• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Peran Kader Posyandu Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Dalam Penimbangan Balita Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Peran Kader Posyandu Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Dalam Penimbangan Balita Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Kemenkes RI, 2012).Terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk pencegahan penyakit, penanggulangan diare, pelayanan KB, penyuluhan dan konseling/rujukan konseling bila diperlukan (Direktorat Bina Gizi, 2014).

Pelaksanaan Posyandu diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pembentukan lebih dari 250.000 Posyandu di tingkat desa dalam 25 tahun terakhir yang menyediakan perawatan kesehatan khusus bagi ibu dan anak-anak serta pelaksanaan program-program kesehatan dasar termasuk keluarga berencana, gizi, dan imunisasi juga memberikan kontribusi terhadap penurunan jumlah kematian bayi dan anak. Namun sudah tersebarnya Posyandu secara kuantitas belum tentu dibarengi dengan kualitas pelayanan yang baik, disini perlu peran kader dan partisipasi masyarakat (Razak, 2013).

Sebagai salah satu kegiatan di Posyandu, penimbangan balita rutin setiap bulan hendaknya dapat membantu mendeteksi masalah gizi buruk karena

(2)

penimbangan pada balita dimaksudkan untuk melihat kenaikan berat badan balita. Manfaat yang didapatkan jika menimbang balita secara rutin diantaranya mengetahui apakah balita tumbuh sehat, mencegah gangguan pertumbuhan balita, mengetahui balita sakit, berat badan dibawah garis merah, gizi buruk, kelengkapan imunisasi, dan penyuluhan gizi (Kemkes RI 2012).

Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yangterdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balitadengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dantahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat.Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9%berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% pada tahun2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% pada tahun 2013. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2013) persentase kekurangan gizi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 22,4% yang berarti bahwa kekurangan gizi masih menjadi masalah.

(3)

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan balita makaKementrian Kesehatan membuat rencana strategi tahun 2010-2014 yaitu memuat kebijakan dan strategi indikator keluaran yang harus dicapai oleh Kementrian Kesehatan. Dalam bidang perbaikan gizi terdapat 2 (dua) indikator keluaran, yaitu balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100% dan cakupan penimbangan balita di Posyandu sebesar 85% (Kemkes RI, 2014).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia(2013), seluruh balita di Indonesia yang mengalami gizi buruk telah mendapatkan perawatan. Hal ini berarti Renstra Kemkes telah tercapai yakni balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100%.

Cakupan penimbangan balita di Posyandu sebesar 80,30% untuk seluruh Indonesia dan 82,62% di Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa Renstra Kemenkes tahun 2010-2014 belumlah tercapai. Keberhasilan program Posyandu bisa dicapai dengan adanya pastisipasi masyarakat dalam menggerakkan dan memanfaatkan Posyandu secara aktif maka kunjungan balita ke Posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S.Data D/S diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang ditimbang dengan jumlah seluruh balita kemudian dikalikan 100.

(4)

optimalnya kualitasnya pelayanan Posyandu, serta belum tersedianya dana operasional Posyandu (Kemkes RI, 2014).

Wirapuspita (2013) menyatakan keaktifan Posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor pembina Posyandu, kader Posyandu itu sendiri dan para pengguna Posyandu. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan kinerja kader adalah pemberian bantuan operasional, piagam, uang, transport dan pelatihan. Dalam hal ini Kemenkes RI (2012) juga menyebutkan peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Penelitian yang dilakukan oleh Subagyo dan Mukhadiono (2010) menunjukkan bahwa kemampuan kader dan partisipasi masyarakat merupakan aspek-aspek penting yang mendukung keberhasilan program Posyandu. Untuk itu kader Posyandu diharapkan meningkatkan pengetahuannya dengan hadir secara rutin pertemuan di Puskesmas, berpartisipasi secara aktif dalam setiap program dan melaksanakan perannya sesuai dengan kegiatan di Posyandu.

(5)

diharapkan kader lebih berpartisipasi aktif dalam mengajak dan menumbuhkan keinginan ibu untuk datang ke Posyandu.

Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 kecamatan, dimana terdapat 76 Posyandu yang tersebar. Pada tahun 2013 terdapat 11 kasus gizi buruk pada balita yang diharapkan dengan adanya pemanfaatan pelayanan Posyandu dapat mengurangi angka kejadian gizi buruk. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghindari kejadian gizi buruk salah satunya adalah dengan meningkatkan cakupan kunjungan ke Posyandu. Masih rendahnya cakupan penimbangan Posyandudi Kota Padangsidimpuan yaitu sebesar 59%diharapkan dapat meningkat di tahun-tahun yang akan datang, untuk itu perlu adanya peran kader untuk menggiatkan masyarakat khususnya ibu balita untuk menimbang balitanya ke Posyandu (Profil Kesehatan Kota Padangsidimpuan, 2013).

(6)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan.

1.2Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan Tahun 2015?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan tahun 2015.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh antara peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

(7)

2. Menambah wawasan dan pengalaman peneliti serta dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik serupa dengan mengembangkan variabel yang ada

Referensi

Dokumen terkait

Program FrontPage 2000 merupakan Editor dari HTML (Hyper Text Markup Language) yang juga dasar dari pembuatan WebSite ini, didalam HTML terdapat berbagai macam tag-tag dan atribut

[r]

Aplikasi Visualisasi Peta Indonesia ini dibuat untuk menjadi sumber alternatif dunia pendidikan dan mengantarkan suatu informasi yang menarik tentang Indonesia Aplikasi ini

salah satu nilai tersebut adalah nilai keselamatan, yakni al- Qur’an mengajarkan manusia untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT dari berbagai kejahatan dalam surat

If you have candidates taking any of our Cambridge Global Perspectives qualiications, you will need to upload externally assessed work or internally assessed samples of work

Studi Perbandingan Antara Metoda Neslerisasi Dengan Metoda Elektroda Selektif-Ion Untuk Penentuan Nitrogen-Amonia Di Dalam Air.. Cotton dan

Kerugian lain yang dapat dinilai maksudnya adalah kerugian non fisik yang dapat disetarakan dengan nilai uang, misalnya kerugian karena kehilangan usaha atau

Dari hasil perhitungan mengunakan metoda bola bergulir dengan jenis terminasi udara non konvensional radius proteksi yang didapat lebih besar dari radius proteksi