• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengunaan Jenis Kayu Perumahan Bantuan Tsunami di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengunaan Jenis Kayu Perumahan Bantuan Tsunami di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN JENIS KAYU PERUMAHAN BANTUAN

TSUNAMI DI KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA

ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI

Oleh:

RIRIN HIDAYATI 051203004

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRACT

RIRIN HIDAYATI: Utilizing Species of wood for Tsunami Aid Housing at Kecamatan Meuraxa Banda Aceh City Nanggroe Aceh Darussalam. Supervised by EVALINA HERAWATI and RIDWANTI BATUBARA.

The issue of construction material becomes the most interesting case for reconstruction and rehabilitaion process in Aceh, especially for kinds of building material and it’s supplying. The need of wood as the raw material for the reconstruction was supplied from the raw material suppliers who have many species of wood. The research of questionnaire methods hold in the Meuraxa, Banda Aceh city NAD, and identification of the wood is observed in Laboratory Biology of Faculty of Science and Mathematics USU. Based on the wood identification known that species of wood used was durian (Durio zibethinus), damar (Agathis plilippinensis) and benuang (Octomeles sumatrana). The result of research showed that the level of understanding of the society towards raw material is worse than the contractor, it is based on the result of the questionnaire and interview about the understanding species of wood which is good for construction material.

(3)

ABSTRAK

RIRIN HIDAYATI: Pengunaan Jenis Kayu Perumahan Bantuan Tsunami di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam. Dibimbing oleh EVALINA HERAWATI dan RIDWANTI BATUBARA.

Isu bahan bangunan menjadi hal yang sangat menarik pada proses rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh, terutama terkait dengan jenis bahan bangunan dan ketersediaan bahan bangunan. Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk rekonstruksi diperoleh dari berbagai sumber pemasok bahan baku, yang memiliki jenis kayu beragam pula. Penelitian dengan metode kuisioner dilaksanakan di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh NAD, dan identifikasi kayu dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bireuen pada tanggal 21 Desember 1987 dari ayah M. Rani Thalib dan ibu Arjani Yusuf, Spd. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri I, Bireuen dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan. Penulis memilih program studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota himpunan mahasiswa sylva (HIMAS) , sebagai anggota pengenalan lingkungan dan alam sekitar (PILAR), sebagai anggota dari badan kenaziran mushalla (BKM). Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Pengeringan Kayu.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan karunia-Nya penulis diberikan kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Jenis Kayu Perumahan Bantuan Tsunami di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Ibu Evalina Herawati, S.Hut, M.Si dan Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut, MP yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Camat Kecamatan Meuraxa, kepada para pengusaha di Kota Banda Aceh yang terlibat proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh, dan kepada masyarakat Kecamatan Meuraxa, yang telah banyak membantu penulis mengumpulkan data.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN

Persyaratan Kayu Untuk Bangunan ... 9

Penggolongan Kayu... 10

Ciri Umum Kayu... 11

Ciri Anatomi Kayu... 13

Pelaksanaan Prosedur Survei ... 14

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 16

Bahan dan Alat... 16

Metode Penelitian... 16

Analisa Data... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kayu ... 20

Ciri Umum Kayu... 21

Ciri Anatomi Kayu... 23

Kerapatan Kayu... 31

Karakteristik dan Pemahaman Responden... 31

Spesifikasi Perumahan... 34

Perawatan Komponen Kayu oleh Masyarakat... 39

Perlakuan dan Sistem Pemilahan oleh Pengusaha... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(7)

DAFTAR TABEL

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tekstur dan arah serat kayu (a) benuang, (b) damar, (c) durian ... 22

2. (a) Penampang lintang, (b) tangensial kayu durian ... 24

3. (a) Penampang lintang,(b) tangensial kayu benuang... 24

4. (a) Penampang lintang, (b) tangensial kayu damar... 25

5. Parenkim kayu durian... 26

6. Parenkim kayu benuang... 26

7. Parenkim kayu damar... 27

8. Jari-jari kayu durian... 27

9. Jari-jari kayu benuang... 28

10. Jari-jari kayu damar... 28

11. Saluran interseluler kayu durian... 29

12. Benuang tidak memiliki saluran interseluler... 29

13. Damar tidak memiliki saluran interseluler... 30

14. Kuda-kuda kayu menggunakan atap seng... 37

15. Pintu rumah bantuan tsunami yang menggunakan kayu... 38

16. Pintu rumah yang terserang jamur... 40

17. Rumah yang direnovasi (a) mengganti pintu, dan (b) kusen jendela... 41

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil pengamatan kayu di lapangan.... ... 48 2. Pemahaman masyarakat terhadap komponen kayu sebagai bahan

bangunan ... 49 3. Pemahaman pengusaha terhadap komponen kayu sebagai bahan

(10)

ABSTRACT

RIRIN HIDAYATI: Utilizing Species of wood for Tsunami Aid Housing at Kecamatan Meuraxa Banda Aceh City Nanggroe Aceh Darussalam. Supervised by EVALINA HERAWATI and RIDWANTI BATUBARA.

The issue of construction material becomes the most interesting case for reconstruction and rehabilitaion process in Aceh, especially for kinds of building material and it’s supplying. The need of wood as the raw material for the reconstruction was supplied from the raw material suppliers who have many species of wood. The research of questionnaire methods hold in the Meuraxa, Banda Aceh city NAD, and identification of the wood is observed in Laboratory Biology of Faculty of Science and Mathematics USU. Based on the wood identification known that species of wood used was durian (Durio zibethinus), damar (Agathis plilippinensis) and benuang (Octomeles sumatrana). The result of research showed that the level of understanding of the society towards raw material is worse than the contractor, it is based on the result of the questionnaire and interview about the understanding species of wood which is good for construction material.

(11)

ABSTRAK

RIRIN HIDAYATI: Pengunaan Jenis Kayu Perumahan Bantuan Tsunami di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam. Dibimbing oleh EVALINA HERAWATI dan RIDWANTI BATUBARA.

Isu bahan bangunan menjadi hal yang sangat menarik pada proses rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh, terutama terkait dengan jenis bahan bangunan dan ketersediaan bahan bangunan. Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk rekonstruksi diperoleh dari berbagai sumber pemasok bahan baku, yang memiliki jenis kayu beragam pula. Penelitian dengan metode kuisioner dilaksanakan di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh NAD, dan identifikasi kayu dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aceh merupakan daerah yang berada di ujung pulau Sumatera, dan sebagian daerahnya berada di pinggir pantai. Pada tanggal 26 Desember 2004, Aceh dilanda gempa dan tsunami. Bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh telah banyak menghancurkan bangunan, baik bangunan perumahan maupun bangunan rumah toko dan bangunan gedung perkantoran. Hal yang menjadi prioritas utama pemerintah yaitu membangun perumahan bagi penduduk yang kehilangan tempat tinggal akibat bencana gempa dan tsunami.

Isu bahan bangunan telah menjadi hal yang sangat menarik di dalam proses rekontruksi dan rehabilitasi Aceh, terutama terkait dengan jenis bahan bangunan dan ketersediaan bahan bangunan. Salah satu isu pokok ialah kaitan antara penyediaan bahan bangunan dan konsekuensinya terhadap kualitas lingkungan hidup. Menurut Vebry (2005), pada pemilihan bahan bangunan maka prinsip utama ialah memaksimalkan penggunaan sumber yang dapat diperbaharui dan penggunaan kembali bahan yang masih boleh digunakan sebagai cara untuk mengurangi limbah dan juga mengurangi kawasan landfill yang diperuntukkan bagi tempat pembuangan sampah. Hal ini juga akan mengurangi penggunaan bahan-bahan mentah (raw material) secara berlebihan.

(13)

pencakar langit yang terdapat di berbagai belahan bumi, khususnya di kota-kota besar.

Kayu merupakan produk yang sangat bervariasi dalam jenisnya. Penggunaan kayu secara tepat memerlukan pemahaman mengenai sifat berbagai jenisnya. Pembeli produk kayu perlu memberikan spesifikasi yang jelas tentang barang yang akan dibeli dan melakukan langkah-langkah pengawasan mutu yang memadai untuk memastikan barang yang diserahkan sesuai dengan spesifikasinya. Kayu sering dipesan dalam jumlah besar, jumlahnya mungkin tidak tersedia dari satu pemasok. Pemesanan dalam jumlah besar mungkin memerlukan banyak pemasok.

Setiap orang yang memerlukan kayu biasanya terlebih dahulu akan bertanya jenis kayu apa yang cocok dengan keperluannya. Nama suatu jenis kayu dapat berupa nama perdagangan dan nama daerah tempat pohon tersebut tumbuh.

Di Indonesia tumbuh lebih kurang 4.000 jenis pohon. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan sudah menyimpan contoh kayu dari lebih kurang 3.233 jenis pohon yang tercakup dalam 785 marga dari 106 suku. Pohon yang kayunya dikenal dalam perdagangan sampai saat ini diperkirakan 400 jenis botani (species), tercakup dalam 198 marga (genera) dari 68 suku (familia) (Alfiani, 2002).

(14)

Lampung, dan Riau sebanyak 950 m3 kayu gergajian dan 22.700 lembar kayu lapis (plywood) (Aceh-Eye, 2005).

Pemanfaatan kayu dari hutan alam produksi di wilayah administratif Propinsi NAD dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku kayu untuk memenuhi sebagian dari total kebutuhan kayu untuk proses rekonstruksi NAD. Pada tahun 2003, kouta produksi kayu dari hutan alam produksi di NAD sebesar 55.000 m3. Namun, data yang dilaporkan oleh Departemen Kehutanan memperlihatkan bahwa kouta tersebut tidak terdapat realisasi produksi (belum dimanfaatkan). Pada tahun 2004, Departemen Kehutanan mengurangi kuota produksi untuk propinsi tersebut menjadi 50.000 (diturunkan sebesar 5.000 m3 dari tahun 2003). Pasokan bahan baku kayu dari hutan tanaman untuk rekonstruksi NAD diperkirakan akan sangat kecil sekali, karena kebutuhan industri terhadap bahan baku kayu dari hutan tanaman (Aceh-Eye, 2005).

Pemanfaatan kayu dari hutan rakyat menjadi salah satu sumber bahan baku bagi industri pengolahan kayu, misalnya untuk pemenuhan bahan baku industri di Pulau Sumatera. Berdasarkan rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) untuk Pulau Sumatera, persentase pemenuhan total kebutuhan bahan baku industri dari hutan rakyat di pulau tersebut selama 2 tahun terakhir (2003-2004) masing-masing hanya sebesar 0,46% dan 1,79%. Artinya, sumber bahan baku dari hutan rakyat sebagai penopang sumber bahan baku untuk rekonstruksi NAD menjadi tidak signifikan (Aceh-Eye, 2005).

(15)

melampaui batas. Impor bahan baku kayu perlu ditempuh melalui negosiasi antara pemerintah dengan negara-negara donor, agar impor bahan baku kayu tersebut dapat dilakukan secara gratis. Artinya, bantuan komitmen finansial (pledges) kepada Indonesia, diantaranya dapat diusulkan berupa bantuan kayu impor (in-kind assistance), yang dapat dipotong dari total komitmen finansial negara donor

yang bersangkutan (Ace-Eye, 2005).

Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk rekonstruksi diperoleh dari berbagai sumber pemasok bahan baku, yang memiliki jenis kayu beragam pula. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian penggunaan jenis kayu pada perumahan bantuan tsunami dengan sampel perumahan bantuan tsunami di Kecamatan Meuraxa.

Tujuan

1. Mengetahui jenis kayu yang digunakan pada perumahan bantuan tsunami di Aceh.

2. Mengetahui kelas kekuatan kayu dari jenis kayu yang digunakan pada perumahan bantuan tsunami.

(16)

Manfaat Penelitian

1. Tersedianya data tentang jenis-jenis kayu yang digunakan pada perumahan bantuan tsunami.

2. Tersedianya data tentang kekuatan kayu dari identifikasi jenis kayu yang digunakan pada perumahan bantuan tsunami.

3. Informasi bagi masyarakat dan pengusaha bahwa jenis kayu mempengaruhi kekuatan kayu sebagai komponen penyusun bangunan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat-Syarat Bangunan

Menurut Gunawan (1994), pada setiap bangunan perumahan umum (public housing), bertujuan menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam segi desain, dimensi kamar, tata letak ruangan dan sebagainya, agar dapat memenuhi kebutuhan/syarat-syarat rumah tinggal yang sehat (healthy) dan nyaman (comfortable) dengan cukup ekonomis, yang dikenal oleh masyarakat umum sebagai rumah sehat. Secara umum rumah sehat dan nyaman ialah bangunan tempat kediaman suatu keluarga yang lengkap berdiri sendiri, cukup awet dan cukup kuat konstruksinya.

Syarat-syarat bangunan perumahan yang sehat antara lain:

1. Tersedia jumlah ruangan/kamar yang cukup dengan luas lantai dan isi yang cukup besar, agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk bekerja, tidur/beristirahat dan berkreasi dengan cukup terjamin kebebasannya dan tidak ada gangguan dari luar.

2. Memiliki tata letak ruangan yang baik, sehingga perhubungan antara ruangan di dalam rumah lancar, kebebasan dan kenikmatan penghuni terjamin.

3. Letak kamar tidur harus diusahakan agar:

− Tidak mudah terganggu, sehingga terjamin kebebasan orang tidur.

− Sinar matahari pagi dapat masuk selama kurang lebih satu jam.

− Ventilasi cukup lancar, menjamin pergantian udara baru dari luar.

(18)

4. Memiliki ruangan-ruangan yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan hidup sehari-hari, yaitu ruangan untuk masak dan makan, ruangan untuk mandi dan mencuci, dan ruangan untuk menyimpan bahan pangan dan alat-alat rumah tangga.

5. Memberikan perlindungan dari panas, dingin, hujan, angin, dan lembab yang dapat mengganggu kesehatan penghuni, juga memberikan ventilasi dan penerangan alam maupun buatan yang cukup baik (Gunawan, 1994).

Klasifikasi Kayu Bangunan

Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Spesifikasi ini mencakup ketentuan ukuran kayu gergajian yang ada dipasaran untuk dipakai dalam pembuatan bangunan rumah dan gedung (SNI, 1991).

Spesifikasi yang mencakup ketentuan ukuran kayu gergajian yang ada di pasaran untuk dipakai dalam pembuatan bangunan rumah dan gedung yaitu: a. Ukuran nominal kayu untuk bangunan, tebal dan lebar minimal (10x10)mm,

(19)

b. Ukuran kayu berdasarkan penggunaan (Tabel 1) Tabel 1. Ukuran kayu berdasarkan kegunaan

Jenis Penggunaan Tebal Lebar (mm)

Balok 60 80,100,120,130,150,180,200,150

100 100,120,130,150,180,200,220,150

Sumber: SNI 1991

c. Ukuran panjang nominal (m); 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dst 5,5 d. Ukuran untuk bangunan rumah dan gedung:

− Kusen pintu dan jendela (mm); 60 (100, 120, 130, 150); 80 (100, 120, 150)

− Kuda-kuda (mm): 80 (80, 100, 120, 150, 180), 100 (100, 120, 150, 180).

− Kaso (mm): 40x60; 40x80; 50x70.

− Tiang balok (mm): 80 (80, 100, 120); 100 (100, 120); 120 (120, 150)

− Balok antar tiang (mm): 40 (60, 80); 60 (80, 120, 150); 80 (120, 150, 180), 100 (120, 150).

− Balok langit (mm); 80 (120, 150, 180, 200); 100 (150, 180, 200).

e. Toleransi ukuran panjang kayu ditetapkan berdasarkan ukuran nominal 100 mm dan toleransi ukuran tebal dan lebar kayu ditetapkan 0-15 mm dari ukuran nominal.

(20)

Persyaratan Kayu Untuk Bangunan

Pada prinsipnya, semua jenis kayu yang ada dapat digunakan sebagai bahan bangunan, hanya saja masing-masing jenis kayu memiliki sifat khusus. Sekarang kayu bukan barang yang murah maka dalam pemanfaatannya harus disesuaikan dengan maksud serta tujuannya. Misalnya, jika hanya akan membangun rumah pertemuan antar petani ditengah sawah maka cukup menggunakan kayu sengon dan sejenisnya. Sebaliknya, untuk membangun jembatan atau rumah tinggal permanen dipilih kayu yang kuat seperti jati, merbau, atau sonokeling. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan lebih efisien (Duljapar, 1996).

Berbagai alasan penggunaan kayu sebagai bahan bangunan adalah sebagai berikut:

a. Kayu mudah diperoleh.

b. Kayu mempunyai berat yang sedang. Jika dibandingkan dengan beratnya maka kayu memiliki kekuatan yang relatif besar.

c. Kayu dapat meredam benturan dan getaran sehingga relatif tahan gempa dibandingkan besi.

d. Kayu mudah dikerjakan sehingga tidak memerlukan peralatan yang canggih.

e. Kayu memiliki daya hantar yang jelek bagi panas, listrik, dan suara (Duljapar, 1996).

(21)

pemakaian harus tidak akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi. Kayu juga harus cukup kering.

Menurut Damanik (2005), kayu sebagai bahan bangunan mempunyai kekuatan tertentu, terutama mengenai sifat fisik/mekanik. Dengan diketahui kekuatan untuk jenis kayu tertentu, maka konsumen akan memilih jenis kayu yang tepat sesuai penggunaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya adalah faktor biologis (mikroorganisme yang menyerang kayu), kadar air, dan berat jenis. Menurut Vademecum Kehutanan Indonesia, kelas kekuatan kayu didasarkan pada berat jenis, keteguhan lengkung mutlak (klm) dan keteguhan tekan mutlak (ktm) (Tabel 2).

Tabel 2. Kelas kekuatan kayu

Kelas Kayu Berat Jenis klm (Kg/cm2) ktm (kg/cm2)

Sumber: Vademecum Kehutanan Indonesia dalam Damanik (2005).

Penggolongan Kayu

Menurut Walker (1993), kayu perdagangan dibagi menjadi dua kategori yaitu kayu daun jarum dan kayu daun lebar. Kayu daun jarum dan daun lebar mempunyai susunan sel yang berbeda.

(22)

bentuk-bentuk jaringannya juga lebih sederhana. Sel pori tidak terdapat pada kayu daun jarum. Di Indonesia jenis kayu konifer hanya sedikit (Dumanauw, 1990).

Kayu daun jarum secara langsung tersedia dari sawmill, penjualan secara langsung dan panglong, atau makelar kayu. Kayu daun jarum dan kayu lapis digunakan dalam berbagai bentuk, tangga-tangga, rangka, lantai, bentukan, panel, kabinet, balok antar tiang dan banyak komponen bangunan lainnya. Kayu daun jarum juga dapat dijadikan beberapa bentuk seperti sirap, penyangga, pintu, dan pekerjaan pabrik lainnya, sebagai tambahan beberapa produk kasar seperti kayu (Miller, 1999).

Kayu daun lebar digunakan pada konstruksi untuk lantai, pengerjaan arsitektur kayu, pengerjaan interior kayu, dan paneling. Jenis ini biasanya tersedia dari panglong dan penyalur bahan bangunan. Sebagian besar kayu daun lebar yang diproduksi kembali menjadi furnitur, lantai, peti, kontainer, dan balok. (Miller, 1999).

Ciri Umum Kayu

a. Warna kayu

Variasi warna alami pada kayu kemungkinan berasal dari kayu gubal dan kayu teras. Terdapat kemungkinan perbedaan warna pada kayu, antara kayu gubal dan kayu teras, kayu awal dan kayu akhir, atau antara jaringan yang mengelilingi kayu. Warna yang menonjol pada kayu teras adalah warna coklat, sedangkan kayu gubal memiliki warna yang lebih muda (Tsoumis, 1991).

b. Kilap

(23)

bagian luar. Kayu terlihat lebih mengkilap pada permukaannya yang diperoleh dari penyinaran, atau disebut juga permukaan penyinaran Spiegelschnitt

(mirror-section). Pengkilapan juga dipengaruhi oleh sudut refleksi cahaya (Tsoumis, 1991).

c. Bau

Pada umumnya kayu mempunyai bau tertentu apalagi ketika kayu masih dalam keadaan segar. Akan tetapi kebanyakan bau pada kayu sukar diterangkan. Beberapa diantaranya yang mempunyai bau yang mudah dikenal. Bau harum merupakan ciri beberapa jenis kayu yang tergolong suku Lauraceae, Santalaceae, dan Magnolaceae (Mandang dan Pandit, 1997).

d. Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Tekstur suatu jenis kayu dikatakan halus jika sel-selnya, terutama pembuluh dan jari-jari berukuran kecil.Tekstur suatu jenis kayu dikatakan kasar jika ukuran sel-selnya relatif besar. Tekstur dinilai juga dari tingkat kerataannya. Tekstur dikatakan tidak rata jika halus di tempat-tempat tertentu dan kasar di tempat lain pada permukaan yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh pembuluh yang berkelompok atau berganda 4 sel atau lebih (Mandang dan Pandit, 1997).

e. Serat

(24)

f. Kesan Raba

Kesan raba dinilai licin atau kesat dengan menggosok-gosokkan jari kepermukaan kayu. Beberapa jenis kayu terasa licin jika diraba. Biasanya kayu yang mempunyai tekstur halus serta berat jenis tinggi menimbulkan kesan raba yang licin. Kesan licin dapat pula bertambah jika kayunya memang mengandung minyak (Mandang dan Pandit, 1997).

g. Kekerasan

Kekerasan kayu merupakan salah satu sifat yang berguna dalam identifikasi jenis kayu. Kekerasan dinilai sangat lunak, lunak, agak lunak, agak keras, keras, dan sangat keras. Penetapannya dilakukan dengan cara menyayat contoh pada arah tegak lurus serat. Makin keras makin sukar disayat. Bekas sayatannya pun mengkilap. Jenis-jenis kayu yang dapat digolongkan lunak adalah pulai dan jelutung. Jenis-jenis yang tergolong sangat keras adalah ulin, lara dan sonokeling (Mandang dan Pandit, 1997).

Ciri Anatomi Kayu

a. Pembuluh

Sel-sel pembuluh tampak jelas dengan bantuan lup berkekuatan pembesaran sepuluh kali, bentuknya seperti pori-pori pada penampang lintang batang kayu. Apabila diameternya cukup besar, pembuluh dapat juga dilihat dengan mata telanjang pada penampang radial dan tangensial seperti goresan-goresan kearah longitudinal (Mandang dan Pandit, 1997).

b. Parenkim

(25)

bantuan lup, parenkim biasanya dapat dilihat berupa jaringan yang berwarna lebih cerah daripada jaringan serat: umumnya hampir putih dan lainnya agak coklat atau coklat merah (Mandang dan Pandit, 1997).

c. Jari-jari Kayu

Jari-jari dapat dilihat dengan bantuan lup pada penampang lintang kayu seperti garis-garis yang hampir sejajar satu sama lain. Jika ukurannya cukup lebar, jari-jari dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi pada kebanyakan jenis kayu, jari-jari hanya dapat dilihat jelas dengan bantuan lup (Mandang dan Pandit, 1997).

d. Saluran Interselular

Saluran intrerselular merupakan salah satu ciri yang sangat penting untuk identifikasi jenis-jenis kayu. Ada dua macam saluran interselular jika dilihat dari arah bentangnya. Saluran interselular yang membentang searah dengan sumbu batang dinamakan saluran aksial, dan saluran yang membentang searah jari-jari dinamakan saluran radial (Mandang dan Pandit, 1997).

Prosedur Pelaksanaan Survei

Menurut Supranto (2000), di dalam melakukan survei, ada beberapa urutan sebagai pedoman umum, urutan kegiatan ini merupakan urutan kegiatan yang flexibel:

(26)

2. Perlu dilakukan pengecekan apakah data yang diperlukan sudah tersedia dalam bentuk data sekunder atau harus dikumpulkan sendiri sebagai data primer, langsung dari objeknya.

3. Menentukan populasi dan memilih teknik sampling yang tepat atau efisien. 4. Menentukan tingkat ketelitian yang diinginkan yang dinyatakan dalam batas

tertinggi sampling.

5. Menentukan alat untuk memperoleh data dari elemen atau unit sampling, misalnya wawancara, surat menyurat, pengamatan langsung, dan menggunakan alat komunikasi.

6. Membuat daftar pertanyaan.

7. Memilih sampel dari kerangka sampling dan mengumpulkan data dilapangan dari sampel terpilih.

8. Mengolah dan menyajikan data, termasuk pembuatan perkiraan dan pembuatan tabel.

(27)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di wilayah kota Banda Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam) di kecamatan Meuraxa dan di Laboraturium Kultur Jaringan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2009.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel kayu dari perumahan bantuan tsunami di kecamatan Meuraxa NAD.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah, pisau sebagai alat untuk menyayat sampel kayu. Mikroskop sebagai alat untuk melihat ciri anatomi pada sampel kayu. Kuisioner sebagai alat untuk memperoleh data. Tally sheet sebagai alat untuk mencatat hasil pengamatan di lapangan, dan kamera digital sebagai alat dokumentasi.

Metode Penelitian

Identifikasi kayu

Identifikasi penggunaan jenis kayu yang digunakan pada perumahan bantuan tsunami yang terletak di kecamatan Meuraxa kota Banda Aceh, dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

(28)

2. Diamati ciri-ciri pada kayu.

3. Dicatat hasil pengamatan pada daftar isian.

4. Diamati dan diidentifikasi jenis kayu dengan beberapa kali pengulangan.

Pengukuran kerapatan

Kerapatan ialah massa yang terkandung dalam setiap unit volume benda. Perhitungan kerapatan dilakukan pada kondisi kering oven. Menurut British Standart 373.1975 dapat dirumuskan dengan:

BKO

ρKO =

VKO Keterangan:

ρKO : Kerapatan Kering Oven

BKO : Berat Kering Oven VKO : Volume Kering Oven

Survey responden pengguna rumah dan perusahaan

A. Penentuan sampel responden pengguna rumah

(29)

B. Penentuan sampel responden perusahaan

Metode survey penentuan sampel responden perusahaan dilakukan pada seluruh perusahaan yang terlibat pada proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Kecamatan Meuraxa.

C. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

a. Identitas dan karakteristik responden

b. Pengetahuan jenis kayu yang digunakan pada bangunan c. Karakteristik tipe perumahan

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan adalah peta Kecamatan Meuraxa dan data umum yang ada pada instansi pemerintahan kecamatan, developer, dan lembaga-lembaga lain yang terkait.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Kuisioner

Kuisioner merupakan suatu set pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh sampel dalam penelitian. Data yang diperlukan adalah data primer

b. Wawancara Mendalam (Deep Interview)

Wawancara ditujukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

c. Pengamatan dan Pengambilan Sampel

(30)

d. Studi Pustaka

Dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.

Analisa Data

1. Data hasil identifikasi disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mengetahui jenis kayu, ciri umum dan ciri khusus

2. Data hasil perhitungan kerapatan kayu disajikan dalam bentuk rataan untuk menduga kekuatan kayu.

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Kayu

Identifikasi kayu pada perumahan bantuan tsunami diperoleh dari tiga sampel, yaitu pada bagian kuda-kuda atap, kusen, dan jalusi. Sampel diperoleh dari rumah penduduk yang sedang, atau telah direnovasi. Sampel kusen dan jalusi diperoleh dari rumah yang sedang direnovasi, sampel kuda-kuda atap diperoleh dari rumah yang telah direnovasi.

Berdasarkan hasil identifikasi kayu, baik dari ciri umum maupun ciri anatomi kayu, maka didapatkan hasil bahwa penggunaan kayu pada kusen menggunakan kayu damar (Agathis plilippinensis). Kayu ini biasanya digunakan sebagai bahan bangunan di bawah atap, perabot rumah tangga, bangunan kapal (tiang layar), panel, barang bubutan, kayu bentukan, vinir untuk kayu lapis dekoratif, kertas, kotak dan batang korek api, dan pinsil (BJ< 0,50).

Kayu yang digunakan pada kuda-kuda atap adalah kayu durian (Durio zibethinus). Kayu ini biasanya digunakan sebagai kayu bangunan dibawah atap,

rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga sederhana (termasuk lemari), lantai, dinding, sekat ruangan, kayu lapis, peti, sandal kayu, peti jenazah, dan bagunan kapal.

Kayu yang digunakan pada jalusi adalah kayu benuang (Octomeles sumatrana). Kegunaan kayu ini antara lain sebagai rak, kisi-kisi pintu, peti

(32)

Ciri Umum Kayu

Berdasarkan hasil pengamatan ciri umum kayu dari ketiga sampel, yang merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi kayu, sehingga dapat diketahui jenis dan mutu dari kayu tersebut. Menurut Hadjib dan Abdurachman (2006), mutu atau kualitas kayu secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran ciri-ciri kayu yang mempengaruhi sifat produk-produk yang dibuat dari kayu. Penggunaan kayu sebagai komponen bangunan harus disesuaikan dengan jenis dan mutu kayu.

Mutu dari suatu jenis kayu ditentukan oleh sifat fisiknya seperti warna, tekstur, serat, kekerasan, kesan raba, bau dan rasa, nilai dekoratif dan sifat-sifat pengerjaan seperti sifat pengetaman, pembubutan, pemboran, dan pengampelasan. Selain itu mutu kayu ditentukan pula oleh cacat pada kayu tersebut yang akan mempengaruhi sifat kayu, pengerjaan maupun pemakaiannya.

a. Warna Kayu

Kayu yang diidentifikasi pada bagian jalusi dan kusen mengalami perubahan warna karena pengaruh cuaca, angin, dan sinar matahari. Kayu yang digunakan pada bagian kusen dan jalusi berhubungan langsung dengan kondisi iklim daerah lingkungan sekitar perumahan. Kondisi iklim lingkungan sekitar perumahan bantuan tsunami di Kecamatan Meuraxa cukup ekstrim, karena berada cukup dekat dengan pantai, sedangkan kayu pada bagian kuda-kuda atap terlindung dari pengaruh cuaca, angin dan sinar matahari.

(33)

Kayu durian yang digunakan pada bagian kuda-kuda atap berwarna coklat muda kemerahan (Gambar 1).

b. Tekstur dan Arah Serat

(a) (b) (c

Gambar 1. Tekstur dan arah serat kayu (a) benuang , (b) damar, dan (c) durian Berdasarkan hasil yang diperoleh (Gambar 1), maka didapatkan hasil kayu durian memiliki tekstur kayu yang kasar dan arah serat lurus dan berpadu. Kayu benuang memiliki tekstur yang kasar dan arah serah yang berpadu. Kayu damar memiliki tekstur yang halus dan arah serat yang lurus. Kayu durian dan kayu benuang bertekstur kasar, karena ukuran selnya relatif lebih besar.

Kayu durian dan kayu benuang memiliki serat yang berpadu, karena arah letak sel-sel aksial pada suatu lapisan kayu berbeda dengan arah sel-sel serupa pada lapisan kayu berikutnya. Sedangkan kayu damar memiliki serat lurus, karena sel-sel aksial membentang sejajar dengan sumbu batang.

c. Kilap, Kesan Raba dan Bau

(34)

pengamatan kayu di lapangan, kayu damar dan kayu durian agak mengkilap, sedangkan kayu benuang tidak mengkilap/kusam.

Kayu damar dan kayu durian memiliki kesan raba yang licin, sedangkan kayu benuang memiliki kesan raba yang kesat. Kesan raba dapat dinilai licin atau tidaknya dengan cara menggosok-gosokan jari kepermukaan kayu.

Ketiga jenis kayu tersebut tidak memiliki bau. Kayu tidak memilik bau, bisa saja dikarenakan kayu telah lama digunakan pada perumahan, dan telah kering udara. Menurut Madang dan Pandit (1997), pada umumnya kayu mempunyai bau tertentu apalagi waktu masih segar. Akan tetapi kebanyakan bau pada kayu sukar diterangkan. Hanya beberapa diantaranya yang mempunyai bau yang mudah dikenal.

d. Kekerasan Kayu

Kekerasan kayu merupakan salah satu sifat yang berguna dalam identifikasi jenis kayu. Penetapannya dilakukan dengan cara menyayat contoh pada arah tegak lurus serat. Makin keras makin sukar disayat, dan bekas sayatannya mengkilap. Berdasarkan hasil sayatan yang diperoleh, kayu durian dan kayu damar adalah kayu keras. Sedangkan kayu benuang adalah kayu lunak.

Ciri Anatomi Kayu

a. Pembuluh (Pori)

(35)

(a) (b)

Gambar 2. (a) Penampang lintang, (b) tangensial kayu durian (pembesaran 100x)

(a) (b)

Gambar 3. (a) Penampang lintang, (b) tangensial kayu benuang(pembesaran 100x) Kayu durian mempunyai diameter pembuluh yang agak besar, frekuensi jarang dan susunan pembuluhnya soliter dan berganda 2-3 pori. Kayu benuang memiliki isi pembuluh berupa endapan coklat. Diameter pembuluh agak besar, frekuensinya jarang dan susunan pembuluh soliter (Gambar 2 dan 3).

Pori ganda

Pori soliter

(36)

(a) (b)

Gambar 4. (a) Penampang lintang, (b) tangensial kayu damar (pembesaran 100x) Kayu damar tidak mempunyai pembuluh (Gambar 4), karena kayu damar termasuk kedalam jenis kayu daun jarum. Tidak adanya pembuluh pada kayu daun jarum memudahkan untuk membedakannya dari kayu daun lebar secara makroskopik. Kayu damar sebagian besar tersusun atas trakeida, yang merupakan jaringan dasar dari kayu daun jarum.

b. Parenkim

Ciri parenkim yang penting untuk identifikasi adalah susunannya sebagaimana yang terlihat pada penampang lintang kayu. Pada bidang ini, dengan bantuan lup, parenkim biasanya dapat dilihat berupa jaringan berwarna lebih cerah daripada jaringan serat, umumnya hampir putih dan lainnya agak coklat atau coklat merah.

(37)

Gambar 5. Parenkim kayu durian (pembesaran 100x)

Gambar 6. Parenkim kayu benuang (pembesaran 100x) Parenkim

(38)

Gambar 7. Parenkim kayu damar (pembesaran 100x)

Berdasarkan hasil pengamatan parenkim secara makroskopik dari ketiga sampel kayu, maka diperoleh parenkim pada kayu durian, dan benuang mempunyai parenkim paratrakea (parenkim yang berhubungan/bersinggungan dengan pembuluh) dengan tipe kelompok baur/difus. Parenkim pada kayu damar sangat jarang terlihat, kayu damar mempunyai parenkim aksial dengan tipe selubung (Gambar 5, 6, dan 7).

c. Jari-jari

Gambar 8. Jari-jari kayu durian (pembesaran 100x) Parenkim

(39)

Gambar 9. Jari-jari kayu benuang (pembesaran 100x)

Gambar 10. Jari-jari kayu damar (pembesaran 100x)

Sifat jari-jari yang penting untuk dasar identifikasi jenis kayu di lapangan. Jari-jari yang tampak pada kayu durian memiliki ukuran yang sangat sempit dengan frekuensi yang banyak. Jari-jari pada kayu benuang memiliki ukuran agak lebar dengan frekuensi jarang. Sedangkan pada kayu damar memiliki ukuran sangat sempit dengan frekuensi sangat jarang (Gambar 8, 9, dan 10).

(40)

d. Saluran Interseluler

Gambar 11. Saluran interseluler kayu durian (pembesaran 100x)

(41)

Gambar 13. Damar tidak memiliki saluran interseluler (pembesaran 100x) Pada beberapa jenis kayu terdapat rongga-rongga antar sel yang berupa saluran-saluran sempit yang dikelilingi oleh parenkim, serta selaput yang terdiri atas sel-sel epitel, rongga inilah yang disebut saluran interseluler. Berdasarkan pengamatan, maka diperoleh hasil yaitu kayu durian mempunyai saluran interseluler aksial. Menurut Mandang dan Pandit (1997), saluran aksial tampak pada penampang lintang kayu seperti lubang-lubang yang lebih kecil atau samar dengan pembuluh, sehingga ada kalanya sukar dibedakan dari pembuluh, kecuali dari sebaran dan isinya. Kayu benuang dan damar tidak mempunyai saluran interseluler (Gambar. 11, 12, dan 13).

Kerapatan Kayu

(42)

Kekuatan kayu sangat erat kaitannya dengan berat jenis. Semakin besar berat jenis kayu maka semakin kuat kayu tersebut. Pada penelitian ini, kekuatan kayu dapat diduga berdasarkan kerapatan kayu. Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan kayu dari sampel perumahan, maka diperoleh hasil kerapatan kayu pada ketiga jenis sampel (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil perhitungan kerapatan kayu

No Sampel Kayu Kerapatan Kayu Kelas Kuat Kayu

1 Durian (Durio zibethinus) 0,56 III

2 Damar (Agathis philippinensis) 0,54 III

3 Benuang (Octomeles sumatrana) 0,26 V

Kerapatan kayu dapat menunjukkan kekuatan dari suatu jenis kayu. Kayu durian pada kelas kuat III, penggunaannya sebagai kuda-kuda atap. Kayu damar pada kelas kuat III, penggunaannya sebagai kusen. Kayu benuang pada kelas kuat IV, penggunaannya sebagai jalusi. Menurut Hadjib dan Abdurachman (2006), kayu untuk keperluan bangunan umumnya dari kelas kuat I, II dan III dengan rasio kekuatan terhadap berat yang cukup tinggi. Penggunaan kayu durian, kayu damar, dan kayu benuang sebagai komponen bangunan sesuai dari segi kekuatan kayu.

Karakteristik dan Pemahaman Responden

a. Masyarakat

(43)

wiraswasta 32,50%, dan pegawai negeri sipil 13,75%. Sebagian besar responden yang diwawancarai adalah ibu rumah tangga, karena pada saat melakukan survei di lapangan, responden yang memiliki pekerjaan tidak berada di kediaman mereka.

Hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa umumnya pemahaman masyarakat tentang penggunaan kayu pada perumahan, sebagian besar digunakan pada kuda-kuda atap, pintu, kusen pintu dan jendela. Sekitar 30% dari masyarakat tidak mengetahui jenis-jenis kayu yang paling cocok digunakan sebagai komponen bahan bangunan. Perawatan komponen bahan bangunan dari kayu, sebagian besar masyarakat melakukan perlakuan pengecatan pada komponen dari kayu, hal ini menurut masyarakat agar kayu dapat lebih tahan dari serangan rayap ( Lampiran 2).

Penempatan rumah bantuan tsunami oleh masyarakat berkisar antara tahun 2005-2008. Perbedaan jangka waktu penempatan perumahan ini dikarenakan oleh perbedaan jangka waktu pembangunan perumahan bantuan tsunami yang bertahap. Pembangunan tahap awal seperti pada desa Asoe Nanggroe, sehingga masyarakat dapat menempati rumah pada tahun 2005. Pada desa ADT, Deah Baro, dan Lampaseh Aceh pembangunan tahap pertama adalah rumah sementara yang terbuat dari kayu, kemudian direnovasi menjadi rumah permanen, sehingga masyarakat desa tersebut menempati rumah mereka pada tahun 2008 (Lampiran 2).

(44)

200-400 m2. Tipe rumah yang ditempati oleh masyarakat sebagian besar adalah tipe 36+, dimana 82,5% mayarakat menempati rumah dengan tipe tersebut. Hasil penelitian dan pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa dalam satu rumah bisa dihuni oleh 1-7 orang. Semakin banyak penghuni di suatu rumah maka akan mempengaruhi keadaan rumah itu sendiri, seperti peningkatan suhu rumah karena rumah tersebut dihuni oleh banyak orang, sehingga akan memperlambat sirkulasi udara di dalam rumah.

Pemahaman masyarakat tentang pentingnya rumah sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat untuk melakukan aktifitas, ditunjukkan oleh harapan mereka terhadap rumahnya. Berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara dengan masyarakat, masyarakat mengharapkan rumah mereka memiliki fasilitas air yang lancar, rumah yang sesuai dengan kondisi lingkungan pantai dan tahan gempa, ruangan yang lebih memadai dan penggunaan kayu yang bermutu, agar komponen rumah dari kayu tidak mudah terserang rayap dan jamur.

b. Pengusaha

(45)

manager proyek, pengawas lapangan, juru gambar, juru ukur, dan staf administrasi.

Perusahaan yang besar, biasanya lebih banyak mendapat proyek pembangunan dalam skala yang besar pula. Perusahaan yang mengikuti proyek rekonstruksi perumahan bantuan tsunami, biasanya membangun sekitar 50 rumah di satu desa.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) mengenai perusahaan yang mengikuti proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh, ada beberapa perusahaan yang tidak sesuai dengan alamat yang tertera pada data dari BRR. Hal ini dikarenakan perusahaan telah habis masa berlaku izin usaha untuk domisili.

Spesifikasi Perumahan

Tipe rumah bantuan tsunami yang dibangun adalah tipe 36+ dan tipe 42. Rumah dengan tipe 36+ adalah rumah yang memiliki luas 6x6 m2, dan memiliki tambahan dapur. Rumah dengan tipe 42 adalah rumah yang memiliki luas 7x6 m2. Perbedaan tipe rumah yang dibangun berdasarkan sumber bantuan dana yang diperoleh, tipe rumah 36+ kebanyakan dibangun oleh BRR, dan tipe 42 dibangun oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam maupun luar negeri, seperti Palang Merah Indonesia (PMI), Red Cross dan Turki. Masyarakat yang memiliki pendapatan yang lebih besar, biasanya merenovasi rumah mereka menjadi lebih luas sesuai dengan kepemilikan lahan.

(46)

kayu pada pembangunan perumahan. Penggunaan kayu ini dapat ditemui dalam pembuatan konstruksi kuda-kuda kayu, pintu, jendela dan lain sebagainya.

Sementara itu dengan semakin berkembangnya teknologi penggunaan kayu maka dapat dibuat bentuk-bentuk konstruksi kuda-kuda kayu dengan bentang lebar, kuat, efektif dan efisien (Nursandah, 2007). Kuda-kuda kayu hanya digunakan pada pembanguan tahap awal. Pembangunan tahap selanjutnya menggunakan kuda-kuda dari baja ringan. Hal ini dikarenakan kurangnya ketersedian kayu pada saat proses rekonstruksi, dan harga yang jauh lebih mahal.

Rumah bantuan tsunami dibangun secara berkala. Pembangunan tahap awal rumah tsunami dimulai pada tahun 2005, dan hingga saat ini masih berlangsung sisa proyek pembangunan rumah tsunami yang belum selesai direalisasikan oleh pihak BRR yang telah habis masa kerjanya. Proyek pembangunan rumah tsunami diserahkan kepada pemerintah daerah.

Hasil kuisioner penelitian terhadap pengusaha dan perumahan penduduk (Lampiran 2 dan 3) diperoleh data, bahwa konstruksi kuda-kuda atap ada yang terbuat dari kayu dan baja ringan. Penggunaan baja ringan sebagai kuda-kuda atap menjadi alternatif selain kayu, karena keterbatasan kayu pada saat itu. Penggunaan kayu sebagai kuda-kuda atap banyak digunakan pada rekonstruksi dan rehabilitasi perumahan tsunami pada tahun 2005-2006 .

(47)

Menurut AIPRD_LOGICA (2007) tentang panduan monitoring konstruksi rangka kuda-kuda menggunakan kayu seumantok, damar laut dan jenis lainnya yang kuatnya setara. Kayu rangka kuda-kuda sebaiknya dilapisi oli bekas/solar/ter. Rangka kuda-kuda harus dikaitkan pada ringbalkn, dengan kondisi kayu: keras, bebas mata kayu, tidak retak, kering/tidak bergetah, lurus, berserat halus, dianti rayap. Pengujian praktis yang dapat dilakukan yaitu: nyaring bila diketuk, dianti rayap.

Penggunaan bahan bangunan berupa seng harus memiliki kondisi: tidak berkarat, ukuran sama, ketebalan ≥ 0,3 mm, tidak berlubang. Besi yang digunakan dengan kondisi tidak berkarat, diameter batang seragam, ukuran 12 mm, 10 mm, 8 mm, dan 6 mm. Tidak bobeh disimpan pada tempat terbuka, tidak berhubungan langsung dengan tanah, setelah dirangkai harus segera dicor.

Kusen pintu dan jendela menggunakan kayu seumantok, damar laut, sembarang keras atau lainnya yang kuatnya setara. Kayu yang dipakai harus kering, lurus/tidak bengkok, cukup tua, tidak cacat/tidak mempunyai mata kayu. Pengujian praktis yang dapat dilakukan yaitu: nyaring bila diketuk, berat.

Bata yang digunakan mempunyai kondisi warna merah menyala, bersuara nyaring bila diketuk, tidak mudah patah, ukuran seragam (rata), sudut tidak retak. Alternatif bahan penggantinya yaitu: batako, bataton (bata beton), CEB (Concrete Earth Block), dan bata foam.

(48)

Gambar 14. Kuda-kuda kayu menggunakan atap seng

Penggunaan kayu sebagai kuda-kuda atap banyak digunakan pada rumah bantuan tsunami yang dibangun pada tahap awal (Gambar 14), karena masih adanya ketersediaan kayu yang dipasok dari dalam maupun luar daerah Aceh. Alternatif lain pengganti kayu sebagai bahan bangunan adalah penggunaan bahan berjenis baja ringan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha, penggunaan kayu untuk kuda-kuda atap, yaitu kayu kelas I sesuai dengan spesifikasi kontrak kerja. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan penduduk, banyak yang menyatakan bahwa kayu yang digunakan untuk kuda-kuda atap banyak yang telah diserang rayap, beberapa penduduk mengatakan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengunaan kayu yang masih muda/bermutu rendah untuk kuda-kuda atap.

(49)

persediaan kayu, sehingga pada pembangunan tahap selanjutnya penggunaan kayu diminimalisir yaitu pada bagian kusen dan pintu saja.

Kayu yang digunakan pada bagian pintu tidak diidentifikasi, hal ini dikarenakan pada saat survey di lapangan tidak ditemukan sampel dari daun pintu pada rumah yang direnovasi. Beberapa dari rumah yang telah direnovasi pada bagian pintu, tidak menyimpan daun pintu yang telah direnovasi, sehingga identifikasi kayu pada bagian pintu tidak dilaksanakan.

Gambar 15. Pintu rumah bantuan tsunami yang menggunakan kayu

(50)

Perawatan Komponen Kayu oleh Masyarakat

Salah satu komponen penting dalam pembangunan perumahan adalah kayu. Oleh karena itu peningkatan pembangunan perumahan juga mendorong pemakaian kayu yang makin besar. Pemilihan kayu ini didasarkan pada beberapa pertimbangan bahwa kayu memiliki beberapa keunggulan dengan bahan lainnya. Selain memiliki keunggulan, kayupun memiliki kelemahan, antara lain tidak tahan terhadap serangan organisme perusak kayu.

Berdasarkan hasil identifikasi kayu dilapangan, kayu yang digunakan pada perumahan yaitu kayu durian, kayu damar dan kayu benuang. Kayu durian berada pada kelas awet IV-V, kayu damar berada pada kelas awet IV, dan kayu benuang berada pada kelas awet V. Kayu durian, damar, dan benuang seharusnya diawetkan terlebih dahulu, agar dapat memperpanjang masa pakai kayu. Perlakuan pengawetan kayu tersebut sesuai dengan pernyataan Hadjib dan Abdurachman (2006), kayu untuk keperluan bangunan umumnya mempunyai kelas awet I atau II. Bila dari kelas awet III atau di bawahnya, maka kayu tersebut harus diawetkan terlebih dahulu.

(51)

Gambar 16. Pintu rumah yang terserang jamur

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, beberapa pintu dari rumah masyarakat diantaranya ada yang terserang jamur (Gambar 14). Menurut Batubara (2006), kayu yang berkeawetan alami rendah, mudah diserang oleh organisme perusak kayu berupa jamur, serangga dan binatang laut, tetapi akibat yang timbulkan oleh organisme tersebut tidak sama di setiap lokasi.

Berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara dengan masyarakat perumahan bantuan tsunami, 60% dari masyarakat melakukan perawatan komponen bahan bangunan yang terbuat dari kayu. Masyarakat banyak menggunakan perawatan dengan melakukan pengecatan. Pelumasan oli dan ter hanya digunakan untuk kuda-kuda atap saja, alasan dari masyarakat adalah agar kayu tahan dari serangan rayap.

(52)

mereka lebih rentan terserang oleh faktor perusak kayu.

(a) (b)

Gambar 17. Rumah yang direnovasi (a) mengganti pintu, dan (b) kusen jendela Sebagian dari penduduk mengganti komponen rumah yang terbuat dari kayu, karena beberapa alasan yaitu kayu pada bagian kusen jendela banyak yang lapuk dan terserang rayap, sedangkan pada pintu, pemasangan engsel pintu kurang baik sehingga mudah rusak. Penduduk yang merenovasi rumahnya, menggunakan kayu yang lebih komersil, seperti kayu Meranti dan sekelasnya (Gambar 17. a dan b).

(a) (b)

Gambar 18. (a) Rumah yang dirawat, (b) Rumah yang tidak dirawat

(53)

terawat dan terjaga kebersihannya menjadikan rumah tersebut kurang layak untuk ditempati (Gambar 18. a dan b). Rumah merupakan tempat tinggal untuk berbagai aktifitas kegiatan dan biasanya ditempati dalam waktu yang relatif lama. Rumah sebagai tempat dari berbagai aktifitas kegiatan harus diperhatikan baik dari segi kesehatan maupun segi kekuatan (ketahanan bangunan terhadap faktor perusak). Faktor perusak bangunan dapat dibedakan menjadi :

− Faktor biotik : serangga , jamur

− Faktor abiotik : Fisis (udara, cahaya, panas, api) Mekanis (gesekan, pukulan), dan Kimia (asam, basa).

Upaya pencegahan kerusakan kayu sangat penting dalam rangka peningkatan mutu dan masa pakai (service life) bangunan. Salah satu langkah strategis yang dapat diterapkan adalah memperpanjang umur pakai atau mempertahankan umur komponen kayu melalui penerapan teknologi pengawetan kayu sesuai dengan standar teknis yang berlaku. Menurut Gunawan (1994), hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan akan mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Desain struktur yang berkesinambungan selalu mempertimbangkan masa pakai dan masalah perawatan.

Perlakuan dan Sistem Pemilahan Kayu oleh Pengusaha

(54)

tentu merata, hal ini disebabkan oleh sengatan udara panas yang mengelilingi permukaan kayu.

Sistem pemilahan kayu yang dilakukan oleh pengusaha hanya sistem pemilahan visual saja (Lampiran 3). Pengusaha melakukan sistem pemilahan visual dengan melihat cacat-scacat yang ada pada kayu, seperti retak, pecah, membusur dan serangan jamur. Cara lainnya yang dilakukan pengusaha untuk menentukan kekuatan kayu adalah dengan cara menilai berat kayu, semakin berat kayu, maka semakin kuat kayu tersebut.

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kayu yang digunakan pada perumahan bantuan tsunami berdasarkan ciri umum dan ciri anatomi kayu yaitu kayu yang digunakan pada kuda-kuda atap adalah kayu durian (Durio zibethinus). Kayu yang digunakan pada kusen yaitu kayu damar (Agathis philippinensis). Kayu yang digunakan pada jalusi adalah kayu benuang (Octomeles sumatrana).

2. Kayu durian berada pada kelas kekuatan II. Kayu damar berada pada kelas kekuatan III. Kayu benuang berada pada kelas Kekuatan IV.

3. Pemahaman masyarakat tentang penggunaan kayu sebagai komponen perumahan masih kurang, karena hanya sebagian masyarakat yang mengetahui jenis kayu yang cocok untuk perumahan, dan sekitar 60% yang melakukan tindakan perawatan untuk komponen kayu. Pengusaha cukup memahami komponen kayu sebagai perumahan, berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara pemahaman tentang jenis kayu yang cocok sebagai bahan bangunan.

Saran

Pendataan yang lengkap dan tepat tentang pengusaha yang mengikuti proses rehabilitasi dan rekonstruksi tsunami di Aceh. Serta pengawasan terhadap pengusaha mengenai spesifikasi komponen bangunan yang digunakan.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Aceh-Eye. 2005. Penilaian Awal Terhadap Kebutuhan Kayu Untuk Rekonstruksi NAD dan Implikasinya.

AIPRD_LOGIKA.2007. Panduan Monitoring Konstruksi Perumahan Berbasis Masyarakat.

[10 Juli 2009]

Alfiani, D. 2002. Sistem Pakar Untuk Identifikasi Kayu. Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Batubara, R. 2006. Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung Dalam Upaya Pelestarian Hutan.

British Standart 373.1975. Standart Tests for Small Clear Specimen. England Budianto, A. D. 1996. Sistem Pengeringan Kayu. Kanisius. Yogyakarta.

Damanik, R.I. M. 2005. Kekuatan Kayu. Teknologi Hasil Hutan. Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumateta Utara. Medan.

Duljapar, K. 1996. Pengawetan Kayu. Penerbit Kanisius. Jakarta. Dumanauw, J.F. 1990. Mengenal Kayu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Gunawan. 1994. Pengantar Ilmu Bangunan. Penerbit Kanisius. Jakarta. Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hadjib, N. dan Abdurachman. 2006. Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat Untuk Komponen Bangunan. Prosiding. Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan Bogor. 2006 . 130-[30 September 2009]

Mandang, Y. I. dan Pandit, N. K. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Yayasan PROSEA Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan. Bogor.

Miller, R.B. 1999. Characteristics and Availability of Commercially Important Wood. Dalam Wood Handbook-Wood as an Engineering Material. Madison, WI: USDA, Forest Products Laboratory.

(57)

Nursandah, A. 2007. Penggunaan kawat Baja Sebagai Pengganti Batang Tarik Pada Kuda-kuda Kayu. Jurnal Teknik Sipil Volume 7 No.2: 152-164

[1

Okteber 2009]

Rudi. 2002. Status Pengawetan Kayu di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains. SNI. 1991. Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung. SNI.

Indonesia.

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Rineka Cipta. Jakarta.

Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood: Struktur, Properties, Utilization.Van Nostrand Reinhold. New York.

Vebry, M. 2005. Penggunaan Bahan Bangunan Yang Berkelanjutan Dalam Proses Rekonstruksi Aceh.

(58)
(59)

Lampiran 1. Hasil pengamatan kayu di lapangan Tekstur dan arah serat

No Sampel Tekstur Arah serat

1 Kuda-kuda atap Kasar Lurus dan berpadu

2 Jalusi Kasar Berpadu

3 Kusen Halus Berpadu

Kilap, kesan raba dan bau

No Sampel Kilap Kesan Raba Bau

1 Kuda-kuda atap Agak mengkilap Licin Tidak berbau

2 Jalusi Kusam Kesat Tidak berbau

Diameter Frekuensi Susunan 1 Kuda-kuda

Agak besar Jarang Soliter

3 Kusen - - - -

1 Kuda-kuda atap Sangat sempit Banyak

2 Jalusi Agak lebar Jarang

3 Kusen Sangat sempit Sangat jarang

Saluran interseluler

No Sampel Radial Aksial

1 Kuda-kuda atap √

2 Jalusi -

(60)

Lampiran 2. Pemahaman masyarakat terhadap komponen kayu sebagai bahan bangunan

No Desa Tahun Penggunaan Kayu Jenis Kayu Perawatan

1 Punge Ujong

Amrizal 24th 2007 Pintu

Rosnidar 43th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen, lis plank Pendompolan dan Pengecatan

Novia 19th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen, jalusi Rasak

Cut 48th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen

Abdul 80th 2007 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok

2 Punge Jurong

Nurmaya 28th 2007 Pintu, kusen Pengecatan

Irni 26th 2007 Pintu, kusen Seumantok

Rahmi 29th 2008 Pintu, kusen

Fajri 43th 2008 Pintu, kusen Seumantok

Nuraini 42th 2007 Pintu, kusen seumantok Pengecatan

3 Gampong PIE

Lisnawati 24th 2006 Kuda-kuda atap, kusen pintu dan jendela Pengecatan

Amiruddin 46th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Pengecatan

Ruly 30th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Meranti/Damar Pengecatan

Supriadi 30th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Meranti batu

Ilviza 37th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok Pengecatan

4 Ulee-Lheue

Evaris 42th 2007 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Jati Pengecatan

Nurlela 21th 2008 Pintu, kusen Seumantok

Busriadi 35th 2007 Pintu, kusen, lantai, dinding, jendela Pembersihan rutin

Affiati 41th 2007 Kuda-kuda atap, dinding, kusen

Nurmala 29th 2006 Kuda-kuda atap, dinding, kusen, pintu Seumantok/Medang Pengecatan

5 Deah Glumpang

Aulia 20th 2007 Kusen, pintu Pengecatan

Aziz 56th 2007 Kusen, pintu Seumantok/Meranti Pengecatan

Rahmadmuna

33th 2005 Kusen, pintu Seumantok Pengecatan

Cut 33th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Pendompolan dan Pengecatan

Syarifah 35th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Pengolian dan Pengecatan

6 Asoe Nanggroe

Anidar 21th 2008 Pintu, kusen Pengecatan

Hijrah 28th 2005 Kuda-kuda atap, lantai, pintu, kusen Seumantok Pengolian dan Pengecatan

Kharumuzzakar

34th 2005 Kuda-kuda atap, kusen, pintu, jendela Seumantok Pengecatan

Irfan 32th 2005 Kuda-kuda atap, kusen, pintu, jendela Sembarang Pengecatan

Irawati 47th 2005 Kuda-kuda atap, kusen, pintu, dinding Seumantok Pengecatan

7 ADT

Winda 19th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Pengecatan

Tarmizi 31th 2008 Kuda-kuda atap, kusen, pintu Pengecatan

Siti 31th 2008 Kuda-kuda atap, kusen, pintu

Erni 36th 2008 Pintu, kusen Jati Pengolian dan cat dasar

Munira 61th 2008 Pinti, kusen Seumantok

8 Deah Baro

Nasryah 41th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok

Ramadhani 27th 2008 Pintu, kusen Pengecatan

Jafar 66th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Merbau Vernis

(61)

Annisa 55th 2008 Pintu, kusen

9 Lambung

Yana 25th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen

Razali 32th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen

Rianika 23th 2007 Kuda-kuda atap, pintu, kusen

Zainuddin 39th 2008 Pintu, kusen Medang Pengecatan

Wuri 25th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen

10 Lamjabat

Mulyadi 37th 2007 Kuda-kuda atap, tangga, kusen, pintu Meranti

Muannas 34th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok Pengecatan

Maidi 37th 2007 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok Ter dan Pengecatan

Ikhsan 26th 2007 Kuda-kuda atap, pintu, jendela Seumantok Pengecatan dan Minyak solar

Mahdanil 30th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Meranti keras Pengolian dan Pengecatan

11 Gampong Baro

Nuraini 25th 2007 Kuda-kuda atap, pintu, kusen

Devi 29th 2007 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok Pengolian dan Pengecatan

Khalid 34th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok/Medang Pengecatan

Lindawati 32th 2005 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Meranti

Azwani 32th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Damar laut

12 Blang Oi

Adrami 41th 2007 Pintu, Kusen Pengolian dan Pengecatan

Andi 37th 2007 Kuda-kuda atap, kusen, pintu Seumantok/Meranti Ter dan Pengecatan

Dewi 35th 2006 Kuda-kuda atap, kusen, pintu

Eddy 37th 2008 Kuda-kuda atap, kusen, pintu Seumantok Pengecatan

Wuryanto 26th 2007 Kuda-kuda atap, kusen, pintu Seumantok Cat dasar

13 Cot Lam Kuweuh

Ari 25th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, jendela Seumantok Pengecatan

Nurbaiti 35th 2008 Pintu, kusen Seumantok Pengolian dan Pengecatan

Budi 31th 2007 Kusen, lis plank Damar laut/Meranti

Azhariah 39th 2006 Kuda-kuda atap, kusen, dinding Jati dan Mahoni Plitur

Tarmizi 39th 2006 Kusen, pintu, lis plank Kapur Pengecatan

14 Lampaseh Aceh

Ikhwan 42th 2008 Kusen pintu dan jendela Meranti Pengecatan

Nuraida 25th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Jati

Salamiah 29th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Jati

Bobby 33th 2009 Kusen pintu dan jendela Seumantok

Rossa 39th 2008 Kusen pintu dan jendela Jati

15 Gampong Blang

Suparman 60th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Meranti

Halimah 29th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Jati/Meranti

Husnaizarita 38th 2007 Kuda-kuda atap, kusen pintu dan jendela Meranti Pengecatan

Pariati 33th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok Pengolian dan Pengecatan

Pardi 35th 2008 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok

16 Surien

Nazariah 28th 2007 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Pengecatan

M. Nazar 46th 2005 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Sembarang Pengecatan

Lazuardi 37th 2007 Kusen, pintu, jalusi Seumantok Pengecatan

Syukri 36th 2006 Kuda-kuda atap, pintu, kusen Seumantok Pengecatan

(62)

Lampiran 3. Pemahaman pengusaha terhadap komponen kayu sebagai bahan bangunan

dibangun Waktu Jenis Kayu

Asal

Kayu Perlakuan Pemilahan

1 PT. Tuah Sejati 36+

Besar Pengeringan Visual

Lhee) BNAII

AsoeNanggroe 6 Bulan

Damar, Seumantok

Banda

Aceh Visual

dan Calang dan Keruing

4

bata, kayu Seunedon)

5 PT. Harmaco 36+

Besar Pengeringan Visual

pasir Aceh Selatan

Sembarang

Aceh Pengeringan Visual

Meranti

Aceh Pengetaman Visual

Seumantok,

Jati Plitur

Gambar

Tabel 1. Ukuran kayu berdasarkan kegunaan Jenis Penggunaan Tebal   Lebar (mm)
Tabel 2. Kelas kekuatan kayu Kelas Kayu Berat Jenis
Gambar 1. Tekstur dan arah serat kayu (a) benuang , (b) damar, dan (c) durian
Gambar 2. (a) Penampang lintang, (b) tangensial kayu durian (pembesaran 100x)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara ikan yang dibungkus dalam plastik packing dimasukkan ke kolam dalam posisi terapung selama 1-5 menit kemudian sedikit

proses pembelajaran harus diperbaiki dengan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran.. Kooperatif Tipe

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, DAN

Fokus penelitian pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana proses berpikir kreatif siswa pada tahap persiapan dalam memecahkan masalah sitem persamaan linear dua variabel.. (2)

Pada diagram di atas terlihat bahwa akronim Kaur merupakan bentuk kependekan dari Kepala urusan Proses pembentukannya terbentuk melalui pengekalan hurf

Jadi menurut analisa penulis dari penelitian ini adalah lafadz yang dipratekkan masyarakat Jorong Kinawai Nagari Balimbing dalam perjanjian antara pemilik

Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut ketika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan