudian kran dibuka dengan hati-hati.

Dalam kromatografi kolom perbandingan berat adsorben dengan sampel yaitu

(14)

Setelah pemasukkan sampel terjadi proses elusi atau pemisahan

komponen-komponen sampel. Elusi diteruskan hingga komponen-komponen

terpisah atau hingga tiap-tiap komponen keluar dari kolom. Untuk senyawa yang

tidak berwarna, eluat dipisahkan dalam beberapa fraksi, yang masing-masing

dengan volume kecil dan penetapan tiap tiap fraksi. Dan tahap yang terakhir yaitu

deteksi atau penetapan kadar komponen. Dimana senyawa kemudian ditetapkan

dan ditimbang setelah fraksi diuapkan dengan uji bercak, KKt atau KLT atau

dengan spektrofotometri (Harmita, 2009).

2.3.2.3 Kromatografi Lapis tipis Preparatif

Pada KLT preparatif, sampel dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan

pada plat pelarut yang baik yang digunakan yaitu pelarut non polar seperti

n-heksana, diklorometana, etil asetat. Jika pelarut digunakan sedikit polar akan

terjadi pelebaran pita (Hostettman, 1995).

Sampel yang akan dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi

plat lapisan dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis sampel sehingga

campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Penampakan pita dilakukan

dengan cara yang tidak merusak senyawa yang tidak berwarna dan penjerap yang

mengandunng pita dikerok dari plat kaca kemudian sampel dielusi dengan

penjerap dengan pelarut polar (Gritter, 1991).

2.4 Teknik Spektroskopi

2.4.1 Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)

Spektrum UV-Visibel merupakan hasil interaksi antara radiasi elektromagnetik

(REM) dan molekul. REM merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai

sifat gelombang dan partikel (foton) (Harmita,2009).

Flavonoid dapat diidentifikasi dengan mudah dengan menggunakan

metode spektroskopi salah satunya adalah spektrofotometer Ultraviolet (UV).

Spektrofotometer Ultraviolet biasanya digunakan untuk mengkarakterisasi dan

mengidentifikasi tipe-tipe flavonoid. Spektra UV-Vis dari tiap pigmen tumbuhan

akan berbeda dikarenakan kromofor yang berbeda-beda.

(15)

cincin A sedangkan pita I merupakan hasil absorpsi dari sistem sinamoil cincin B

(Bhat,2005). Berikut rentangan serapan spektrum UV-Visibel golongan

flavonoida pada tabel 2.1 (Markham, 1988).

Tabel 2.1 Rentangan Serapan Spektrum UV-Visibelgolongan Flavonoida No Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoida

1 250-280 310-350 Flavon

2 250-280 330-360 Flavonol (3-OH tersubstitusi) 3 250-280 350-385 Flavonol (3-OH bebas) 4 245-274 310-330 bahu Isoflavon

5 275-295 300-330 bahu Flavanon dan dihidroflavonol

6 230-270 340-390 Khalkon

7 230-270 380-430 Auron

8 270-28 465-560 Antosianidin dan antosianin

2.4.2 Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR)

Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi

getaran (vibrasi) yang berlainan. Inti-inti atom yang terikat oleh ikatan kovalen

mengalami getaran (vibrasi) atau osilasi (oscillation). Bila molekul menyerap

radiasi inframerah, energi yang diserap menyebabkan kenaikan dalam amplitudo

getaran atom-atom yang terikat itu. Jadi molekul ini berada dalam keadaan vibrasi

tereksitasi (excited vibrational state); energi yang diserap akan dibuang dalam

bentuk panas bila molekul itu kembali ke keadaan dasar (Supratman, 2010 ).

Dua molekul senyawa yang memiliki struktur kimia yang berbeda akan

memiliki spektrum inframerah yang berbeda. Hal ini dapat dikarenakan kedua

molekul tersebut memiliki jenis ikatan dan dan frekuensi vibrasi yang berbeda.

Walaupun memiliki jenis ikatan yang sama, ikatan-ikatan tersebut berada dalam

dua senyawa yang berbeda sehingga mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda

(karena kedua ikatan yang sama tersebut berada dalam lingkungan yang berbeda).

karena itu tipe ikatan yang berlainan menyerap radiasi inframerah pada

panjang gelombang yang berlainan . Dengan demikian spektrometri inframerah

dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus fungsi dalam suatu

molekul seperti OH, NH2, aromatik, substitusi aromatik, -NO2, -SO2, -asetilen.

Terdapat dua tipe vibrasi molekul yaitu Stretching (vibrasi regang/ulur)

(16)

ikatan dan bending (vibrasi lentur/tekuk) yaitu vibrasi yang disebabkan oleh sudut

ikatan sehingga terjadi pembesaran atau pengecilan sudut ikatan. Gerakan vibrasi

yang diamati dalam spektrum inframerah jika menghasilkan perubahan momen

dipol sedangkan jika ( µ =0) akan teramati dalam spektrum raman.

Frekuensi molekular dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

penggandengan vibrasi, ikatan hidrogen, efek induksi, efek resonansi (mesomeri),

sudut ikatan dan efek medan.Dalam spektrum inframerah juga perlu diperhatikan

letak (frekuensi), bentuk pita (melebar atau tajam), dan intensitas pita (kuat,

sedang, lemah) karena merupakan petunjuk sangat berharga dalam

mengidentifikasikan gugus fungsi yang terdapat dalam spektrum (Harmita, 2009).

2.4.3 Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Spektroskopi NMR adalah salah satu metode spektroskopi yang paling penting

untuk menentukan struktur molekul dan stereokimia. Spektroskopi ini dapat

digunakan dalam bidang organik, anorganik, organometalik, biologi, dan kimia

obat-obatan yang memberikan informasi mendetail baik untuk senyawa-senyawa

yang memiliki berat molekul rendah tetapi juga polimer-polimer sintesis dan alam

bahkan makromolekul ( Brown, 1988). Spektroskopi NMR didasarkan pada

penerapan gelombang radio oleh inti tertentu dalam molekul organik, bila molekul

ini berada dalam magnet yang sangat kuat dan homogen. Spektroskopi resonansi

magnet proton ini dapat memberi gambaran kuat magnet dari berbagai inti yang

ada dan untuk menduga letak inti tersebut dalam suatu molekul senyawa organik.

Dari spektra resonansi magnet inti proton (1H-NMR), diperoleh informasi

tentang jenis hydrogen, jumlah atom hidrogen pada masing-masing jenis

lingkungan hidrogen, dan jumlah atom hidrogen pada atom karbon tetangga

(Supratman, 2010 ). Perlu diketahui bahwa bentuk pecahan dan geseran kimia

setiap atom hidrogen yang terikat pada karbon akan berbeda, bergantung pada

lingkungannya. Dari data pergeseran kimia, akan diketahui jenis senyawa yang

mengikat hidrogen akan memberikan informasi tentang perbandingan atau jumlah

hidrogen, yang akhirnya dapat memberikan total atom H yang terdapat dalam

(17)

Geseran kimia didefinisikan sebagai rasio antara kekuatan perisai inti

(nuclear shielding) dan medan terapan yang digunakan (applied field).Geseran

kimia merupakan fungsi dari inti dan lingkungannya, serta berkaitan dengan

jumlah molekular. Geseran kimia biasanya diukur dengan membandingkan

terhadap senyawa standar yang sesuai. Senyawa standar pembanding ditambahkan

kedalam sampel yang akan diperiksa misalnya TMS (Harmita, 2009).

TMS (tetramethylsilan) merupakan senyawa standard yang biasa

digunakan untuk sampel organik. Perbandingan antara letak resonansi suatu

proton atau karbon tertentu dengan letak resonansi proton atau karbon standard

dinamakan pergeseran kimia (chemical shift) dari proton atau karbon dan diberi

simbol delta. Senyawa ini juga dapat digunakan untuk pembanding 13C-NMR.

Tetra Metil Silan sangat cocok sebagai senyawa standard karena

a. TMS mempunyai dua belas proton sehingga memberikan satu

puncak tunggal yang tajam ( singlet )

b. TMS merupakan cairan yang volatile, dapat ditambahkan dalam

jumlah sedikit pada larutan sampel dalam pelarutnya (pelarut

berdeuterium) sampel dapat diperoleh kembali dengan

menguapkan pelarutnya

c. Proton dan karbon pada hampir semua senyawa organik

mengalami resonansi pada medan yang lebih rendah daripada

proton atau karbon TMS karena Si bersifat lebih elektropositif

terhadap karbon

d. Larut dalam sebagian besar pelarut organik

e. TMS bersifat inert

f. Tidak larut dalam air atau D2O (Supratman, 2010)

Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) ini merupakan

alat diagnosa yang penting yang dapat mengidentifikasi jenis-jenis flavonoid

yang berbeda berdasarkan karakteristik yang berbeda dari jenis-jenis flavonoid

tersebut. Berikut merupakan karakteristik pergeseran kimia 1H-NMR dari

(18)

Tabel 2.2 Karakteristik Pergeseran kimia 1H-NMR dari flavonoid

Subtituen

H-6 (δ) ppm H-8 (δ) ppm

Flavon, Flavonol,

Isoflavon

6-6.2 (d) 6.3-6.5 (d)

7-Glikosida 6.2-6.4 (d) 6.5-6.9 (d)

Flavanon, dihidroflavonol 5.75-5.95 (d) 5.9-6.1 (d)

7-Glikosida 5.9-6.1 6.1-6.4 (d)

Subtituen 4’-oksigenasi H-2’; H-6’(δ) ppm H-3’;H-5’ (δ) ppm Flavonol 7.9-8.1 (d) 6.5-7.1 (d)

Flavonon 7.1-7.3 (d) 6.5-7.1 (d)

Dihidroflavonol 7.2-7.4 (d) 6.5-7.1 (d)

Isoflavon 7.2-7.4 (d) 6.5-7.1 (d)

Khalkon 7.4-7.6 (d) 6.5-7.1 (d)

Auron 7.6-7.8 (d) 6.5-7.1 (d)

3’,4’- dioksigenasi H-2’ (δ) ppm H-6’ (δ) ppm

Flavon 7.2 (d) 7.3-7.5 (d)

Flavonol 7.5-7.7 (d) 7.6-7.9 (d)

Flavonol- 3-OMe 7.6-7.8 (d) 7.4-7.6 (d)

Flavonol 3’,4’-O-glikosil 7.2-7.5 (d) 7.3-7.7 (d)

Subtituen H-2 (δ) ppm H-3 (δ) ppm Flavanon 5.0-5.5 (q) 2.8 (q)

Dihidroflavonol 4.8-5.0 4.1-4.3 (d)

Dihidroflavonol 3-glikosil 5.0-5.6 (d) 4.3-4.6 (d)

Flavon 6.3 (s)

Isoflavon 7.6-7.8 ; 7.8-8.1

(CDCl3)

Gambar

Gambar 2.3 Apigenin 8-C-β-D-glukopiranosida
Gambar 2.4 Amentoflavon
Gambar 2.10 Malvidin-3-O-glikosida
Tabel 2.1 Rentangan Serapan Spektrum UV-Visibelgolongan Flavonoida No Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoida

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini ahad tanggal dua belas bulan agustus tahun dua ribu dua belas, berdasarkan berita acara evaluasi dokumen penawaran dan berita acara pembuktian kualifikasi, kami

1 Faris Sofyan Syah 41132643 Aplikasi Absensi Berbasis Web di SMK Wahidin Kota Cirebon Raditya Danar Dana, M.Kom Dasep Lukiman, S.Pd.. 2 Nurgina Pramudita 41132555 Aplikasi

kelompok/kelompok dengan cara memilah ( sorting ) benda-benda yang memiliki satu atau lebih ciri yang sama atau menyerupai. b) Memilah adalah kegiatan yang dilakukan anak pada

Sketchup pada PT Cirebon Power Service (PLTU Cirebon) Raditya Danar Dana, M.Kom Irdan Denni, MT. 20 Muhamad

Pada hari ini senin tanggal tiga belas bulan agustus tahun dua ribu dua belas, berdasarkan hasil evaluasi dokumen kualifikasi, penawaran dan pembuktian

Merancang dan Membangun Keamanan Jaringan menggunakan Proxy Server dengan Squid pada Ubuntu (Studi Kasus : CV Web Plaza Indonesia). Yudhistira Arie Wijaya, S.Kom Dian Ade

[r]

PPTKIS yang telah dijatuhi sanksi pencabutan SIPPTKI dapat mengajukan permohonan SIPPTKI baru setelah melewati tenggang waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak