PENINGKATAN HASIL BELAJAR
SENI RUPA PADA MATERI
GAMBAR PERSPEKTIF DENGAN
MEMANFAATKAN MEDIA
PEMBELAJARAN FOTOGRAFI DI KELAS
XII IPA 5 SMA NEGERI 1 PEMALANG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Murhono Guru SMA N 1 Pemalang
Abstract: The demand of a paradigm shift in teaching teachers
is a necessity and the right thing to do to convince the Classroom Action Research (PTK). PTK aims to improve learning outcomes art on perspective image material in class XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pemalang in the school year 2012/2013 by using 38 students as the subjects. The data are collected by observation to teachers and students, students’ questionnaire responses, and product test results (performance). The validity of the data is done by triangulation. The procedure is performed through three research steps, namely: preparation, execution, and preparation of reporting. It was conducted in two cycles. The essence of the action in the irst and second cycles was divided into three initial learning phases, core, and an end.
photography at the start of activities, the core activities (exploration, elaboration, conirmation), and the end of the learning activities reach optimalization of 94.11%.
Keywords: perspective drawing materials, instructional media
of photography, art
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hasil kreatiitas siswa pada ulangan harian (uji produk/unjuk
kerja) dalam pembelajaran seni rupa Standar Kompetensi 2 (SK. 2) Mengekspresikan diri melalui berkarya seni rupa dan Kompetensi Dasar 2.1 (KD. 2.1) Menggambar perspektif, pokok bahasan gambar perspektif titik, garis, dan bidang di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Pemalang Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 nilai masih di bawah KKM (80).
Rendahnya hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran seni rupa pada pokok bahasan gambar perspektif benda kelas XII IPA baru mencapai 72,88 (90,75%). Khususnya pada kelas XII IPA 5 yang memperoleh nilai rata-rata paling rendah 70, 16 (87, 7%), sebanyak 21 (55, 26%) siswa belum mencapai KKM. Hal ini patut dicari penyebabnya. Setelah dilakukan pengamatan, penulis menduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, diantaranya belum optimalnya proses pembelajaran. Guru dalam mengajar, terutama yang berkaitan dengan metode yang di gunakan masih cenderung monoton.
Permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa di atas harus segera diatasi dengan cara mengubah paradigma mengajar, diantaranya mengupayakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran yang relefan dan menunjang materi pelajaran sehingga dapat memotivasi serta mengaktifkan siswa secara optimal.
RUMUSAN MASALAH
Apakah pemanfaatan media pembelajaran fotograi dapat
meningkatkan hasil belajar seni rupa pada materi gambar pespektif di kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013?
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar seni rupa pada materi gambar pespektif di kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui pemanfaatan media
pembelajaran fotograi.
MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat bagi Siswa: (1) Membuat suasana belajar lebih menyenangkan, (2) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat terekam dengan baik, (3) Memberi ruang yang lebih luas kepada siswa untuk berani mengemukakan ide dan pendapatnya sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri, dan (4) Meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat bagi Peneliti/Guru: (1) Guru menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi, tidak menjenuhkan, lebih praktis, dan hemat waktu sehingga terjadi peningkatan proses dan mutu pembelajaran, (2) Membiasakan guru melakukan penelitian kecil yang sangat bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran serta pengembangan karier guru, dan (3) Sebagai acuan bagi guru dalam upaya menciptakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa.
3. Manfaat bagi Sekolah: (1) Sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pada bidang studi seni rupa di SMA dan (2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi sekolah.
KAJIAN TEORI
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran Seni Rupa
Dalam dunia seni rupa, berkembang suatu ilmu yang mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan hubungan persepsi, ruang, bentuk, warna, dan bahan yang berwuju dua dimensi atau tiga dimensi. Dengan demikian, berkarya seni rupa menghasilkan benda-benda seni untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Berdasarkan matranya karya seni rupa dapat dibedakan menjadi benda seni dua dimensi dan benda seni tiga dimensi. Sedangkan berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi benda-benda seni yang memiliki fungsi estetis (keindahan) dan benda-benda-benda-benda seni yang memilki fungsi terapan (pakai) (Scahari, 2006:120).
Kegiatan pembelajaran seni rupa di SMA diarahkan untuk memenuhi kebutuhan siswa akan nilai estetik dan praktis yang kasat mata melalui ide-ide kreatif, dari kegiatan ini diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan psikomotoriknya. Perealisasian tujuan tersebut diantaranya melalui kegiatan pengembangan kreativitas siswa yang terintegrasi dengan materi gambar perspektif.
Gambar Perspektif
Gambar merupakan bagian dari hasil karya seni rupa dua dimensi, gambar perspektif mengandung maksud sebagai upaya atau teknik menggambar agar objek atau benda yang digambar sesuai dengan hasil yang sebenarnya berdasarkan pandangan mata. Pengertian ini dikutip dari Suparyono (1981:7), “Kata perspektif berasal dari kata prospettiva (bahasa Itali) yang berarti gambar pandangan” dan Scahari (2006:96), “Gambar perspektif adalah gambar benda atau ruang berkesan tiga dimensi” serta Suhardiman (1987:63), “Ilmu perspektif: ilmu yang mempelajari cara menggambar benda sehingga kesan gambar sebagaimana kesan mata kita melihat benda tersebut dan terlihat pula adanya kesan jauh dan dekat”.
Media Pembelajaran Fotograi
Fotograi merupakan jenis media grais (visual). Fotograi berasal dari
bahasa Inggris “Photography” yang berasal dari kata Yunani yaitu “Fos” yang artinya cahaya dan kata “Grafo” yang artinya melukis/menulis. Merujuk
asal dan arti kata tersebut, fotograi adalah proses melukis/menulis dengan
menggunakan media cahaya (http://id.wikipedia.org/wiki/Fotograi).
Pendapat lain menyatakan bahwa fotograi berarti menggambar dengan cahaya, jadi esensi dari fotograi adalah memahami faktor pencahayaan dan
Merujuk pemahaman di atas, fotograi berarti proses atau metode
untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang dapat dibuat atau dihasilkan. Dengan demikian, keseimbangan antara highlight dan shadow merupakan salah satu
efek yang timbul dari pengaturan pencahayaan. Oleh karena itu, fotograi
memiliki prinsip untuk menghasilkan gambar yang optimal.
Hasil Belajar Seni Rupa
Hasil belajar seni rupa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar mata pelajaran seni rupa. Sesuai silabi yang berlaku, pada materi gambar perspektif hasil belajar seni rupa siswa dititikberatkan hanya pada ranah psikomotorik (unjuk kerja). Pelaksanaan evaluasi (unjuk kerja) dilakukan pada saat KMB berlangsung dan penilaian dilakukan setelah pembelajaran selesai.
Mendasarkan pada KKM yang telah ditetapkan SMA Negeri 1 Pemalang, siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai serendah-rendahnya 80. Namun pada fakta dilapangan rata-rata perolehan hasil belajar seni rupa pada materi gambar perspektif siswa kelas XII IPA nilai rata-rata kelas baru mencapai 72,88 (masih di bawah KKM), khusus kelas XII IPA 5 memperoleh nilai rata-rata kelas 70,16 (terendah) dibanding kelas lainnya dan masih terdapat 21 (55,26%) siswa belum mencapai KKM.
KERANGKA BERPIKIR
Pencapaian perubahan atau peningkatan hasil belajar siswa terkait dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Memaksimalkan proses pembelajaran merupakan suatu keharusan bagi seorang guru, diantaranya dengan menerapkan prinsi-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Wina Sanjaya (2006:30), sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran adalah: 1) Berpusat pada siswa, 2) Belajar dengan melakukan, 3) Mengembangkan kemampuan sosial, 4)
Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan itrah, 5) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, 6) Mengembangkan kreatiitas siswa,
7) Mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi, 8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik, 9) Belajar sepanjang hayat.
diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guna memperoleh hasil belajar yang optimal. Media sebagai salah satu bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi sangat membantu perealisasian prinsip-prinsip pembelajaran. Penggunaan alat
bantu berupa media pembelajaran seperti fotograi mebuat komunikasi visual
antara guru dan siswa menjadi lebih mudah sehingga hasil pembelajaran, khususnya pada materi gambar perspektif dapat optimal.
HIPOTESIS
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam PTK ini adalah:
”Pemanfaatan media pembelajaran fotograi dapat meningkatkan hasil
belajar seni rupa pada materi gambar perspektif di kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013 Semester 1”.
METODEDOLOGI PENELITIAN
Setting, Subyek, dan indikator Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012 di SMA Negeri 1 Pemalang Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pemalang Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 sejumlah 38 siswa. PTK ini dikatakan berhasil apabila 90 % siswa dapat mencapai nilai KKM atau minimal meningkat 45,30% dan nilai rata-rata kelas minimal 80 atau minimal meningkat 9,84 poin.
Sumber Data
Sumber data dalam PTK ini adalah: (1) Siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Pemalang, untuk mendapatkan data awal hasil pembelajaran seni rupa pada materi gambar perspektif dan kelas XII IPA 5 untuk mendapatkan data akhir hasil pembelajaran, dan (2) Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan pembelajaran gambar perspektif di SMA Negeri 1 Pemalang Tahun pelajaran 2012/2013.
Teknik Pengumpulan Data
setelah diadakan tindakan siklus kedua dan (2) Kuesioner, dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran gambar perspektif yang meliputi kuesioner setelah diadakan tindakan siklus pertama dan kuesioner setelah diadakan tindakan siklus kedua, dan (3) Tes hasil belajar (hasil unjuk kerja/uji produk), dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil pembelajaran gambar perspektif siswa yang meliputi data tes sebelum diadakan tindakan, data tes setelah diadakan tindakan siklus pertama, dan data tes setelah diadakan tindakan siklus kedua.
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data / instrumen penelitian dalam penelitia ini meliputi: (1) Instrumen 1 berupa lembar pengamatan kinerja guru, (2) Instrumen 2 berupa lembar pengamatan aktivitas siswa, (3) Instrumen 3 berupa lembar kuesioner tanggapan siswa, (4) Instrumen 4 berupa lembar soal / rubrik penilaian (uji produk).
Uji Validitas Data
Uji validitas data atau uji keabsahan data dapat ditempuh dengan cara menjamin kredibilitas data. Oleh karena itu, peneliti melakukan cara
tringulasi se bagai salah satu upaya untuk meminimalkan subyektiitas. Jenis
tringulasi yang dipilih adalah tringulasi peneliti, yakni pengumpulan data yang sama oleh dua atau lebih peneliti, dalam hal ini dua atau lebih peneliti mengamati proses pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama pula.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Awal
Hasil belajar siswa kelas XII IPA 5 dalam mengikuti pembelajaran seni rupa dengan pokok bahasan gambar perspektif, dari sejumlah 38 siswa baru 17 siswa (44,7%) yang telah mencapai KKM (memperoleh nialai 80 ke atas), 21 (55,26%) siswa memperoleh nilai di bawah 80, dan nilai rata-rata kelas baru mencapai 70,16.
Hasil Penelitian Siklus I
1. Pengamatan kinerja guru siklus I
Tabel 1
Data Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus I
No. Predikat Skor
1 Kegiatan Awal 21 25 84,00
2 Kegiatan Inti
3 Kegiatan Akhir 8 10 80,00
Jumlah/Rerata 71 85 83,53
Tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja guru pada siklus I berdasarkan pengamatan teman sejawat kegiatan awal pembelajaran mencapai tingkat
keoptimalan 84 %, kegiatan inti eksplorasi 86,66 %, elaborasi 85 %, konirmasi
80 %, dan pada kegiatan akhir pembelajaran 80 %. Total dari pencapaian keoptimalan kinerja guru sebesar 83,53 %.
2. Pengamatan aktiitas siswa Siklus I
Pengamatan aktiitas siswa dilakukan oleh observer (Muh. Fatoni, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia dan Seni Drama) dengan mengikuti setiap tahapan dalam tindakan siklus I. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Data Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I
Skor Predikat Frekuensi Persentase
5 Sangat aktif 86 22,63
4 Aktif 157 41,32
3 Cukup 93 24,47
2 Kurang aktif 44 11,58
1 Tidak aktif 0 0
380 100
berdasarkan pengamatan teman sejawat masuk dalam kategori sangat aktif 22,63%, aktif 41,32 %, cukup aktif 24,47 %, kurang aktif 11,58%, dan tidak ada yang berkategori tidak aktif.
3. Hasil kuesioner siklus I
Hasil kueiseoner digali dari angket tentang proses pembelajaran berdasarkan persepsi siswa, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3
Data Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus I
No Kelas Interval
Predikat Frekuensi Persentase
(%)
1 42-50 Sangat setuju 15 39,47
2 34-41 Setuju 18 47,37
3 26-33 Cukup 5 13,16
4 18-25 Kurang setuju 0 0
5 10-17 Tidak setuju 0 0
Jumlah 38 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I berdasarkan persepsi siswa masuk dalam kategori sangat setuju dengan proses pembelajaran yang dialami sebanyak 39,47 %, setuju 47,37 %, cukup setuju 13,16 %, dan tidak ada yang kurang maupun tidak setuju.
4). Hasil uji produk siklus I
Hasil uji produk siklus I digali dari kualitas pekerjaan siswa dalam membuat gambar perspektif ruang interior dengan teknik satu titik lenyap, didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4
Data Nilai Harian Uji Produk Gambar Perspektif Siklus I
No Kelas
1 85-89 11 28,94 28,94 Tuntas
3 75-79 4 10,53 81,57 Belum Tuntas
4 70-74 3 7,90 89,47 Belum Tuntas
5 65-69 3 7,90 97,37 Belum Tuntas
7 60-64 1 2,63 100 Belum Tuntas
Jumlah 38 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa daari sejumlah 38 siswa yang tuntas atau telah mencapai KKM sebanyak 71,04 % dengan kisaran nilai antara 85-89 sebanyak 11 siswa (28,9%), kisaran nilai antara 80-84 sebanyak 16 siswa (42,1%), 11 siswa (28,9%) yang belum tuntas, dan nilai rata-rata kelas 79,48.
Releksi Tindakan Siklus I
Releksi tindakan siklus I dilaksanakan setelah berakhirnya pelaksanaan
siklus I. Berdasarkan hasil tindakan siklus I yang terdiri dari pengamatan
terhadap kinerja guru, pengamatan terhadap aktiitas siswa, dan persepsi
siswa terhadap proses pembelajaran. Meskipun hasil siklus I menunjukkan adanya peningkatan baik dalam proses maupun hasil uji produk (unjuk kerja) siswa, dimana pada pra siklus siwa yang mencapai KKM baru 17 (44,7%) dan yang belum tuntas sebanyak 21 (55,26%), pada tindakan siklus I diperoleh hasil 27 (71,05%) siswa telah tuntas dan 11 (28,95%) siswa belun tuntas. Jadi terdapat peningkatan hasil uji produk siswa pada siklus I sebesar 26,31%.
Peningkatan tersebut sebagaimana digambarkan pada graik chart di bawah
ini.
Sedangkan nilai rata-rata kelas pada pra siklus baru mencapai 70,16 pada siklus I meningkat menjadi 79,48, jadi terdapat peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 11,65%. Peningkatan tersebut sebagaimana digambarkan
pada graik chart di bawah ini.
Gambar 2 Graik Chart Nilai Rata-rata Kelas Siklus I
Berdasarkan hasil releksi tindakan siklus I di atas, diperoleh kesimpulan
bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas belum mencapai indikator yang ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan tindakan siklus berikutnya (siklus II) dengan rencana perbaikan untuk meningkatkan kinerja guru,
meningkatkan aktiitas dan persepsi siswa terhadap pembelajaran yang akan
berimplikasi kepada penigkatan hasil pembelajaran siklus II. Perbaikan tersebut dilakukan dengan cara merevisi/ menambah RPP materi gambar perspektif, khususnya pada metode dan langkah-langkah pembelajaran.
Hasil Penelitian Siklus II
1. Pengamatan kinerja guru siklus II
Pengamatan tindakan dilakukan oleh teman sejawat (Muh. Fatoni, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia dan Seni Drama) dengan mengikuti setiap tahapan dalam tindakan siklus II. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Data Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus II
No. Predikat Skor
1 Kegiatan Awal 24 25 96,66
3 Kegiatan Akhir 9 10 90,00
Jumlah 80 85 94,11
Tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja guru pada siklus II berdasarkan pengamatan teman sejawat kegiatan awal pembelajaran mencapai tingkat keoptimalan 96,66 %, kegiatan inti eksplorasi 93,33 %,
elaborasi 95 %, konirmasi 93,33 %, dan pada kegiatan akhir pembelajaran
90 %. Total dari pencapaian keoptimalan kinerja guru sebesar 94,11 %.
2. Pengamatan aktiitas siswa siklus II
Pengamatan aktiitas siswa dilakukan oleh observer (Muh. Fatoni, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia dan Seni Drama) dengan mengikuti setiap tahapan dalam tindakan siklus II. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Data Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II
Skor Predikat Frekuensi Persentase (%)
5 Sangat aktif 203 53,42
4 Aktif 152 40,00
3 Cukup 25 6,58
2 Kurang aktif 0 0
1 Tidak aktif 0 0
380 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa aktiitas siswa pada siklus II
berdasarkan pengamatan teman sejawat masuk dalam kategori sangat aktif 52,42, aktif 40 %, cukup aktif 6,58 %, dan tidak ada yang berkategori kurang aktif maupun tidak aktif.
3. Hasil kuesioner siklus II
Hasil kueiseoner digali dari angket tentang proses pembelajaran berdasarkan persepsi siswa, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 7
Data Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus II
No Kelas Interval Predikat Frekuensi Persentase
2 34-41 Setuju 8 21,05
3 26-33 Cukup 1 2,63
4 18-25 Kurang setuju 0 0
5 10-17 Tidak setuju 0 0
Jumlah 38 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan persepsi siswa masuk dalam kategori sangat setuju dengan proses pembelajaran yang dialami sebanyak 76,32 %, setuju 21,05 %, cukup setuju 2,63 %, dan tidak ada yang kurang maupun tidak setuju.
4. Hasil uji produk siklus II
Hasil uji produk siklus II digali dari kualitas pekerjaan siswa dalam membuat gambar perspektif eksterior dengan teknik dua titik lenyap, didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 8
Data Nilai Harian Uji Produk Gambar Perspektif Siklus II
No Kelas
1 90-94 5 13,16 13,16 Tuntas
2 85-89 19 50,00 63,16 Tuntas
3 80-84 13 34,21 97,37 Tuntas
4 75-79 1 2,63 100 Belum Tuntas
Jumlah 38 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa daari sejumlah 38 siswa yang tuntas atau telah mencapai KKM sebanyak 97,27 % dengan kisaran nilai antara 90-94 sebanyak 5 siswa (13,16%), kisaran 85-89 sebanyak 19 siswa (50%), kisaran nilai antara 80-84 sebanyak 13 siswa (34,21%), 1 siswa (2,63%) belum tuntas, dan nilai rata-rata kelas 84,84.
Releksi Tindakan Siklus II
Releksi tindakan siklus II dilaksanakan setelah berakhirnya
pelaksanaan siklus II. Berdasarkan hasil tindakan siklus II yang terdiri dari
pengamatan terhadap kinerja guru, pengamatan terhadap aktiitas siswa,
siklus I sejumlah 11 (28,95%) siswa belun mencapai KKM, pada hasil siklus II siwa yang belum mencapai KKM tinggal 1 (2,63%) siswa. Jadi terdapat peningkatan hasil uji produk sebesar 26,32%, besaran peningkatan ini telah mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Peningkatan tersebut lebih
jelasnya digambarkan pada graik chart di bawah ini.
Gambar 3 Graik Chart Ketuntasan Belajar Siklus II
Demikian juga terjadi pada nilai rata-rata kelas, pada siklus I baru mencapai 79,48 setelah dilakukan kegiatan siklus II naik menjadi 84,84. Jadi terdapat peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 5,36%. Peningkatan tersebut telah melampaui kriteria yang ditetapkan, untuk lebih jelasnya
digambarkan pada graik chart di bawah ini.
Gamabar 4 Graik Chart Nilai Rata-rata Kelas Siklus II
PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus I menunjukkan: (1) Kinerja guru pada kegiatan awal pembelajaran mencapai tingkat keoptimalan 84 %,
kegiatan inti eksplorasi 86,66 %, elaborasi 85 %, konirmasi 80 %, dan pada
kegiatan akhir pembelajaran 80 %. Rata-rata pencapaian keoptimalan kinerja
guru sebesar 83,53 %, (2) Tingkat aktiitas siswa dalam proses pembelajaran
berkategori sangat aktif 22,63%, aktif 41,32 %, cukup aktif 24,47 %, dan kurang aktif 11,58%, (3) Tingkat persepsi siswa terhadap proses pembelajaran berpredikat sangat setuju 39,47 %, setuju 47,37 %, dan cukup setuju 13,16 %, dan (4) Pencapaian KKM sebanyak 71,04 % tuntas dengan kisaran nilai antara 85-89, belum tuntas 28,96%, dan nilai rata-rata kelas 79,48.
Perolehan hasil tersebut belum seperti yang diharapkan atau belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, terutama hasil produk pada aspek konstruksi dasar perspektif (garis cakrawala, garis bidang dasar, dan garis distansi) sebagian siswa masih belum membuat konstruksi
dasar perspektif, aspek bentuk atau igur masih cenderung dekoratif
(pembidangan) dengan batas yang kurang rasional, dan aspek tampilan
(warna, kerapihan, inishing) kurang memenuhi unsur keindahan. Setelah
dianalisis berdasarkan hasil uji produk siklus I, pernyataan sikap siswa dalam kuesioner, dan masukan dari observer seperti ketika guru melakukan penarikan garis pada peraga di papan tulis terlalu cepat dan kurang komunikatif, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif seakan siswa jadi penonton, guru kurang memperhatikan siswa
dalam beraktiitas, dan keefektifan waktu bagi siswa dalam mengerjakan uji
produk kurang diperhatikan. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan siklus II sebagai perbaikan pada siklus I.
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus II menunjukkan: (1) Kinerja guru pada kegiatan awal pembelajaran mencapai tingkat keoptimalan 96,66
%, kegiatan inti eksplorasi 93,33 %, elaborasi 95 %, konirmasi 93,33 %, dan
pada kegiatan akhir pembelajaran 90 %. Rata-rata pencapaian keoptimalan
kinerja guru sebesar 94,11 %, (2) Tingkat aktiitas siswa dalam proses
pembelajaran berkategori sangat aktif 52,42%, aktif 40 %, dan cukup aktif 6,58 %, (3) Tingkat persepsi siswa terhadap proses pembelajaran berkategori sangat setuju 76,32 %, setuju 21,05 %, dan cukup setuju 2,63 %, dan (4) Pencapaian KKM sebanyak 97,27 % tuntas dengan kisaran nilai antara 80-94, belum tuntas 2,63%, dan nilai rata-rata kelas 84,84.
paradigma guru dalam mengajar mampu mewujudkan proses pembelajaran lebih berkualitas dengan ditunjukkan adanya peningkatan kinerja guru, peningkatan aktivitas siswa, dan peningkatan persepsi siswa yang terekam dari tindakan siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut berimplikasi kepada meningkatnya hasil belajar siswa, secara berurutan besaran tersebut adalah: (1) ketuntasan pra siklus 44,7 % dan nilai rata-rata kelas 70,16, (2) ketuntasan siklus I 71,04 dan nilai rata-rata kelas 79,48, dan (3) ketuntasan siklus II 97,27 % dan nilai rata-rata kelas 84,84.
Fakta di atas membuktikan hasil PTK telah mencapai indikator yang ditetapkan, sebagaimana di jelaskan pada bab sebelumnya bahwa ”PTK ini dikatakan berhasil apabila 90 % siswa dapat mencapai nilai KKM atau minimal meningkat 45,30% dan nilai rata-rata kelas minimal 80 atau minimal meningkat 9,84 poin” (Bab III Hal.22). Dengan demikian, rumusan
hipotesis dapat diterima, jadi media pembelajaran fotograi terbukti efektif
untuk meningkatkan hasil belajar seni rupa pada kompetensi menggambar perspektif bagi siswa SMA.
SIMPULAN
1. Terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran
gambar perspektif dengan memanfaatkan media pembelajaran fotograi
sebesar 52,57% (dari ketuntasan awal 47,7% menjadi 97,27%) dan peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 14,68 (dari 70,16 menjadi 84,84).
2. Tingkat aktiitas siswa dalam pembelajaran gambar perspektif dengan memanfaatkan media pembelajaran fotograi pada kategori sangat aktif
52,42%, aktif 40 %, dan cukup aktif 6,58 %.
3. Tingkat persepsi siswa dalam pembelajaran gambar perspektif dengan
memanfaatkan media pembelajaran fotograi pada kategori sangat
setuju/sangat senang 76,32 %, setuju/senang 21,05 %, dan cukup setuju/ cukup senang 2,63 %.
4. Tingkat kinerja guru dalam pembelajaran gambar perspektif dengan
memanfaatkan media pembelajaran fotograi pada kegiatan awal, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, konirmasi), dan kegiatan akhir
SARAN
1. Diharapkan guru dalam mengajar memanfaatkan media pembelajaran,
seperti pemanfaatan media fotograi yang telah terbukti menjadikan
strategi pembelajaran lebih bervariasi, tidak menjenuhkan, praktis, dan hemat waktu.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebagai acuan bagi guru, khususnya guru seni rupa dalam menciptakan proses pembelajaran agar lebih berpusat pada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne (2011). Peralatan Fotograi Sederhana. Tersedia pada http://
www.anneahira.com/peralatan-fotograi.htm. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2011.
Cipto Subroto, Waspodo. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran. Tersedia pada http://waspodots.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2011.
Depdiknas. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Engkoswara. (1984). Ilmu Mendidik Teoritis. Jakarta: Depdikbud.
Hamalik, Oemar. (1994). Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Iskandar. (2009). Metode Observasi Dalam Penelitian.
Sachari, Agus. (2006). Seni Rupa dan Desain Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sadiman, Arief. (2002). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Graindo Persada.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya-Bandung.
Suhardiman. (1997). Perspektif dan Proyeksi Untuk SMA. Yogyakarta: Intan Pariwara.
Solihatin, Etin. 2008. Pembelajaran Kooperatif IPS. Jakarta : Pustaka Widya.
Suparyono, Yohana.(1981). Konstruksi Perspektif. Semarang: Kanisius.
Usman, Uzer. (1998). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Wikipedia (2011). Fotograi. Tersedia pada http://id.wikipedia.org/wiki/