• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOM_DDRT-SRT MARGOAGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REKOM_DDRT-SRT MARGOAGUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

H.4. ANALISIS HASIL KAJIAN

DESA MARGOAGUNG, KEC. SAYEGAN, KAB. SLEMAN

INDIKATOR

KEBERHASILAN KEKUATAN (STRENGTHS)

KELEMAHAN

(WEAKNESSES) REKOMENDASI

INSTANSI PENANGGUNG

JAWAB KETERANGAN

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam di tingkat rumah tangga dan wilayah

 Luas wilayah : 518 Ha dengan potensi pertanian yang masih luas untuk tanaman  terdapat 49%

masyarakat yang memiliki persediaan pangan (DDRT  Memiliki kelompok

tani, gapoktan dan pengusaha olahan pangan

 Kepemilikan hewan ternak rendah (DDRT) = 21

 Masih banyak lahan tidur dan atau lahan pekaranganyang belum

dimanfaatkan

 Penumbuhan / Pengembangan Kelompok Lumbung Pangan  Pembangunan Fisik Lumbung

Pangan

 Pelatihan manajemen usaha  Pengembangan usaha usaha

produktif

 Pengembangan pemanfaatan lahan tidur dan lahan pekarangan  Pengembangan usaha ternak  Pengembangan usaha pertanian

 BKPP

Faktor kualitas Sumber Daya Manusia menyebabkan belum optimalnya pengelolaan potensi desa.

2. Meningkatnya daya beli dan akses pangan rumah tangga dan di wilayah

 Lebih dari 50% telah memiliki berbagai aset penting penunjang ekonomi

 69% mampu membeli 1 stel pakaian dalam 1 tahun (DDRT)  Aspek distribusi desa

terus berkembang 

 Pendapatan ekononomi keluarga masih rendah (keluarga miskin)

 Penguatan Permodalan usaha Produktif

 Pelatihan motivasi usaha dan inovasi produk

Pelatihan usaha perdagangan untuk meningkatkan kontribusi terhadap akses pangan rumah tangga

 BKPP  Dinas

Perindustri an Dan Koperasi

Akses pangan rumah tangga semakin meningkat namun rendahnya kemampuan daya beli akibat inflasi dan rendahnya pendapatan keluarga

3. Meningkatnya pola konsumsi pangan beragam bergizi berimbang dan aman

 Adanya kader gizi, PPL, kader posyandu, penyuluh gizi yang mampu memberikan sosialisasi secara intensif

 48 % mengkonsumsi

 49% tidak pernah mengkonsumsi pangan yang lengkap (SRT)  Pengertian dan

kesadaran masyarakat

 Pelatihan B2SA pada para Kader Gizi dan PKK.

 Program Sosialisasi B2SA melalui pertemuan pertemuan tingkat desa hingga tingkat kelompok masyarakat serta memasang spanduk gerakan B2SA

 BKPP  Dinas

Kesehatan

(2)

protein hewani (DDRT)  Memiliki potensi

pangan lokal

mengenai B2SA masih rendah 

 Mencanangkan Gerakan B2SA.  Secara kontinyu melaksanakan

lomba olah pangan B2SA untuk memotivasi masyarakat. 4. Berkembangnya

usaha produktif berbasis sumberdaya lokal (pangan segar atau olahan) yang mampu menjangkau pasar yang lebih luas

 69 % memiliki aset

kendaraan bermotor untuk meningkatkan akses distribusi (DDRT)

 Semangat wirausaha

=54%

 Potensi Sentra

olahan tahu dan kerajinan bambu

 Ketrampilan dalam bidang olahan masih kurang

 Optimalisasi dan inovasi Usaha Olahan Tahu

 Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan tidur  Pengembangan budidaya sayuran  Pengembangan kerajinan bambu  Pelatihan manajemen usaha dan

kewirausahaan

 Pelatihan teknis usaha olahan dan budidaya

- Efisiensi proses produksi - Inovasi produk

- Sertifikasi - Pemasaran

 Penguatan modal usaha

 BKPP  Dinas

Perindustria n Dan Koperasi

Motivasi usaha dan ketrampilan (khususnya keluarga tidak mampu) masih rendah dan sebagian besar memilih menjadi buruh daripada berwirausaha

5. Berkembangnya lembaga layanan permodalan lokal (LKM atau koperasi) yang melayani kebutuhan permodalan bagi masyarakat setempat

 61% kk miskin memiliki kebiasaan menabung  Mengenal perbankan

41% (SRT)

 Kebiasaan meminjam uang = koperasi 34%

 Masih terdapat masyarakat yang meminjam uang di renten

 Kurangnya sosialisasi pemasaran permodalan  KK Miskin tidak

memiliki jaminan untuk mengakses permodalan  KK Miskin tidak

memiliki usaha (sebagian besar pekerjaan utama buruh tani)

 Penguatan Modal Usaha LKM/LKD  Penumbuhan LKM /LKD

 Gerakan menabung

 Dinas Perindustria n Dan Koperasi  BKPP

Keberanian mengakses modal ke bank dan lembaga keuangan masih rendah yang disebabkan oleh :

- Kurangnya sosialisasi dari lembaga permodalan - KK miskin tidak memiliki

jaminan

- KK Miskin sebagian besar tidak memiliki usaha (pekerjaan utama buruh)

(3)

penerima manfaat sudah tidak lagi masuk kategori rawan pangan, tidak lagi dijumpai orang yang kelaparan /rawan pangan

memiliki persediaan pangan (DDRT)  Desa memiliki SDA

yang potensial.  Semangat

Kebersamaan dan gotong royong warga masih tinggi

> 50%

 Laju Pertumbuhan penduduk semakin meningkat

 Seiring perkembangan waktu lahan pertanian semakin berkurang.  Livelihood dan

mindset

masyarakat masih rendah

intensif mengenai kondisi rawan pangan di desa ini

 Pengembangan Program program berbasis kemandirian

 Penguatan Kelembagaan desa (lembaga sosial dan ekonomi) berbasis kemandirian

 Penguatan aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi, serta sarana dan prasarana

 BPS  PEMDA  PEMDES  BKKBN

pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, ketersediaan lahan yang semakin berkurang, kualitas SDM yang rendah menjadi faktor

kerawananpangan

7. Mantapnya organisasi / kelembagaan yang ada (TPD, Gapoktan, LKM/Koperasi, Asosiasi Komoditas /olahan pangan)

 Telah memiliki kelembagaan Gapoktan, LKM, TPD (baru)

 Belum ada kerjasama antar lembaga atau organisasi di tingkat desa untuk mewujudkan tujuan pembangunan desa

 Masih lemahnya dinamika

kelembagaan yang ada (krisis SDM yang memiliki kemauan dan kemampuan mengelola)

 Koordinasi antar lembaga desa secara rutin

 Pembinaan dinamika kelompok yang berkelanjutan

 Pembentukan asosiasi komoditas

 Pemerintah Desa

Kurangnya kerjasama antar lembaga, terbatasnya SDM yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengelola lembaga yang ada.

8. Pembentukan jaringan usaha / kemitraan dan pemupukan sumber permodalan

 61% kk miskin memiliki kebiasaan menabung  Tersedia berbagai jenis

usaha produktif

 Kerjasama antar pengusaha masih rendah

 Pemupukan sumber

permodalan belum

 Program temu usaha antar desa  Pameran produk lokal

 Penguatan LKM

 Pembentukan kelompok asosiasi  Gerakan menabung

 Fasilitasi Badan Hukum Bagi

 BAPEDA  BKPP  Dinas

Perindustria n Dan Koperasi

(4)

masyarakat dioptimalisasi  Masyarakat kurang

percaya terhadap lembaga

permodalan yang belum berbadan hukum

Lembaga Permodalan

9. Jajanan anak sekolah aman dari cemaran mikrobiologi, kimia dan fisik

 Adanya pengusaha olahan lokal yang masih mampu dibina dan dikembangkan untuk membuat produk lokal yang aman

 Kemampuan pengusaha memproduksi produk jajanan sekolah yang aman dan inovatif masih rendah

 Kesulitan ekonomi menyebabkan beberapa

pengusaha produk pangan

menggunakan bahan bahan yang tidak aman untuk meningkatkan pendapatan  Siswa tidak

terbiasa membawa bekal makanan kesekolah

 Sosialisasi kepada anak didik serta pengusaha kantin sekolah melalui guru mengenai jajanan anak sekolah yang aman

 Sosialisasi kepada masyarakat tentang produk pangan yang aman  Pembinaan kepada pengusaha

agar menyediakan produk jajanan anak sekolah yang amab

 Test sampel produk jajanan sekolah dan mensosialisasikan hasilnya kepada masing masing pengusaha

 Penerapan sanksi tegas bagi pengusaha yang tidak

menyediakan produk pangan yang aman

 BKPP  Dinas

Perindustria n Dan Koperasi  Dinas

Kesehatan  Badan POM

Terdapat beberapa pengusaha olahan yang berpotensi untuk memproduksi jajanan sekolah namun kemampuan inovasi produk masih rendah dan dampak dari lemahnya ekonomi menyebabkan beberapa pengusaha menggunakan bahan bahan yang tidak aman untuk meningkatkan pendapatannya.

10. Menurunya prosentase jumlah keluarga miskin

 Berkembangnya usaha usaha produktif  Akses ekonomi

semakin berkembang

 Angka Kemiskinan > 50%

 Masih banyak rumah tidak layak huni

 Pertumbuhan penduduk dan keluarga baru yang

 Peningkatan program – program pemberdayaan berbasis pengentasan kemiskinan dan singkronisasinya

 Peningkatan berbagai akses ekonomi yang dibutuhkan masyarakat

 Peningkatan Skill / ketrampilan

 Dinas Perindustria n Dan Koperasi  BAPEDA  Kemenpera  Dinas PU

(5)

terus berkembang  Semangat motivasi

usaha dan ketrampilan masih rendah

 Kurangnya akses permodalan

berwirausaha

 Penyediaan Kredit lunak untuk usaha

 Bantuan Perumahan Swadaya  Peningkatan sarana dan prasarana

fisik penunjang ekonomi desa

ekonomi sehingga

memunculkan kk miskin baru.

11. Tingkat partisipasi masyarakat bertambah

 Semangat gotong royong masyarakat masih tinggi

 Masuknya budaya luar yang

individualise

 Program Peningkatan

Pemberdayaan masyarakat desa  Gerakan cinta produk lokal  Pemberdayaan partisipasi

masyarakat desa dari perencanaan hingga pengawasan program

 BAPEDA  BKPP  PEMERINTA

H DESA

Seiring perkembangan jaman masuknya budaya luar dari perpindahan penduduk dapat menjadi faktor mundurnya kebersamaan gotongroyong dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

12. Prosentase tingkat laju pertumbuhan penduduk tidak mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya

 Kesadaran KB meningkat

 Jumlah anggota rumah tangga yang lebih dari 4 = 13% (DDRT)

 Pembinaan kepada para remaja akan dampak pernikahan dini  Sosialisasi Program KB

 BKKBN  DINAS SOSIAL

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan akan KB

13. Tersedianya air bersih dan infrastruktur fisik memadai

 Ketersediaan air tanah mencukupi kebutuhan warga

 Masih ada semangat swadaya dan gotong royong masyarakat

 Terdapat beberapa jalur distribusi yang mengalami kerusakan

 Terdapat beberapa jaringan drainase yang tidak memadai

 Pembangunan jalur distribusi  Pembangunan talud jalan

 DINAS PU  DINAS PMD  PEMDA

Terdapat beberapa potensi SDA, smangat swadaya dan gotongroyong yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan fasilitas infrastruktur fisik namun rusaknya fasilitas

membutuhkan dana yang cukup besar

14. Terfasilitasinya kelompok –

 Anak drop out rendah  Fasilitas pendidikan

 Tamat Pendidikan SD = 20%

 Bantuan Sarana Pendidikan SD dan SMP

 DINAS PENDIDIKA

(6)

kelompok belajar untuk meningkatkan SDM

terjangkau  tidak tamat SD= 21%

 Bantuan sarana Pendidikan PAUD dan TK

 Bantuan Sarana Pendidikan Non-Formal

 Pembentukan Kelompok Belajar Masyarakat berbasis Usaha dan bantuan sarana pendidikannya

N  PEMDA

Referensi

Dokumen terkait

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Katolik Soegijapranata Hak Bebas Royalti Nonekslusif atas karya ilmiah saya yang berjudul

Pada tahap ini akan dilakukan logic model pada kondisi sebenarnya (existing) untuk mengetahui bagaimana kondisi proses belajar mengajar pada mata kuliah kewirausahaan

Dapat diuraikan bahwa hasil penelitian antara latihan squat jump dan latihan skipping rope sama-sama memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemampuan smash bola voli,

dan (3) jumlah buku yang pernah dibaca, diperoleh hasil bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas berupa penggunaan Reading Corner dalam pembelajaran membaca pada

[r]

1. Setelah dilakukannya evaluasi dengan Citra Quickbird Kota Semarang Tahun 2010 menggunakan metode penginderaan jauh & SIG didapatkan hasil semua kavling

Jika dibandingkan dengan neraca perdagangan non migas pada April tahun sebelumnya, maka defisit neraca perdagangan non migas meningkat dari USD 0,2 miliar pada

Setelah melalui proses digitasi serta pengolahan data sekunder dengan menggunakan metode penginderaan jauh & SIG, maka hasil evaluasi kesesuaian bangunan