• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Kadar Serum Estradiol Dengan Klasifikasi Risiko Osteoporosis Osta (Osteoporosis Self Assessment Tools For Asian) Pada Wanita Menopause

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Kadar Serum Estradiol Dengan Klasifikasi Risiko Osteoporosis Osta (Osteoporosis Self Assessment Tools For Asian) Pada Wanita Menopause"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause

Menopause menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005 yaitu berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan disebabkan oleh keadaan patologis. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya 12 bulan terakhir, kadar FSH > 40 mIU/ml dan kadar Estrogen < 30pg/ml. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Faktor fisik dan psikis mempengaruhi kapan terjadinya menopause. Demikian juga dengan adanya penyakit tertentu, operasi indung telur, stres, obat-obatan, dan gaya hidup merupakan contoh faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya terjadi menopause.16,17,18,19,20

(2)

negara barat. Penelitian di Indonesia menunjukkan rerata usia wanita menopause 48-49 tahun.21

Menopause merupakan suatu transisi dimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi siklus yang dimulai dengan menuanya ovarium hingga sampai ke fase berhenti. Pada menopause, jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen yang berkurang dan tidak terjadi lagi haid yang berakhir dengan terjadinya menopause. Hal ini menyebabkan pada menopause, reproduksi seorang wanita berhenti dan terjadilah sejumlah perubahan fisiologis. Dimana perubahan ini dapat mengganggu kualitas hidup sehari – hari. Kekurangan hormon estrogen akan dapat menyebabkan hilangnya massa tulang. Akibatnya dapat terjadi osteoporosis yang akhirnya akan membuat tulang mudah patah. 17,22,23

2.2. ESTRADIOL

Estradiol (E2 atau 17β-estradiol) adalah hormon steroid yang

berasal dari kolesterol dengan target pada berbagai jaringan di organ reproduksi wanita. Pada wanita, estradiol disintesis secara primer oleh testosterone pada folikel ovarium sedangkan pada pria, estradiol diproduksi oleh testis dan konversi androgen ekstraglandular.17

(3)

C18H22O2 yang dijumpai pada tubuh sebagai metabolit estradiol, yang juga disekresikan terutama pada ovarium. Estradiol (E2) adalah hormone estrogen alamiah dengan gugus kimiawi phenolic alcohol C18H24O2 yang secara umum disekresi oleh ovarium. Estriol (E3) adalah hormone estrogen alami dengan struktur kimiawi glikol C18H24O3 dijumpai pada tubuh sebagai metabolit estradiol, dan merupakan estrogen utama yang disekresikan oleh plasenta selama kehamilan dan umumnya di jumpai pada urin ibu hamil. Estradiol mempunyai potensi estrogenic yang paling kuat dan merupakan bagian terbesar dari estrogen.17

Gambar 1. Struktur 17 β estradiol 24

(4)

dibandingkan dengan wanita kurus karena meningkatnya aromatisasi perifer. Kadar estradiol sirkulasi setelah menopause adalah sekitar 10-20 pg / mL, yang sebagian besar berasal dari konversi perifer dari estrone, yang pada gilirannya terutama berasal dari konversi perifer dari androstenedione. Kadar estrone sirkulasi pada wanita menopause lebih tinggi dari estradiol, sekitar 30-70 pg / mL. Rata – rata tingkat produksi

estrogen pascamenopause adalah sekitar 45μg/24 jam.25

Tabel 2.1. Perubahan kadar hormone steroid di sirkulasi darah wanita menopause 25

Keuntungan penting yang lain dari estrogen adalah merangsang pertumbuhan tulang dan membantu mempertahankan kesehatan tulang, juga melindungi jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan kolesterol baik (HDL), serta menurunkan kolesterol jahat (LDL).8

(5)

pada tulang. Efek tak langsung meliputi estrogen terhadap tulang berhubungan dengan homeostasis kalsium yang meliputi regulasi absorpsi kalsium di usus, modulasi 1,25(OH)2D, ekskresi kalsium di ginjal dan sekresi PTH.8

2.2.1. Fungsi Estradiol.8,16

Fungsi secara umum estradiol (estrogen) adalah sebagai perangsang sintesis DNA melalui RNA, pembentuk utusan RNA (messenger RNA), sehingga terjadi peningkatan sintesis protein

Sedangkan fungsi khusus meliputi: 1. Endometrium

Estradiol memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot uterus.

2. Serviks

(6)

3. Vagina

Estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan produksi getah dan meningkatkan kadar glikogen, sehingga terjadi peningkatan produksi asam laktat oleh bakteri Doderlein. Nilai pH menjadi rendah, dan memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi.

4. Ovarium

Estradiol memicu sintesis reseptor FSH di dalam sel-sel granula, juga reseptor LH di sel-sel teka. Adanya khasiat estrogen pada sistim reproduksi wanita dapat dengan mudah dilihat, tanpa memerlukan pemeriksaan hormon serum atau urin.

Wanita yang memasuki masa menopause akan terjadi fungsi ovarium yang menurun sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron juga menurun. Ketika tingkat estrogen menurun, siklus remodelling tulang berubah dan pengurangan jaringan tulang akan

dimulai.8,26

(7)

badan dan memiliki kadar lemak yang tinggi, pada umumnya akan lebih kecil. Adanya penumpukan jaringan lunak dapat melindungi rangka tubuh dari trauma dan patah tulang.8,26

Salah satu fungsi estrogen adalah mempertahankan tingkat remodelling tulang yang normal. Tingkat resorpsi tulang akan menjadi

lebih tinggi daripada formasi tulang, yang mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Sangat berpengaruh terhadap kondisi ini adalah tulang trabekular karena tingkat turnover yang tinggi dan tulang ini sangat rentan terhadap defisiensi estrogen. Tulang trabekular akan menjadi tipis dan akhirnya berlubang atau terlepas dari jaringan sekitarnya. Ketika cukup banyak tulang yang terlepas, tulang trabekular akan melemah.26

Reseptor estrogen ditemukan baik pada osteoblas normal maupun pada populasi osteoblast-like osteosarcoma cell. Reseptor pada sel-sel tersebut relatif dalam konsentrasi yang rendah bila dibandingkan dengan reseptor pada sel target estrogen yang lain. Pada penelitian in vitro,

ternyata 17β-estradiol akan meningkatkan mRNA pada sel osteoblas yang

bertanggung jawab pada sintesis rantai a1 prokolagen tipe I. Selain itu

17β-estradiol juga akan meningkatkan mRNA insulin-like growth factor-1

(IGF-1) dan PTH yang dirangsang oleh aktifitas adenilat siklase.8

Inter Leukin-1(IL-1) dan Tumor Necrosis Factor(TNF) merupakan

(8)

mediator-mediator lain yang juga berperan untuk pematangan osteoklas, seperti (IL-6), Macrophage-Colony Stimulating Factor (M-CSF) dan Granulocyte Macrophage-Colony Stimulating Factor (GM-CSF). Pada penelitian, dapat

dibuktikan bahwa estradiol dapat menghambat pelepasan TNF oleh monosit dan wanita yang telah mengalami ooforektomi menunjukkan peningkatan konsentrasi IL-1 sampai IL-6. Selain itu estrogen juga akan menghambat produksi IL-6 baik oleh osteoklas maupun sumsum tulang. Pada penelitian biopsi tulang, didapatkan bahwa kadar mRNA yang mengkoding IL-1α, IL-1β, TNF-α dan IL-6 pada wanita yang menggunakan terapi sulih hormon ternyata lebih rendah dibandingkan pada spesimen tanpa terapi sulih hormon. Penelitian lain menunjukkan bahwa konsentrasi estrogen yang normal akan menekan pelepasan IL-1 oleh monosit darah perifer.27

2.3. Komposisi Tulang 12,28,29,30,31,32

Unsur-unsur yang membentuk tulang adalah :

a. Sel-sel tulang : osteoblas, asteoklas, osteosit b. Mineral (±65%)

c. Matriks (±35%) d. Air

(9)

mengandung jaringan kolagen tipe I dan sisanya 2% terdiri dari beberapa protein non kolagen. Pada osteoporosis, rasio antara zat organis dan anorganis adalah seimbang.

2.3.a. Sel-sel tulang

Metabolisme tulang diatur oleh sel tulang (Osteoblas, Osteoklas, Osteokosit) yang dapat memberikan reaksi terhadap rangsangan. Rangsangan spesifik diatur oleh reseptor sel yang terdapat pada membran sel atau di dalam sel. Reseptor yang berada di membran sel mengikat rangsangan dari luar dan kemudian mengirimkan informasi tersebut ke inti sel melalui mekanisme transduksi.

Sementara itu reseptor di dalam sel (sitoplasma atau intisel) dapat mengikat rangsangan (biasanya hormon steroid) yang melewati membran sel dan masuk kedalam sel untuk memindahkan efektor ke inti yang didalamnya terdapat kompleks reseptor steroid yang terikat pada asam deoksiribonukleat (DNA) spesifik dari rangkaian gen.

2.3.b. Mineral

(10)

ini tidak murni tapi mengandung unsur lain yaitu senyawa karbonat, senyawa sitrat, dengan unsur magnesium, natrium, dan fluorida yang dapat dijumpai pada sisi dari kristal atau terserap ke dalam sampai kepermukaan kristal.

2.3.c. Matriks tulang

Matriks tulang adalah bentuk organis tulang. Sekitar 35% dari berat tulang kering mengandung 98% kolagen dan sisanya 2% terdiri dari beberapa macam protein non kolagen. Kolagen adalah protein dengan daya larut yang sangat rendah, berbentuk tripel helik, terdiri dari 2 rantai a1(I) dan a2(II) berbentuk silang ( cross linked ) dengan ikatan hidrogen antara hidroksi protein dan residu lainnya. Setiap molekul berada dalam satu garis bersama dengan lainnya dan membentuk serat kolagen. Golongan protein non kolagen yang jumlahnya banyak adalah osteonektin dan osteokalsin ( bone-Glaprotein).

Osteokalsin adalah protein kecil yang jumlahnya 10-12% dari protein non kolagen dan erat hubungannya dengan fase mineralisasi tulang. Osteonektin adalah protein besar yang disekresi oleh osteoblas (OBL) yang berfungsi mengikat kolagen dan hidroksiapatit.

2.3.1. Fisiologi Pembentukan Tulang

(11)

nutrisi, kegiatan fisik dan penyakit. Makin tinggi nilai masa tulang ini dicapai akan semakin baik, setelah puncak dicapai pada umur 30 tahun, maka kurva akan mendatar (plateau) dan kemudian sekitar umur 40 tahun kurva mulai menurun. Kecepatan laju penurunan sekitar ±1 % per tahun.28,33,34

Selama perkembangannya tulang terus membutuhkan kalsium yang sangat tinggi sampai masa pubertas dimana proses kematangan hormon reproduksi, estrogen pada wanita dan testosteron pada laki-laki. Karena pengaruh anabolik dan prekursor estrogen terjadilah proses bone remodelling atau pergantian masa tulang.28

(12)

Gambar 2 Tahap Proses Remodelling Tulang 32

(13)

2.4. Osteoporosis 2.4.1. Definisi

Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral tulang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, dengan akibat menurunnya kekuatan tulang, sehingga terjadi kecenderungan tulang mudah patah.11

Berdasarkan konsensus National Institute of Health (NIH) tahun 2000, osteoporosis didefinisikan sebagai gangguan pada tulang yang ditandai dengan berkurangnya kekuatan tulang sebagai faktor predisposisi peningkatan resiko fraktur tulang.35

(14)

Gambar 3 Gambaran tulang pada orang normal dan osteoporosis 37

2.4.2. Patogenesis Osteoporosis 11,29

Patogenesis osteoporosis bersifat kompleks meliputi peranan sel-sel tulang, hormon, sitokin, faktor mineral dan biomekanik tulang. Terjadinya osteoporosis secara seluler disebabkan oleh jumlah dan aktivitas sel osteoklas lebih banyak daripada jumlah dan aktivitas sel osteoblas sehingga mengakibatkan penurunan massa tulang.

Beberapa teori yang menyebabkan peningkatan diferensiasi dan aktivitas sel osteoklas yaitu :

(15)

2.4.2.a Defisiensi Estrogen

Dalam keadaan normal estrogen dalam sirkulasi mencapai sel osteoblas dan beraktivitas melalui reseptor di sitosol sel yang mengakibatkan menurunnya sekresi sitokin seperti Interleukin I (IL-1),

Interleukin 6 (IL-6) dan Tumor Necroting Factor Alpha (TNF-α) dimana

sitokin ini berfungsi untuk penyerapan tulang. Estrogen juga meningkatkan sekresi Transforming Growth Factor b (TGF-b) yang merupakan satu-satunya faktor pertumbuhan (growth factor) yang merupakan mediator untuk menarik sel osteoblas ke tempat lubang tulang yang telah diresorpsi oleh osteoklas. Sel osteoblas merupakan sel target utama dari estrogen untuk melepaskan beberapa faktor pertumbuhan dan sitokin. Efek estrogen pada osteoklas memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh estrogen secara langsung adalah mencegah terjadinya diferensiasi sel prekursor osteoklas dan menekan aktivasi sel osteoklas dewasa. Sedangkan pengaruh estrogen secara tidak langsung akan mempengaruhi proses diferensiasi, aktivasi maupun apoptosis dari osteoklas. Dalam diferensiasi dan aktivasinya estrogen menekan ekspresi Receptor Activator of nuclear factor kappa-B Ligand (RANK-L), M-CSF

(16)

2.4.2.b Faktor Sitokin

Stadium awal proses osteoklasogenesis akan melalui suatu jalur yang memerlukan suatu mediator yaitu sitokin dan faktor koloni stimulator. Mediator sitokin yang menstimulasi osteoklasogenesis adalah IL-1, IL-3, IL-6, Leukemia Inhibitory Factor (LIF), Oncostatin M (OSM), Ciliary Neurottropic factor (CNTF), Tumor Necroting Factor (TNF), Granulocyte

Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan Macrophage

Colony Stimulating Factor (M-CSF) sedangkan mediator sitokin yang

menghambat osteoklasogenesis adalah IL-4, IL-10, IL-18 dan interferon G. Interleukin 6 merupakan salah satu sitokin mempunyai peranan penting dimana adanya peningkatan IL-6 terbukti memegang peranan akan terjadinya beberapa penyakit yang berpengaruh pada remodelling tulang dan penyerapan tulang yang berlebihan baik lokal maupun sistemik.

2.4.2.c Pembebanan

Tulang merupakan jaringan dinamik yang secara konstan melakukan remodelling akibat respon mekanik dan perubahan hormonal. Remodelling tulang terjadi dalam suatu unit yang dikenal dengan bone

remodelling unit yang merupakan keseimbangan dinamik antara

(17)

remodelling tulang dengan mengirimkan sinyal lokal kepada sel osteoblas

maupun sel osteoklas di permukaan tulang melalui sistem kanalikuler. Pembebanan mekanik pada tulang (skletal load) akan menimbulkan stres mekanik dan strain atau resultant tissue deformation yang menimbulkan efek pada jaringan tulang yaitu pembentukan tulang pada permukaan periosteal sehingga memperkuat tulang dan menurunkan bone turnover yang mengurangi penyerapan tulang. Dengan demikian pembebanan mekanik dapat memperbaiki ukuran, bentuk dan kekuatan jaringan tulang dengan memperbaiki densitas dan arsitektur tulang. Tulang melakukan adaptasi mekanik yaitu proses seluler yang memerlukan sistem biologis yang dapat mengindera pembebanan mekanik. Informasi pembebanan ini harus dikomunikasikan ke sel efektor yang akan membuat tulang baru dan merusak tulang yang tua.

2.4.3. Faktor-Faktor Resiko Osteoporosis38,39,40

Berdasarkan The North American Menopause Society tahun 2010, faktor resiko utama osteoporosis pada wanita paska menopause adalah usia, genetik, faktor gaya hidup (seperti asupan rendah kalsium, vitamin D, merokok), indeks massa tubuh dan status menopause.

2.4.3.1. Usia 38,39,40

(18)

resorbsi tulang mulai berjalan tidak seimbang dimana proses resorbsi melebihi proses formasi. Penelitian Buttros A et al. (2011) menunjukkan bahwa usia saat menopause merupakan faktor resiko osteoporosis. Insiden osteoporosis lebih rendah pada kelompok lansia dini (usia 55 sampai 65 tahun) daripada lanjut usia (65 sampai 85 tahun). Jadi terdapat korelasi antara osteoporosis dengan peningkatan usia.

Untuk resiko fraktur akibat osteoporosis berdasarkan nilai densitas tulang, resiko fraktur 4 kali lebih besar pada usia 55 – 85 tahun. Namun usia meningkatkan resiko fraktur tulang panggul sebesar 40 kali dengan usia lebih tua 30 tahun

2.4.3.2. Genetik38,39,40

Pengaruh terbesar puncak massa tulang (maksimal densitas tulang yang diperoleh selama perkembangan tulang) adalah bersifat herediter. Penelitian menunjukkan bahwa hingga 80% dari variabilitas puncak densitas tulang adalah faktor genetik. Anak dari wanita yang mengalami fraktur osteoporotic memiliki nilai densitas tulang yang lebih rendah dari rata – rata densitas tulang anak seusianya.

2.4.3.3. Faktor Gaya Hidup38,39,40

2.4.3.3.a. Asupan Vitamin D dan Kalsium

(19)

lanjut pada ginjal menyebabkan pembentukan metabolit aktif 1,25 (OH)2 vitamin D3 (kalsitriol). Molekul ini penting bagi kesehatan tulang dan mempengaruhi mineralisasi tulang serta absorpsi kalium di usus. Penurunan aktivitas 25 hidroksilase bertanggung jawab pada penurunan massa tulang.

2.4.3.3.b. Merokok

Tembakau dapat menganggu proses formasi tulang dan menurunkan kadar estrogen sehingga kadar estrogen pada kelompok merokok akan lebih rendah daripada yang tidak merokok. Pada wanita menopause yang merokok didapatkan indeks massa tubuh yang lebih rendah dan menopause dini ( kira-kira 5 tahun lebih awal) daripada kelompok yang tidak merokok. Resiko osteoporosis pada wanita perokok lebih tinggi daripada kelompok yang tidak merokok.

2.4.3.3.c. Konsumsi Alkohol

(20)

2.4.3.3.d. Aktivitas Fisik

Latihan beban akan memberikan penekanan pada tulang dan menyebabkan tulang berkontraksi sehingga merangsang pembentukan tulang. Menurunnya aktivitas fisik yang berkepanjangan dapat mengurangi massa tulang. Aktivitas fisik yang berkecukupan akan menghasilkan massa tulang yang lebih besar. Kejadian osteoporosis pada seseorang dengan aktivitas fisik cukup saat berusia 25 sampai 55 tahun cenderung lebih sedikit daripada aktivitas fisik minimal.

2.4.3.4. Penurunan Massa Otot dan Indeks Massa Tubuh (IMT) 38,39,40 Penurunan massa otot dan IMT yang rendah sering ditemukan pada menopause. IMT yang rendah berhubungan dengan Bone Mass Density (BMD) yang rendah pada populasi umum termasuk pada

menopause. Penelitian menunjukkan bahwa efek berat badan terhadap massa tulang lebih besar pada bagian tubuh yang menopang berat badan misalnya pada tulang femur atau tibia.

(21)

resorpsi tulang. Efek kedua aktivitas ini menghasilkan peningkatan massa tulang. Leptin juga memiliki efek imunomodulasi kompleks dan dapat bekerja sebagai sitokin proinflamasi yang mengaktivasi sel inflamasi dan mempromosikan sekresi sitokin proinflamasi seperti IL-1, TNF dan

Interferon Gamma (IFNγ). Karena kadar leptin sangat berhubungan

dengan IMT, dimana kadar leptin yang rendah mencerminkan penurunan status nutrisi.

Estrogen tidak hanya dihasilkan oleh ovarium tetapi juga di kelenjar adrenal dan jaringan lemak. Jaringan lemak dapat mengubah hormon androgen menjadi estrogen. Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki oleh wanita maka semakin banyak hormon estrogen yang diproduksi. Penurunan massa tulang pada wanita dengan berat badan berlebih disertai kadar lemak tinggi akan lebih jarang.

2.4.3.5. Status Menopause38,39,40

(22)

pada wanita. Tingkat resorpsi tulang akan lebih tinggi daripada formasi tulang sehingga tulang trabekular menjadi tipis dan rentan patah tulang.

2.4.4. Proses Remodelling Tulang pada Wanita Menopause

Wanita menopause akan mengalami peningkatan hormon FSH sebesar 10 sampai 20 kali lipat dan hormon LH sebesar 3 kali lipat karena perubahan sel stroma ovarium menjadi jaringan mesenkim sehingga menurunkan kemampuan ovarium untuk menghasilkan hormon steroid. Pada masa menopause ovarium akan mensekresikan hormon androstenedion dan testosteron sehingga terjadi peningkatan kadar hormon ini. Produksi hormon androstenedion pada masa menopause sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal ginjal dan sebagian kecil oleh ovarium.41,42

Pada fase menopause awal hormon testosteron dihasilkan oleh perubahan hormon androstenedion di perifer dan pada fase menopause lanjut dihasilkan oleh kelenjar suprarenal. Perubahan androstenedion menjadi estrogen dipengaruhi oleh peningkatan berat badan yang mempengaruhi proses aromatisasi androgen. Saat aktivitas produksi hormon steroid dari ovarium berhenti maka terjadi peningkatan FSH dan LH sehingga aktivitas steroidogenesis di ovarium berhenti. Pada wanita terjadi penurunan massa tulang pada tahun pertama paska menopause sekitar 2% per tahun.41,43,44

(23)

penyusutan 0,3 – 0,5 % per tahun. Pada wanita yang memang memiliki massa tulang yang rendah dibandingkan laki – laki, penyusutan massa tulang terjadi lebih awal. Patah tulang meningkat pada wanita usia > 45 tahun, sedangkan pada laki – laki patah tulang baru meningkat pada usia > 75 tahun. Penyusutan massa tulang akibat kekurangan estrogen terlihat pertama kali pada spongiosa sedangkan pada tulang trabekula belum terlihat penyusutan.17

Penyusutan massa tulang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan formasi tulang. Osteoklas menyebabkan penghancuran tulang sedangkan osteoblas membangun tulang. Pada osteoporosis terjadi aktivitas berlebihan oleh osteoklas. Estrogen menghambat aktivitas osteoklas dan dengan sendirinya menghambat resorbsi tulang dan secara bersamaan estrogen mengaktifkan osteoblas, sehingga laju penggantian tulang menjadi normal. Estrogen bekerja baik secara langsung melalui reseptor yang berada ditulang maupun secara tidak langsung dengan bantuan sitokin dan faktor pertumbuhan. Estrogen memicu pengeluaran kalsitonin dan membantu kerja paratiroid hormon terhadap tulang. Estrogen meningkatkan aktifitas 1 alfa-hidoksilase di ginjal, yang mengubah vitamin D yang tidak aktif menjadi vitamin D3 bentuk aktif, sehingga resorbsi kalsium melalui usus meningkat.17

(24)

berperan dalam proses pembentukan tulang bersamaan dengan proses resorpsi sehingga terjadi penurunan densitas mineral tulang.17

Gambar 4 Patofisiologi Osteoporosis21

2.5. OSTA (Osteoporosis Self Assessment Tools for Asian)

Masalah biaya dan keterbatasan penggunaan pengukuran BMD) dalam menentukan resiko osteoporosis pada beberapa komunitas, menjadikan dibuatnya suatu instrument untuk mempermudah dalam menentukan resiko osteoporosis. The Osteoporosis Self-Assessment Tool for Asians (OSTA) Score dikembangkan oleh WHO sebagai instrument

untuk mengidentifikasi wanita pasca menopause yang memiliki resiko osteoporosis. OSTA Dikembangkan pertama kali oleh 11 negara yaitu China, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Filipina, Thailand, Malaysia,

Defisiensi estrogen Calcitonin ↓

Reseptor vitamin D pada osteoblas ↓

Respon paratiroid ↑ Vitamin D ↓

Abnormalitas modulasi sitokin

Respon kalsium tulang ↑ Absorpsi kalsium ↓ Aktivitas osteoklas ↑

(25)

Singapura, Belgia, Jepang, dan Amerika Serikat. Penelitian ini dilakukan dibawah pengawasan WHO. Dimana WHO ingin memperkenalkan suatu skrining untuk mendiagnosis resiko osteoporosis di Asia. Penelitian didesain dengan menggunakan sampel pasien wanita Asia pasca menopause. Oleh sebab itu sampel diambil dari 8 negara Asia: Singapore, Hong Kong, Taiwan, China, Thailand, Malaysia, Filipina, and Korea. Sekitar 860 wanita pasca menopause di ikut sertakan dalam penelitian ini (100 wanita tiap Negara, dimana 150 dari Korea). Penelitian mengikut sertakan 21 klinik partisipan dan kebanyakan sampel menunjukan sampel yang berasal dari etnis China (59%). Instrumen osteoporosis menggunakan berbagai variable yang dihubungkan dengan BMD. Variabel itu diantaranya: terapi estrogen, pengobatan tiroid, suplemen kalsium, Riwayat fraktur saat usia lebih dari 45 tahun, Riwayat fraktur tulang belakang, Riwayat fraktur dalam keluarga, Etnis China, Filipina, Korea, Aktivitas fisik, paparan sinar matahari, usia, dan berat badan. Variabel ini kemudian disederhanakan menjadi 2 variabel yang hanya meliputi usia dan berat badan. Variabel yang disederhanakan itu ternyata memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tidak terlalu berbeda. Model dengan 11 variabel memiliki sensitivitas 95% dan spesifisitas 47%. Sedangkan model dengan 2 variabel memiliki sensitivitas 91% dan spesifisitas 45% dalam menentukan resiko osteoporosis.45,46,47,48

(26)

dan spesifisitas 64% dalam menentukan resiko osteoporosis. Penelitian yang dilakukan di Korea tahun 2001 pada wanita pasca menopause, penelitian OSTA memiliki sensitivitas 87% dan spesifisitas 67% dan validasi penelitian OSTA di China tahun 2001 memiliki sensitivitas 92% dan spesifisitas 54%. Penelitian di Hirosima-Jepang tahun 2001 pada wanita pasca menopause, penelitian OSTA memiliki sensitivitas 98% dan spesifisitas 29% dalam menentukan resiko osteoporosis.45-48

(27)

dan dilakukan interprestasi dengan dimasukannya dalam kategori resiko rendah, sedang atau tinggi.49,50,51

(28)

berat badan 80-84 kg, usia 40-89 tahun dengan berat badan 85-89 kg, dan usia 40-94 tahun dengan berat badan 90-94 kg.49,50,51,52

Gambar 5 Tabel OSTA52

(29)

2.6. Kerangka Teori

Wanita Menopause

Defisiensi Vit D, paparan sinar matahari ↓

BMI↓ Penurunan Estrogen Estradiol

(30)

2.7. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Variabel antara

Kadar Serum

Estradiol

Klasifikasi Resiko Osteoporosis

OSTA

Gambar

Tabel 2.1. Perubahan kadar hormone steroid di sirkulasi darah wanita
Gambar 2 Tahap Proses Remodelling Tulang 32
Gambar 3 Gambaran tulang pada orang normal dan osteoporosis 37
Gambar 4 Patofisiologi Osteoporosis21
+2

Referensi

Dokumen terkait

2015, yang dibentuk berdasarkan Keputusan Karo Sarpras Polda Bali selaku Kuasa Pengguna Anggaran Nomor : Kep/08/XII/2014 tanggal 30 Desember 2014 tentang Penunjukan dan

Setelah batas akhir waktu upload dokumen penawaran secara elektronik melalui Lpse Polda Bali, penyedia yang mengupload dokumen penawaran tidak ada sehingga menyebabkan lelang

Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka.

Pengaruh Program Sekolah berwawasan lingkungan Terhadap Kognitif Afektif dan Psikomotorik Lingkungan Hidup Siswa Sekolah Dasar di Kota Medan(Studi Kusus di SD

Kufr Meninggalkan atau Tidak Mengerjakan Tuntunan Agama 61 E. Menjauhi Sifat

Analisis Statistik Kadar Kolesterol Total Mencit Setelah Pemberian Diet Kuning Telur Dan Ekstrak Daun Pirdot Selama 30 Hari. Kadar Kolesterol Total Hari

Semua ini tidak dibenarkan dalam Islam, karena dukun-dukun tersebut tidak beriman kepada Allah; mereka adalah pendusta dan pembohong yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib, dan

6 Menggabungkan pengetahuan dan kemahiran tentang perlakuan, pengucapan bertatasusila dan penggunaan panggilan yang bersesuaian dalam pelbagai situasi yang berbeza dengan