• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN PEMBERIAN ASI E

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN USIA IBU DENGAN PEMBERIAN ASI E"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENTIRING

KOTA BENGKULU

Oleh:

Reni Okta Rahmayani, Awal Isgianto, Elza Wulandari

Program Studi Ilmu DIII Kebidanan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Email : renioktarahmayani45789@gmail.com

Dampak ibu tidak memberikan Asi Ekslusif kepada bayi yaitu dapat dengan

mudahnya bayi terserang penyakit seperti alergi dan diare. Penelitian ini

bertujuan untuk mempelajari hubungan usia ibu dengan pemberian ASI ekslusif di

Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan jenis Deskriptif

korelasionial dengan Desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi > 6 bulan 12 bulan yang bertempat di

Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring. Teknik pengambilan data sampel pada

penelitian ini adalah menggunakan teknik Accidental sampling, dan diperoleh sampel sebanyak 64 sampel. Pengumpulan data menggunakan data primer dan

data skunder. Analisis data yang di gunakan yaitu Analisis Univariat dan Analisis

Bivariat. Analisis Univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi

dari masing-masing variabel dari penelitian yang bertujuan untuk memperoleh

gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari berbagai variabel yang diteliti. Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu

variabel bebas (usia) dengan variabel terikat (pemberian ASI) secara bersamaan

dengan menggunakan analisa statistik chi- Square 2) dengan derajat

kepercayaan 95% α =0,005. Hasil penelitian didapatkan dari 64 sampel terdapat

36 ibu (56,2%) yang memberikan ASI ekslusif. Terdapat 40 ibu (62,5%) yang

berusia 20-35 tahun, ada hubungan usia ibu dengan pemberian ASI Ekslusif

adalah katagori hubungan sedang. Bagi Puskesmas dapat meningkatkan kinerja

dan menjalin kerjasama antara petugas KIA dengan kader.

(2)

A. Pendahuluan

Word Health Organization (WHO) menunjukkan angka kematian bayi masih cukup tinggi di dunia, hal ini dapat di hindari dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Meski penyebab langsung kematian bayi umumnya dikarenakan penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan, diare, campak dan 54% penyebab yang mendasari kematian bayi adalah karena gizi kurang (Papona dkk, 2013). Menurut (WHO) ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, ataupun makanan tambahan lain sebelum mencapai usia 6 bulan (Astutik, 2011)

WHO mengatakan bahwa ASI ekslusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI ekslusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi. mengumpulkan data tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak yang dilahirkan dalam kurun waktu 2 tahun sebelum survey dilakukan, bahwa presentase bayi yang diberi ASI eksklusif (tanpa tambahan makanan dan minuman) dari umur 0-6 bulan hanya 27%, selain ASI pada umur yang sama 8% diberikan air putih dan 8% diberi susu formula. (Syafrudin, 2011)

Menurut Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI (2014) Cakupan ASI eksklusif di Indonesia juga belum mencapai angka yang diharapkan, dimana presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3 %, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Presentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 78,74% sedangkan presentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di provinsi Maluku sebesar 25,21%. Sedangkan Bengkulu sendiri berada di urutan ke 10 terbawah dari 33 provinsi yang ada di Indonesia dengan jumlah presentase 50,76%, hal ini menunjukan masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Bengkulu bila dibandingkan dengan Provinsi lain yang ada di Indonesia (Dinkes, 2013).

ASI selain mengandung gizi yang cukup lengkap, mengandung imun untuk kekebalan tubuh bayi. Keunggulan lainnya ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap, berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi (Meutia, 2008). ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak-anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient) lebih rendah 7-8 point dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif (Anggorowati, 2011).

(3)

mempengaruhi produksi ASI. Umur 20-35 tahun merupakan usia yang ideal untuk memproduksi ASI yng optimal dan kematangan jasmani dan rohani dalam diri ibu sudah tebentuk. Umur lebih dari 35 tahun organ reproduksi sudah lemah dan tidak optimal dalam pemberian ASI ekslusif (Hidajati, 2012).

Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 2015). Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau abnormal (Murphy, 2012).

Berdasarkan data profil Provinsi pada tahun 2015 cakupan pemberian ASI Ekslusif tertinggi pada tahun 2015 adalah Lebong sebesar 85,20% sedangkan cakupan terendah yaitu Seluma sebesar 61,61%, sedangkan di Kota Bengkulu pemberian ASI Ekslusif yaitu sebesar 77,95%.

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2014 cakupan pemberian ASI Ekslusif tertinggi pada tahun 2014 adalah Puskesmas SidoMulyo Kota Bengkulu sebesar 94,9% sedangkan cakupan terendah yaitu di Puskesmas Ratu Agung Kota Bengkulu sebesar 64%. Cakupan tertinggi pemberian ASI ekslusif pertama yaitu Puskesmas Padang Serai 93,9%, cakupan tertinggi pemberian ASI ekslusif kedua yaitu Puskesmas Basuki Rahmat 91,4%, cakupan tertinggi pemberian ASI Ekslusif ketiga yaitu Puskesmas Kuala Lempuing, sedangkan cakupan terendah pemberian ASI ekslusif pertama yaitu di Puskesmas Bentiring sebesar 54,9%, cakupan terendah pemberian ASI ekslusif kedua yaitu Puskesmas Jembatan Kecil sebesar 56,3%, cakupan pemberian ASI ekslusif ketiga yaitu Puskesmas Pasar Ikan sebesar 58,9% (Dinkes Kota Bengkulu, 2015)

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas didapat rumusan masalah yaitu bagaimana hubungan Usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu 2016. Tujuan adalah untuk mempelajari hubungan umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu Tahun 2016”.

B. MetodePenelitian

(4)

Desain Cross Sectional pada saat bersamaan.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi > 6 Bulan – 12 bulan yang bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu pada bulan Januari– Mei 2016 berjumlah 87 orangPengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik accidental sampling yaitu pengambilan dilakukan pada ibu yang memiliki bayi usia > 6 Bulan – 12 bulan yang kebetulan ditemukan pada penelitian berlangsung. Dengan sampel yang berjumlah 64 orang. Analisis data yang di gunakan yaitu Analisis Univariat dan Analisis Bivariat. Analisis Univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dari penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari berbagai variabel yang diteliti. Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (usia) dengan variabel terikat (pemberian ASI) secara bersamaan dengan menggunakan analisa statistik chi- Square 2)dengan derajat kepercayaan 95% α = 0,00.

C. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bentiring dilakukan pengelompokan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian, selanjutnya hasil penelitian di sajikan dalam bentuk table frekuensi sebagai berikut :

Tabel.1

Distribusi frekuensi Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu

ASI ekslusif Frekuensi Persentase (%)

Tidak ASI ekslusif 36 56,2

ASI ekslusif 28 43,8

Total 64 100,0

(5)

Tabel. 2

Distribusi frekuensi Usia ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu

Usia ibu Frekuensi Persentase (%)

< 20 atau > 35 tahun 24 37,5

20- 35 tahun 40 62,5

Total 64 100,0

Dari table.2 di ketahui bahwa ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya berdasarkan Umur ibu di Puskesmas Bentiring terdapat 24 responden (37,5 %) dengan usia <20 atau >35 tahun, dan terdapat 40 responden (62,5%) dengan usia 20-35 tahun.

2. Analisis Bivariat

Hubungan Usia Ibu dengan pemberian ASI ekslusif pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas bentiring Kota Bengkulu dapat dilihat pada tabel tabulasi silang dibawah ini:

Tabel.3

Hubungan Usia Ibu Dengan Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu.

Usia ibu

ASI ekslusif

Total (%) χ2 ρ [C] Tidak

ASI eksusif

(%) ASI ekslusif

(%)

<20 atau >35 tahun

19 29,7 5 7,8 24 37,5

8,195 0,004 0,337 20-35

tahun

17 26,6 23 35,9 40 62,5 Total 36 56,2 28 43,8 38 100,0

(6)

dengan usia ibu 20-35 tahun yang tidak memberikan ASI ekslusif, dan 23 Ibu (35,9%) dengan usia ibu 20-35 tahun yang memberikan ASI ekslusif .

Karena terdapat 3 sel frekuensi ekspektasinya nilai < 5 maka digunakan uji statistik Chi-Square (Contingency Coefficient). Hasil uji Chi-Square didapat sebesar (χ²)= 8,195 dengan nilai asymp.sig (p)=0,004<α = 0,05 berarti signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada Hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan pemberian ASI ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas bentiring Kota Bengkulu. Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai [C]= 0,337 Karena nilai [C]= 0,337 tidak terlalu jauh dari nilai ���� = 0,004 maka hubungan tersebut dikatakan kategori hubungan sedang.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 36 orang (56,2%) yang memberikan tidak ASI ekslusif dan 28 orang (43,8%) yang memberikan ASI ekslusif. Hal ini berarti masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayinya sebesar 36 orang (56,2%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif dikarenakan masih belum matang secara fisik mental dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, ibu ibu yang terlalu muda dan belum siapnya alat reproduksinya, dan menurunnya kemampuan seorang ibu untuk menyusui secara ekslusif sudah tidak optimal lagi karena penurunan fungsi dari organ reproduksi seperti payudara.

Menurut Anggorowati (2011) ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak-anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient) lebih rendah 7-8 point

dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 24 responden (37,5 %) ibu yang usia

<20 atau >35 tahun, dan 40 responden (62,5%) ibu yang berusia usia 20-35 tahun. Hal ini berarti masih banyak ibu yang usia 20-35 tahun, sebanyak 40 responden (62,5%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berusia 20-35 tahun dikarenakan ibu yang berusia 20-35 tahun disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya nanti.

(7)

juga sudah tidak optimal lagi karena penurunan fungsi dari organ reproduksi seperti payudara. ASI ekslusif banyak diberikan oleh ibu pada kelompok 20-35 ahun karena pada saat ini kemampuan organ payudara sudah matang untuk memproduksi ASI pada kelompok ini.

Sedangkan sebagian besar responden berusia 20-35 tahun. Hal tersebut disebabkan pada usia 20-35 tahun responden banyak yang bekerja. Responden banyak yang bekerja pada usia 20-35 karena jika di usia < 20 tahun responden masih banyak yang sekolah dan mereka belum siap secara mental dan fisik sedangkan pada saat usia mereka sudah > 35 tahun responden sudah merasa lelah untuk bekerja sehingga mereka lebih senang di rumah saja untuk mengurus anak mereka. Pada saat usia tersebut responden juga masih dalam keadaan masa produktif/aktif sehingga keterpaparan informasi ASI ekslusif lebih baik. Sedangkan pada usia > 35 tahun, walaupun pengalaman ibu akan pemberian ASI ekslusif cukup banyak tetapi informasi yang didapat kurang, karena pada usia tersebut sebagian besar ibu tidak seaktif usia 20-35 tahun denga berbagai kesibukan yang dialaminya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Martadi Soebrata (1992) yang dikutip oleh Hidayati (2012) yang mengatakan bahwa semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dalam kurun waktu reproduksi sehat di kenal bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun oleh sebab itu yang sesuai dengan masa reproduksi sangat mendukung dalam pemberian ASI ekslusif.

Sebagian besar umur responden yang memberikan ASI ekslusif berdasarkan umur 20-35 tahun, yaitu 40 responden (62.5%), Sesuai dengan pernyataan Hanny dkk, 2013. Hal ini terjadi karena pada umur tersebut di anggap masih belum matang dan belum bijaksana dalam mengambil keputusan termasuk memutuskan memberikan ASI ekslusif, informasi yang bisa diterima juga terbatas.

Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian kecil umur responden yang memberikan ASI ekslusif dalam kategori umur <20 atau >35 tahun yaitu 24 responden (62,5%). Hal ini terjadi karena pada usia ini fungsi organ reproduksi dan fisik ibu sudah menurun sehingga dapat mempengaruhi produksi ASI.

Karena terdapat 3 sel frekuensi ekspektasinya nilai < 5 maka digunakan uji statistik Chi-Square (Contingency Coefficient). Hasil uji Chi-Square didapat sebesar (χ²)= 8,195 dengan nilai asymp.sig (p)=0,004<α = 0,05 berarti signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada Hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan pemberian ASI ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas bentiring Kota Bengkulu.

(8)

faktor utama dalam pemberian ASI eklusif pada bayi namun ada faktor lainnya yang mempengaruhi seperti motivasi ibu, dukungan suami, dan status ekonomi.

E. Kesimpulan

1. Dari 64 orang ibu, terdapat 63 orang ibu (56,2%) orang Ibu yang tidak memberi asi ekslusif.

2. Dari 64 terdapat 40 orang ibu (62,5%) orang Ibu yang berusia 20-35 tahun. 3. Ada hububungan antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif dengan kata

gori sedang. Daftar Pustaka

Astutik. Y. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Salemba medika. Jakarta

Anggorowati dkk. 2011. Pemberian ASI Ekslusif dan Tumbuh Kembang Bayi. Yogyakarta : Nuhamedika

Fikawati. S. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta

Hidayati. 2012. Usia ibu dalam pemberian ASI Ekslusif. Referensi milik kakak tingkat.

Kemenkes RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia pemberian ASI Ekslusif. Referensi kakak tingkat

Noatoadmodjo. S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Papona dkk. 2013. Word Health Organization (WHO).Referensi milik kakak

tingkat

Dinas kesesehatan Provinsi Bengkulu, 2013. Profil kesehatan Indonesia pemberian ASI Ekslusi, Referensi kakak tingkat

Dinas Kesehatan Kota. 2015. Profil Dinas Kesehatan cakupan Pemberian ASI Ekslusif . Bengkulu

Proferawati, Atika, dkk.2010. Kapita Selekta Asi dan Menyusui. Yogyakarta : Nuhamedika

Proverawati A, Rahmawati E. 2010. Kapita selekta ASI dan menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.

Gambar

Tabel. 2 Distribusi frekuensi Usia  ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Kota

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini pembuatan buku sebagai upaya melestarikan produk lokal ialah sebagai upaya mendokumentasikan atau mempublikasikan guna menyajikan sebuah informasi akan

nafkah masa tunggu istri yang tertalak ba’in kubra&gt; dalam keadaan hamil , maka penulis melakukan penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, namun

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pemerolehan acqusition bahasa adalah suatu teori siasat yang dimiliki dan dibutuhkan oleh anak-anak untuk

Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian Steffi Sigilipu (2013) yang menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen, sistem pengukuran kinerja dan sistem

Tahap selanjutnya adalah development, yaitu mengembangkan LKS berbasis etnomatematika pada proses pembuatan tahu takwa pada submateri Sistem Persamaan Linier Dua

Dengan demikian diharapkan mereka siap untuk bersaing dengan sumber daya manusia atau tenaga kerja dari negara lainnya ketika besok pada tahun 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN

Data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode (1) Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang kemudian akan dianalisis menggunakan uji-t satu