• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kelelahan Kerja Pada Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Lampasi Tigo Nagori Kota Payakumbuh Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kelelahan Kerja Pada Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Lampasi Tigo Nagori Kota Payakumbuh Tahun 2016"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelelahan Kerja

2.1.1 Definisi Kelelahan Kerja

Kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme tubuh (Suma’mur, 2009). Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh

agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan adalah ungkapan perasaan yang tidak enak secara umum, suatu perasaan yang kurang menyenangkan, perasaan resah dan capai yang menguras seluruh minat dan tenaga (Anoraga, 2009). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada hilangnya efesiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004).

Kelelahan adalah suatu perasaan yang kurang menyenangkan hingga berpengaruh pada menurunnya kekuatan bergerak dan akhirnya berpengaruh kepada menurunnya prestasi yang dicapai oleh individu yang mengalami kelelahan (Ryna Parlyna dan Arif Marsal, 2013).

(2)

11

2.1.2 Jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.

a. Berdasarkan proses, meliputi : 1. Kelelahan otot (muscular fatique)

Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar. (tarwaka,2004)

Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar.

Kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus-menerus.

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut ‘Kelelahan Otot’ secara

(3)

12

kurang menguntungkan seperti melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja (Budiono, Sugeng,A.M., 2005).

2. Kelelahan Umum

Kelelahan umum, adalah perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004).

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. (Tarwaka, Bakri Solichul H.A., Sudiajeng L. 2004)

(4)

13

b. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, meliputi:

1. Kelalahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.

2. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi untuk jangka waktu yang panjang. Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap perpanjangan stress. Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya stres atau sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap saat.

Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti : a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi

kurang toleran terhadap orang lain.

b. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjan.

c. Depresi yang berat, dan lain-lain. (Wignjosoebroto, S., 2000) c. Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi:

1. Kelelahan Fisiologis

(5)

14

Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor fisik atau kimia yaitu suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, dan kebisingan. (Nurmianto E., 2004)

2. Kelelahan Psikologis

Kelelahan psikologis, adalah kelelahan yang dapat dikatakan kelelahan palsu yang timbul dalam perasaan pekerja. Kelelahan ini dapat dilihat dari perubahan tingkah laku atau pendapat-pendapatnya yang sudah tidak konsisten lagi, serta labilnya jiwa dengan adanya perubahan pada kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya. Beberapa sebab kelelahan ini diantaranya: kurangnya minat dalam pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni, keadaan lingkungan, adanya hukum atau nilai moral yang mengikat yang dirasakan tidak cocok baginya, serta sebab-sebab fisikologis lain seperti tanggung jawab, kekhawatiran, dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan terkumpul didalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah. (Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja., 1999)

Beberapa jenis kelelahan umum menurut Grandjean (1988) adalah:

1. Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.

2. Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi seluruh organ tubuh.

(6)

15

4. Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian dari sistem psikomotor.

5. Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang.

6. Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam serta pertukaran periode tidur.

2.1.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja

Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/ memepertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.

Faktor-faktor penyebab kelelahan antara lain: intensitas lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan (iklim, penerangan, kebisingan, getaran dll), circadian rhythm, problem psikis (tanggung jawab, kekhawatiran, konflik dll), kenyerian dan kondisi kesehatan, dan nutrisi (Tarwaka, 2015).

(7)

16

bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat, kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis dan kerja otot dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi yang lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama.

Dari sekian banyak jenis kelelahan seperti yang telah diuraikan diatas, maka timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia. (Wignjosoebroto S., 2000)

Skema di bawah ini akan memberikan analogi tentang faktor-faktor penyebab kelelahan dan proses pemulihannya.

Lingkungan yang tidak ergonomis

Status kesehatan psikologi, tanggung jawab, emosi

Monotomi intensitas dan durasi kerja

fisik/mental

Perasaan lelah

Pemulihan/istirahat Gambar 1. Skema Proses Akumulasi Kelelahan dan Faktor-faktor Penyebabnya Sumber : Grandjean (1991:838). Encyclopaedia of Occupational Health and

(8)

17

Istirahat yang diperlihatkan pada skema adalah sebagai jalan satu-satunya pengosongan dari sebuah tabung. Fenomena dari pengambilan waktu istirahat secara normal jika organismenya tidak terganggu atau jika minimal salah satu dari bagian yang penting dalam tubuh tidak merasa stress. Ini menjelaskan bagian penentu berperan pada saat bekerja sehari-hari adalah seluruh waktu istirahat kerja, mulai dari saat istirahat singkat pada saat bekerja sampai tidur pada malam hari. Analogi dari tabung menggambarkan betapa dibutuhkannya waktu istiarahat untuk kehidupan yang normal dalam mencapai keseimbangan antara total beban kerja yang dipikul oleh individu dan jumlah waktu istirahat yang memungkinkan. (ILO, 2003)

Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomis nya kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja. Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai akibat pembebanan kerja yang berlebihan, antara lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi tempat kerja yang menggairahkan. (Budiono, Sugeng, A.M., 2005)

(9)

18

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja

yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat

dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih

bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan

normal ke seluruh anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan

seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik

secara objektif maupun subjektif. (Tarwaka, 2004) 2.1.4 Gejala-gejala Kelelahan Kerja

Kelelahana dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang sering timbul seperti :

1. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki teras berat, menguap, pikiran merasa acau, mengantuk, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring.

2. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat badan.

(10)

19

menunjukkan kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan. (Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja, 1999)

Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatan-perbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan,tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis.

Hal ini menyebabkan tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat (Suma’mur,

2009).

2.1.5 Proses Terjadinya Kelelahan

(11)

20

menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah. (Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja, 1999).

Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksida glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontiniu. Ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan.

Secara lebih jelas proses terjadinya kelelahan fisik adalah sebagai berikut : 1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulakan CO2, saerolatic, phospati, dan

sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.

(12)

21

adanya aktivitas bekerja persediaan glikogen dalam hati akan menipis. Kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati hanya tersisa 0,7%.

Untuk kelelahan fisiologis, para ahli meyakini bahwa keadaan dan perasaan kelelahan yang timbul karena adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran (Cortex cerebri) atas pengaruh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus, dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikolaris yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan-peralatan tubuh ke arah reaksi. Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja kedua sistem antagonis tersebut.

Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, seseorang yang sedang lelah dapat melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga (ketegangan emosi). Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat daripada sistem penggerak (Sutalaksana, 2005).

(13)

22

dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori klinis dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatkan sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efesiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya ransangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Ransangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akna menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang. 2.1.6 Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan Kerja

(14)

23

perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolahan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologis dan psikologis kerja merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan. Demikian pula sangat besar peran dari pengorganisasian proses produksi yang tepat. (Suma’mur, 2009). Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery) adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup. Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar sampai tidur malam hari.

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya : 1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh

2. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsip ekonomi gerakan

3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melibihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya

4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya masa-masa libur dari rekreasi, dan lain-lain

5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran bau/ wangi-wangian dan lain-lain.

(15)

24

menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olahraga dan lain-lain. (Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja, 1999)

Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai indikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun. (Budiono, Sugeng, A.M., 2005)

(16)

25

Gambar 2. Skema: Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan (Tarwaka, 2015)

2.1.7 Pengukuran Kelelahan Kerja

Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkatan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performans kerja yang biasa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolok ukur yang sering dipakai untuk mengevalusi tingkat kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah pokok cacat yang dihasilkan dan frekwensi kecelakaan yang menimpa pekerja seringkali juga dipakai sebagai

PENYEBAB KELELAHAN

1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Redesain stasiun kerja ergonomi 4. Sikap kerja alamiah 10. Istirahat setiap 2 jam kerja

dengan sedikit kudapan

(17)

26

cara untuk mengkorelasikan dengan intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa perubahan performans kerja kuantitas ataupun kualitas output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh kelelahan saja. (Wignjosoebroto S, 2000)

Sampai saat ini belum ada cara mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut; kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan, uji psiko-motor (psychomotor test), uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test), perasaan kelelahan secara subjektif (subjective feelings of fatique), dan uji mental dengan bourdon wiersman test (Tarwaka, 2004)

1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi factor tersebut bukanlah merupakan causal factor.

2. Uji psiko-motor (psychomotor test)

(18)

27

waktu reaksi adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan klit atau goyangan badan. Terjadinya pemenjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot.

b. Sanders & McCormick (1987) mengatakan bahwa waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150 s/d 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat; intensitas dan lamanya perangsangan; umur subjek; dan perbedaan individu-individu lainnya.

c. Setyawati (1996) melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya.

d. Alat ukur waktu reaksi yang telah dikembang di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli.

3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)

(19)

28

mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

4. Perasaan kelelahan secara subjektif (subjective feelings of fatigue)

Subjective Self Rating Test dari Indutrial Fatique Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subyektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :

a. 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan: perasaan berat di kepala, lelah seluruh badan, berat di aki, mguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil dan ingin berbaring.

b. 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi: susah berpikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan.

c. 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik: sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.

5. Alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2)

(20)

29

tidak menyenangkan yang terdiri dari 17 pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja, antara lain : sukar berpikir, lelah berbicara, gugup menghadapi sesuatu, tidak pernah berkonsentrasi mengerjakan sesuatu, tidak punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya diri, tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap orang lain, enggan bekeja dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah seluruh tubuh, lamban, tidak kuat berjalan, lelah sebelum, daya pikir menurun dan cemas terhadap sesuatu. (Sidabalok Lince, 2007).

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahan biasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena beberapa faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomik, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat.

2.2 Peternakan Ayam Broiler

Usaha peternakan ayam broiler terlihat mulai kembali berkembang setelah Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997. Kota Payakumbuh merupakan salah satu sentra produksi ayam ras pedaging dan petelur di Provinsi Sumatera Barat. Usaha peternakan ayam ras pedaging dan petelur di wilayah Kota Payakumbuh, pada satu sisi telah berdampak positif dalam meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat yang melibatkan banyak peternak dengan skala usaha mulai dari ribuan ekor sampai dengan puluhan ribu ekor ayam per peternak.

(21)

30

50.000 ekor, tetapi umumnya 5.000 – 25.000 ekor. Peternakan rakyat mempunyai beberapa karakter, seperti modal terbatas, kontiniutas usaha sepanjang tahun tidak berjalan lancar, kandang di bangun dengan sederhana dan dekat dengan tempat tinggal, serta kepemilikannya bersifat perorangan. Skala sedang (peternakan mapan atau peternakan besar) dengan jumlah ayam yang dipelihara 50.000 – 500.000 ekor. Status kepemilikan masih perorangan. Manajemen pemeliharaan lebih maju dari pada manajemen yang dilaksanakan di peternakan rakyat. Namun secara legal belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum. Skala besar (skala perusahaan) secara legal telah berbadan hukum. Jumlah ayam yang dipelihara bervariasi, umumnya diatas 1.000.000 ekor sampai dengan berjuta-juta ekor. Pengoperasian usahanya bisa ditangani sendiri, ada juga dengan menjalin kerjasama dengan peternak rakyat atau disebut pola kemitraan.

(22)

31

topografi dan fungsi lingkungan serta bebas dari bakteri patogen yang membahayakan ayam pedaging dan petelur, mudah diakses atau terjangkau alat transportasi. Serta tersedia cukup air bersih sesuai dengan baku mutu, dan sumber energi yang cukup sesuai kebutuhan dan peruntukannya.

Pada bangunan untuk usaha budi daya ayam pedaging dan petelur yang baik meliputi jenis bangunan, konstruksi bangunan, dan tata letak bangunan. Jenis bangunan terdiri dari ; kandang anak ayam dan kandang pembesaran, kandang isolasi ayam sakit, gudang penyimpanan pakan, peralatan, dan tempat penyimpanan obat, saluran air, bak air, dan bak pengolah limbah (digester) dan tempat pemusnahan/pembakaran bangkai ayam. Selain jenis bangunan tersebut di atas hendaknya mempunyai bangunan kantor untuk urusan administrasi dan mess karyawan. Konstruksi bangunan dilengkapi antara lain dengan ; ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara dengan baik, saluran limbah dan pemanfaatannya, gudang penyimpanan pakan, obat, alat dan mesin yang mampu memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan higienis dan kandang yang menjamin ternak terhindar dari kecelakaan dan kerusakan fisik. Penataan letak bangunan kandang memperhatikan drainase dan mendapat sinar matahari yang cukup.

(23)

32

bangunan lain bukan kandang minimal 25 (dua puluh lima) meter, bangunan kandang, kandang isolasi, dan bangunan lainnya ditata agar aliran air, saluran pembuangan limbah, udara dan penghantar lain tidak menimbulkan penyakit, posisi kandang membujur dari barat ke timur atau sebaliknya untuk mengurangi sinar matahari langsung dan jarak antara lokasi budi daya ayam pedaging dan petelur dengan lokasi budi daya unggas lainnya ditetapkan berdasarkan hasil analisis risiko yang dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi fungsi kesehatan hewan.

(24)

33

dengan desinfektan baik sebelum masuk maupun keluar lokasi peternakan, pembatasan secara ketat keluar masuk orang dan kendaraan dari dan ke lokasi peternakan, setiap orang yang menderita sakit dapat membawa penyakit unggas agar tidak memasuki kandang, setiap orang yang akan masuk dan keluar lokasi kandang, harus mencuci tangan dengan sabun/desinfektan dan mencelupkan alas kaki ke dalam tempat/bak cairan desinfektan, setiap orang yang berada di lokasi kandang harus menggunakan pelindung diri seperti pakaian kandang, sarung tangan, masker (penutup hidung atau mulut), sepatu boot dan penutup kepala, mencegah keluar masuknya tikus, serangga, dan unggas lain seperti itik, entok, burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi peternakan, kandang, tempat makan dan minum, tempat pengeraman ayam, sisa alas kandang/litter dan kotoran kandang dibersihkan secara berkala sesuai prosedur, tidak diperbolehkan makan, minum, meludah, dan merokok selama berada di lokasi kandang, tidak membawa ayam pedaging dan petelur yang mati atau sakit keluar dari area peternakan, ayam pedaging dan petelur yang mati di dalam area peternakan harus dibakar dan dikubur sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kotoran ayam pedaging dan petelur diolah misalnya dengan dibuat kompos sebelum kotoran dikeluarkan dari area peternakan dan air kotor hasil proses pencucian agar langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah melalui saluran limbah ke dalam tempat penampungan limbah, sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk lokasi kandang.

(25)

34

sebagai berikut: berbadan sehat, mempunyai keterampilan dalam budi daya ayam atau mempunyai keterampilan sesuai dengan bidangnya dan memahami risiko pekerjaan dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. (Chandra, 2015)

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

Pekerja Peternakan 1. Umur

2. Masa kerja

3. Tingkat Pendidikan 4. Beban Kerja

Gambar

Gambar 1. Skema Proses Akumulasi Kelelahan dan Faktor-faktor Penyebabnya
Gambar 2. Skema: Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan (Tarwaka, 2015)
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Purpose: This research aimed to analyze the correlation between levels of cadmium level in blood and decreasing kidney function reviewed from ureum and creatinine levels

Untuk informasi lebih lanjut tentang pengadaan barang/jasa dapat dikonfirmasi ke masing-masing SKPD. Pengumuman ini juga dapat diakses di situs resmi Pemerintah Kabupaten

Maharsi Kanva adalah orang suci yang tekun menjaga kesucian diri, karena ketekunan beliau menjaga kesucian, beliau mendapat wahyu dari Sang Hyang Widhi.. Selain itu, beliau juga

[r]

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Paket Pengadaan Jasa Layanan Kebersihan Pemeliharaan Halaman,

T api saya lebih cenderung melakukan cara dakwahnya nabi Muhammad dengan ceramah yang membangun.. orang-orang sukses, agar siswa terpancing. Manusia kan

pemberdayaan keluarga Kitri Asih di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari dapat bekerja secara maksimal. Hal ini tampak dari pelaksanaan aktivitas tidak dapat

Hasil menunjukkan peningkatan suhu terjadi dimulai dalam pada tahun 1990 – 2011, pergeseran perubahan kawasan terbangun dan penurunan kerapatan vegetasi menyebabkan