Kehidupan Dan Secangkir Kopi
Pengulas : Nesika Romadhona (XI – IIS 4/22)
Filosofi Kopi? Pernahkah kalian mendengar kata Filosofi Kopi? Dari judulnya saja pasti akan membuat para penggila kopi penasaran. Mahakarya Jenny Jusuf ini menyajikan berbagai pengetahuan baru tentang kopi. Judul ini diambil dari kumpulan cerita pendek yang dibukukan karya Dewi Lestari atau yang lebih dikenal dengan nama Dee Lestari.
Filosofi Kopi menceritakan tentang hutang yang membelit dan mengancam sebuah kedai bernama “Filosofi Kopi”. Bagaimana pula secangkir kopi menyelesaikan segala masalah yang ada.
Kopi ! Ya sudah pasti film ini bercerita tentang kopi, judulnya saja “Filosofi Kopi”. Film ini bercerita tentang persahabatan antara Ben dan Jodi. Bagaimana mereka beranjak dewasa bersama, sampai mereka menyadari bahwa Jodi telah mewarisi hutang ayahnya yang akan mengancam usaha mereka yakni sebuah kedai bernama “Filosofi Kopi”. Ben sebagai anak angkat ayah Jodi merasa berhutang budi kepada Jodi, Ben pun turut dalam usaha Jodi yakni sebagai barista di kedai tersebut. Sampai suatu hari datang seorang pengusaha kaya raya dengan tantangan yang bisa menyelamatkan nasib Filosofi Kopi. Namun Ben tidak tertarikdengan tantangan yang diberikan oleh pengusaha tersebut. Namun berkat bujukan Jodi, Ben mau mengambil tantangan dengan suatu syarat yakni Jodi mau membelikan Ben bijih kopi terbaik dari pelelangan. Mulanya Jodi tidak mau menuruti permintaan Ben, tapi Ben memaksa sehingga Jodi mau tak mau akhirnya menuruti permintaan Ben tersebut. Dengan keterampilan dan pengalaman Ben menjadi seorang barista, terciptalah kopi yang diberi nama “Perfecto”. Kopi ini mampu menarik banyak minat pengunjung. Sampai datang seorang
keluar kota untuk menemui Pak Seno, pembuat kopi tiwus. Dan benar, kopi tiwus dapat memenangkan tantangan dari pengusaha tersebut. Kedai filosofi kopi pun selamat dan hutang ratusan juta dapat terlunasi
Akting para pemeran dalam film ini sudah sangat tidak diragukan lagi. Mereka benar benar dapat memainkan peran dengan sangat baik. Setting di film ini juga sangat menarik, membuat para penonton ingin pergi berkunjung ke kebun kopi dan menikmati secangkir kopi disana. Film ini memberi banyak inspirasi bagi para pemuda untuk tidak pantang menyerah, selalu rela hati menerima pujian atau celaan. Namun layaknya kopi, seenak apapun senikmat apapun, kita tidak bisa menutupi rasa pahitnya.
Untuk penonton yang berusia 13 tahun sampai 15 tahun bisa jadi mengalami kebingungan. Hal itu disebabkan adanya dialog-dialog atau kata-kata yang sebenarnya tidak mereka pahami. Apalagi ada adegan ketertarikan antar lawan jenis yang sudah dewasa. Tidak hanya itu, gambar yang bergoyang-goyang mewarnai beberapa adegan. Entah hal itu disengaja atau tidak. Tetapi yang pasti membuat penonton menjadi tidak nyaman.