• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Tanah

Tanah merupakan salah satu bagian yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Keberadaannya menjadi sangat penting bagi eksistensi kehidupan manusia. Tanah menurut Braja, 1995 didefinisikan sebagai “…material yang terdiri dari agregat (butiran), mineral

(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan melapuk (yang berpartikel

ruang-ruang kosong diantara partikel

material alam yang tebentuk dari proses pelapukan batuan, baik melalui proses secara mekanis maupun kimiawi.

Secara umum, uk yaitu kerikil (gravel), pasir (

pada ukuran partikel yang paling dominan dari tanah tersebut. DI samping itu, tanah memiliki butiran yang variatif dan

menjadi batasan-batasan ukuran golongan tanah menurut beberapa sistem. Tabel 2.1 merupakan batasan-batasan ukuran golongan tanah.

Nama Golongan Massachusetts Institute of Technology (MIT) U. S. Department of Agriculture (USDA) American Association of State Highway and

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan salah satu bagian yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Keberadaannya menjadi sangat penting bagi eksistensi manusia. Tanah menurut Braja, 1995 didefinisikan sebagai “…material yang terdiri dari agregat (butiran), mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut”. Tanah merupakan material alam yang tebentuk dari proses pelapukan batuan, baik melalui proses secara mekanis maupun kimiawi.

Secara umum, ukuran partikel tanah dapat dibagi menjadi empat bagian ), pasir (sand), lanau (silt), atau lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan dari tanah tersebut. DI samping itu, tanah memiliki butiran yang variatif dan keanekaragangan butiran tersebut batasan ukuran golongan tanah menurut beberapa sistem. Tabel

batasan ukuran golongan tanah.

Tabel 2.1 Batasan-batasan ukuran golongan tanah Sumber : Das, 1995

Ukuran Butiran (mm)

Kerikil Pasir Lanau

>2 2 – 0,06 0,06 – 0,002

>2 2 – 0,05 0,05 – 0,002

76,2 – 2 2 – 0,075 0,075 – 0,002

Tanah merupakan salah satu bagian yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Keberadaannya menjadi sangat penting bagi eksistensi manusia. Tanah menurut Braja, 1995 didefinisikan sebagai “…material mineral padat yang tidak tersementasi bahan organik yang telah padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi partikel padat tersebut”. Tanah merupakan material alam yang tebentuk dari proses pelapukan batuan, baik melalui proses

uran partikel tanah dapat dibagi menjadi empat bagian ), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan dari tanah tersebut. DI samping itu, keanekaragangan butiran tersebut batasan ukuran golongan tanah menurut beberapa sistem. Tabel

Lempung <0,002 <0,002 <0,002                  

(2)

Transportation Officials (AASHTO) Unified Soil Classification System (U. S. Army Corps of Engineers, U. S. Bureau of Reclamation) 76,2 2.2 Tanah Lunak

Tanah lunak adalah

kompresibilitas tinggi, hal ini karena tanah lunak memiliki kadar air yang tinggi. Tanah ini harus diselidiki atau dikenali secara hati

masalah kestabilan tanah pada pekerjaan sipil sepe

Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi (2001) menyatakan bahwa tanah lunak dibagi menjadi dua tipe yaitu :

1. Lempung lunak

Tanah ini mengandung mineral kadar air yang tinggi,

rekayasa geoteknik istilah 'lunak' dan 'sangat lunak' khusus didefinisikan untuk lempung dengan kuat geser seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2

Konsistensi

Lunak

Sangat Lunak

Sebagai indikasi dari kekuatan lempung

dapat dikenali dengan indikasi pada tabel 2.3 sebagai berikut. 76,2 – 4,75 4,75 – 0,075

Halus

(yaitu lanau & lempung) <0,0075

Tanah lunak adalah tanah yang memiliki kuat geser rendah dan kompresibilitas tinggi, hal ini karena tanah lunak memiliki kadar air yang tinggi. Tanah ini harus diselidiki atau dikenali secara hati-hati agar tidak menimbulkan masalah kestabilan tanah pada pekerjaan sipil seperti pada tanah dasar (subgrade

Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi (2001) menyatakan bahwa tanah lunak dibagi menjadi dua tipe yaitu :

Tanah ini mengandung mineral-mineral lempung dan memiliki kadar air yang tinggi, yang menyebabkan kuat geser yang rendah. Dalam rekayasa geoteknik istilah 'lunak' dan 'sangat lunak' khusus didefinisikan untuk lempung dengan kuat geser seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Definisi Kuat Geser Lempung Lunak Sumber : Das, 1995

istensi Kuat Geser [kN/m2]

Sangat Lunak

12,5 – 25

< 12,5

Sebagai indikasi dari kekuatan lempung-lempung tersebut, dilapangan dapat dikenali dengan indikasi pada tabel 2.3 sebagai berikut.

(yaitu lanau & lempung) <0,0075

tanah yang memiliki kuat geser rendah dan kompresibilitas tinggi, hal ini karena tanah lunak memiliki kadar air yang tinggi. hati agar tidak menimbulkan subgrade). Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi (2001)

mineral lempung dan memiliki yang menyebabkan kuat geser yang rendah. Dalam rekayasa geoteknik istilah 'lunak' dan 'sangat lunak' khusus didefinisikan untuk lempung dengan kuat geser seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2

lempung tersebut, dilapangan                

(3)

Tabel 2.3

Konsistensi

Lunak

Sangat Lunak

2. Gambut

Tanah gambut merupakan suatu tanah yang pembentuk utamanya sisa-sisa tumbuhan.Tanah ini banyak ditemukan di daerah Kalimantan.

Dalam Puslitbang (2001) juga menyebutkan bahwa ada tipe tanah lempung organik. Tanah lempung organik adalah

dan gambut, tergantung pada

mungkin berperilaku seperti lempung atau gambut. Dalam rekayasa geoteknik, klasifikasi ketiga tipe tanah tersebut dibedakan berdasarkan kadar organiknya, sebagai berikut :

Jenis Tanah

Lempung

Lempung Organik

Gambut

Sebagai tambahan, berikut adalah karakteristik dari tanah lunak menurut Das dalam Ari dkk, 2008 menyatakan:

Tabel 2.3 Indikasi di lapangan dengan konsistensi tanah lunak Sumber : Das, 1995

Konsistensi Indikasi Lapangan

Sangat Lunak

Bisa dibentuk dengan mudah dengan jari tangan

Keluar di antara jari tangan jika diremas dalam kepalan tangan

Tanah gambut merupakan suatu tanah yang pembentuk utamanya Tanah ini banyak ditemukan di daerah Kalimantan.

Dalam Puslitbang (2001) juga menyebutkan bahwa ada tipe tanah lempung organik. Tanah lempung organik adalah suatu material transisi antara lempung dan gambut, tergantung pada jenis dan kuantitas sisa-sisa tumbuhan yang mungkin berperilaku seperti lempung atau gambut. Dalam rekayasa geoteknik, klasifikasi ketiga tipe tanah tersebut dibedakan berdasarkan kadar organiknya,

Tabel 2.4 Tipe tanah berdasarkan kadar organik Sumber : Puslitbang, 2001

Jenis Tanah Kadar Organik [%]

Lempung

Lempung Organik

< 25

25-75

> 75

Sebagai tambahan, berikut adalah karakteristik dari tanah lunak menurut Das dalam Ari dkk, 2008 menyatakan:

Bisa dibentuk dengan mudah dengan

Keluar di antara jari tangan jika

Tanah gambut merupakan suatu tanah yang pembentuk utamanya terdiri dari

Dalam Puslitbang (2001) juga menyebutkan bahwa ada tipe tanah lempung suatu material transisi antara lempung sisa tumbuhan yang mungkin berperilaku seperti lempung atau gambut. Dalam rekayasa geoteknik, klasifikasi ketiga tipe tanah tersebut dibedakan berdasarkan kadar organiknya,

Sebagai tambahan, berikut adalah karakteristik dari tanah lunak menurut                  

(4)

Koefisien rembesan (k) sangat Angka pori (e) antara 2,5

dan Berat spesifik (Gs) berkisar antara 2,6

2.3 Sistem Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi menjadi penting dalam menentukan jenis kelompok tanah. Pengklasifikasian ini berguna untuk menggolongkan tanah berdasarkan karakteristik dan sifat fisik tanah secara singkat tanpa penjelasan terperinci. Sistem klasifikasi dibagi menjadi

klasifikasi berdasarkan pemakaian. Klasifikasi berdasarkan tekstur adalah sistem klasifikasi USDA, sedangkan klasifikasi berdasarkan pemakaian yaitu sistem klasifikasi AASHTO dan sistem klasifikasi USCS. Klasif

digunakan untuk keperluan bidang pertanian, sedangkan sistem klasifikasi AASHTO dan USCS biasanya digunakan untuk keperluan bidang geoteknik yang berkaitan dengan teknik sipil.

Dalam penelitian ini hanya digunakan sistem klasifikasi AA

sistem klasifikasi USCS. Hal ini karena berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk stabilisasi tanah.

2.3.1 Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO

Sistem klasifikasi tanah AASHTO dikembangkan sejak tahun 1929adalah sistem yang biasa digunakan untuk keperluan jalan raya. Sistem ini membagi tanah menjadi tujuh kelompok besar yaitu A

diklasifikasikan berdasarkan persentase jum dan nilai batas atterberg

pengklasifikasian tanah berdasarkan AASHTO dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini.

Koefisien rembesan (k) sangat rendah ≤ 0.0000001 cm/dt, Batas cair (LL) Angka pori (e) antara 2,5 – 3,2, Kadar air dalam keadan jenuh antara 90% dan Berat spesifik (Gs) berkisar antara 2,6 – 2,9.

Sistem Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi menjadi penting dalam menentukan jenis kelompok tanah. Pengklasifikasian ini berguna untuk menggolongkan tanah berdasarkan karakteristik dan sifat fisik tanah secara singkat tanpa penjelasan terperinci. Sistem klasifikasi dibagi menjadi dua yaitu klasifikasi berdasarkan tekstur dan klasifikasi berdasarkan pemakaian. Klasifikasi berdasarkan tekstur adalah sistem klasifikasi USDA, sedangkan klasifikasi berdasarkan pemakaian yaitu sistem klasifikasi AASHTO dan sistem klasifikasi USCS. Klasifikasi USDA biasanya digunakan untuk keperluan bidang pertanian, sedangkan sistem klasifikasi AASHTO dan USCS biasanya digunakan untuk keperluan bidang geoteknik yang berkaitan dengan teknik sipil.

Dalam penelitian ini hanya digunakan sistem klasifikasi AASHTO dan sistem klasifikasi USCS. Hal ini karena berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu

Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO

Sistem klasifikasi tanah AASHTO dikembangkan sejak tahun 1929adalah sistem yang biasa digunakan untuk keperluan jalan raya. Sistem ini membagi tanah menjadi tujuh kelompok besar yaitu A-1 sampai dengan A

diklasifikasikan berdasarkan persentase jumlah butiran tanah yang lolos no 200 atterberg-nya (PI dan LL). Untuk lebih jelas dalam pengklasifikasian tanah berdasarkan AASHTO dapat dilihat pada tabel 2.5 di 0.0000001 cm/dt, Batas cair (LL) ≥ 50%, 3,2, Kadar air dalam keadan jenuh antara 90% - 120%,

Sistem klasifikasi menjadi penting dalam menentukan jenis kelompok tanah. Pengklasifikasian ini berguna untuk menggolongkan tanah berdasarkan karakteristik dan sifat fisik tanah secara singkat tanpa penjelasan terperinci. dua yaitu klasifikasi berdasarkan tekstur dan klasifikasi berdasarkan pemakaian. Klasifikasi berdasarkan tekstur adalah sistem klasifikasi USDA, sedangkan klasifikasi berdasarkan pemakaian yaitu sistem ikasi USDA biasanya digunakan untuk keperluan bidang pertanian, sedangkan sistem klasifikasi AASHTO dan USCS biasanya digunakan untuk keperluan bidang geoteknik yang

SHTO dan sistem klasifikasi USCS. Hal ini karena berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu

Sistem klasifikasi tanah AASHTO dikembangkan sejak tahun 1929adalah sistem yang biasa digunakan untuk keperluan jalan raya. Sistem ini membagi 1 sampai dengan A-7. Tanah lah butiran tanah yang lolos no 200 ). Untuk lebih jelas dalam pengklasifikasian tanah berdasarkan AASHTO dapat dilihat pada tabel 2.5 di                

(5)

Tabel 2.5 Klasifikasi tanah untuk lapisan tanah dasar jalan raya Sumber : Das dalam Mochtar dan Mochtar, 1995

Klasifikasi Umum

(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan no200)

Klasifikasi kelompok A-1 A-1-a Analisis ayakan no. 200 (%lolos) No. 10 No. 40 No. 200 Maks 50 Maks 30 Maks 15 Maks 50 Maks 25 Sifat fraksi yang lolos ayakan no. 40 Batas cair (LL) Indeks Plastis (PI) Maks 6 Tipe material yang paling dominan

Batu pecah, kerikil dan pasir

Penilaian sebagai tanah dasar

Tabel 2.5 Klasifikasi tanah untuk lapisan tanah dasar jalan raya (Sistem AASHTO) Sumber : Das dalam Mochtar dan Mochtar, 1995

Tanah Berbutir

(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan no200)

A-3 A-2

A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6

Maks 50

Maks 25

Min 51

Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35

Maks 6 NP Maks 40 Maks 10 Min 41 Maks 10 Maks 40 Min 11

Batu pecah, kerikil dan pasir

Pasir halus

Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung

Baik sekali sampai baik

(Sistem AASHTO)

(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan no200)

A-2-7 Maks 35 Maks 35 Maks 40 Min 11 Min 41 Min 11

Kerikil dan pasir yang berlanau atau                  

(6)

Tabel 2.6 Klasifikasi tanah untuk lapisan tanah dasar jalan raya (Sistem AASHTO) (lanjutan) Sumber : Das dalam Mochtar dan Mochtar, 1995

Klasifikasi umum Klasifikasi kelompok A Analisis ayakan no. 200 (%lolos) No. 10 No. 40 No. 200 Min 36

Sifat fraksi yang lolos ayakan no. 40 Batas cair (LL) Indeks Plastis (PI) Maks 40 Maks 10 Tipe material yang paling dominan Penilaian sebagai tanah dasar Keterangan : * untuk A-7-5, PI ≤ LL

2.3.2 Klasifikasi Tanah Menurut USCS

Sistem klasifikasi tanah USCS, membagi tanah menjadi dua kelompok tanah, yaitu :

1. Tanah berbutir kasar, yaitu persentase tanah yang tertahan pada ayakan no 200 lebih dari 50 %. Simbol yang digunakan adalah G (

berkerikil) dan S (

Klasifikasi tanah untuk lapisan tanah dasar jalan raya (Sistem AASHTO) (lanjutan) Sumber : Das dalam Mochtar dan Mochtar, 1995

Tanah Lanau-Lempung

(lebih dari 35% dari seluruh tanah lolos ayakan no. 200)

A-4 A-5 A-6

Min 36 Min 36 Min 36

Maks 40 Maks 10 Min 41 Maks 10 Maks 40 Min 11

Tanah berlanau Tanah berlempung

Biasa sampai jelek

≤ LL-30‘ untuk A-7-6, PI > LL-30

Klasifikasi Tanah Menurut USCS

klasifikasi tanah USCS, membagi tanah menjadi dua kelompok

Tanah berbutir kasar, yaitu persentase tanah yang tertahan pada ayakan no 200 lebih dari 50 %. Simbol yang digunakan adalah G (gravel

berkerikil) dan S (sand atau tanah berpasir).

Klasifikasi tanah untuk lapisan tanah dasar jalan raya (Sistem AASHTO) (lanjutan)

(lebih dari 35% dari seluruh tanah lolos ayakan no. 200)

A-7 A-7-5* A-7-6’ Min 36 Min 41 Min 11 Tanah berlempung

klasifikasi tanah USCS, membagi tanah menjadi dua kelompok

Tanah berbutir kasar, yaitu persentase tanah yang tertahan pada ayakan no atau tanah                

(7)

2. Tanah berbutir halus, yaitupersentase tanah yang lolos pada ayakan no 200 50% atau lebih. Simbol yang diguakan adalah M (

atau lempung), O (organik bisa berupa lempung organik atau lanau organik), dan PT digunakan untuk tan

nilai kadar organik tinggi.

Dalam klasifikasi USCS dikenal simbol W = well graded

P = poorly graded L =low plastiscity H = high plasticity

Untuk lebih jelas dalam pengklasifikasian tanah berdasarkan USCS dapat dilihat pada tabel 2.7 dan 2.8 di bawah ini.

Tabel 2 Pembagian Jenis T a n a h B er b u ti r Ka sa r L eb ih d ar i se te n g ah m at er ia ln y a le b ih k as ar d ar i a y ak a n n o 2 0 0 K er ik il L eb ih d ar i se te n g ah f ra k si k a sa ih k a sa r d ar i ay a k an n o 4 P a si r L eb ih d ar i se te n g ah f ra k si k a sa ih h al u s d ar i a y ak an n o 4

Tanah berbutir halus, yaitupersentase tanah yang lolos pada ayakan no 200 50% atau lebih. Simbol yang diguakan adalah M (siltatau lanau), C ( atau lempung), O (organik bisa berupa lempung organik atau lanau organik), dan PT digunakan untuk tanah gambut atau tanah yang memiliki nilai kadar organik tinggi.

Dalam klasifikasi USCS dikenal simbol-simbol lain, seperti: well graded (tanah bergradasi baik)

poorly graded(tanah bergradasi buruk)

low plastiscity(tanah berplastisitas rendah) (LL < 50) high plasticity(tanah berplastisitas tinggi) (LL> 50)

Untuk lebih jelas dalam pengklasifikasian tanah berdasarkan USCS dapat dilihat pada tabel 2.7 dan 2.8 di bawah ini.

Tabel 2.7 Sistem klasifikasi tanah menurut USCS Sumber : Hendarsin,2000

Pembagian Jenis Nama Jenis

Kerikil bersih, (tanpa atau

sedikit mengandung bahan halus)

Kerikil, kerikil campur pasir bergradasi baik tanpa atau dengan sedikit pasir halus.

Kerikil, kerikil campur pasir bergradasi buruk tanpa atau dengan sedikit pasir halus.

Kerikil dengan bahan halus

(banyak mengandung bahan halus)

Kerikil lanauan, kerikil campur pasir atau lanau.

Kerikil lempungan, kerikil campur pasir atau lempung.

Pasir bersih (tanpa atau

sedikit mengandung bahan halus)

Pasir, pasir kerikilan bergradasi baik tanpa atau dengan sedikit bahan halus

Pasir, pasir kerikilan bergradasi buruk tanpa atau dengan sedikit bahan halus

Pasir dengan bahan halus

(banyak

Pasir kelanauan, pasir campur lanau.

Pasir kelempungan, pasir campur

Tanah berbutir halus, yaitupersentase tanah yang lolos pada ayakan no 200 atau lanau), C (clay atau lempung), O (organik bisa berupa lempung organik atau lanau ah gambut atau tanah yang memiliki

Untuk lebih jelas dalam pengklasifikasian tanah berdasarkan USCS dapat

Simbol kerikil campur pasir

bergradasi baik tanpa atau dengan Gw

Kerikil, kerikil campur pasir

bergradasi buruk tanpa atau dengan GP

kerikil campur pasir

GM

Kerikil lempungan, kerikil campur

GC

baik

tanpa atau dengan sedikit bahan SW

Pasir, pasir kerikilan bergradasi

buruk tanpa atau dengan sedikit SP

SM

Pasir kelempungan, pasir campur SC                  

(8)

T a n a h B er b u ti r Ha lu s L eb ih d ar i se te n g ah m at er ia ln y a le b ih h al u s d ar i a y ak an n o 2 0 0 L a n a u d a n L em p u n g Tanah Organik

Tabel 2.8 sistem klasifikasi tanah menurut USCS (lanjutan)

KRITERIA KLASIFIKASI LABORATORIUM

h al u s (f ra k si le b ih h al u s d ar i ay ak a n N o . 2 0 0 ). T an ah b er b u ti r k as ar d ik la si fi k as ik an s eb ag ai b er ik u t : K u ra n g d ar i 5 % G W , G P , S W , S P L eb ih d ar i 1 2 % G M , G C , S M , S C mengandung bahan halus) lempung. B at as c ai r k u ra n g d ar i 5 0 %

lanau organik dan pasir sangat halus, tepung batu, pasir halus kelanauan atau kelempungan atau lanau kelempungan sedikit plastis.

Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung kerikilan, lempung pasiran, lempung lanauan, lempung humus.

Lempung organik dan lempung lanauan organik dengan plastisitas rendah. B at as c ai r le b ih d ar i 5 0 %

Lempung anorganik, tanah pasiran halus atau tanah lanauan mengandung mika atau diatome lanau elastis.

Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung expansif

Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi, lanau organik.

Tanah Organik Gambut dan tanah organik lainnya.

Tabel 2.8 sistem klasifikasi tanah menurut USCS (lanjutan) Sumber : Hendarsin,2000

KRITERIA KLASIFIKASI LABORATORIUM

S M , S C

lebih besar dari 4

antara 1 dan 3

Tidak ditemukan semua persyaratan gradasi untuk GW

Batas atterberg di bawah garis

“A” atau IP kurang dari 4 Di atas garis “A” dengan IP antara 4 dan 7 terdapat pada garis batas dan menggunakan simbol ganda GM-GC Batas atterberg di atas garis

“A” atau IP lebih besar dari 7

lanau organik dan pasir sangat halus, tepung batu, pasir halus kelanauan

kelempungan atau lanau ML

Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai sedang,

lempung kerikilan, lempung pasiran, CL

Lempung organik dan lempung

lanauan organik dengan plastisitas OL

Lempung anorganik, tanah pasiran halus atau tanah lanauan

mengandung mika atau diatome MH

Lempung anorganik dengan

CH

Lempung organik dengan plastisitas

OH

Pt

Tidak ditemukan semua persyaratan gradasi untuk GW

Di atas garis “A” dengan IP antara 4 dan 7 terdapat pada garis batas dan menggunakan

GC                

(9)

Mudah teroksidasi, LL dan IP berkurang setelah pengeringan

2.4 Pengujian Tanah

Pengujian tanah bertujuan untuk menentukan parameter dimiliki suatu tanah baik itu secara fisik maupun teknis. Parameter

hasil pengujian tanah diperlukan untuk berbagai keperluan seperti CBR untuk menentukan seberapa besar daya duk

hasil pengujian dari atterberg limit

lebih besar dari 6

antara 1 dan 3

Tidak ditemukan semua persyaratan gradasi untuk SW

Batas atterberg di bawah garis

“A” atau IP kurang dari 4 Di atas garis “A” dengan IP antara 4 dan 7 terdapat pada garis batas dan menggunakan simbol ganda SM-SC Batas atterberg di atas garis

“A” atau IP lebih besar dari 7

Mudah teroksidasi, LL dan IP berkurang setelah pengeringan

Pengujian Tanah

Pengujian tanah bertujuan untuk menentukan parameter-parameter yang dimiliki suatu tanah baik itu secara fisik maupun teknis. Parameter

hasil pengujian tanah diperlukan untuk berbagai keperluan seperti CBR untuk menentukan seberapa besar daya dukung suatu tanah terhadap beban. PI dan LL atterberg limit serta hasil pengujian analisa ukuran butir

Tidak ditemukan semua persyaratan gradasi untuk SW

Di atas garis “A” dengan IP antara 4 dan 7 terdapat pada garis batas dan menggunakan

SC

parameter yang dimiliki suatu tanah baik itu secara fisik maupun teknis. Parameter-parameter hasil pengujian tanah diperlukan untuk berbagai keperluan seperti CBR untuk ung suatu tanah terhadap beban. PI dan LL serta hasil pengujian analisa ukuran butir                  

(10)

berguna untuk menentukan klasifikasi tanah baik itu menggunakan sistem AASHTO maupun USCS. Dalam penelitian kami,beberapa pengujian ya

dilakukan adalah kadar air, berat jenis, analisa ukuran butir, kompaksi, Kuat Tekan Bebas, CBR laboratorium, dan Swelling.

pengujian tersebut menggunakan acuan berdasarkan standar yang berlaku seperti yang dijelaskan pada Tabel

Tabel 2.9 Standar Prosedur Pengujian Laboratorium Nama Pengujian

Pengujian Index Properties

- Kadar air - Berat Jenis

- Analisa Ukuran Butir

- Atterberg Limit

Pengujian Engineering Properties

- Pemadatan / Kompaksi - UCS Laboratorium - CBR Laboratorium

Pengujian laboratorium sangat perlu dilakukan dalam

konstruksi. Hal ini karena berkaitan dengan stabilitasi tanah terhadap suatu konstruksi yang akan dibebankan pada tanah tersebut. Oleh karena itu, pengujian laboratorium sangat penting dalam penelitian ini.

2.4.1 Pengujian Kadar Air

Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat butir tanah tersebut yang dinyatakan dalam persen. berguna untuk menentukan klasifikasi tanah baik itu menggunakan sistem AASHTO maupun USCS. Dalam penelitian kami,beberapa pengujian ya

dilakukan adalah kadar air, berat jenis, analisa ukuran butir, atterberg limit kompaksi, Kuat Tekan Bebas, CBR laboratorium, dan Swelling.

menggunakan acuan berdasarkan standar yang berlaku seperti abel 2.9 di bawah ini.

Tabel 2.9 Standar Prosedur Pengujian Laboratorium

Nama Pengujian Acuan/Standar Pengujian

Index Properties:

Analisa Ukuran Butir

(SNI 03-1965-2008) (SNI 03-1964-1990) (SNI 03-3423-1994) (SNI 03-1967-1990) Engineering Properties: Pemadatan / Kompaksi UCS Laboratorium CBR Laboratorium (ASTM D-2434-74) (SNI 03-3638-1994) (SNI 03-1744-1989)

Pengujian laboratorium sangat perlu dilakukan dalam merencanakan suatu konstruksi. Hal ini karena berkaitan dengan stabilitasi tanah terhadap suatu konstruksi yang akan dibebankan pada tanah tersebut. Oleh karena itu, pengujian laboratorium sangat penting dalam penelitian ini.

Pengujian Kadar Air

Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat butir tanah tersebut yang dinyatakan dalam persen. berguna untuk menentukan klasifikasi tanah baik itu menggunakan sistem AASHTO maupun USCS. Dalam penelitian kami,beberapa pengujian yang akan atterberg limit, kompaksi, Kuat Tekan Bebas, CBR laboratorium, dan Swelling.

Pengujian-menggunakan acuan berdasarkan standar yang berlaku seperti

Acuan/Standar Pengujian

merencanakan suatu konstruksi. Hal ini karena berkaitan dengan stabilitasi tanah terhadap suatu konstruksi yang akan dibebankan pada tanah tersebut. Oleh karena itu, pengujian

Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat butir tanah tersebut yang dinyatakan dalam persen.                

(11)

Berat isi tanah adalah perbandingan antara berat tanah dengan volumenya. Semakin besar berat isi tanah, s

Untuk menentukan kadar air sejumlah tanah, ditempatkan dalam krus (kaleng kecil) yang beratnya (W

(W2) dan kemudian dimasukkan dalam oven yang temparaturnya 105

jam. Kemudian krus tanah ditimbang kembali (W

Kadar air berbeda-beda pada setiap daerah tergantung pada keadaan daerah tersebut nilai kadar air tanah berkisar antara 20%

masih dapat dikatakan normal, tetapi jika k

dikatakan jenuh air dan jika kurang dari 20% tanah tersebut dikatakan kering. Jumlah kadar air sangat mempengaruhi sifat dari suatu tanah. Sifat dipengaruhi oleh kadar air antara lain konsistensi tanah dan

tersebut. Jumlah kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan campuran tanah dan air tersebut menjadi sangat lembek. Hal ini akan memperlemah daya dukung tanah tersebut.

Kadar air tanah dihitung dengan menggunakan rumus :

100 × = S W W W ω

Berat isi tanah adalah perbandingan antara berat tanah dengan volumenya. Semakin besar berat isi tanah, semakin besar kepadatan tanah tersebut.

Untuk menentukan kadar air sejumlah tanah, ditempatkan dalam krus (kaleng kecil) yang beratnya (W1) diketahui sebelumnya. Krus dengan tanah ditimbang

) dan kemudian dimasukkan dalam oven yang temparaturnya 105°C s jam. Kemudian krus tanah ditimbang kembali (W3 ).

beda pada setiap daerah tergantung pada keadaan daerah tersebut nilai kadar air tanah berkisar antara 20% -100% berarti tanah tersebut masih dapat dikatakan normal, tetapi jika kadar air melebihi 100% tanah tersebut dikatakan jenuh air dan jika kurang dari 20% tanah tersebut dikatakan kering.

Jumlah kadar air sangat mempengaruhi sifat dari suatu tanah. Sifat

dipengaruhi oleh kadar air antara lain konsistensi tanah dan plastisitas tanah tersebut. Jumlah kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan campuran tanah dan air tersebut menjadi sangat lembek. Hal ini akan memperlemah daya dukung

Gambar 2.1 Ilustrasi Kadar Air

Sumber: Braja M. Das

air tanah dihitung dengan menggunakan rumus :

100%...(1) 1 3 3 2 × − − = ⇔ W W W W

ω

100 %

Berat isi tanah adalah perbandingan antara berat tanah dengan volumenya.

Untuk menentukan kadar air sejumlah tanah, ditempatkan dalam krus (kaleng ) diketahui sebelumnya. Krus dengan tanah ditimbang C selama 24

beda pada setiap daerah tergantung pada keadaan daerah 100% berarti tanah tersebut adar air melebihi 100% tanah tersebut dikatakan jenuh air dan jika kurang dari 20% tanah tersebut dikatakan kering.

Jumlah kadar air sangat mempengaruhi sifat dari suatu tanah. Sifat-sifat yang plastisitas tanah tersebut. Jumlah kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan campuran tanah dan air tersebut menjadi sangat lembek. Hal ini akan memperlemah daya dukung

%...(1)                  

(12)

Dimana : ω W W W W W

Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung pada ukuran butir maksimum dari contoh tanah yang diperiksa dengan ketelitian penimbangan seperti pada

Tabel 2.10 Ukuran Butir Maksimum dan Minimum dari Contoh Tanah Ukuran butir

maksimum ¾ “

lolos saringan No 10 lolos saringan No 40

Sumber: Braja M. Das, 1995

Salah satu sifat fisik dari tanah adalah kadar air butiran tanah. Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki.

2.4.2 Pengujian Atterberg Limit Pengujian Atterberg Limit

tanah. Sifat konsistensi tanah sangat dipengaruhi oleh nilai kadar air yang terkandung didalamnya. Apabila kadar air semakin tinggi, maka kondisi tanah semakin cair, begitupun sebaliknya. Pada proses penamb

fase-fase yang dialami tanah yaitu padat, semi padat, plastis, dan cair. Fase tersebut digambarkan pada Gambar 2.2 di bawah ini.

= Kadar air (%) WW = Berat air (gr)

WS = Berat butir padat (gr)

W1 = Berat krus kadar air (gr)

W2 = Berat tanah basah + berat krus (gr)

W3 = Berat tanah kering + berat krus (gr)

Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung pada ukuran butir maksimum dari contoh tanah yang diperiksa dengan ketelitian penimbangan seperti pada Tabel 2.7 berikut

Ukuran Butir Maksimum dan Minimum dari Contoh Tanah Jumlah benda uji

minimum Ketelitian lolos saringan No 10 lolos saringan No 40 1000 gr 100 gr 10 gr 1 gr 0,1 gr 0,01 gr 1995

Salah satu sifat fisik dari tanah adalah kadar air butiran tanah. Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki.

Atterberg Limit

Atterberg Limit ini bertujuan untuk mengetahui sifat konsistensi tanah. Sifat konsistensi tanah sangat dipengaruhi oleh nilai kadar air yang terkandung didalamnya. Apabila kadar air semakin tinggi, maka kondisi tanah semakin cair, begitupun sebaliknya. Pada proses penambahan kadar air terdapat

fase yang dialami tanah yaitu padat, semi padat, plastis, dan cair. Fase tersebut digambarkan pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung pada ukuran butir maksimum dari contoh tanah yang diperiksa dengan ketelitian

Ketelitian

Salah satu sifat fisik dari tanah adalah kadar air butiran tanah. Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari

ini bertujuan untuk mengetahui sifat konsistensi tanah. Sifat konsistensi tanah sangat dipengaruhi oleh nilai kadar air yang terkandung didalamnya. Apabila kadar air semakin tinggi, maka kondisi tanah ahan kadar air terdapat fase yang dialami tanah yaitu padat, semi padat, plastis, dan cair. Fase-fase                

(13)

Pada gambar 2.2 terdapat tiga batas antar fase. Fase pertama adalah batas susut (SL) yaitu harga kadar air pada suatu tanah pada batas antara keadaan semi padat dan keadaan padat. Fase kedua adalah batas plastis (PL) yaitu harga kadar air pada batas antara keadaan plastis dan semi padat. Fase yang ketiga adalah batas cair (LL) yaituharga kadar air pada suatu tanah pada batas antara cair dengan plastis.

Tingkat keplastisan suatu tanah ditunjukan oleh nilai PI ( Nilai PI dapat hitung dengan

PI = LL – PL ... (

2.4.3 Pengujian Berat Jenis

Berat jenis adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Nilai berat

dirumuskan sebagai berikut : Keterangan:

W1 = Berat Piknometer

W2 = Berat Piknometer + Tanah Kering W3 = Berat Piknometer + Tanah Kering + Air W4 = Berat Piknometer + Air Suling

k= Faktor Koreksi Suhu (lihat tabel 3.0)

Gambar 2.2 Fase yang terjadi pada tanah

Sumber: Braja M. Das, 1995

Pada gambar 2.2 terdapat tiga batas antar fase. Fase pertama adalah batas susut (SL) yaitu harga kadar air pada suatu tanah pada batas antara keadaan semi padat dan keadaan padat. Fase kedua adalah batas plastis (PL) yaitu harga kadar keadaan plastis dan semi padat. Fase yang ketiga adalah batas cair (LL) yaituharga kadar air pada suatu tanah pada batas antara cair

Tingkat keplastisan suatu tanah ditunjukan oleh nilai PI (plasticity index Nilai PI dapat hitung dengan rumus :

PL ... (2

Pengujian Berat Jenis

Berat jenis adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Nilai berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut :

...(

W2 = Berat Piknometer + Tanah Kering

W3 = Berat Piknometer + Tanah Kering + Air Suling W4 = Berat Piknometer + Air Suling

= Faktor Koreksi Suhu (lihat tabel 3.0)

Pada gambar 2.2 terdapat tiga batas antar fase. Fase pertama adalah batas susut (SL) yaitu harga kadar air pada suatu tanah pada batas antara keadaan semi padat dan keadaan padat. Fase kedua adalah batas plastis (PL) yaitu harga kadar keadaan plastis dan semi padat. Fase yang ketiga adalah batas cair (LL) yaituharga kadar air pada suatu tanah pada batas antara cair

plasticity index).

2)

Berat jenis adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air jenis dapat .(3)                  

(14)

Tabel Suhu [oC] 18 19 20 21 22 23 Sumber: Hendry, 2010

2.4.4 Pengujian Analisa Ukuran Butir

Sifat-sifat suatu tanah banyak tergantung pada ukuran butirannya. Oleh karena itu, sangat perlu untuk melakukan pengujian analisis ukuran butir untuk mengidentifikasi gradasi

dengan tiga cara yaitu analisa saringan, analisa hidrometer dan analisa gabungan. Dalam penelitian ini digunakan analisa gabungan untuk menentukan gradasi butiran tanah. Karena dengan menggunakan analis

didapat kurva gradasi yang utuh dan padu sehingga dapat dilihat kondisi gradasi suatu contoh tanah.

Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan analisa ukuran butir adalah sebagai berikut :

1. Analisa saringan

2. Analisa hidrometer

!"

Keterangan :

N = Persentase Lebih Halus

Tabel 2.11 Faktor koreksi menurut suhu ruangan

K Suhu [oC] K 1,0016 24 1,0000 1,0014 25 1,0000 1,0012 26 0,9997 1,0010 27 0,9995 1,0007 28 0,9992 1,0005 29 0,9989

Pengujian Analisa Ukuran Butir

sifat suatu tanah banyak tergantung pada ukuran butirannya. Oleh karena itu, sangat perlu untuk melakukan pengujian analisis ukuran butir untuk mengidentifikasi gradasi tanah tertentu. Analisa ukuran butir dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu analisa saringan, analisa hidrometer dan analisa gabungan.

Dalam penelitian ini digunakan analisa gabungan untuk menentukan gradasi butiran tanah. Karena dengan menggunakan analisa gabungan ini akan didapat kurva gradasi yang utuh dan padu sehingga dapat dilihat kondisi gradasi

rumus yang digunakan dalam perhitungan analisa ukuran butir

Analisa saringan

" #$%&' '&(&) '$%'&)&(

#$%&' '*'&+ ,*('*) '&(&)100% ...( Analisa hidrometer

" " 0 → 0 2.45

6745100%...(

tase Lebih Halus

1,0000 1,0000 0,9997 0,9995 0,9992 0,9989

sifat suatu tanah banyak tergantung pada ukuran butirannya. Oleh karena itu, sangat perlu untuk melakukan pengujian analisis ukuran butir untuk tanah tertentu. Analisa ukuran butir dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu analisa saringan, analisa hidrometer dan analisa gabungan.

Dalam penelitian ini digunakan analisa gabungan untuk menentukan a gabungan ini akan didapat kurva gradasi yang utuh dan padu sehingga dapat dilihat kondisi gradasi

rumus yang digunakan dalam perhitungan analisa ukuran butir

...(4) ...(5)                

(15)

R = Bacaan Hidrometer (Rh) + Koreksi Wd = BeratTanahKering Hidrometer Gs = Berat Jenis Tanah

3. Persen berat butiran yang mengendap (1) Untuk hidrometer dengan pembacaan (5

p =&2)89

5 x 100 % ...

(2) Untuk hidrometer dengan pembacaan (0,995

p = :;: & 2)8 5 Keterangan :

p = Persen Berat Butiran Yang Rh = Pembacaan Hidrometer

k = Koreksi Suhu sesuai dengan Bahan Pengurai (tabel 3.1) a = Faktor Kalibrasi (tabel 3.2)

Ws = Berat Kering Benda Uji

4. Skala pembacaan hidrometer

Hr = H1 + 0,5 ( h

= Bacaan Hidrometer (Rh) + Koreksi = BeratTanahKering Hidrometer = Berat Jenis Tanah

Persen berat butiran yang mengendap

(1) Untuk hidrometer dengan pembacaan (5 – 60) gram/liter

x 100 % ...(

(2) Untuk hidrometer dengan pembacaan (0,995 – 1,038) gram/liter 89

x 100 % ...(

= Persen Berat Butiran Yang Mengendap = Pembacaan Hidrometer

= Koreksi Suhu sesuai dengan Bahan Pengurai (tabel 3.1) = Faktor Kalibrasi (tabel 3.2)

= Berat Kering Benda Uji

Skala pembacaan hidrometer

+ 0,5 ( h - <)

= )...(7)

Tabel 2.12 Kalibrasi Berat Jenis Berat jenis Α 2,90 0,95 2,85 0,96 2,80 0,97 2,75 0,98 2,70 0,99 2,65 1,00 2,60 1,01 ...(6) 1,038) gram/liter x 100 % ...(7) )...(7)                  

(16)

Sumber : SNI

Tabel 2.13

2.4.5 Pengujian Pemadatan

Pemadatan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kerapatan tanah dengan cara mengeluarkan udara dari pori

pemadatan dilakukan dengan cara penggilasan, sedangkan di laboratorium 2,55 1,02

2,50 1,04

2,45 1,05

2,40 1,07 Sumber : SNI 03-3423-1994

13 Koreksi Suhu untuk bahan pengurai waterglass

Suhu (oC) k 20 -0,5 21 -0.2 22 + 0,2 23 + 0,5 24 + 0,8 25 + 1,2 26 + 1,5 27 + 2,0 28 + 2,4 29 + 2,8 30 + 3,2 Sumber: SNI 03-3423-1994 Pengujian Pemadatan

Pemadatan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kerapatan tanah dengan cara mengeluarkan udara dari pori-pori tanah. Di lapangan, proses pemadatan dilakukan dengan cara penggilasan, sedangkan di laboratorium Pemadatan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kerapatan tanah pori tanah. Di lapangan, proses pemadatan dilakukan dengan cara penggilasan, sedangkan di laboratorium                

(17)

pemadatan dilakukan dengan cara dipukul atau dit

pemadatan sangat bergantung pada kadar air. Pemadatan tanah dilakukan di dalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk berat 2,5 kg (5,5 lbs), tinggi jatuh penumbuk 30 cm 9(12’) untuk pemadatan standar (Proctor) dan alat penumbuk berat 4,54 kg (10 lbs), tinggi jatuh penumbuk 45,7 cm (18”) untuk pemadatan modified. Hasil pemadatan maksimal akan dapat dicapai apabila kadar air berada pada kondisi optimum.

Kerb dan walker dalam Seta (2006) menyatakan bahwa “ tanah adalah berat isi kering (

dibandingkan dengan volumenya.”

Gambar 2.3 menunjukan grafik hubungan antara kadar air dan kepadatan kering dari berbagai jenis tanah dengan nilai plastic

dengan 40.

Gambar 2.3 Grafik hubunga

Rumus yang digunakan dalam perhitungan data hasil dari pengujian pemadatan adalah :

>? 8A@ ...(8) Keterangan :

>? = berat isi kering tanah

pemadatan dilakukan dengan cara dipukul atau ditumbuk. Proses pemadatan pemadatan sangat bergantung pada kadar air. Pemadatan tanah dilakukan di dalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk berat 2,5 kg (5,5 lbs), tinggi jatuh penumbuk 30 cm 9(12’) untuk pemadatan standar Proctor) dan alat penumbuk berat 4,54 kg (10 lbs), tinggi jatuh penumbuk 45,7 cm (18”) untuk pemadatan modified. Hasil pemadatan maksimal akan dapat dicapai apabila kadar air berada pada kondisi optimum.

Kerb dan walker dalam Seta (2006) menyatakan bahwa “ukuran kepadatan tanah adalah berat isi kering (>?, yaitu perbandingan antara berat butiran tanah dibandingkan dengan volumenya.”

Gambar 2.3 menunjukan grafik hubungan antara kadar air dan kepadatan kering dari berbagai jenis tanah dengan nilai plasticity index (PI) nol sampai

Gambar 2.3 Grafik hubungan kadar air dan kepadatan Sumber : Seta, 2006

Rumus yang digunakan dalam perhitungan data hasil dari pengujian

...(8)

= berat isi kering tanah

umbuk. Proses pemadatan pemadatan sangat bergantung pada kadar air. Pemadatan tanah dilakukan di dalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk berat 2,5 kg (5,5 lbs), tinggi jatuh penumbuk 30 cm 9(12’) untuk pemadatan standar Proctor) dan alat penumbuk berat 4,54 kg (10 lbs), tinggi jatuh penumbuk 45,7 cm (18”) untuk pemadatan modified. Hasil pemadatan maksimal akan dapat

ukuran kepadatan , yaitu perbandingan antara berat butiran tanah

Gambar 2.3 menunjukan grafik hubungan antara kadar air dan kepadatan ity index (PI) nol sampai

Rumus yang digunakan dalam perhitungan data hasil dari pengujian

...(8)                  

(18)

> = berat isi tanah

B = kadar air

>CD 45.@6

8A.45 Keterangan :

>zav = berat isi pada kondisi zero air void

Gs = berat jenis

>w = berat isi air

2.4.6 Pengujian California Bearing Ratio Californian Bearing Ratio

penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar pada kedalaman dan kecepatan yang sama. Seiring dengan perkembangan zaman, maka para ahli geoteknik mengembangkan teknologinya dengan menciptakan alat penggilas yang digunakan untuk memadatkan tanah yang lebih modern di lapangan, se

pada proses pemadatan akan diperoleh hasil yang maksimal. Seperti pada uji CBR laboratorium ini dibuat untuk mewakili kondisi di lapangan.

Tujuan dari pengujian CBR di laboratorium adalah untuk menentukan haega CBR tanah dan campuran tanah agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu. Harga CBR dihitung pada penetrasi 0,1 inci dan 0,2 inci dengan cara membagi beban pada pen

sebesar 3000 lbs (1000 psi) dan 4500 lbs (1500 psi). Dari hasil pengujian ini, akan 45...(9)

= berat isi pada kondisi zero air void

California Bearing Ratio (CBR) Laboratorium

Californian Bearing Ratio atau CBR adalah perbandingan antara beban terhadap bahan standar pada kedalaman dan kecepatan yang sama. Seiring dengan perkembangan zaman, maka para ahli geoteknik mengembangkan teknologinya dengan menciptakan alat penggilas yang digunakan untuk memadatkan tanah yang lebih modern di lapangan, se

pada proses pemadatan akan diperoleh hasil yang maksimal. Seperti pada uji CBR laboratorium ini dibuat untuk mewakili kondisi di lapangan.

Gambar 2.4 Alat Pengukur CBR Sumber: Dokumentasi Penulis

Tujuan dari pengujian CBR di laboratorium adalah untuk menentukan haega CBR tanah dan campuran tanah agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu. Harga CBR dihitung pada penetrasi 0,1 inci dan 0,2 inci dengan cara membagi beban pada penetrasi ini masing-masing dengan beban sebesar 3000 lbs (1000 psi) dan 4500 lbs (1500 psi). Dari hasil pengujian ini, akan

...(9)

atau CBR adalah perbandingan antara beban terhadap bahan standar pada kedalaman dan kecepatan yang sama. Seiring dengan perkembangan zaman, maka para ahli geoteknik mengembangkan teknologinya dengan menciptakan alat penggilas yang digunakan untuk memadatkan tanah yang lebih modern di lapangan, sehingga pada proses pemadatan akan diperoleh hasil yang maksimal. Seperti pada uji CBR

Tujuan dari pengujian CBR di laboratorium adalah untuk menentukan haega CBR tanah dan campuran tanah agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu. Harga CBR dihitung pada penetrasi 0,1 inci dan 0,2 inci masing dengan beban sebesar 3000 lbs (1000 psi) dan 4500 lbs (1500 psi). Dari hasil pengujian ini, akan                

(19)

didapatkan kadar air optimum, berat isi kering maksimum, nilai CBR pada keadaan optimum, dan nilai CBR pada kepadatan 95 % (

Rumus yang digunakan dalam perhitungan data hasil dari pengujian CBR Laboratorium adalah : CBR (0,1”) = E# E5 CBR (0,2”) = E# E5 Keterangan :

Pb = Beban Penetrasi Suatu Bahan

Ps = Beban Standar (CBR 0,1’ = 3000 lbs & CBR 0,2” = 4500 lbs)

2.4.7 Pengujian Unconfined Compression Strength Uji kuat tekan bebas (

yang dilakukan di laboratorium untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat ini mengukur seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai tanah tersebut terpisah dari butiran

akibat tekanan tersebut.

didapatkan kadar air optimum, berat isi kering maksimum, nilai CBR pada keadaan optimum, dan nilai CBR pada kepadatan 95 % (CBR Design).

Rumus yang digunakan dalam perhitungan data hasil dari pengujian CBR

E#

100%

...(

E#

100%

...(1

= Beban Penetrasi Suatu Bahan

= Beban Standar (CBR 0,1’ = 3000 lbs & CBR 0,2” = 4500 lbs)

Unconfined Compression Strength (UCS)

Uji kuat tekan bebas (Unconfined Compression Strength) merupakan cara yang dilakukan di laboratorium untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat ini mengukur seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai tanah tersebut terpisah dari butiran-butirannya juga mengukur regangan tanah didapatkan kadar air optimum, berat isi kering maksimum, nilai CBR pada

Rumus yang digunakan dalam perhitungan data hasil dari pengujian CBR

...(10)

...(11)

merupakan cara yang dilakukan di laboratorium untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat ini mengukur seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai engukur regangan tanah                  

(20)

σ

0,24 0,48 0,96 1,92

Dalam pengujian kuat tekan b diperhatikan.

1. Penekanan

Sr = Kecepatan regangan berkisar antara 0,5

2. Kriteria keruntuhan suatu tanah : - Bacaan proving ring turun.

- Bacaan proving ring tiga kali berturut - Ambil pada

berarti waktu maksimum runtuh = 15 menit.

Percobaan kuat tekan bebas dimaksudkan terutama untuk tanah lempung atau lanau. Bila lempung itu mempunyai derajat kejenuhan 100 % maka keku geser dapat ditentukan dari nilai kekuatan

Kadar air dapat juga disebut

perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah.

W W W W W 3 2 2 1 × − − =

Tabel 2.14 Tabel Konsistensi Sumber: SNI 03-3423-1994 ( kg/cm2) Konsistensi < 0,24 Very Soft 0,24 – 0,48 Soft 0,48 – 0,96 Medium Soft 0,96 – 1,92 Stiff 1,92 – 3,83 Very Stiff > 3,83 Hard

Dalam pengujian kuat tekan bebas ada beberapa syarat yang harus

Penekanan

Sr = Kecepatan regangan berkisar antara 0,5 – 2 % permenit

Kriteria keruntuhan suatu tanah : Bacaan proving ring turun.

Bacaan proving ring tiga kali berturut-turut hasilnya sama. Ambil pada ε = 15 % dari contoh tanah, Sr = 1 % permenit, berarti waktu maksimum runtuh = 15 menit.

Percobaan kuat tekan bebas dimaksudkan terutama untuk tanah lempung atau lanau. Bila lempung itu mempunyai derajat kejenuhan 100 % maka keku geser dapat ditentukan dari nilai kekuatan unconfined.

Kadar air dapat juga disebut Water Content di definisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah.

100%

× ...(1

bas ada beberapa syarat yang harus

2 % permenit

silnya sama. = 15 % dari contoh tanah, Sr = 1 % permenit,

Percobaan kuat tekan bebas dimaksudkan terutama untuk tanah lempung atau lanau. Bila lempung itu mempunyai derajat kejenuhan 100 % maka kekuatan

di definisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah.

...(12)                

(21)

Berat volume dapat dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air, dan volume total. π 4 1 W V W 2 × × − = = ∂

Untuk menghitung regangan axial dihitung dengan rumus :

o L L ∆ = ε ...

Dimana : ε = Regangan axial (%)

L = Perubahan panjang (cm)

Lo = Panjang mula

Besarnya luas penampang rata

F =*ε ... Dimana : A = Luas rata

Ao = Luas mula

Besarnya tegangan normal :

P σ = ... A P = k N ... Dimana : σ = Tegangan P = Beban (kg)

k = Faktor kalibrasi proving ring

N = Pembacaan proving ring (div)

Berat volume dapat dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air, dan

t d W 2 1 × × − ...(1

menghitung regangan axial dihitung dengan rumus :

...(14

= Regangan axial (%)

= Perubahan panjang (cm)

= Panjang mula-mula (cm)

Besarnya luas penampang rata-rata pada setiap saat :

... Dimana : A = Luas rata-rata pada setiap saat (cm2)

Ao = Luas mula-mula (cm2)

Besarnya tegangan normal :

P ...(16 ...(17) = Tegangan (kg/cm2) = Beban (kg)

= Faktor kalibrasi proving ring

= Pembacaan proving ring (div)

Berat volume dapat dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air, dan

...(13) 14) ...(15) 16) 17)                  

(22)

Sensitifitas tanah dihitung dengan rumus :

σ St =  σ

Dimana : St = Nilai sensitivitas tanah

σ = Kuat tekan maks. tanah asli (kg/cm

σ =

2.5 Kapur

Batu kapur merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan

dll. Bahan Kapur adalah sebuah benda putih dan halus terbuat dari batu sedimen, membentuk bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium. Biasanya kapur relatif terbentuk di laut dalam dengankondisi bebatuan ya

kalsium plates(coccoliths)

Sensitifitas tanah dihitung dengan rumus :

...(18) ‘

= Nilai sensitivitas tanah

= Kuat tekan maks. tanah asli (kg/cm2)

Kuat tekan maks. tanah tidak asli (kg/cm2)

Gambar 2.5 Alat Uji UCS Sumber: Dokumentasi Penulis

Batu kapur merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian dll. Bahan Kapur adalah sebuah benda putih dan halus terbuat dari batu sedimen, bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium. Biasanya kapur relatif terbentuk di laut dalam dengankondisi bebatuan yang mengandung lempengan

(coccoliths)yang dibentuk oleh mikroorganismecoccolithophores

18)

Batu kapur merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan pengapuran untuk pertanian dll. Bahan Kapur adalah sebuah benda putih dan halus terbuat dari batu sedimen, bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium. Biasanya kapur relatif ng mengandung lempengan coccolithophores.                

(23)

Biasanya lazim juga ditemukan batu api dan kapur.atau istilah umumnya yaitu

mana karbonat, oksida dan hidroksida mendominasi. Tepatnya, kapur adalah kalsium oksida atau hidroksida kalsium. Tepatnya, kapur atau kalsium oksida kalsium hidroksida. Batu kapur (

sedimen terdiri dari mineral calcite (ka 10% dari seluruh volume batuan

2.6 Lapisan Tanah Dasar Lapisan tanah dasar atau

fondasi yang menopang beban perkerasan yang berasal dari kendaraan yang melewati suatu jalan. Oleh karena itu perencanaan suatu perkerasan jalan sangat ditentukan oleh kondisi tanah dasar atau

adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi yang direncanakan, maka tanah tersebut dapat langsung dipadatkan dan digunakan. B

persyaratan material tanah dasar.

Biasanya lazim juga ditemukan batu api dan chert yang terdapat dalam umumnya yaitu bahan yang mengandung kalsium anorganik,di karbonat, oksida dan hidroksida mendominasi. Tepatnya, kapur adalah kalsium oksida atau hidroksida kalsium. Tepatnya, kapur atau kalsium oksida kalsium hidroksida. Batu kapur (limestone) (CaCO3) adalah sebuah batuan

sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Batu kapur membentuk 10% dari seluruh volume batuan sedimen.

Gambar 2.6 Batu Kapur Sumber: Dokumentasi Penulis

Lapisan Tanah Dasar

Lapisan tanah dasar atau Subgrade Layer atau tanah dasar merupakan fondasi yang menopang beban perkerasan yang berasal dari kendaraan yang melewati suatu jalan. Oleh karena itu perencanaan suatu perkerasan jalan sangat ditentukan oleh kondisi tanah dasar atau subgrade.Lapisan tanah dasar (sub g adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang rsyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi yang direncanakan, maka tanah tersebut dapat langsung dipadatkan dan digunakan. Berikut ini merupakan persyaratan material tanah dasar. :

yang terdapat dalam anorganik,di karbonat, oksida dan hidroksida mendominasi. Tepatnya, kapur adalah kalsium oksida atau hidroksida kalsium. Tepatnya, kapur atau kalsium oksida ) adalah sebuah batuan membentuk

atau tanah dasar merupakan fondasi yang menopang beban perkerasan yang berasal dari kendaraan yang melewati suatu jalan. Oleh karena itu perencanaan suatu perkerasan jalan sangat .Lapisan tanah dasar (sub grade) adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang rsyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi yang direncanakan, maka tanah erikut ini merupakan                  

(24)

1. California Bearing Ratio (CBR) minimal

Umum (DPU) mensyaratkan bahwa nilai CBR pada kondisi terendam air dari suatu sub grade minimal

2. Index Plastisitas tanah h

3. Batas cair tanah harus kurang dari 50%.

4. Jenis timbunan tanah tidak boleh termasuk dalam klasifikasi tanah yang tidak stabil. Misalnya klasifikasi tanah bergambut dengan kandungan organik tinggi.

5. Perobahan bentuk permanen

akibat beban lalu lintas dan perkerasan sekecil mungkin.

6. Tegangan yang timbul pada lapis permukaan tanah dasar harus lebih kecil dari tegangan izin tanah dasar.

7. Sifat mengembang d

air, harus sekecil mungkin dan konstan.

8. Lendutan dan lendutan balik tanah dasar selama dan sesudah pembebanan lalu lintas harus sekecil mungkin.

9. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu

yang diakibatkan, pada tanah berbutir yang tidak dipadatkan secara baik, harus sekecil mungkin dan merata.

Lalu menurut spek umum yang dikeluarkan oleh Departemen PU 2007 syarat tanah yang bisa digunakan sebagai lapis pondasi suatu jal sebagai berikut : Kelas A CBR ≥ 90 % LL ≤ 25 % PL -PI ≤ 6 %

California Bearing Ratio (CBR) minimal 6%. Departemen Pekerjaan Umum (DPU) mensyaratkan bahwa nilai CBR pada kondisi terendam air dari suatu sub grade minimal 6%.

Index Plastisitas tanah harus kurang dari 15%. Batas cair tanah harus kurang dari 50%.

Jenis timbunan tanah tidak boleh termasuk dalam klasifikasi tanah yang tidak stabil. Misalnya klasifikasi tanah bergambut dengan kandungan organik tinggi.

Perobahan bentuk permanen (permanent deformation) dari tanah dasar akibat beban lalu lintas dan perkerasan-perkerasan diatasnya harus sekecil mungkin.

Tegangan yang timbul pada lapis permukaan tanah dasar harus lebih kecil dari tegangan izin tanah dasar.

Sifat mengembang dan menyusut dari tanah dasar akibat perubahan kadar air, harus sekecil mungkin dan konstan.

Lendutan dan lendutan balik tanah dasar selama dan sesudah pembebanan lalu lintas harus sekecil mungkin.

Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan penurunan yang diakibatkan, pada tanah berbutir yang tidak dipadatkan secara baik, harus sekecil mungkin dan merata.

Lalu menurut spek umum yang dikeluarkan oleh Departemen PU syarat tanah yang bisa digunakan sebagai lapis pondasi suatu jal

A B C ≥ 90 % ≥ 65 % ≥ 35 % ≤ 25 % ≤ 35 % ≤ 35 % - - - ≤ 6 % ≤ 6 % 4 – 9 % ≤ %. Departemen Pekerjaan Umum (DPU) mensyaratkan bahwa nilai CBR pada kondisi terendam air

Jenis timbunan tanah tidak boleh termasuk dalam klasifikasi tanah yang tidak stabil. Misalnya klasifikasi tanah bergambut dengan kandungan

(permanent deformation) dari tanah dasar perkerasan diatasnya harus

Tegangan yang timbul pada lapis permukaan tanah dasar harus lebih

an menyusut dari tanah dasar akibat perubahan kadar

Lendutan dan lendutan balik tanah dasar selama dan sesudah

dan penurunan yang diakibatkan, pada tanah berbutir yang tidak dipadatkan secara baik,

Lalu menurut spek umum yang dikeluarkan oleh Departemen PU tahun syarat tanah yang bisa digunakan sebagai lapis pondasi suatu jalan adalah

Pilihan ≥ 10 % ≤ 50 % - ≤ 15 %                

(25)

2.7 Stabilisasi Tanah M

Kapur sebagai bahan stabilisasi telah lama digunakan dan telah berhasil dengan baik di beberapa negara. Di Rhodesia pembuatan jalan sebagian besar menggunakan stabilisasi kapur untuk lapisan pondasinya. Bahan

bahan kerikil lateritis dapat d

(lapis pondasi) dengan penambahan kapur

Stabilization of Soil for Use as Road Foundation in Nothern Rhodesia). kapur telah digunakan oleh

course (lapis pondasi) untuk lapangan terbang di Texas yang setelah itu beribu

ribu km jalan dibangun menggunakan stabilisasi kapur tersebut.

Pembangunan kapur sebagai bahan stabilisasi telah dikenal dalam bentuk sebagai berikut :

1) Untuk perbaikan tanah dasar (

atas 15 cm diperbaiki sehingga daya dukungnya dapat ditingkatkan dan dapat berfungsi sebagai lantai kerja waktu pelaksanaan.

2) Untuk menstabilisasi tanah lembek seperti tiang kapur kapur yang digunakan adalah

3) Untuk menurunkan plastisitas binder tanah dari campuran agregat tanah (Soil Agregate Mixture

4) Untuk meningkatkan bahan ketingkat yang lebih tinggi dari mutu material pilihan (

base ke mutu

Jadi penggunaan kapur dalam pembuatan jalan dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori menurut maksudnya.

a) Perbaikan tanah dengan kapur (

kapur hanya sedikit saja. Penambahan kapur dimaksud

memperbaiki tanah seperti menurunkan plastisitasnya dan sebagainya.

Tanah Menggunakan Kapur (Limestone)

Kapur sebagai bahan stabilisasi telah lama digunakan dan telah berhasil dengan baik di beberapa negara. Di Rhodesia pembuatan jalan sebagian besar menggunakan stabilisasi kapur untuk lapisan pondasinya. Bahan-bahan setempat, bahan kerikil lateritis dapat ditingkatkan mutunya menjadi mutu base course (lapis pondasi) dengan penambahan kapur (TRRL Overceas Buletin No. 9 Lime Stabilization of Soil for Use as Road Foundation in Nothern Rhodesia).

kapur telah digunakan oleh The Corps of Engineer dalam pembangunan (lapis pondasi) untuk lapangan terbang di Texas yang setelah itu beribu ribu km jalan dibangun menggunakan stabilisasi kapur tersebut.

Pembangunan kapur sebagai bahan stabilisasi telah dikenal dalam bentuk

erbaikan tanah dasar (subgrade improvement) biasanya lapis atas 15 cm diperbaiki sehingga daya dukungnya dapat ditingkatkan dan dapat berfungsi sebagai lantai kerja waktu pelaksanaan.

Untuk menstabilisasi tanah lembek seperti tiang kapur (lime pile yang digunakan adalah kapur kembang.

Untuk menurunkan plastisitas binder tanah dari campuran agregat

Soil Agregate Mixture)

Untuk meningkatkan bahan ketingkat yang lebih tinggi dari mutu material pilihan (selected material) ke mutu sub base, dari

ke mutu base course tesebut.

Jadi penggunaan kapur dalam pembuatan jalan dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori menurut maksudnya.

Perbaikan tanah dengan kapur (Lime Modification), penambahan kapur hanya sedikit saja. Penambahan kapur dimaksud

memperbaiki tanah seperti menurunkan plastisitasnya dan sebagainya.

Kapur sebagai bahan stabilisasi telah lama digunakan dan telah berhasil dengan baik di beberapa negara. Di Rhodesia pembuatan jalan sebagian besar bahan setempat, base course (TRRL Overceas Buletin No. 9 Lime

Stabilization of Soil for Use as Road Foundation in Nothern Rhodesia). Stabilisasi

pembangunan base (lapis pondasi) untuk lapangan terbang di Texas yang setelah itu

beribu-Pembangunan kapur sebagai bahan stabilisasi telah dikenal dalam bentuk

) biasanya lapis atas 15 cm diperbaiki sehingga daya dukungnya dapat ditingkatkan dan dapat berfungsi sebagai lantai kerja waktu pelaksanaan.

(lime pile),

Untuk menurunkan plastisitas binder tanah dari campuran agregat

Untuk meningkatkan bahan ketingkat yang lebih tinggi dari mutu , dari mutu sub

Jadi penggunaan kapur dalam pembuatan jalan dapat dibagi dalam 2 (dua)

), penambahan kapur hanya sedikit saja. Penambahan kapur dimaksudkan hanya memperbaiki tanah seperti menurunkan plastisitasnya dan                  

(26)

b) Stabilisasi tanah dengan kapur (

untuk meningkatkan mutu yang ada ketingkat yang lebih tinggi, misalnya bahan yang bernilai

base course

Dalam pengerjaan di laboratorium pun menurut SNI 03

perbaikan / stabilisasi tanah menggunakan kapur ini dapat dilakukan dengan 2 cara disesuaikan keperluan menurut ketentuan berlaku, yaitu :

a) Kuat tekan b) CBR

Syarat-syarat dasar agar stabilisasi tanah kapur dapat berhasil dengan baik yaitu :

1) Bahan yang dihasilkan harus mempunyai kekuatan yang cukup dan kekuatannya harus tidak berubah oleh adanya air.

2) Biaya pembuatan jalan dengan cara stabilisasi harus tidak lebih mahal dari cara

3) Tanah yang akan distabilisasi memungkinkan untuk digemburkan, dicampur dan dipadatkan pada kondisi lapangan.

Stabilisasi tanah dengan kapur (Lime Stabilization), dimaksudkan untuk meningkatkan mutu yang ada ketingkat yang lebih tinggi, misalnya bahan yang bernilai sub base ditingkatkan menjadi nilai

base course dan sebagainya.

Dalam pengerjaan di laboratorium pun menurut SNI

03-perbaikan / stabilisasi tanah menggunakan kapur ini dapat dilakukan dengan 2 cara disesuaikan keperluan menurut ketentuan berlaku, yaitu :

Kuat tekan bebas : untuk tanah kohesif : untuk tanah berbutir

syarat dasar agar stabilisasi tanah kapur dapat berhasil dengan baik yaitu :

Bahan yang dihasilkan harus mempunyai kekuatan yang cukup dan kekuatannya harus tidak berubah oleh adanya air.

ya pembuatan jalan dengan cara stabilisasi harus tidak lebih mahal dari cara-cara konstruksi yang biasa.

Tanah yang akan distabilisasi memungkinkan untuk digemburkan, dicampur dan dipadatkan pada kondisi lapangan.

), dimaksudkan untuk meningkatkan mutu yang ada ketingkat yang lebih tinggi, menjadi nilai

-3437-1994 perbaikan / stabilisasi tanah menggunakan kapur ini dapat dilakukan dengan 2

syarat dasar agar stabilisasi tanah kapur dapat berhasil dengan baik yaitu :

Bahan yang dihasilkan harus mempunyai kekuatan yang cukup dan

ya pembuatan jalan dengan cara stabilisasi harus tidak lebih

Tanah yang akan distabilisasi memungkinkan untuk digemburkan,                

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa beda tekanan berfluktuasi dengan sedang, hampir sama seperti fluktuasi pada grafik sebelumnya namun yang ini sedikit

Pada kolom ketiga pada tabel contoh, menunjukkan daftar kemungkinan pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian yang diperlukan yang telah ditetapkan pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Non-Debt Tax Shield, Firm Size, Business Risk dan Growth Opportunity terhadap Struktur Modal pada perusahaan

Pada umumnya pihak korban akan langsung menyetujuinya yang kemudian kedua belah pihak akan melakukan perundingan dan pihak korban akan menetapkan sanksi bagi pihak pelaku, jika

Berdasarkan hasil refleksi terhadap kegiatan pembelajaran dengan nasyid (lagu-lagu bernafaskan Islami) pada tindakan kedua tersebut menunjukkan bahwa kegiatan

Partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Lubuk Dagang dapat berjalan dengan lancar dan telah menghasilkan rencana

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia