• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Manajemen Produksi Akuakultur pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Manajemen Produksi Akuakultur pdf"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN PRODUKSI AKUAKULTUR

USAHA PEMBESARAN TERIPANG PASIR (

Holothuria scabra)

Oleh:

Ardana Kurniaji (C151140261)

Azhari Tarmizi (C151140091)

Anang Fajrin

(C151140101)

MAYOR ILMU AKUAKULTUR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akuakultur merupakan salah satu sektor produksi pangan yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi di dunia, mencapai 8,7% per tahun sejak tahun 1970 (FAO 2009). Akuakultur sendiri merupakan kegiatan menangkarkan atau memelihara organisme akuatik pada lingkungan terkontrol melalui penerapan teknologi-teknologi tertentu. Budidaya laut merupakan salah satu usaha perikanan dengan cara pengembangan sumber-dayanya dalam area terbatas baik di alam terbuka maupun tertutup (Bardach et al. 1972 ). Salah satu budidaya laut yang kini mulai dikembangkan adalah budidaya Teripang. Teripang merupakan hewan avertebrata yang termasuk dalam komoditas budidaya ekonomis penting. Hewan ini biasanya ditemukan hidup pada dasar substrat pasir maupun dalam lingkungan terumbu karang.

Di beberapa negara seperti di Australia (Zamora and Jeffs 2012), China (Erikson and Clarke 2015), India (Eriksoon et ai. 2015), Kanada (Palzat et al. 2008), Portugal dan Jerman (Godino et al. 2015) teripang atau timun laut merupakan komoditas unggulan yang terus dikembangkan baik teknologi budidayanya,

stocking hingga distribusi habitat masing-masing jenis teripang yang ada. Hal ini didasarkan pada alasan berbeda bahwa selain teripang memiliki kandungan protein tinggi juga merupakan organisme yang penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder) (Eriksoon et al. 2015). Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya teripang putih (Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang pandan (Theenota ananas) dan beberapa jenis teripang lainnya.

(3)

kurang diminati oleh konsumen dibandingkan dengan komoditas lain. Padahal menurut Rustam (2006) teripang memiliki 43,1% protein, 2,2% lemak, kadar air 27,1% dan kadar abu 27,6%. Berdasarkan komposisi nutriennya dan kandungan senyawa bioaktifnya, teripang seringkali dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan dan yang penting bagi kesehatan (Martoyo dan Winanto 2006; Roihanah et al. 2012; Kurnila et al. 2011; Pujiono 2007). Secara umum, jenis teripang H. scabra

banyak dipilih sebagai komoditas budidaya karena memiliki harga yang tinggi dari pada spesies lain, lebih toleran terhadap perubahan lingkungan serta dapat dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi. Teripang ini dipasarkan secara luas dan dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mengandung nutrien tinggi (Gultom 2004) dan sebagai bahan baku pembuat obat-obatan (Martoyo et al. 2002). Produksi teripang yang cenderung naik dari tahun ke tahun, mendorong sejumlah pembudidaya dari beberapa daerah mulai melirik peluang usaha ini. Menurut data KKP (2013), produksi teripang di Indonesia meningkat 41,01% sejak tahun 2008-2012, yakni dari 219 ton menjadi 475 ton dan pada tahun 2015 diperkirakan bisa mencapai 500 ton.

Tabel 1 Produksi Perikanan Budidaya Laut Menurut Jenis Ikan, 2008-2012

Jenis Ikan 2008 2009 2010 2011 2012 Kenaikan

(%)

Kerapu 4.268 7.848 7.657 8.091 8.786 23,93

Teripang 279 629 476 219 475 41,01

Kakap 707 2.399 2.311 2.129 2.828 33,21

Lobster 292 339 311 225 488 24,27

Bandeng 469 99 311 283 127 17,78

*Sat. Ton (sumber: KKP 2013)

(4)

Kegiatan budidaya teripang tergolong mudah jika dibandingkan dengan komoditas perairan laut lainnya. Oleh sebab itulah peluang budidaya teripang bagi pembudidaya terbuka lebar. Kelompok-kelompok usaha tani yang berfokus dalam produksi teripang sampai saat ini belum cukup untuk memenuhi permintaan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Disisi lain, pemahaman akan manajemen produksi yang tepat perlu menjadi perhatian utama dalam pengembangan usaha budidaya teripang, baik dalam tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan evaluasi, sehingga dapat mendorong pendapatan ekonomi yang maksimal.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam rangka meningkatkan produksi teripang nasional dan penyediaan suplai stok sepanjang tahun, maka perlu dilakukan budidaya teripang berbasis pen culture, dengan menggunakan 5 media berukuran 400m2, sehingga akan diproduki teripang dengan berat basah 7200 kg dengan siklus produksi 6 bulan dan manajemen stok yang sesuai. Oleh karena itu, ditulislah makalah ini untuk menyusun manajemen produksi pembesaran teripang pasir (H. scabra) dengan berdasarkan hasil wawancara dan informasi pendukung dari hasil diskusi serta literatur yang ada.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyusun manajemen produksi pembesaran teripang pasir (H. scabra) dengan berdasarkan hasil wawancara pembudidaya teripang di Kecamatan Pomala Kabupaten Kolaka dan informasi pendukung dari hasil diskusi serta literatur yang ada dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi. Manfaat yang dari penulisan makalah ini sebagai informasi dasar terkait manajemen produksi budidaya teripang yang dilakukan menggunakan

pen culture.

II. KEBIJAKAN STRATEGIS

Visi dan Misi Kegiatan Akuakultur Terpilih

(5)

mengembangkan komunikasi ke atas dan ke bawah, pemantauan kegiatan secara efektif, mekanisme penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan, sarana penanganan masalah, membantu memotivasi dan memberikan kepuasan kerja pada anggota, serta menyiapkan suksesi.

a. Visi

Menjadi perusahaan unggulan yang mampu bergerak dalam produksi teripang pasir pada tahun 2025.

b. Misi

1. Melakukan usaha pembesaran teripang pasir yang berkelanjutan 2. Membina kerjasama/bermitra dengan pembudidaya lokal

3. Meningkatkan nilai tambah produk melalui penanganan pasca panen

c. Tujuan

1. Produksi dengan menggunakan media pen culture

2. Meningkatkan kapasitas produksi dalam setiap 5 tahun

3. Membina nelayan penangkap benih teripang untuk mendapatkan benih berkualitas

4. Menerapkan teknologi pengeringan pascapanen dengan pengasapan

III. KEBIJAKAN PRODUKSI

Produksi Sebagai suatu Sistem

(6)

Gambar 1 Bagan tahapan produksi teripang pasir

1. Input Produksi

Input produksi meliputi 5 M (material, machine, method, man, money) serta penentuan rantai pasok, manajemen persediaan barang-barang yang diperlukan selama produksi berlangsung.

a. Material and Machine

Material merupakan alat dan bahan baik dalam bentuk invertasi maupun variable material yang digunakan untuk menjalankan proses produksi.

Lokasi Usaha

Usaha akan dilamksanakan di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang telah disurvei dan memenuhi persyaratan yakni lahan yang digunakan merupakan perairan umum yang dapat digunakan dibawah izin pemerintah dan sesuai dengan

Input

Proses

Benih Media Pakan Mesin

Pemberian pakan

Pengontrolan

Sampling

Material

Pemanenan Pengeringan

(7)

keterlindungan, parameter air, kedalaman air, aksebilitas dan topografi perairan yang dibutuhkan teripang (Rustam 2006).

1. Keterlindungan

Lokasi budidaya yang dipilih harus terlindung dari pengaruh arus, gelombang, maupun angin yang besar, karena hal tersebut bisa merusak sarana budidaya dan menyebabkan perubahan parameter air berfluktuasi. Lokasi yang terlindung dari pengaruh biasanya di daerah teluk atau yang berada disamping tanjung (Haris et al. 2011).

2. Kualitas Air

Lokasi budi daya yang dipilih sebaiknya mempunyai kisaran parameter air yang rata-rata optimal berdasarkan data fluktuasi dari hasil penelitian. Menurut Haris et al. (2011) parameter yang digunakan oleh pembudidaya di Kec. Pomala Kab. Kolaka adalah suhu air 24-30°C, kadar garam 29-32 ppt, pH air 6,5-8,5, oksigen terlarut 4-8 ppm, dan mempunyai gerakan air cukup (kecepatan arus 0,3-0,5 m/detik), kedalaman air 0,56-2 meter dan pasang surut 60-98 cm. Namun studi literatur menunjukkan suhu optimal untuk pertumbuhan teripang adalah 24-30oC (Murtoyo dan Winanto 2006), salinitas 32-35 (James et al. 1988 in Gultom 2004), kecerahan 50-150 (Murtoyo dan Winanto 2006), pH berkisar 7,0-8,5 (Effendi 2003), Oksigen terlarut 4,5-9,0 ppm (Dwindaru 2010) dan kecepatan arus 0,30 – 0,50 m/detik (Martoyo dan Winanto 2006).

3. Transportasi dan Komunikasi

(8)

4. Topogrfi

Budidaya teripang juga harus memperhatikan dasar perairan. Biasanya dasar perairan yang sesuai denga habitat teripang adalah landai, terdiri dari pasir dan pecahan-pecahan karang, berlumpur, dan banyak ditumbuhi lamun serta rumput laut. Karang, lamun, serta rumput laut ini selain berfungsi sebagai pelindung, juga berfungsi sebagai perangkap makanan untuk teripang. Menurut Azis (1997) teripang umumnya hidup berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang dan lamun pada zona intertidal sampai kedalaman 20 m dengan dasar berpasir halus dengan tanaman pelindung seperti lamun, terlindung dari hempasan ombak, dan perairan yang kaya akan detritus. Teripang juga hidup pasa pasir halus dan terlindung dari hempasan ombak. Disamping budidaya monokultur, system polikultur dan

Integrated Multi-Trophic Aquaculture bisa digunakan untuk budidaya teripang bersama dengan organisme lain dalam upaya meningkatkan hasil-hasil produksi perikanan (Yokoyama 2013).

5. Ketersediaan Benih

Ketersediaan benih dalam produksi teripang sangat penting dan harus terus ada (continue) selama masa produksi. Sumber benih teripang juga harus bersertifikat dan diketahui mampu menyediakan benih berkualitas baik, karena benih akan menjamin kelangsungan budidaya teripang. Oleh sebab itu, lokasi budidaya sebaiknya berdekatan dengan sumber benih atau lokasi yang dipilih merupakan daerah yang menyediaakan benih alami dan dapat ditangkap langsung. Terdapatnya benih alami di lokasi itu merupakan petunjuk bahwa lokasi itu cocok untuk tempat budidaya. Di samping itu, kualitas benih akan terjaga tidak mengalami stres karena penanganan dan pengangkutan dan tidak perlu lagi biaya untuk pengangkutan. Bibit yang digunakan pembudidaya teripang di Kab. Kolaka adalah benih berukuran 5-10 cm dengan jumlah yang ditebar 2.500-25.000 ekor per siklus dengan luas rata-rata areal produksi 11.200 m2 (Haris et al. 2011).

Persiapan Pen Culture

(9)

yang digunakan adalah pen culture yang menjadi faktor utama dalam pelaksanaan produksi. Metode pen culture adalah suatu usaha memelihara jenis hewan laut yang bersifat melata dengan cara memagari suatu areal perairan pantai seluas kemampuan atau seluas yang diinginkan sehingga seolah-olah terisolasi dari wilayah pantai lainnya. Bahan yang digunakan ialah jaring (super-net) dengan mata jaring sebesar 0,5 – 1 inci atau dapat juga dengan bahan bambu (kisi-kisi). Dengan metode ini maka lokasi/areal yang dipagari tersebut akan terhindar dari hewan-hewan pemangsa (predator) dan sebaliknya hewan-hewan laut yang dipelihara tidak dapat keluar dari areal yang telah dipagari tersebut. Pemasangan pagar untuk memelihara teripang, baik pagar bambu (kisi-kisi) ataupun jaring super net cukup setinggi 50 cm sampai 100 cm dari dasar perairan. Luas lokasi yang ideal pen culture ini antara 400-1.000 m2 (Epetani-DEPAN 2011).

Gambar 2 Contoh kontruksi Pen culture (KKP 2014)

(10)

kemudian dipasang pada lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. Pemasangan pen culture pada bagian dasar dibenamkan ke dalam substrat sedalam 50 – 100 cm dengan cara menggali. Hal ini dimaksudkan agar patok kayu kuat untuk menahan pasang-surut air. Substrat sisa penggalian dimasukkan ke dalam pen culture yang berfungsi sebagai substrat tempat berlindung teripang sebagaimana kebiasaannya di alam yang suka membenamkan diri dalam substrat. Untuk mengokohkan berdirinya pen culture, pada setiap 1 meter diikatkan pada kayu menggunakan tali nilon (7 mm) yang telah disiapkan sebelumnya dan setiap sudutnya diikatkan dengan kayu penopang yang besar. Sehingga jika ditotalkan kayu yang dibutuhkan adalah 80 batang kayu.

Pengadaan Benih

Benih teripang diperoleh dari sumber yang dekat dan mudah untuk diakses dengan kendaraan darat. Usaha yang dilakukan di Kec. Pomala, benihnya biasanya diperoleh dari penangkap yang khusus melakukan penangkapan teripang kemudian menjualnya kepada pembudidaya, namun ada juga sentra pembenihan yang terletak dekat dengan usaha pembesaran. Selain itu, pembudidaya juga biasanya dengan sengaja memijahkan teripang di dalam keramba tersendiri untuk penyediaan stok benih mereka. Teripang yang dijadikan induk ialah yang sudah dewasa dengan ukuran berat badan 300-500 g/ekor dengan kisaran panjang badan 20-25 cm. Setelah matang gonad, induk teripang akan memijah secara alami tanpa adanya rangsangan buatan. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari dimulai dengan induk jantan yang mengeluarkan sperma dan betina mengeluarkan telur. Proses pemijahan biasanya berlangsung antara 20-60 menit (Rustam 2006).

(11)

Benih alam yang berumur 2-3 bulan diperkirakan sudah dapat mencapai bobot 20–50 g/ekor, sehingga sudah layak untuk dibudidayakan pada pen culture.

Pada ukuran tersebut, benih teripang diperkirakan sudah mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan pembesaran. Padat penebaran pada pembesaran teripang harus didasarkan pada ukuran benih dan ketersediaan makanan dalam areal pembesaran. Biasanya benih teripang berukuran 30-50 gram/ekor dibudidayakan pada padat tebara 15 ekor/m2. Jika lokasi sumber benih jauh dan memerlukan pengakutan, maka terlebih dahulu bibit dimasukkan ke dalam kantong plastik 2 liter dan diisi dengan air dan pasir. Kepadatan setiap kantong dengan berat 30-50 gram perekor adalah 12-16 ekor/kantong.

Pengadaan Pakan

Pada lingkungan alaminya teripang memiliki makanan yang berasal dari pakan alami berupa plankton, detritus atau sisa-sisa bahan organik, dan sisa-sisa endapan di dasar laut. Namun demikian, teripang yang dibudidayakan sebaiknya diberi pakan tambahan untuk mempercepat pertumbuhan. Pakan yang digunakan untuk pembesaran teripang adalah pakan dari dedak dan kotoran ayam. Biasanya pakan diberikan dengan cara dicampur 1:1 dalam karung dan diberikan langsung ke media pembesaran (Rustam 2006). Pentingnya ketersediaan pakan secara berkelanjutn, maka pada budidaya teripang pakan bias dengan mudah diperoleh dari pasar dan peternak ayam.

b. Method

(12)

Padat Penebaran

Teripang merupakan hewan yang gerakannya lamban dan dapat hidup secara berkelompok. Sehingga upaya peningkatan produksi persatuan luas lahan dapat dilakukan dengan peningkatan padat penebaran. Padat penebaran untuk budi daya teripang ditentukan oleh ukuran benih. Benih dengan berat antara 30 - 40 g/ekor ditebarkan sebanyak 15 - 20 ekor/m2, sedangkan benih dengan berat antara 40 - 50 g/ekor padat penebarannya adalah 10 - 15 ekor/m2. Sehingga untuk satu unit lahan budi daya seluas 400 m2 diperlukan benih teripang sebanyak 8.000 ekor dengan berat 30 - 40 g/ekor dan panjang 5 - 7 cm/ekor. Sedangkan untuk benih dengan berat 40 - 50 g/ekor diperlukan sebanyak 4.000 - 6.000 ekor.

Pemberian Pakan

(13)

Gambar 4 Pemberian pakan tambahan

Kegiatan pembesaran dilakukan selama 6 bulan per siklus budidaya. Dengan target jika benih teripang yang ditebar adalah 20-30 gram per ekor, maka akan dipanen dengan berat 200 gram. Hal ini berdasarkan penelitian Hana (2011) teripang pasir pertumbuhannya 0,268-1,085% perhari dan menurut Yokoyama (2013) laju pertumbuhan spesifik teripang adalah 1,2-1,9%. Sehingga dapat mencapai ukuran 200-500 gram setiap 6 bulan. Untuk mengukur pertumbuhan teripang, maka dilakukan sampling setiap 2 bulan, sehingga akan diketahui pertambahan teripang berdassarkan pemberian pakan. Pemberian makanan tambahan sebaiknya dilakukan pada sore hari. Hal ini disesuaikan dengan sifat hidup atau kebiasaan hidup dari teripang. Pada waktu siang hari teripang tidak begitu aktif bila dibandingkan dengan pada malam hari, karena pada waktu siang hari ia akan membenamkan dirinya dibawah dasar pasir/karang pasir untuk beristirahat dan untuk menghindari/melindungi dirinya dari pemangsa/predator, sedangkan pada waktu malam hari ia akan lebih aktif mencari makanan, baik berupa plankton maupun sisa-sisa endapan karang yang berada didasar perairan tempat hidupnya. Menurut Panggabean (1987) teripang genus Holothuria sp. aktif makan sepanjang hari baik siang maupun malam.

(14)

Sehingga setiap 2 minggu jumlah pakan yang diberikan sebanyak 120 kg untuk satu areal pen culture berukuran 400 m2, atau sebanyak 8 karung goni berukuran 15 kg, dengan asumsi setiap 15 kg pakan dapat mencakup 50 m2 luasan areal pen culture. Sehingga total pakan yang dibutuhkan dalam satu siklus pembesaran teripang per

pen culture mencapai 1.800 kg atau sebanyak 120 karung goni, dimana setiap bulannya dibutuhkan 180 kg pakan. Untuk 5 pen culture maka total keseluruhan pakan yang digunakan persiklus adalah 7.200 kg, atau sebanyak 480 karung.

Sampling dan Pengontrolan Hama dan Penyakit

Untuk mengetahui peningkatan bobot teripang yang dibudidayakan, maka dilakukan sampling setiap dua minggu sekali. Melalui sampling juga akan diketahui kepadatan teripang dan menyesuaikannya dengan pakan yang akan diberikan. Untuk sampling dilakukan dengan menimbang dan menghitung bobot biomasa teripang yang diperoleh dalam setiap luasan 1 m2. Dalam satu petakan pen culture, sampling diambil minimal 5 tempat dan bisa ditambah menjadi 8 tempat. Sampling dilakukan pada pagi atau sore hari terutama saat air laut surut supaya pengambilan dan perhitungan teripang dapat dengan mudah dilakukan. Untuk pengontrolan dilakukan setiap hari guna mengamati serangan hama. Jika terdapat hama berupa kepiting atau lainnya, maka bias segera dikeluarkan dari dalam media budidaya.

Perawatan Pen Culture

Untuk memastikan media yang digunakan tetap dalam kondisi yang ideal, maka perlu dilakukan perawatan selama masa peneliharaan. Perawatan dapat dilakukan dengan membersihkan pen culture dan mengecek apakah terdapat kerusakan pada jaring atau pada patok yang digunakan. Hal ini dimaksudkan agar teripang yang dibudidayakan tidak keluar dari media ketika jaring yang digunakan rusak atau patok yang jatuh akibat pasang surut air.

c. Man (Karyawan/Tenaga Kerja)

(15)

administrasi perusahaan dan transportasi/keamanan, bidang keuangan dan pemasaran membawahi bagian pengelolaan hasil pacapanen dan pada bidang produksi membawahi tenaga kerja bagian pengadaan & pengontrolan stok, pengontrolan kualitas air dan pen culture & sampling serta penebaran benih dan pemberian pakan. Sehingga jumlah seluruh tenaga kerja 10 orang. Bagian umum berfungsi pada bagian administrasi perusahaan berupa perizinan dan transaksi lainnya, transportasi dan keamanan. Bagian keuangan dan pemasaran berfungsi dalam megatur keuangan perusahaan dan pemasaran prodak berupa pengolahan teripang mulai dari pencucian atau pembersihan teripang, perebusan, pembedahan hingga pengasapan dan pengemasan produk serta distribusi. Bagian produksi bertanggung jawab untuk melakukan proses produksi sesuai dengan target usaha, mulai dari awal pemeliharaan sampai dengan panen termasuk dalam hal pemberian pakan.

Gambar 5 Struktur Organisasi Dalam Usaha Pembesaran Teripang

Unit kerja tersebut memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan terhadap unit kerjanya masing-masing terkait dengan fungsi masing-masing unit serta sumberdaya manusianya. Dengan demikian, untuk tugas dan fungsi masing-masing unit tersebut, dianggap perlu adanya Job Description masing-masing, sehingga semua prangkat kegiatan dapat terkontrol dengan baik.

Manajer

Kepala Bidang Umum Kepala Bidang

Pascapanen Kepala Bidang Produksi

Pengadaan & pengontrolan Stok

Proses Pembesaran

Pengumpulan bahan baku

Administrasi

(16)

Manager Produksi

Tugas :

 Memimpin usaha pembesaran dalam mencapai misi, visi dan strategi usaha .

 Menentukan strategi, program dan mengorganisasikan sumber daya manusia.

 Mengkordinasikan, mengarahkan, memantau, meninjau, dan mengevaluasi semua kegiatan

 Memperluas strategi pasar; dari segi harga, produk, tempat dan promosi, yang kesemuanya ditujukan untuk kelancaran pemasaran produk.

 Melakukan pengembangan dan perluasan unit usaha budidaya teripang Wewenang :

 Memberikan perintah, arahan dan evaluasi kepada bawahan

 Mengambil keputusan atau kebijakan untuk perusahaan

 Meminta laporan atau pertanggungg jawaban dari bawahan

 Memberikan penghargaan ataupun penindakan terhadap bawahan Tanggung Jawab :

 Kelancaran kegiatan usaha budidaya teripang pasir dan tercapainya target produksi serta produk dapat menembus pasar

Bagian Administrasi

Tugas:

1. Melaksanakan perintah pimpinan yang berkaitan dengan administrasi, transportasi dan keamanan dalam perusahaan

2. Melaksanakan pengelolaan dan pengumpulan pencatatan (record keeping) dalam semua kegiatan perusahaan

3. Melakukan kegiatan arsiparis barang Wewenang:

1. Mengatur proses administrasi perusahaan dan inventrisasi barang 2. Mengendalikan keamanan perusahaan dan lokasi

Tanggung Jawab :

(17)

Bagian Keuangan dan Pemasaran

Tugas

1. Mengelola keluar masuknya uang dalam perusahaan 2. Mengatur interaksi konsumen dan suplai produk

Wewenang:

1. Menentukan langkah untuk pengelolaan dalam menentukan prioritas dalam pengeluaran uang.

Tanggung Jawab :

2. Bertanggung jawab kepada pimpinan tentang keuangan dan pemasaran.

Bagian Produksi (Penyediaan Stok)

 Mengatur persediaan stok terutama benih dan pakan

 Melakukan penyeleksian benih yang unggul dan pakan yang berkualitas

Bagian Produksi (Proses Pembesaran)

 Mengoperasikan budidaya teripang (penebaran benih dan pemberian pakan)

 Ikut menjaga keamanan selama berlangsungnya pemeliharaan

 Bertanggung jawab terhadap pen culture yang dikelolanya

 Bertanggung jawab ke manager produksi

Bagian Penanganan Pascapanen

 Mengumpulkan bahan baku teripang basah yang telah dipanen

 Melakukan pengeringan teripang dengan pengasapan

(18)

Tabel 2 kebutuhan input produksi

Item Produksi bahan baku

(Budidaya Teripang)

Mesin Perahu Pengasapan

Metode

Money Rp. 605.320.000 Rp. 442.008.000

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Agar semua proses kegiatan pembesaran teripang berjalan dengan baik maka dibutuhkan standar operasional prosedur yang bisa digunakan sebagai pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja berdasarkan indikator-indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja sesuai dengan visi misi perusahaan.

Standar operasional prosedur merupakan satu set pedoman dalam suatu organisasi yang menjelaskan prosedur kegiatan rutin. SOP sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, sehingga pekerjaan dapat terukur. SOP adalah prosedur-prosedur standard yang mendefinisikan bagaimana proses berbagai tanggung jawab dari unit terkait yang relevan dengan investigasi mutu layanan.

(19)

efisien dan ekonomis pada seluruh proses dalam penyelenggaraan kegiatan pembesaran teripang pasir. Untuk mewujudkan tenaga kerja yang memenuhi krtiteria tersebut maka dibutuhkan tahapan-tahapan yang harus dilalui seperti proses seleksi tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, pemberian gaji intensif. Suatu organisasi baik bisnis maupun non bisnis tidak akan dapat beroperasi tanpa adanya faktor sumber daya manusia. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang berkaitan dengan sumber daya manusia, sehingga dapat menentukan bakat dan keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan operasional yang tersedia dalam organisasi. Dibutuhkan cara dalam pengelolaan dan perancangan tenaga kerja yang tepat guna, sehingga orang-orang tersebut (tenaga kerja) bisa efektif dan efisien. Agar tenaga kerja dapat bekerja dengan efektif dan efisien dalam usaha pembesaran teripang, maka yang pertama tenaga kerja itu harus:

1. Dimanfaatkan secara efisien dalam lingkup operasional yang ada.

2. Memiliki mutu kehidupan kerja yang baik dalam suasana yang saling terkait dan saling percaya.

Dengan mempertimbangkan batasan-batasan tersebut diatas, maka akan dapat dibuat tiga keputusan dalam strategi ketenagakerjaan, yaitu :

1. Perencanaan Tenaga Kerja 2. Desain Pekerjaan

3. Standar Tenaga Kerja

a. Perencanaan Tenaga Kerja

Peranan tenaga kerja sangat menentukan di dalam keberhasilan pembesaran teripang, sehingga diperlukan perencanaan sumber daya manusia yang baik dan akurat. Perencanaan sumber daya manusia dibuat untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang menyangkut antara lain kebijakan-kebijakan kestabilan tenaga kerja dalam usahanya meningkatkan produk teripang yang unggul dan berkualitas. Kestabilan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah karyawan yang dipertahankan dalam pembesaran teripang.

- Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Karyawan

(20)

terganggu, disertai makin tinggi biaya untuk rekrutmen dan pelatihan bagi karyawan-karyawan baru. Mengantisipasi stabilitas karyawan, sangat perlu diketahui kebutuhan tenaga dan memperhitungkan;

1. Pembayaran tenaga kerja 2. Asuransi tenaga kerja

3. Besarnya premi upah yang merupakan ukuran bagi tenaga kerja dapat meningkatkan kinerja yang merupakan variable cost.

- Penjadwalan Kerja (Work Schedulling)

Penjadwalan kerja dalam kegiatan pembesaran teripang ini adalah full time dengan system rolling. Sebanyak 5 tenaga kerja mengambil Half Day Work dengan status part time (pekerjaan dan tugas sesuai kesepakatan pihak manager dan pekerja). Dari system kerja part time ini bahwa sebanyak 3 tenaga kerja bekerja pada pagi-sore hari dan 2 pekerja lainnya mengambil part time pada malam hari. Setiap pekerja mengambil tugas masing-masing dalam kordinasinya dalam unit kerja seperti pemberian pakan, pengontrolan penculture dan pengontrolan hama dan penyakit, penyediaan pakan teripang, penyortiran juvenile teripang, pengadaan benih. Kordinasi setiap tugas kerja langsung dari atasan (manager) sesuai dengan kebutuhan pekerjaan pada tiap-tiap waktunya. Sehingga dengan harapan satuan tugas dan fungsi dapat tercapai dengan baik untuk mencapai hasil produk yang memuaskan.

- Peraturan Kerja dan Klasifikasi Kerja

(21)

aturan kerja sehingga tenaga kerja yang diangkat dapat menyadari setiap aturan yang sudah tertulis jelas dalam aturan kerja.

b. Desain pekerjaan atau desain penugasan

Desain pekerjaan atau desain penugasan merupakan sebuah pendekatan yang menentukan tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi tenaga kerja. Desain pekerjaan atau desain penugasan dapat diartikan juga sebagai suatu pendekatan tugas secara spesifik, yang ditetapkan menjadi suatu uraian tugas (deskripsi) di antara pekerja pada perusahaan ini.

- Spesialiasi Tenaga Kerja

Spesialisasi tenaga kerja merupakan pembagian tugas secara khusus atau special, yang dapat dilakukan dengan mengembangkan keterampilan karyawan, mengurangi kerugian waktu sebagai akibat keengganan karyawan untuk melakukan peralihan tugas, serta pelatihan untuk menggunakan peralatan secara special atau khusus. Dalam usaha pembesaran teripang ini, semua pekerja bekerja sama dalam menjalankan tugasnya. Spesifikasi tugas diberikan secara bergiliran untuk menghadirkan semngat kerja pada setipa tenaga kerja minsalnya dalam pemberian pakan, pengadaan pakan dan pengontrolan penculture.

- Pengembangan Tugas/Pekerjaan

Pengembangan tugas tenaga kerja dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas kerja sehingga menungjang kegiatan produksi pembesaran tripang pasir. Adapun pengembangan tugas atau pekerjaan dilakukanj dengan cara memperluas tugas karyawan (job enlargement), melakukan mutasi tugas karyawan (job rotation), memperkaya tugas karyawan (job enrichment), disertai dengan pemberdayaan karyawan (employee empowerment).

(22)

memperkaya tugas karyawan dengan cara tertentu di dalam tugas yang sama. Tujuannya adalah meningkatlan kepuasan kerja dan rasa percaya diri bagi karyawan, serta dapat menciptakan efisiensi bagi perusahaan, artinya apabila tugas-tugas yang ada dapat diselesaikan karyawan tersebut maka tidak diperlukan penambahan karyawan untuk melakukannya.

Pemberdayaan pekerja (employee empowerment), merupakan proses pendelegasian wewenang bagi karyawan dari atasan (manajer atau supervisor) untuk mempersiapkan kerjanya. Pemberdayaan karyawan merupakan fungsi atasan, seperti supervise dan pengarahan, serta motivasi bagi karyawan. Kepercayaan diri di dalam kelompok (self- directed teams) merupakan proses pemberdayaan karyawan untuk dapat bekerja sama di dalam kelompok, di dalam kesatuan target. Pemberdayaan pekerja pada pembesaran teripang ini dilakukan seperti pemberian pelatihan mengenai teknik pembesaran tripang yang baik guna memperluas pengetahuan tentang peningkatan pengetahuan baru mengenai pembesaran tripang.

- Metode Analisis dan Studi Kerja

Di dalam menjalankan tugas karyawan, apakah pelaksanaan tugas dapat menciptakan produktivitas kerja atau tidak, maka perlu diadakan analisis dan studi kerja untuk mengetahui setiap permasalahan yang ada di dalam pelaksanaan tugas karyawan, di samping untuk pengembangan prosedur dan keamanan kerja, juga untuk meningkatkan kualitas kerja karyawan. Hal yang dipakai sebagai parameter keberhasilan pekerja pada pembesaran tripang ini adlah dengan mengetahui nilai yang diproleh pada hasil panen sebelumnya. Perbandingan panen yang terlihat dapat dijadikan parameter untuk mengetahui kelayakan pekerjaan dari setiap karyawan. Sehingga dengan hasil yang diproleh dapat kita jadikan bahan evaluasi terhadap tugas pekerja dan mendesain pekerjaan yang lebih baik jika terdapat kekurangan yang ditemukan maka harus segera diperbaiaki.

c. Visualisasi Tempat Kerja

(23)

dilakukan umpamanya di dalam penggunaan peralatan operasional, gambaran tingkat persdiaan, gambaran cek-time untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, gambaran informasi kebutuhan persediaan setiap hari, gambaran monitor peralatan dan mesin yang memerlukan bantuan karyawan, serta gambar prosedur kerja operasional yang secara spesifik di tempat kerja.

d. Standar Tenaga Kerja (Labor Standards)

Standar tenaga kerja digunakan untuk tujuan:

1. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam pekerjaan karyawan, serta pemanfaatan fasilitas operasional.

2. Untuk membuat forcasting, perencanaan, dan pengawasan.

Kedua tujuan standar tenaga kerja tersebut merupakan dasar untuk membuat keputusan operasional.

e. Pengalaman Masa Lalu (Work Sampling)

Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lalu yaitu berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Cara ini memiliki kelebihan karena relatif murah dan mudah didapatkan. Standar seperti ini lazimnya didapatkan datanya dari kartu waktu atau dari data produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak objektif dan tidak dapat diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak, dan apakah kejadian yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu penggunaan teknik ini tidak dianjurkan, maka tiga cara yang lain adalah yang dianjurkan.

Kepemimpinan

Kegiatan kepemimpinan adalah melakukan pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok. Kepemimpinan memiliki tiga implikasi yang penting yaitu pertama kepemimpinan melibatkan orang lain yaitu bawahan atau pengikut, kedua kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama antara pemimpin dan anggota kelompok, ketiga kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan dalam mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara.

(24)

1. Karakter,pimpinan harus memiliki karakter yang kuat berpendirian mantap sehingga dapat mengambil kebijakan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya, meskipun bawahan ataupun orang sekitarnya memberikan masukan-masukan namun keputusan yang tepat harus diambil berdasarkan perhitungan yang telah ia lakukan.

2. Keteladanan, pimpinan harus memberi keteladanan dalam hal kedisiplinan, ketegasan, kebersihan, kerapian dan keramah-tamahan.

3. Pengawasan melekat, pimpinan memberikan tugas, wewenang dan pengawasan yang jelas terarah dan terukur sehingga dapat menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan dengan baik.

4. Tidak otoriter, dapat menerima saran dan kritik dari bawahan atau pihak lain yang berkompeten.

5. Bijaksana dan proporsional,pengambilan keputusan didasarkan pada kepatuhan dan kepatutan terhadap perusahaan dan azas-azas kemnusiaan.

6. Melakukan pertemuan-pertemuan atau rapat kepada bawahan, baik pertemuan harian (apel pagi), pertemuan mingguan dan bulanan.

7. Melakukan pelatihan bagi tenaga kerja yang belum mengetahui secara rinci tugas-tuganya

Motivasi

Motivasi dibutuhkan untuk mendorong semangat kerja bawahannya akan masa depan usaha pembesaran teripang yang akan dikembangkannya. Tujuan pimpinan usaha untuk memberikan motivasi terhadap bawahannya adalah bawahannya mau bekerja dengan semangat, tidak merasa terpaksa, mau bekerjasama dalam tim, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya. Beberapa indikator bawahan yang telah termotivasi adalah bawahan semangat dalam bekerja, datang tepat waktu, kompak dalam timnya, mengerjakan semua kerja dengan sungguh-sungguh dan akan merasa bangga jika ia telah berhasil melakukan pemeliharaan dengan panen yang tinggi tingkat kelangsungan hidupnya (SR) dan FCR yang kecil.

(25)

terbaik. Karena setiap pekerja pada usaha ini mempunyai beban dan tanggung jawab yang berbeda, maka gaji yang diberikan pun tidak sama yaitu sebesar 2.000.000,00 untuk manajer produksi, 1.500.000,00 untuk bagian Administrasi dan Keuangan, dan 1.200.000,00 untuk teknisi pembesaran. Pada saat musim panen tiba dan hasil yang dipanen memuaskan maka untuk memotivasi pekerja, pimpinan memberikan bonus kepada pekerja-pekerjanya.

Komunikasi

Komunikasi dalam kegiatan usaha sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Komunikasi harus efektif antara pimpinan dan bawahan, bawahan ke pimpinan dan antar bawahan. Fungsi dari komunikasi ini mempengaruhi antara lain dalam kegiatan penyampaian strategi, tujuan, petunjuk, kebijakan organisasi dan umpan baliknya atau sebaliknya dari bawah ke atas; menginformasikan permasalahan, hasil yang telah dicapai, saran, pertanyaan, kebutuhan ataupun antar rekan kerja; mengkoordinasikan permasalahan, kebutuhan, saran dan umpan balik. Bentuk komunikasi yang dilakukan pimpinan usaha pembesaran ikan ini adalah:

1. Komunikasi langsung, yaitu pesan disampaikan secara langsung oleh pimpinan kepada bawahannya (terjadi secara langsung) dilakukan pada rapat rutin bulanan untuk menyampaikan tugas dan pekerjaan yang harus dikerjakan. Penyampaian dilakukan oleh pimpinan kepada semua bawahan.

2. Komunikasi dua arah, yaitu pembicaraan secara langsung antara pimpinan dengan bawahan dan rekan kerja lain, untuk membicarakan keberadaan usaha yang telah dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan (terjadi timbal balik).

Keterampilan Interpersonal

Keterampilan interpesonal adalah keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan kehidupan yang berhasil. Keterampilan tersebut dapat dibagi menjadi 6 area utama, yaitu : tentang diri, keluarga, pekerjaan, komunitas, waktu senggang (leisure) dan spiritualitas. Berikut ini beberapa keterampilan (skills) yang dikategorikan oleh UNICEF sebagai communication dan interpersonal skills.

(26)

stess, memberikan pengaruh, memecahkan konflik, bisa melakukan negosiasi, dan bijaksana ketika berinteraksi dengan pihak luar usaha seperti pihak yang akan memberikan pinjaman untuk pengembangan usaha, pesaing usaha sama lainnya, bawahannya, SDM tingkat tinggi dan rendah maupun laporan langsung bawahannya. Pimpinan pun dapat mengatasi berbagai permasalahan dari internal maupun eksternal dalam usaha.

Aplikasi untuk pengembangan keterampilan interpersonal yang akan dilakukan adalah dengan mengikutsertakan personal pada pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar yang berkaitan dengan pengembangan diri dan membeli buku-buku bacaan yang berisi tentang peningkatan atau pengembangan kemampuan interpersonal.

Dinamika kelompok

Dinamika Kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika kelompok hubungannya dengan produktivitas dapat diklasifikasi dari keterpaduan kelompok dan norma pelaksanaan kerja.

Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain: membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup, memudahkan segala pekerjaan, mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efesian serta menciptakan iklim demokratis.

Inovasi dan Perubahan

(27)

untuk melaksanakan perubahan baik dalam bentuk perencanaan, organisasi dan pergerakan kegiatan usaha pembesaran teripang. Adapun bentuk standar operasional tenaga kerja terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Standar Operasional Tenaga Kerja

(28)

d. Money (Modal)

Modal merupakan hal yang penting dalam menjalankan sebuah usaha. Modal dibutuhkan dalam memenuhi biaya operasional, pengadaan barang dan berbagai keperluan yang memerlukan anggaran. Modal biasanya berasal dari modal pribadi, perusahaan lain dan bank atau lembaga simpan pinjam lainnya. Modal yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya teripang ini adalah modal pribadi yang selanjutnya berasal dri modal saham, laba ditahan dan cadangan yang tersimpan. Jika dalam menjalankan produksi ditemukan ketidakcukupan modal pribadi (deficit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan usaha yang berasal dari luar yakni hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan anggaran, perusahaan harus dapat memiliki alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan ini akan menjadi efisien apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Modal yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya teripang ini adalah sebesar Rp 332.613.082,-.

e. Rantai Pasok

(29)

maka rantai pasok akan memberikan dampak positif bagi perkembangan usaha berupa kepuasan pelanggan, peningkatan pendapatan dan laba, menurunkan biaya, pemanfaatan asset semakin tinggi dan akan berujung pada peningkatan skala usaha yang semakin besar.

Gambar 6 Rantai Pasok Teripang Pasir

f. Manajemen Persediaan

Dalam memenuhi kebutuhan pasar akan teripang maka dilakukan dengan cara pembesaran dengan menggunakan sistem pen culture selama masa pemeliharaan 6 bulan. Pembesaran teripang dilakukan di Kecamatan Pomala, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara ini. Benih yang digunakan pada kegiatan usaha budidaya pembesaran teripang ini didapatkan dari nelayan pengumpul di sekitar peraiaran Kab. Kolaka, untuk kemudian diadaptasi lalu kemudian dibesarkan dalam pen culture. Benih teripang sebelum di tebar dalam pen culture dilakukan seleksi

Pengepul Suplier Dedak Peternak Ayam Suplier Bahan

Benih Pakan Wadah

Proses Pembesaran

Teripang hidup Penyedia Kayu

Bakar

Pengeringan

Teripang Kering

(30)

keseragaman benih sebelum dilakukan penebaran. Pengumpulan benih dari nelayan dilakukan dua minggu sebelum penebaran. Apabila jumlah benih yang dibutuhkan kurang dari kuota maka benih didatangkan dari daerah di regional Sulawesi Tenggara. Untuk benih yang berasal dari luar Kab. Kolaka, teknik pengangkutan benih teripang yang dilakukan adalah dengan memasukkan teripang pada kantong plastik ukuran 3 liter dengan media air dan pasir. Sebelumnya kantong plastik digelembungkan untuk melihat apakah kantong tersebut bocor atau tidak (Rustam 2006).

Dalam pemeliharaan pembesaran teripang, pakan yang digunakan adalah pakan yang bersumber dari daun lamun yang ditumbuk dan ulva. Pemberian pakan tambahan dari bahan baku berupa dedak yang dibeli langsung dari toko-toko pertanian, sedangkan untuk kotoran ayam dibeli pada rumah usaha pembesaran ayam. Bahan baku pakan disuplai setiap satu bulan sekali untuk mencegah rusaknya bahan baku pakan tersebut. Apabila bahan baku pakan sulit untuk didapatkan, dapat didatangkan dari daerah lain sehingga ketersediaannya dapat kontinyu.

3. Proses Pembesaran

a. Skala Produksi

(31)

b. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Untuk meningkatkan kapasitas produksi maka harus melihat kebutuhan pasar pada masa mendatang terhadap suatu produk. Dalam menigkatkan kapasitas produksi maka diperlukan suatu rencana untuk mengembangkan produksi, karena hal tersebut merupakan sesuatu yang harus dilakukan agar dapat mencapai suatu keuntungan maksimal di masa mendatang (Suparjo dan Prabowo 2012). Dalam budidaya teripang, kapasitas produksi bisa mencapai 7.200 kg berat basah per siklus. Dari luas pen culture 20x20 meter sebanyak 5 buah pen culture, dengan asumsi pemanenan 200-250 gram persiklus (6 bulan) dan tingkat kelangungan hidup 90%, maka setiap pen culture

bisa memproduksi 1.440 kg/400 m2 berat basah atau 144 kg berat kering.

Upaya peningkatan kapasitas produksi bisa dilakukan dengan menganalisa kebutuhan pasar dimasa mendatang, dimana menurut data KKP (2011) permintaan teripang terus meningkat, namun produksi hanya mencapai 20.000 ton pertahun. Dengan rencana pengembangan tersebut, diharapkan bisa meningkat dari 7.200 kg per siklus menjadi 14.400 kg per siklus, dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan per siklus, bobot rata-rata teripang 200 gr/ekor.

c. Jadwal Produksi

Jadwal produksi diperlukan untuk mengetahui jenis tahapan demi tahapn yang akan dikerjakan. Jadwal produksi pada budidaya teripang ini dibuat per siklus 6 bulan untuk memudahkan proses pengontrolan dan mendetailkan target kegiatan (Lampiran 1).

d. Pola Tanam dan Panen

(32)

persiklus, maka dalam satu pen culture dapat dilakukan pemanenan 1 kali/bulan setelah 6 bulan siklus pertama, dan nantinya akan diperoleh hasil produksi setiap 1 bulan secara bergantian per pen culture (Lampiran 2).

Proses pemanenan dilakukan dengan panen total. Panen total yakni pemnanenan yang dilakukan dengan memanen semua teripang, pemanenan dapat dilakukan setelah ukuran teripang berkisar antara 4 – 6 ekor per kg (market size). Untuk mencapai ukuran tersebut biasanya teripang dipelihara selama 6 bulan, dengan survival rate yang dicapai kurang lebih 80-90% dari total penebaran awal. Panen dilakukan pada pagi hari sewaktu air sedang surut dan sebelum teripang membenamkan diri. Panen dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecekan pada air pasang, karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.

e. Manajemen Stok

Manejemen stok ditujukan untuk mengatur persiapan benih sebelum penebaran, sehingga keselurhan produksi dapat berlangsung sesuai yang direncanakan. Pengadaan stok dilakukan seminggu pada bulan sebelum dilakukannya penebaran, aktifitas pengadaan terdiri dari pemesanan, pembelian, pengangkutan dan aklimatisasi. Pengadaan stok pada penculture 1 (P1) dilakukan sebelum bulan pertama, penculture 2 (P2) sebelum bulan kedua dan seterusnya hingga penculture 5 (P5). Jumlah penebaran adalah 8.000 ekor/media (400 m2), ukuran 30-50 gram, dengan lama pemeliharaan 6 bulan dan SR 90%. Pemanenan dilakukan setelah cukup 6 bulan setiap penculture, sehingga pemanenan dapat dilakukan setiap bulan. Panen akan diperoleh 1.440 kg berat basah teripang/penculture/siklus (Lampiran 3).

3. Output

a. Nilai Tambah

(33)

pengelolaan pascapanen. Pengelolaan teripang pascapanen dilakukan dengan pembuatan teripang kering dengan pengasapan.

Gambar 7 Hasil Pengolahan teripang pascapanen

Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengolahan teripang hingga siap untuk dipasarkan menurut Rustam (2006) adalah sebagai berikut:

 Teripang hasil panen dicuci terlebih dahulu dengan air bersih, kemudian direndam dengan air campuran daun pepaya selama kurang lebih 15 menit. Rendaman ini dimaksudkan untuk melarutkan zat kapur pada bagian kulit luar teripang.

 Teripang yang sudah di rendam dengan air campuran daun pepaya dibersihkan dengan cara mengelupas kulit bagian luarnya (zat kapur).

 Selanjutnya teripang direbus sampai mendidih selama 1 jam, lalu didinginkan sambil ditiriskan airnya.

 Setelah dingin, teripang dibelah pada bagian abdomennya untuk mengeluarkan isi perutnya. Pada saat pembedahan diusahakan agar tidak banyak melukai otot-otot bagian tubuh teripang.

 Setelah isi perut dikeluarkan, maka teripang siap untuk dipanggang dengan cara pengasapan hingga kering.

(34)

 Teripang yang sudah diikat siap untuk dipacking dan proses pengemasannya perlu diperhatikan beberapa hal seperti bahan pengukus harus bersih, kering dan tidak mudah sobek

Penyimpanan produk hasil olahan teripang sebaiknya ditempatkan pada tempat yang betul-betul kering dan tidak lembab. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari rusaknya atau penurunan mutu dari teripang olahan tersebut. Kualitas produk olahan teripang yang kurang baik akan mempengaruhi harga pada tingkat kolektor atau eksportir. Selain pengelolaan menjadi teripang kering, teripang juga bias diolah menjadi makanan jadi baik kerupuk teripang, bakso teripang dan beberapa jenis makanan lainnya yang dapat meningkatkan harga jual.

b. Distribusi dan Pemasaran

Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen, sewaktu dan dimana produk tersebut diperlukan. Distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran, distribusi juga dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Distribusi teripang dapat dilakukan langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, konsumen bisa mengakses penjualan teripang di lokasi budidaya dan melakukan pemesanan (ordering). Sedangkan proses ditribusi tidak langsung dapat dilakukan melalui perantara kolektor atau pengepul, yang selanjutnya bias dijual atau disampaikan ke pasar dalam negeri maupun ekspor.

Produksi Sebagai Fungsi Organisasi

1. Produktivitas

(35)

suatu industri dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output atau input yang digunakan sebagai dasar pengukurannya. Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu:

a. Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (size), panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja.

b. Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya (Ravianto 1986).

Dalam budidaya teripang produktivitas dapat ditingkatkan dengan memaksimlkan output dan meminimalkan input melaui peningkatan produksi dengan sumberdaya yang sama, produksi yang sama namun menggunakan sumberdaya yang kuran atau dengan produksi yang besar dengan sedikit penambahan sumberdaya. Jika dibandingkan antara peneluaran dan pendapatan, maka diketahui bahwa pada kegiatan budidaya teripang ini produktivitas 4,5. Manfaat dari diketahuinya nilai produktivitas secara organisasi yakni perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumberdaya aggar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumberdaya. Selain itu perencanaan sumberdaya akan lebih efektif dan efisien, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun panjang. Penggunaan produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecendrungan perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Efisiensi

(36)

juga dapat dilihat sebagai produktifitas yaitu perbandingan antara output dan input (Risandewi 2013).

Menurut Mardiasmo (2009) dalam Risandewi (2013) efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Pada kegiatan budidaya teripang ini, indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumberdaya oleh biaya variable dan biaya tetap. Selain itu juga ditinjau dari sumberdaya suatu unit organisasi (misalnya: staf, upah, biaya administratif) dan keluaran yang dihasilkan. Indikator tersebut memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (yaitu: efisiensi dari proses internal).

3. Maksimasi Output dan Minimalisasi Input

Konsep efisiensi dapat dilihat melalui 2 hal, yaitu konsep minimisasi input dan konsep maksimisasi output. Dalam konsep minimisasi input, yang menjadi tujuan adalah anggaran/belanja yang minimum, sedangkan fungsi kendalanya adalah output/utility. Sementara itu, dalam konsep maksimisasi output yang menjadi tujuan adalah output/utility yang maksimum sedangkan fungsi kendalanya adalah anggaran atau belanja (Nicholson 1995). Dalam budidaya teripang, minimalisasi input dapat dilakukan dengan meningkatkan SR benih, SGR teripang dan efisiensi pakan. Sedangkan pada pascapanen minimalisasi input dilakukan dengan pemilihan kayu bakat yang lama pakai dan meningkatkan FCR (Gambar 7).

Gambar 8 Kerangka proses minimalisasi input Pembesaran:

-Survival Rate -SGR

-Efisiensi Pakan

Usaha budidaya

Teripang Produktivitas

-Keuntungan -Skala usaha -Efisiensi

(37)

IV. KEBIJAKAN PENGENDALIAN

Pengendalian Preventif

Pengendalian preventif dilakukan sebelum terjadinya produksi untuk mencegah terjadinya kerugian saat produksi. Pencegahan preventif diperlukan pada saat proses perencanaan awal melalui pembentukan asumi-asumsi kerja dan prediksi solutif pada permasalahan yang diduga muncul dalam proses produksi.

 Mempelajari kondisi lokasi yang akan digunakan dalam produksi secara fisika, kimia, dan biologinya.

 Pencegahan kerusakan media dengan mempersiapkan stok atau cadangan dari bagian-bagian pen culture, karena seringkali hempasan ombak, hama dan factor lain merusak kondisi media.

 Menjamin ketersediaan benih dan pakan secara kintinyu, agar kegiatan produksi dapat secara berkelanjutan dilakukan.

 Merekrut tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja untuk memudahkan peningkatan kinerja.

 Melakukan sosialisasi bersama masyarakat seputar kehadiran lokasi budidaya, agar tidak terjadi benturan kepentingan utamanya dari sesame pembudidaya.

 Membangun jaringan pasar yang siap menerima hasil produksi, agar sewaktu-waktu jika produksi lebih awal dilakukan akan dengan mudah mengakses pasar.

 Menyiapkan langkah solutif lainya yang mencegah terjadinya kerugian.

Pengendalian Pemantauan

Dalam mengkaji kelayakan suatu kegiatan perlunya sistem atau manajemen yang terkendali, sehingga apa yang diprogramkan dalam sistem kegiatan tersebut memberikan kontribusi yang layak untuk dikembangkan. Dengan demikian perlu sistem-sistem tersebut diinterpretasikan dengan konsep yang jelas dan ankuntabilitas, sehingga apa yang disusun berdasarkan pedoman pelaksanaan tercapai dan terwujud. Berikut gambaran monitoring dan evaluasi terhadap input, proses dan output dalam saha pembesaran teripang.

(38)

antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (Suharto 1995). Proses pengendalian produksi kegiatan akuakultur harus dilakukan terhadap input produksi, proses produksi dan output produksi, dimana proses pengendalian dilakukan berdasarkan poin-poin sebagai parameter, standar, indikator, monitoring, hasil, evaluasi dan perbaikan (Lampiran 4).

Pengendalian Revresif

Pengedalian represif dilakukan jika seluruh proses selesai dikerjakan. Dalam pengendalian represif, kerugian atau kesalahan telah terjadi diperbaiki dan diolah secara evaluatif untuk memperbaiki berbagai kesalahan-kesalahan kerja. Sebagai contoh pemberian teguran bagi tenaga kerja yang kinerjanya tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Hal ini dimaksudkan agar kesalahan yang sama tidak akan terjadi selanjutnya. Pengendalian represif ini akan menentukan keberlanjutan dari proses produksi selanjutnya.

Tabel 4 Pengendalian Preventif, Pemantauan dan Revresif

(39)
(40)

V. KEBIJAKAN FINANSIAL

Kebijakan Finansial mengarah pada sumberdana yang akan digunakan, jumlah dana dan alokasinya pada produksi. Sumberdana berasal dari dana probadi yang apabila mengalami kekurangan, maka akan dilakukan peminjaman berangsur di bank. Sedangkan jumlah yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 478.688.000 untuk biaya investasi, Rp 112.560.000 untuk biaya variabel dan Rp 210.053.000 untuk biaya tetap. Untuk alokasi penggunaan anggaran dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Alokasi dana

Analisis Usaha

a. Asumsi Dasar

Dalam usaha budidaya teripang ini dilakukan asumsi-asumsi dasar guna perkembangan dan peningkatan produksi dimasa mendatang.

1. Usaha dimulai dari pembesaran untuk jenis teripang pasir dan perhitungan dilakukan satu siklus 6 bulan dengan target produksi 7,2 ton/siklus.

2. Produk hasil dari proses produksi ini adalah teripang kering seberat 720 kg 3. Analisis usaha yang dilakukan terhadap usaha budidaya teripang mengacu pada

kriteria:

 Ukuran penkultur seluas 20 m x 20 m/kolam (400 m2)

 Jumlah penkultur 5 buah (2000 m2)

 Padat tebar 15-20 ekor setiap m2

 Size 20-30 gram/ekor

 Kebutuhan bibit 40.000 ekor, survival rate 90% 60%

14% 26%

biaya investasi

biaya variabel

(41)

 Ukuran panen 200 gram/ekor

 Produksi 7200 kg (basah) atau 720 kg (kering)

 Lama pemeliharaan 6 bulan per siklus

 Sarana budidaya bertahan untuk 4 kali siklus produksi

b. Pembiayaan

Dalam kegiatan produksi terdapat beberapa jenis biaya yang dikeluarkan, seperti biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Biaya investasi dikeluarkan diawal usaha, umumnya memiliki umur pakai lebih dari satu tahun. Biaya tetap merupakan biaya yang pasti dikeluarkan selama satu tahun tanpa memperhatikan masa produksi. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan setiap kali melakukan produksi.

Biaya Investasi dan Biaya Penyusutan

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan ketika pertama kali usaha

akan didirikan. Biaya investasi mempunyai umur barang lebih dari 1 tahun. Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan dari alokasi biaya investasi untuk memelihara komponen-komponen investasi

Tabel 5 Rincian biaya investasi dan penyusutan pembesaran teripang

Uraian

Analisa Analisis usaha

Analisa Usaha 1 Tahun

Jumlah Harga

satuan Total Umur Eko Penyusutan

Angka Satuan Rp. 1.000

Rp.

1.000 tahun Rp. 1.000 Output

Pengeluaran Produksi Teripang Penyusutan Investasi (I)

1 Perizinan Usaha 1 Paket 120.000 120.000 4 30.000

2 Pen culture Poin 1-5 354.360

Kayu/Patok 120 m3 250 30.000 2 15.000

Jaring 60.000 Meter 5 300.000 2 150.000

Paku/Mur 1.200 Kg 4.5 5.400 2 2.700

Tali nilon 3 48 Kg 20 960 2 480

Tali nilon 7 1200 Kg 15 18.000 2 9.000

Perahu 8 Buah 5000 40000 10 4.000

Alat sampling 1 Paket 80.000 80.000 6 13.333,3

3 Peralatan Poin 1-5 55.800

Pisau 48 lusin 50 2.400 2 1.200

(42)

Drum 96 buah 350 33.600 2 16.800

Ember 240 buah 50 12.000 2 6.000

Para-para 24 unit 125 3.000 2 1.500

4 Rumah

Pengolahan Poin 1-8 48.528

Lahan 100 m2 20 20.000 0 0

Kayu kaso 24 kubik 185 4.440 4 1.110

Paku 5 cm 360 Kg 25 9.000 4 2.250

Paku 12 cm 360 Kg 17 6.120 4 1.530

Paku seng 72 Kg 32 2.304 4 576

Papan 24 kubik 325 7.800 4 1.950

Seng plat 120 M 13 1.560 4 390

Atap seng 8 kaki 288 lembar 33 9.504 4 2.376

Panci perebusan 120 buah 65 7.800 2 3.900

Total Investasi 478.688 Total

penyusutan 319.577

Biaya Variabel

Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan seiring lajunya proses operasional produksi.

Tabel 6 Rincian biaya variabel

Uraian

1 Siklus (6 bulan)

Jumlah

Harga Satuan/

siklus

Total

Volume Satuan (Rp) (Rp) Biaya Variabel (VC)

1 Benih

1 Benih Teripang 40.000 ekor 2.000 80.000.000

2 Pakan

1 Dedak 3.600 kg 1.800 6.480.000

2 Kotoran ayam 3.600 kg 1.500 5.400.000

3 Karung 480 buah 1.000 480.000

3 Pascapanen

1 Kayu bakar 50 kubik 1.200.000 60.000.000

2 Tenaga kerja pascapanen 8 orang 1.000.000 40.000.000

Total Biaya Variabel (VC) 112.560.000

Biaya Tetap

(43)

Tabel 7 Rincian biaya tetap

Uraian

1 Tahun (12 Bulan)

Jumlah Harga

satuan Total Angka Satuan (Rp) (Rp)

Biaya Tetap (FC)

Penyusutan 30 paket 53.082 53.082

Pemeliharaan

1 Pen culture 120 paket 500.000 60000000

Tenaga Kerja

1 Manajer Produksi 12 bulan 2.000.000 24.000.000

2 Kepala Bidang Umum 12 bulan 1.500.000 18.000.000

3 Kepala Bidang Pascapanen 12 bulan 1.500.000 18.000.000

4 Kepala Bidang Produksi 12 bulan 1.500.000 18.000.000

5 Tenaga kerja 12 bulan 1.000.000

(6 orang)

72.000.000

Total Biaya Tetap 210.053.082

c. Penerimaan

Penerimaan dihitung per tahun yang diperoleh dari hasil penjualan benih selama satu tahun yang dikonversikan dengan harga jual benih. Dengan target benih 720 kg berat kering ukuran 200 gram/ekor dengan harga Rp 1.500.000/kg

Penerimaan: Hasil Panen = 720 kg

Harga Jual = Rp 1.500.000/kg

Penerimaan = Hasil Panen x Harga Jual = 720 kg x Rp 1.500.000 = 1.080.000.000

d. Analisis Manfaat

Keuntungan adalah perbedaan antara penerimaan keseluruhan dengan biaya keseluruhan, dimana besarnya akan menjadi maksimum apabila selisih antara kedua variabel tersebut semakin besar. Analisis keuntungan pembesaran teripang ini meliputi jumlah biaya produksi, jumlah keuntungan, Break Event Point (BEP), R/C Ratio, Payback Period, dan Harga Pokok Produksi (HPP).

Jumlah Biaya Produksi

Biaya produksi atau biaya total merupakan jumlah pengeluaran dari biaya tetap dan biaya variabel pembesaran teripang.

Total Biaya = Biaya tetap + Biaya Variabel = Rp 210.053.082 + Rp 122.560.000

(44)

Jumlah Keuntungan

Jumlah keuntungan adalah keuntungan bersih yang didapatkan oleh perusahaan pembesaran teripang setelah penerimaan dikurangi biaya produksi.

Keuntungan = Penerimaan – Total Biaya

= Rp 1.080.000.000 - Rp 332.613.082 = Rp 747.386.918

Tabel 8 Analisa Manfaat

No Item Volume Harga (Rp) Total (Rp)

1 Penerimaan per siklus 720 kg 1.500.000 108.000.000

2 Biaya Investasi 319.577.000

- Penculture

3 Biaya Variabel 112.560.000

- Benih Teripang

5 Keuntungan Bersih 747.386.918

6 Harga Pokok Produksi

(HPP) 461.962,6139

7 Imbangan Penerimaan

Biaya (R/C ration) 3,247

8 Break Even Point

Produksi (BEP) (unit) 140,03

9 Break Even Point Harga

11 Keuntungan Bersih 747.386.918

*Tiap tenaga kerja memiliki gaji yang berbeda

Perencanaan Finansial

(45)

kegiatan pada budidaya teripang ini adalah biaya investasi, biaya tetap dan biaya variable sebagaimana yang telah dipaparkan diatas. Setelah manfaat dan biaya diketahui dan disusun dalam suatu cashflow, kemudian nilai akan didiskonkan menurut tingkat diskonto tertentu. Akhirnya untuk mengetahui kelayakan finansial budidaya teripang dilakukan instrumen yang meliputi Payback Period, NPV (Net Present Value), Gross B/C Ratio, IRR (Internal Rate of Return), Profitability Indeks, Break Event Point dan Return On Investment.

a. Asumsi Dasar

1. Umur proyek adalah 10 tahun dan pengusaha menggunakan sumber modal sendiri

2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito pada bulan April 2015 sebesar 7,50%.

3. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama yakni 2015

4. Agar lebih realistis maka semua harga input dan investasi diasumsikan naik sebesar 1% per tahun, kecuali upah tenaga kerja dan biaya listrik naik 2% pertahun.

5. Volume produksi dan harga output diharapkan naik sebesar 1% pertahun. Umur proyek 10 tahun. Tingkat diskonto rata-rata 17%, walaupun rata-rata ini cenderung meningkat sekitar 1-2%. Ini adalah asumsi untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga SBI atau deposito jangka waktu 10 tahun ke depan.

b. Analisis Hasil Inflow

Pada usaha pembesaran teripang ini, arus penerimaan diperoleh dari hasil penjualan teripang kering. Selain dari nilai penjualan teripang, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa lahan dan peralatan. Jumlah media 5 set sebesar 20x20 meter. Satu buah penculture dapat memuat 8.000 bibit teripang, dan dapat menghasilkan berat 200 gram/ekor. Sehingga pemanenan dapat dilakukan dalam 6 bulan dan dengan hasil 1.440 kg. Sehingga jika dalam 5

(46)

menjadi teripang kering menjadi 864 kg. Jumlah produksi per tahun dan nilai dari penjualan teripang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Teripang Air Tawar

Tahun Ke

Selain dari penjualan teripang, penerimaan perusahaan juga diperoleh dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama yang tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya investasi pada usaha pembesaran teripang ini yang tidak habis terpakai antara lain lahan dan peralatan. Untuk menghitung nilai sisa lahan, diasumsikan bahwa nilai beli sama dengan nilai jual. Sementara nilai sisa barang peralatan dihitung dengan mengurangi nilai beli dengan penyusutannya per tahun selama umur proyek. Nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek

Uraian Nilai (Rp) Umur ekonomis

(tahun) Penyusutan Sisa (Rp)

Lahan 20.000.000 - - 20.000.000

Perahu 40.000.000 10 4.000.000 15.000.000

Total 35.000.000

c. Analisis Hasil Outflow

(47)

1. Lahan digunakan untuk mendirikan rumah pengolahan dan sekaligus sebagi tempat pengontrolan. Lahan tersebut dibeli seharga Rp 20.000.000.

2. Bangunan sebagai tempat pengolahan, penyimpanan teripang sebelum dijual pada konsumen.

3. Benih teripang didatangkan dari pengepul yang telah mengumpulkan benih sesuai kebutuhan perusahaan yakni 8.000/penculture/siklus

4. Umur produktif penculture adalah 2 tahun, kemudian akan dilakukan

reinvestasi atau perbaikan penculture.

5. Peralatan yang digunakan memiliki nilai ekonomis 2tahun, sehingga juga memerlukan reinvestasi.

Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri dari:

Tabel 11 Biaya reinvestasi

No Uraian Jumlah Harga

Satuan

Umur Ekonomis

Nilai (Rp) *1.000 Angka Satuan Rp.*1.000

1 Kayu/Patok 120 m3 250 30.000 2 15.000

2 Jaring 60.000 Meter 5 300.000 2 150.000

3 Paku/Mur 1.200 Kg 4.5 5.400 2 2.700

4 Tali nilon 3 48 Kg 20 960 2 480

5 Tali nilon 7 1200 Kg 15 18.000 2 9.000

6 Alat

sampling 1 Paket 80.000 80.000 6 13.333,3

7 Pisau 48 lusin 50 2.400 2 1.200

8 Alat

pengasapan 24 unit 200 4.800 2 2.400

9 Drum 96 buah 350 33.600 2 16.800

10 Ember 240 buah 50 12.000 2 6.000

11 Para-para 24 unit 125 3.000 2 1.500

12 Kayu kaso 24 kubik 185 4.440 4 1.110

13 Paku 5 cm 360 Kg 25 9.000 4 2.250

14 Paku 12 cm 360 Kg 17 6.120 4 1.530

15 Paku seng 72 Kg 32 2.304 4 576

16 Papan 24 kubik 325 7.800 4 1.950

17 Seng plat 120 M 13 1.560 4 390

18 Atap seng 8 288 lembar 33 9.504 4 2.376

(48)

Analisis Finansial

Berdasarkan biaya operasional dan seluruh komponen biaya dalam usaha budidaya teripang maka dapat diketahui komponen analisis finansial.

Tabel 12 Analisis Finansial Budidaya teripang 5 tahun pertama

No Item Tahun Analisis

0 1 2 3 4 5

1 PENERIMAAN

Penjualan Teripang 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000

Total Penerimaan 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000

2 PENGELUARAN

Biaya Investasi 478.688.000 358.688.000

Total Biaya 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082

3 Keuntungan Kotor 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918

Pajak Penghasilan

(15%) 112.108.037,7 112.108.037,7 112.108.037,7 112.108.037,7 112.108.037,7

4 Keuntungan Bersih 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3

5 Discount Factor

(7,5%) 1 1,075 1,155625 1,242296875 1,335469141 1,435629326

6 PV/tahun 635.278.880,3 682.924.796,3 734.144.156 789.204.967,8 848.395.340,3 912.024.990,9

7 NPV 302.665.798,3 281.549.579,8 261.906.585,9 243.634.033,4 226.636.310,1 210.824.474,5

8 Net B/C 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602

9 IRR 14,41

10 DPP 1,58157282 1,582659018

Tabel 13 Analisis Finansial Budidaya teripang 5 tahun kedua

No Item Tahun Analisis

6 7 8 9 10

1 PENERIMAAN

Penjualan

Teripang 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000

Total Penerimaan 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000 1.080.000.000

2 PENGELUARAN

Biaya Investasi 278.688.000 358.688.000

Total Biaya 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082 332.613.082

3 Keuntungan

Kotor 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918 747.386.918

Pajak Penghasilan

(15%) 112.108.037,7 112.108.037,7 11.210.8037,7 112.108.037,7 11.210.8037,7

4 Keuntungan

Bersih 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3 635.278.880,3

5 Discount Factor

(7,5%) 1,543301526 1,65904914 1,783477826 1,917238662 2,061031562

6 PV/tahun 980.426.865,2 1.053.958.880 1.133.005.796 1.217.981.231 1.309.329.823

7 NPV 196115790,3 182433293,3 169705389,1 157865478,2 146.851.607,6

8 Net B/C 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602 1,909963602

9 IRR 14,41

Gambar

Tabel 1 Produksi Perikanan Budidaya Laut Menurut Jenis Ikan, 2008-2012 Kenaikan
Gambar 1  Bagan tahapan produksi teripang pasir
Gambar 2 Contoh kontruksi  Pen culture (KKP 2014)
Gambar 3 Teripang yang siap dipasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usaha ini menawarkan berbagai hidangan seperti aneka pempek kecil, pempek telor besar, celimpungan, laksan, tekwan, model, serta lenggang dengan mengaplikasikan 5

R3, disusun dari sebagian bungkil kedelai dan disubstitusi dengan tepung ikan sebagai sumber protein hewani tahan degradasi rumen untuk lebih mampu memasok asam amino pakan bypass

Untuk memenuhi permintaan pasar yang makin tinggi, maka pada tahun 1995 dibangun lagi 1 plant untuk memproduksi keramik dinding, di mana sasaran pembangunannya

Tatalaksana lanjutan pada pasien neonatus perempuan dengan malforasi anorektal tanpa fistel sama dengan pasien neonatus laki-laki; apabila ada keadaan penyulit yang

Perlakuan panas dilakukan pada suhu 1000 0 C selama 5 jam dalam gas iner (Argon) agar tercapai perubahan yang diinginkan, terjadinya difusi antara Fe dan Ni-Co yang

Pengambilan data pengukuran spektrum berupa frekuensi center dan level sinyal daya pancar, bandwidth, frekuensi harmonisa serta level frekuensi harmonisa 1, 2, dan

Hasil penelitian tentang kepuasan nasabah BRI menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terdiri dari variabel pelayanan, harga, produk, promosi dan lokasi secara simultan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi dan mengetahui kendala/solusi penggunaan modal kerja dalam meningkatkan profitabilitas pada UMKM Keripik Tempe Sanan