• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir Hadits Etos Kerja dan Kepedulian (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tafsir Hadits Etos Kerja dan Kepedulian (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

.

Oleh:

Kelompok VI : Ery Susanti (1145010058) Jawad Mughofar KH (1145010071)

Kelas : SPI/II-B

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

(2)

KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrohiim,

Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata

kuliah Tafsir Hadits Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

Bandung, 04 Maret 2015

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Etos Kerja ... 3

B. Etos kerja dalam perspektif Islam ... 3

C. Pengertian Kepedulian Sosial ... 8

D. Kepedulian Islam dalam perspektif Islam ... 9

BAB III PENUTUP A. Simpulan ... 18

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk sosial, oleh karenanya manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia membutuhkan manusia lain sebagai penerus hidup agar keselarasan hidup ini terjaga, apalagi sebagai seorang muslim, yang seharusnya

mempunyai rasa sosial tinggi, karena dalam Al-Quran maupun hadits sosial kepada manusia sangat dikedepankan.

Sebagai seorang manusia yang ingin mendapat ridla dari Tuhannya harus berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang diridlai oleh Tuhannya. Salah satunya adalah mencintai sesama muslim. Oleh karena itu sesama muslim adalah saudara. Sifat persaudaraan kaum mu’min yaitu mereka yang saling menyayangi, mencintai, saling tolong-menolong dan menumbuhkan sikap peduli sosial.

Namun, jika sesama muslim tidak saling peduli terhadap sesama dengan kata lain egois, maka orang tersebut tidak memahami bagaimana arti persaudaraan. Dan sikap seperti itu merupakan sikap orang kufur dan tidak disukai Allah SWT. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menumbuhkan sikap peduli sosial dan tolong-menolong terhadap sesama dalam kehidupan sehari-hari.

Agama Islam pula yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja.

Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu

hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga,“Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat

bekerja.” Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru

(5)

Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut;

a. Apa pengertian dari Etos Kerja?

b. Bagaimana Etos kerja dalam perspektif Islam? c. Apa pengertian Kepedulian Sosial?

d. Bagaimana kepedulian Islam dalam perspektif Islam?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk: a. Untuk mengetahui pengertian Etos Kerja

b. Untuk mengetahui Etos kerja dalam perspektif Islam c. Untuk mengetahui pengertian Kepedulian Sosial

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Etos Kerja

Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Kata kerjaberarti usaha, amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat).Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,

watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. (Dr.Abdul Aziz.Al Khayyath,1994 : 13)

B. Etos Kerja dalam Perspektif Islam

Al-Qur’an banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan yang diikuti

oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif dan negatif. Di dalam al-Qur’an banyak kita temui ayat tentang kerja seluruhnya berjumlah 602 kata, bentuknya:

1. Kita temukan 22 kata ‘amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat al-Baqarah: 62, an-Nahl: 97, dan al-Mukmin: 40.

2. Kata ‘amal (perbuatan) kita temui sebanyak 17 kali, di antaranya surat Hud:

46, dan al-Fathir: 10.

3. Kata wa’amiluu (mereka telah mengerjakan) kita temui sebanyak 73 kali,

diantaranya surat al-Ahqaf: 19 dan an-Nur: 55.

(7)

5. Kita temukan sebanyak 330 kali kata a’maaluhum, a’maalun, a’maluka, ‘amaluhu, ‘amalikum, ‘amalahum, ‘aamul dan amullah. Diantaranya dalam surat Hud: 15, al-Kahf: 102, Yunus: 41, Zumar: 65, Fathir: 8, dan at-Tur: 21.

6. Terdapat 27 kata ya’mal, ‘amiluun, ‘amilahu, ta’mal, a’malu seperti dalam surat al-Zalzalah: 7, Yasin: 35, dan al-Ahzab: 31.

7. Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang mengandung anjuran dengan istilah seperti shana’a, yasna’un, siru fil ardhi ibtaghu fadhillah, istabiqul khoirot, misalnya ayat-ayat tentang perintah berulang-ulang dan sebagainya.

Di samping itu, al-Qur’an juga menyebutkan bahwa pekerjaan merupakan bagian dari iman, pembukti bahwa adanya iman seseorang serta menjadi ukuran pahala, Allah SWT berfirman:

“…barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh…” )Al-Kahfi: 110)

Ada juga ayat al-Qur’an yang menunjukkan pengertian kerja secara sempit misalnya firman Allah SWT kepada Nabi Daud As.

“ Dan Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu…” )al-Anbiya: 80)

Dalam surah al-Jumu’ah ayat 10 Allah SWT menyatakan:

“ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” )al-Jumu’ah: 30(

Pengertian kerja dalam keterangan di atas, dalam Islam amatlah luas,

mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian kerja secara khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi

tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup.

(8)

bekerja dengan menerima upah baik bekerja harian, maupun bulanan dan sebagainya.

Pembatasan seperti ini didasarkan pada realitas yang ada di negara-negara komunis maupun kapitalis yang mengklasifikasikan masyarakat menjadi kelompok buruh dan majikan, kondisi semacam ini pada akhirnya melahirkan kelas buruh yang seringkali memunculkan konflik antara kelompok buruh atau

pun pergerakan yang menuntut adanya perbaikan situasi kerja, pekerja termasuk hak mereka.

Konsep klasifikasi kerja yang sedemikian sempit ini sama sekali tidak dalam Islam, konsep kerja yang diberikan Islam memiliki pengertian namun demikian jika menghendaki penyempitan pengertian (dengan tidak memasukkan kategori pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan ibadah dan aktivitas spiritual) maka pengertian kerja dapat ditarik pada garis tengah, sehingga mencakup seluruh jenis pekerjaan yang memperoleh keuntungan (upah), dalam pengertian ini tercakup pula para pegawai yang memperoleh gaji tetap dari pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga lainnya.

Pada hakikatnya, pengertian kerja semacam ini telah muncul secara jelas, praktek mu’amalah umat Islam sejak berabad-abad, dalam pengertian ini memperhatikan empat macam pekerja :

1. al-Hirafiyyin; mereka yang mempunyai lapangan kerja, seperti penjahit, tukang kayu, dan para pemilik restoran. Dewasa ini pengertiannya menjadi lebih luas, seperti mereka yang bekerja dalam jasa angkutan dan kuli. 2. al-Muwadzofin: mereka yang secara legal mendapatkan gaji tetap seperti

para pegawai dari suatu perusahaan dan pegawai negeri.

3. al-Kasbah: para pekerja yang menutupi kebutuhan makanan sehari-hari dengan cara jual beli seperti pedagang keliling.

4. al-Muzarri’un: para petani.

(9)

Pendapat atau kaidah hukum yang menyatakan : “Besar gaji disesuaikan dengan hasil kerja.” Pendapat atau kaidah tersebut menuntun kita dalam mengupah orang lain disesuaikan dengan porsi kerja yang dilakukan seseorang, sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak.

Ada bebeerapa hadits yang dapat menjadi rujukan mengenai sikap etos

Mu’min yang kuat itu lebih baik dari pada mu;min yang lemah dan dalam semua kebaikan terimalah yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan pada Allah, jangalah bermalas-malasan, ketika kamu mendapat sesuatu jangan berkata apabila saya begini maka begini dan begini tetapi katakanlah semua itu telah dipastikan oleh Allah dan sesuai dengan kehendak Allah dan ketidaksadaran akan hal itu akan membuka kreatifitas setan.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits /الفوائد من الحديث :

1. Mu’min yang kuat disini adalah yang giat bekerja tanpa pamrih dan hanya

semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya dengan niat karena Allah.

2. Mu’min yang lemah adalah mu;min yang hanya meminta-minta belas

kasihan orang lain.

(10)

4. Katakanlah bahwa semua itu datang dari Allah dan bukan usahamu sendiri.

Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah, dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baiknya sedekah itu adalah dari punggung orang kaya dan barang siapa yang minta dijaga maka Allah akan menjaganya dan barang siapa yang minta kaya maka Allah akan memberinya kecukupan.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits /الفوائد من الحديث :

1. Pemberi lebih baik dari pada penerima, maka dari itu orang dilarang meminta-minta walaupun itu sangat darurat. Namun budaya sekarang adalah orang suka meminta-minta.

2. Mulai sedekah dari orang yang ditanggungnya yaitu keluarga yang menjadi tanggungannya, yang wajib diberikan nafaqah kepadanya. Maka seseorang itu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

3. Sebaik-baik sedekah adalah dari punggungnya orang kaya. Maksudnya dari orang kaya apabila bersedekah hal itu menunjukkan kesyukurannya. 4. Apabila orang yang beriman dan minta untuk dijadikan kaya dan dia

(11)

يراخبلا حيحص

Kerja seseorang memikul kayu bakar dipunggungnya lebih baik dari pada ia meminta kepada seorang baik diberi atau tidak.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits /الفوائد من الحديث :

1. Islam tidak mengajarkan untuk meminta-minta, tapi islam mengajarkan agar manusia itu bekerja mencari rizki yang halal walaupun pekerjaan itu hina.

2. Hinanya pekerjaan tidak dipandang melalui jenis pekerjaan itu tetapi dipandang dari segi rizki yang dihasilkan.

C. Pengertian Kepedulian Sosial

Kepedulian sosial adalah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empat bagi setiap anggota komunitas manusia. Kepedulian sosial adalah kondisi alamiah spesies manusia dan perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama (Adler, 1927). Oleh karena itu, kepedulian sosial adalah minat atau keterikatan kita untuk membantu orang lain.

Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah keluarga, teman-teman dan lingkungan masyarakat tempat kita tumbuh. Karena merekalah kita mendapat nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang tertanam itulah yang nanti akan menjadi suara hati kita untuk selalu membantu

(12)

mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan permasalahan yang di hadapi orang lain dengan tujuan kebaikan dan perdamaian.

D. Kepedulian Sosial dalam Perspektif Islam

Dalam perspektif islam kepedulian sosial dapat di ambil dalam suatu contoh

perilaku tentang bagaimana memperhatikan orang lain yaitu dalam sebuah buku yang berjudul 8 pesan lukman Al-Hakim, Lukman Al-Hakim berkata: Ketahuilah anak-anakku.! di dunia ini sunnatullah (hukum yang dibuat Allah berlaku untuk menjadi kaidah dalam semesta). Diantara sunnatullah itu ada yang disebut “hukum tarik menarik”. Kebaikan akan menarik kebaikan yang sama, dan keburukan akan menarik keburukan yang sama. Maka jika kamu berbuat baik, berarti kamu menarik kebaikan dari luar masuk kedalam diri kamu, begitupun sebaliknya.

Islam adalah agama yang menghendaki kebaikan dalam dua aspek, pertama, aspek hablun minallah (hubungan vertical) yaitu hubungan antara hamba dengan tuhannya. Kedua, aspek hablun minannas (hubungan horizontal) yaitu hubungan antara hamba dengan hamba lainnya. Dengan demikian, islam menghendaki pemeluknya untuk berbuat kesalehan. Pertama, kesalehan ritual yaitu kesalehan seorang hamba dalam hubungan dengan tuhan atau dalam beribadah. Dan yang kedua, kesalehan sosial, yaitu kesalehan dalam hubungan dengan sesama manusia. Islam sangat menganjurkan untuk berbuat kebaikan terhadap sesama manusia, apalagi terhadap orang-orang yang betul-betul sangat membutuhkan.

Dalam setiap agama, peduli pada kesusahan orang lain adalah sebuah kewajiban. Apalagi dalam agama Islam diwajibkan untuk membantu saudara

(13)

pada jalan kebaikan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Saba ayat 39, berbunyi:

Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya”. (QS. Saba: 39)

Pada ayat ini Allah SWT menegaskan sekali lagi bahwa Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya bagi yang dikehendaki-Nya, dengan hikmah kebijaksanaa-Nya. Barang siapa yang disempitkan Allah SWT rezekinya janganlah terlalu bersedih hati, hendaklah ia menghadapinya dengan tabah dan sabar tetap berusaha serta tawakal siapa tahu dalam waktu yang tidak begitu lama Allah akan. memberinya kelapangan, dengan demikian akan hilanglah kesulitan dan kepahitan yang dideritanya. Allah SWT berfirman pada ayat lain:

Artinya: Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. QS. Al-Insyirah : 5-6)

Sebaliknya bagi seseorang diberi Allah SWT kelapangan dan harta kekayaan yang banyak janganlah takabur dan sombong dengan kekayaan itu. Hendaklah dia mempergunakan harta itu untuk hal-hal yang diridai Allah SWT dan janganlah ia sekali-kali bersifat kikir dengan harta itu sampai tidak mau menafkahkannya ke jalan yang bermanfaat untuk masyarakatnya, dan menghardik orang miskin yang meminta pertolongan kepadanya karena hal seperti itu sangat dibenci Allah SWT bahkan dianggapnya sebagai tindakan

mendustakan agama-Nya, sebagai tersebut dalam firman-Nya dalam QS. Al-Ma’uun ayat 1-3: Artinya:

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,

3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin

(14)

ganda kalau tidak di dunia ini di akhirat pasti ia akan menerima ganjaran sampai beratus-ratus kali lipat. Bagi Allah SWT menggantikan harta orang yang suka beramal dan berbuat baik adalah mudah, karena Dia sebaik-baiknya pemberi rezeki.

Rasulallah SAW bersabda:

ّم ّ لا :رخآا ْ قي .ا ف خ ا قفْ م طْعا ّم ّ لا امهادْح ْ قيف ََ ْ ي َا م َّ ابعلْا حبْيصّي ْ ّي ْنم ام ) ريره با نع م سم راخبلا ا ر( ا ف ع ا سْمم طْعا

Artinya: “Pada setiap pagi ada dua malaikat yang turun kepada hamba Allah, yang seorang berdoa. Ya Allah berikanlah kepada orang yang suka menafkahkan hartanya, ganti dari harta yang dinafkahkannya. Dan seorang lagi berdoa pula: Ya Allah timpakanlah kepada orang yang kikir dan tidak mau menafkahkannya kemusnahan harta itu. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

(15)

BAB III PENUTUP A. Simpulan

Islam mengajarkan bahwa kerja bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup diri atau keluarga. Kerja bertujuan untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Tuhan. Oleh sebab itu, hasil kerja berupa kepemilikan harta kekayaan,

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Al Mundziri,2008 Al Hafizh Zaki Al Din ‘Abd Al-‘Azhim; Ringkasan Shahih Muslim. Bandung: Mizan Pustaka

An-Nawawi, Al Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf; 1999.Riyadus Sholihin.

Jakarta: Pustaka Amani

Asnan Syafi’I Wagino, Menabur Mutiara Hikmah, Jakarta: Mizan

Bahreisi, Hussein, Hadits Shahih Al-Jamius Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya: Karya Utama

Efendi, Rustam. 2008. Produksi Dalam Islam. Yogyakarta: Magistra Insania Press.

Hasan, M. Tholchan. 2000. Dinamika Kehidupan Religius. Jakarta : Listafariska Putra.

Mahali, Ahmad Mudjab, 2004, .Hadist-hadist Muttafaq ‘alaih .Jakarta: Prenada Media.

Shihab, Quraish, 1998, Wawasan al-Qur’an, Jakarta: Mizan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hidupnya Hamzah selalu menjadi pendamping sekaligus pendukung dan pelindung Rasulullah saw hingga Allah mengizinkan kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke

Hasil desain yang diciptakan peneliti berupa bangunan Pusat Kebudayaan Batik yang dapat memenuhi kebutuhan warga dan para pengrajin batik untuk berjualan dan

Proses pengeringan terjadi dalam ruang pengering dengan mengalirkan udara bertemperatur tinggi yang keluar dari kolektor kepermukaan material yang akan dikeringkan (kulit

M.PH dengan penyakit hipertensi, tiga (3) masalah keperawatan yang berurutan sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yaitu nyeri akut, defisit pengetahuan dan

Bagi para pengguna dokumen yang "TIDAK TERKENDALI"  disarankan untuk senantiasa melakukan pengecekan terhadap dokumen "INDUK"  yang disimpan pada Petugas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi manajemen pemasaran Homyped di Ramayana Mall Kudus untuk mengetahui variabel yang

Saat ini, penggunaan pestisida botani semakin marak, misalnya biji dari tanaman jarak pagar yang diambil minyaknya (disebut dengan minyak biji jarak pagar/MBJP), dapat

Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Gulzar dan Wang (2011) yang menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris dan komite