• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengan Masyarakat yang Menerima Pelayanan Perawat Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengan Masyarakat yang Menerima Pelayanan Perawat Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Sumatera Utara"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Puskesmas

2.1.1 Definisi Puskesmas

Departemen Kesehatan RI (2014) mengemukakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai unit pelaksana teknis yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerjanya. Puskesmas dan jaringannya berperan sebagai institusi penyelenggara pelayanan kesehatan dijenjang pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat. Tanggung jawab Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya diantaranya adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yangbertempat tinggal di wilayah kerjanya agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi tingginya.

(2)

2.1.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki tiga fungsi yang berfokus pada pembangunan kesehatan, yakni:

a. Puskesmas Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan: Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan yaitu sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan. Upaya puskesmas menjalankan fungsi ini dilakukan dengan menjalankan, menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor masyarakat di wilayah kerjanya sehingga dapat mendukung pembangunan kesehatan. Fokus upaya yang dilakukan puskesmas terkait pembangunan kesehatan adalah mengutamakan preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Puskesmas harus memantau dan melaporkan hasil atau dampak dari program yang telah diselenggarakan di wilayah kerjanya.

(3)

Kesimpulannya bahwa Puskesmas dalam melakukan pemberdayaan masyarakat bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat (Maulana, 2009).

c. Puskesmas Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer : Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang ditujukan untuk perorangan dan masyarakat. Puskesmas bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan ( Haris,2007)

(4)

kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi : Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

(5)

dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektorsektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

2.1.3 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

2.1.4 Jenis- Jenis Puskesmas

Jenis Puskesmas adalah keterangan mengenai jenis dari Puskesmas yang bersangkutan. Terdapat dua jenis puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2007) yaitu puskesmas perawatan dan puskesmas nonperawatan.

2.1.4.1Puskesmas Perawatan (Rawat Inap)

(6)

menjalankan fungsi perawatan dan untuk menjalankan fungsinya diberikan tambahan ruangan dan fasilitas rawat inap yang sekaligus merupakan pusat rujukan antara (Departemen Kesehatan RI, 2007). Puskesmas perawatan (rawat inap) berfungsi sebagai pusat rujukan pasien yang gawat darurat sebelum dibawa ke rumah sakit.

2.1.4.2Puskesmas Non Perawatan

Puskesmas non perawatan hanya melakukan pelayanan kesehatan rawat jalan. Permenkes No.029 tahun 2010 menyebutkan kegiatan di pelayanan kesehatan rawat jalan yakni observasi, diagnosis, pengobatan, dan atau pelayanan kesehatan lainnya tanpa dirawat inap.

Jenis Puskesmas adalah keterangan mengenai jenis dari Puskesmas yang bersangkutan. Terdapat dua jenis puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2014) yaitu puskesmas perawatan dan puskesmas nonperawatan.

2.1.5 Kegiatan Pokok Puskesmas

Program kerja yang dilaksanakan oleh puskesmas terdapat 18 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan. Namun, pelaksanaannya sangat tergantung pada tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, biaya yang tersedia, serta kemampuan manajemen tiap-tiap puskesmas. Kegiatan pokok pukesmas antara lain sebagai berikut :

(7)

menstimulusnya, pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam-macam penyakit ringan dan lainnya.

b. Upaya Keluarga Berncana (KB) : Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan calon ibu yang mengunjungi KIA, mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang bekerja sebagai penggerak Keluaga Berencana, memberikan pedidikan tentang cara pemasangan IUD, cara-cara penggunaan pil, kondom, dan alat kontrasepsi lainnya

c. Upaya Perbaiakan Gizi : Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi, mengembangkan program perbaikan gizi, memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.

d. Upaya Kesehatan Lingkungan : Penyehatan air bersih, penyehatan pembuangan kotoran, penyehatan lingkungan perumahaan, penyehatan limbah, pengawasan sanitasi tempat umum, penyehatan makanan dan minuman, pelaksanaan peraturan perundangan

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular :mengumpulkan dan menganalisis data penyakit, melaporkan kasus penyakit menular, menyelidiki benar tidaknya kasus yang masuk melakukan tindakan permulaan untuk mencegahan penyebaran penyakit menular, menyembuhkan penderita, sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi, pemberian imunisasi, pemberantasan vektor, pendidikan kesehatan kepada masyarakat

(8)

pemeriksaan laboratorium, membuat diagnosis kemudian melakukan tindakan pengobatan dan melakukan upaya rujukan.

g. Upaya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas di klinik, rumah, dan kelompok-kelompok masyarakat dan di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi di tingkat kabupaten terdapat tenaga-tenaga kordinator penyuluhan kesehatan.

Kegiatan pokok puskesmas lainnya ialah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), kesehatan olahraga, perawatan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan gigi dan mulut, usaha kesehatan jiwa, kesehatan mata, laboraturium, pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan, kesehatan usia lanjut serta pembinaan obat tradisional.

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat. Disamping penyelenggaraan usaha-usaha pokok tersebut di atas, puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan progarm kesehatan oleh pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun pembekalan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah daerah (Mubarak & Chayatin, 2009).

2.2 Pelayanan Perawat di Puskesmas

2.2.1 Definisi Pelayanan Perawat Puskesmas

(9)

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif dan ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Keperawatan meruapakan profesi yang berorientasi pada pelayanan yang hakekatnya tindakan keperawatan bersifat membantu. Perawat membantu pasien mengatasi masalah-masalah sehat-sakit pada kehidupan sehari-harinya (Asmadi, 2008). Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan kesehatan profesional, yakni praktik keperawatan didasarkan atas profesi keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Salah satu ciri praktik keperawatan profesional adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi. Standar pelayanan keperawatan merupakan pedoman untuk perawat dalam melakukan praktik keperawatan yang digunakan untuk menentukan apakah perawat telah bertindak sesuai prosedur (Potter & Perry, 2010). Apabila perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai standar maka perawat dapat melindungi diri sendiri pada bahaya tindakan legal dan yeng lebih penting adalah melindungi klien/pasien pada risiko bahaya dan cedera.

(10)

pelayanan keperawatan menggunakan suatu pendekatan yaitu standar asuhan keperawatan. Asuhan Keperawatan adalah tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari pengkajian masalah, penyusunan rencana keperawatan, melaksanakan tindakan dan prosedur keperawatan secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial, spiritual dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan ((Potter & Perry, 2010).

2.2.2 Peran dan Fungsi Perawat Puskesmas

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesianal sesuai dengan kode etik profesi, dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan. (Mubarak & Chayatin, 2009).

(11)

Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa perawat puskesmas profesional yang ideal adalah perawat komunitas yang memiliki latar belakang pendidikan serta kompetensi di bidang keperawatan komunitas sehingga dapat menerapkan 12 peran dan fungsinya (Kepmenkes, 2006). Peran dan fungsi perawat melekat secara bersamaan dalam tugas perawat antara lain peran sebagai pemberi pelayanan kesehatan/asuhan keperawatan, penemu kasus, peran sebagai pendidik/penyuluh kesehatan, kordinator pelayanan kesehatan, konselor keperawatan, panutan (role model), pemodifikasi lingkungan, konsultan, advokat, peneliti, dan pembaharu (inovator). Namun karena masih rendahnya tingkat pendidikan yaitu mayoritas pendidikan SPK dan Diploma, dari seluruh peran dan fungsi yang harus dilakukan oleh perawat, hanya 6 saja yang menjadi prioritas (Kepmenkes, 2006). Ke enam peran tersebut adalah:

a. Pemberi Asuhan Keperawatan

(12)

rasa aman bagi klien, melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan seimbang antara lain, memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya, dan berusaha mengembalikan kesehatan klien.

Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan yang utuh (holistic) serta berkesinambungan (komprehensif). Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien/keluarga bisadiberikan secara langsung (direct care) maupun secara tidak langsung (indirect care) pada berbagai tatanan kesehatan yaitu meliputi puskesmas, ruang rawat inap puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, sekolah, panti, posyandu, keluarga (rumah pasien/klien) (Depkes, 2014).

b. Penemu Kasus

(13)

c. Pendidik Kesehatan

Peran sebagai pendidik kesehatan (educator) menuntut perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik setting di rumah, di puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses pengajaran mempunyai empat komponen, yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan, yaitu dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi klien dan kesiapan untuk belajar. Selama proses perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran.

(14)

memperoleh banyak pengetahuan di bidang kesehatan (Mubarak & Chayatin, 2009).

d. Kordinator dan Kolaborator

Peran kordinator perawat dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan tim kesehatan yang lain, baik perawat dengan dokter, perawat dengan ahli gizi, perawat dengan ahli radiologi dan lain-lain dalam kaitannya mempercepat proses penyembuhan klien. Peran kolaborator, perawat dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesi (Mubarak & Chayatin, 2009). Perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga di berbagai program, dan bekerja sama (kolaborasi) dengan tenaga kesehatan lain atau keluarga dalam perencanaan pelayanan keperwatan serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya (Depkes, 2014). Peran ini salah satu bentuk kerja sama antar bidang kesehatan di puskesmas.

e. Konselor

(15)

kesehatan lainnya dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat puskesmas antara lain adalah menyediakan informasi, mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi asuhan dan meyakinkan klien, menolong klien mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor terkait, memandu klien menggali permasalahan dan memilih pemecahan masalah yang dikerjakan (Depkes, 2014). Perawat diharapkan mampu untuk mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Perubahan interaksi merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasi klien, memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu. Selanjutnya pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan agar mengubah perilaku hidup sehat atau adanya perubahan pola interaksi yang lebih baik dari individu, keluarga dan masyarakat (Mubarak & Chayatin, 2009).

f. Panutan (Role Model)

(16)

teratur, menjaga berat badan, tidak merokok, menyediakan waktu untuk istirahat setiap hari, komunikasi efektif dan lain - lain (Kepmenkes, 2006).

Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain ( Mubarak, 2005). Dalam menjalankan perannya perawat dibagi menjadi 3 fungsi yaitu: a. Fungsi Independent Fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lain. Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik biologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual, mulai dari tingkat individu yang utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan sampai pada tingkat masyarakat, yang juga mencerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekular. Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertanggung jawab serta bertanggung gugat atas rencana keputusan dan tindakannya.

b. Fungsi Dependent Individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak hanya mendapatkan pelayanan kesehatan dari perawat saja, juga melibatkan tim kesehatan lain. Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas instruksi dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, radiologi dan lainnya). Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat efektif.

(17)

pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan tersebut tidak dapat diatasi hanya oleh perawat, tetapi juga membutuhkan kerjasama dengantim kesehatan lain.

2.2.3 Aspek-Aspek Kualitas Pelayanan Keperawatan di Puskesmas

Pelayanan keperawatan dapat diamati dari praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien harus memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan, serta mampu memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai harapan instansi pelayanan kesehatan untuk mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien (Yani, 2007). Beberapa aspek yang dapat menjadi indikator penerapan sebuah layanan keperawatan pada pasien, diantaranya adalah:

a. Aspek perhatian

(18)

b. Aspek penerimaan

Aspek penerimaan merupakan sikap perawat yang selalu ramah dan ceria saat bersama pasien, selalu tersenyum dan menyapa semua pasien. Perawat harus menunjukkan rasa penerimaan yang baik terhadap pasien dan keluarga pasien, menerima pasien tanpa membedakan agama, status sosial ekonomi dan budaya, golongan dan pangkat, serta suku sehingga perawat menerima pasien sebagai pribadi yang utuh. Penerimaan ialah sikap yang tidak menghakimi individu, bagaimanapun dan apapun perilaku individu tersebut. Perawat menunjukkan sikap tegas dan jelas, tetapi tanpa amarah atau menghakimi, sehingga perawat membuat pasien merasa utuh. Perawat tidak kecewa atau tidak berespon negatif terhadap amarah yang meluap-luap, atau perilaku buruk pasien menunjukkan penerimaan terhadap pasien (Videbeck, 2008).

c. Aspek komunikasi

(19)

menggunakan keterampilan komunikasi pada pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lain (Arwani, 2002).

d. Aspek kerjasama

Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien. Perawat harus mampu mengupayakan agar pasien mampu bersikap kooperatif. Perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam menganalisis situasi yang kemudian bersama-sama mengenali, memperjelas dan menentukan masalah yang ada. Setelah masalah telah diketahui, diambil keputusan bersama untuk menentukan jenis bantuan apa yang dibutuhkan oleh pasien. Perawat juga bekerja sama secara kolaborasi dengan ahli kesehatan lain sesuai kebutuhan pasien.

e. Aspek tanggung jawab

(20)

Menurut Parasuraman (Nursalam, 2011), kualitas pelayanan perawat memiliki beberapa aspek, yaitu:

a. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang tepat dan terpercaya. Pelayanan yang terpercaya artinya adalah konsisten. Sehingga reliability mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan dan seberapa jauh mampu memberikan pelayanan yang tepat atau akurat.

b. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu kesediaan atau kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat.

c. Jaminan kepastian (Assurance), yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf (bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan).

d. Empati (Emphaty), yaitu membina hubungan yang baik, pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan, dan memberikan pelayanan serta perhatian secara individual pada pelanggannya.

e. Bukti langsung (Tangible), yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, pegawai, dan media komunikasi yang dapat dirasakan langsung oleh pelanggan.

(21)

Kelengkapan, menyangkut dengan ketersediaan sarana pendukung pelayanan; f) Kemudahan mendapat pelayanan, berkaitan dengan perawat dan tersedianya fasilitas pendukung; g) Variasi model pelayanan, berhubungan dengan inovasi untuk memberikan pola baru dalam pelayanan; h) Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas perawat; i) Kenyamanan dalam mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang, kemudahan menjangkau, dan ketersediaan informasi; j) Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan, fasilitas yang diberikan, dan penampilan perawat.

Menurut Christine (Pohan, 2007), aspek kualitas pelayanan perawat meliputi: a) Ketepatan waktu, meliputi akses dan waktu tindakan; b) Informasi, meliputi penjelasan dari jawaban apa, mengapa, bagaimana, kapan, dan siapa; c) Kompetensi teknis, meliputi pengetahuan perawat, keterampilan, dan pengalaman; d) Hubungan antarmanusia, meliputi rasa hormat, sopan santun, perilaku, dan empati; e) Lingkungan, meliputi kebersihan, kenyamanan, keamanan dan penampilan perawat.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek yang dipakai untuk mengetahui tingkat kualitas pelayanan perawat adalah keandalan, daya tanggap, jaminan kepastian, empati, dan bukti langsung.

2.3 Studi Fenomenologi

(22)

seseorang (Polit & Beck, 2012). Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali definisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul.

Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena dalam bentuk pengalaman hidup. Penggunaan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi bertujuan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, mendalam, credible dan bermakna. Selain itu, pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa dan memberikan gambaran terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami beberapa individu dalam situasi yang dialami. Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali definisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti. Fenomenologi berfokus pada apa yang dialami oleh manusia pada beberapa fenomena dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut. Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Beck, 2012).

(23)

peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012). Studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak. Jumlah partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit. Partisipan yang terlibat dalam penelitian akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck, 2012).

Berdasarkan dari cara pengambilan kesimpulan dari fenomena yang ada dari subyek penelitian, ada dua jenis penelitian fenomenologi, yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretatif. Fenomenologi deskriptif berfokus pada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena (fenomena deskriptif), sedangkan fenomenologi interpretatif lebih kepada penafsiran dari pengalaman atau fenomena yang dialami subyek penelitian (Polit & Beck, 2012). Dalam fenomenologi deskriptif ada tiga fenomenoligist dalam proses analisa data. Dimana ketiga tokoh ini berpedoman pada filosof Husserl yang fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena. Ketiga tokoh tersebut adalah Collaizzi (1978), Giorgi (1985), dan Van Kaam (1959) (Polit & Beck, 2012).

(24)

membantu partisipan mengambarkan pengalaman hidupnya tanpa harus memimpin diskusi. Selain itu, dalam wawancara yang mendalam, peneliti berusaha untuk merasakan apa yang pernah dialami oleh informan untuk mendapatkan informasi penuh tentang pengalaman hidup mereka (Polit & Beck, 2012).

Menurut Lincoln & Guba (1985, dalam Polit & Beck, 2012) untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (trustworthiness) maka data divalidasi dengan beberapa kriteria. Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. Credibility termasuk validitas internal. Cara memperoleh tingkat kepercayaan yaitu perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat (prolonged engagement), ketekunan pengamatan (persistent observation), triangulasi (triangulation), diskusi teman sejawat (peer debriefing), analisis kasus negatif (negative case analysis), pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy checks), dan pengecekan anggota (member checking).

Transferability adalah kriteria yang digunakan untuk memenuhi bahwa hasil

penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat ditransfer ke subyek lain yang memiliki topologi yang sama. Transferability termasuk dalam validitas eksternal. Maksudnya adalah dimana hasil suatu penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain.

Dependability mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan

(25)

untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Teknik terbaik adalah audit trail yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas peneliti..

Confirmability memfokuskan apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Confirmability merupakan kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian.

Authenticity memfokuskan pada sejauh mana peneliti dapat menunjukkan

Referensi

Dokumen terkait

membangkitkan motivasi belajar, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran di kelas, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, mengemukakan pendapat serta

tinggi, punggung tangan kearah samping kiri level sedang. Tangan kanan tungkai atas kearah samping kiri level rendah, tungkai bawah ke samping kiri level tinggi, punggung

Angka yang ditunjukkan pada kelompok K 4 lebih besar dibandingkan K 3 menandakan pengaruh pemberian Zn dosis 5 mg/ kg BB selama 30 hari terhadap kadar glukosa darah lebih

adalah sangat lemah (antara 0 sampai dengan 0.3), sehingga dapat dikelompokkan aman. Kata Kunci: Kriptografi, Block Cipher, Formasi Futsal. 1) Mahasiswa Program Studi

Jika ternyata memang akhirnya piutang tersebut tdk dapat ditagih maka akan dijurnal:. Allowance for Doubtful Accounts XX Accounts Receivable

Setelah program dijalankan maka akan tampil Input Box pada Work Sheet seperti gambar dibawah ini.. Masukkan nilai 5 pada

Dinas pendapatan, pengelolaan, keuangan dan aset daerah (DPPKAD) merupakan salah satu satuan kerja perangkat daerah tingkat kabupaten dimana dalam aktifitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan pengungkapan corporate social responsibility dan kinerja keuangan terhadap