• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jilid-15 Depernas 24-Bab-137

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jilid-15 Depernas 24-Bab-137"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 137. KEADAAN JANG MENDJADI TUDJUAN

§ 1653. Rentjana Pembangunan dibidang Tourisme periode 1961-1969 ( 8 t h. ) .

a. Organisasi :

1. Tourisme di Indonesia harus merupakan Tourisme jang terpimpin, digerakkan, disadari dan diterima oleh masjarakat sendiri.

Adalah penting sekali untuk ditjegah, bahwa Tourisme akan

menimbulkan lebih banjak kesukaran daripada kebaikan, apabila

tidak didukung, digerakkan, serta diterima oleh masjarakat.

Oleh sebab itu pula Tourisme harus didasarkan atas kesadaran dan kemauan masjarakat dan perlu diambil sebagai pikiran ialah harus dihormatinja masjarakat itu dengan adat-kebiasaannja jang berlaku dimasing-masing daerah,

2. Pemerintah hanja bertugas sekedar mengawasi guna keselamatan umum, dan sekedar mengatur fasilitas² lalu-lintas jang diperlukan. Dengan demikian timbullah satu dasar pikiran, bahwa jang harus menggerakkan, mengatur hubungan satu daerah dengan daerah lain, dan menggerakkan perdjalanan adalah organisasi kemasja-rakatan (Dewan Tourisme Indonesia).

Hubungan dengan organisasi kemasjarakatan ini harus diatur sedemikian rupa sebagai berikut :

(a) Menggerakkan perdjalanan dari satu daerah-kedaerah lain. (b) Mengatur publisitas dan hubungan organisasi kebudajaan

antar daerah maupun internasional.

(c) Bersama-sama dengan organisasi kebudajaan, organisasi² komersil membuat pertumbuhan industri totals itu sesuai dengan keperluan² masjarakat, umpamanja sesuai dengan : (1) daja beli golongan pembeli,

(2) nilai dan mutu produksi: (3) kepentingan2 produsen. (4) kepentingan2 pendjual. (5) kekuatan produksi.

Organisasi kemasjarakatan inilah jang pada achirnja bertanggung djawab pada masjarakat sendiri. Sumbangan Tourisme bagi keuntungan2 menurut segi idiil atau komersiil seperti dimaksudkan adalah sepenuhnja mendjadi kewadjiban organisasi masjarakat itu sendiri.

(2)

4. Mempengaruhi perkembangan perdjalanan dengan maksud untuk memadjukannja didaerah-daerah dimana hal itu dapat dilakukan setjara effisien sekali,

5. Mengintensifkan statistik Tourisme. 6. Membuat sebuah bibliografi Tourisme.

7. Maka itu hendaknja Pemerintah tidak sadja memberikan bantuannja dalam bidang finansiil akan tetapi djuga dalam bidang memberikan hak

hidup kepada organisasi2 Tourisme dalam negeri.

8. Didalam organisasi Tourisme hendaknja badan2

partikelir diikutsertakan. Pertimbangan chusus ditjurahkan kepada menambahnja dana2 (bantuan)

dari sumber2 partikelir jang menurut pendapat

karat dapat dilakukan bila kaum pengusaha partikelir ikut djuga mengambil bagian dalam organisasi Tourisme tersebut.

h. F a s i l i t a s :

1. Pemerintah djuga harus menginsjafi bahwa dengan dikeluarkannja peraturan2 jang sekarang berlaku

untuk para touris luar negeri, mengakibatkan tidak lantjarnja pelajanan atau penerimaan mereka ke dan di Indonesia,

2. Diharapkan dalam waktu singkat dihapuskan visa bagi touris jang maksud dan tudjuannja semata-mata sebagai "Touris” (Pure Touristic purposes)

setidak-tidaknja dalam waktu jang dekat meniadakan visa bagi para touris jang hanja berkundjung selama 72 djam (3 had),

(Tjontoh Djepang, Swiss, Itali),

dari sudut Tourisme), jang sesungguhnja ini tidak ada faedahnja sama sekali.

Kesan jang sudah2 pada umumnja menjatakan

keluhan daripada touris jang datang ke Indonesia baik tentang pelajanan maupun jang diterimanja dihotel-hotel, maupun mengenai formalitas jang

mereka tempuh ataupuninstansi2 resmi jang harus

mereka kundjungi.

Indonesia terlalu banjak menjuruh para touris

mengisi formulir jang sebetulnja dapat

(3)

4. Paling sedikit 99% daripada orang jang melantjong dan melakukan perdjalanan adalah djudjur dan bonafide, Kebanjakan negara menjadari hal ini dan berichtiar menghilangkan pengawasan dan administrasi jang tidak perlu jang dapat mengetjilkan hati pelantjong jang djudjur.

(4)

Seorang pelantjong tidak suka pergi kenegeri jang memerlukan pekerdjaan untuk mengisi formulir, bila ada kemungkinan untuk mengundjung negeri lain jang tidak memerlukan administrasi jang demikian. Djika ia menemui kesulitan² waktu bepergian sebagai seorang pelantjong kesatu negeri, lain kali ia akan pergi ketempat lain dan akan menasehatkan kawan²nja supaja memilih tempat lain untuk dikun-djungi. Kebanjakan orang tidak mempunjai waktu untuk mendapatkan visa dan dokumen² lain. Pengawasan jang tidak perlu dalam suatu negeri asing djuga mendjengkelkan orang jang tidak biasa akan hal demikian.

Hal jang penting adalah formalitas² waktu masuk dipelabuhan udara/laut jang hendaknja dilaksanakan setjara ramah-tamah dan serba tjepat. Didjaman jet sekarang pemeriksaan dinegara kita memakan waktu kira2 30 40 menit hanja untuk 10 -- 20

penumpang, sedangkan di-negara² jang telah madju dilapangan Tourisme untuk sebuah jet jang berpenumpang 100 orang hanja diperlukan 8 menit untuk semua pemeriksaan imigrasi dan douane.

5. Sudah selajaknja pemerintah memberikan perhatian sepenuhnja kepada sektor Tourisme ini karena sebagai telah dibuktikan oleh negate jang telah

madju maka

pendapatan negara jang berupa

devisen

dari sektor Tourisme adalah tjukup besar,

c. Akomodasi

1. Disamping kita membitjarakan fasilitas maka jang paling dekat sangkut-pautnja dengan itu adalah akomodasi.

Kesukaran akomodasi tidak hanja terdapat di Djakarta, tetapi

djuga di daerah

2

jang ramai dikundjungi para touris, Didalam

perki-raan dimasa jang akan datang (1960 -- 1965) dimana sedjumlah

se-tidak

=

nja 40.000 touris jang tidak datang ke Indonesia setahun rata

2

setiap harinja tidak kurang dari pada 110 orang jang harus disediakan

kamar jang menurut standar internasional.

2. Untuk memberikan fasilitet akomodasi jang bagi touris luar negeri perlu diadakan pembangunan hotel

(5)

sempurna, service jang baik dan sebagainja, jang semuanja masih diluar kemampuan kita.

(6)

4. Dewasa ini hendaknja telah dimulai dengan pembangunan hotel² restoran dsb, dengan mempergunakan arsitektur dekorasi, interier, „spesifiek daerah” sebagai manifestasi kebudajaan nasional Indo-nesia jang lebih dapat menarik para touris luar negeri, (Sebagai tjontoh didalam negeri : Hotel Tjokorde Agung di Ubud Bali diluar negeri: sematjam hotel Ryokan di Djepang).

d. Pengangkutan udara.

Disamping organisasi dan perhotelan, pengangkutan djuga meru-pakan sjarat pokok dan dasar untuk memadjukan Tourisme, untuk itu kita harus menindjau pengangkutan udara, laut dan darat di Indonesia dipandang dari sudut Tourisme.

1. Pengangkutan udara,

(a) Pemakaian pesawat jet pada dewasa ini tentu besar pengaruh-nja terhadap Tourisme didaerah Pasific pada umumpengaruh-nja dan akan memperbaiki pula kemungkinan2 bagi Tourisme di Indonesia. (b) Garuda Indonesian Airways (Gia) adalah perusahaan

nasi-onal milik Pemerintah jang menjelenggarakan semua pengang-kutan udara didalam negeri. Perhubungan udara dari Indonesia ke-bagian² dunia lainnja sangat Baik, Berbagai maskapai pener-bangan Internasional jang besar (seperti : BOAC, QUANTAS, PAA) dll, memberikan hubungan Baik dengan segala bagian dunia, dan GIA menjelenggarakan pula route ke Singapura, Bangkok dan Manila dimana dapat diadakan perhubungan dengan semua maskapai penerbangan internasional jang besar (Connecting Flight).

Karena itu perhubungan udara dari/ke luar negeri lumajan, dan harus kita anggap dikemudian hari maskapai² penerbangan djuga akan dapat mengangkut semua penumpang jang ingin mengundjungi Indonesia diharapkan GIA dapat memenuhi : (1) domestic flights dan (2) international flights.

Pemakaian pesawat udara type Electra dalam 3 route Inter-nasional untuk mulai merebut pasaran luar negeri.

jakni: 1960: Djakarta -- Tokio. Djakarta -- Zurich,

1963: Djakarta -- Tokio -- San Francisco. Djakarta -- Melbourne-New Sealand Ta-hiti/Fuji -- Honolulu , San Francisco,

1966: Djakarta -- Zurich — Paris/London --- New York Djakarta — New Delhi-- Tasjkent

Moskow — Helsinki -- London,

(7)

Soal pertama ialah : a. Perluasan Armada.

b. Sales promotion jang mendahuluinja. Djika kita betul² berichtiar tentu dapat sadja, asalkan orientasi kita tidak terlalu „terpikat” ke-business centra „Barat, tetapi djuga mentjoba mendekati blok „Timur” untuk mendapatkan pesawat2 bagi keperluan sipil.

Soal kedua ialah : Sudah wadjar apabila selama kapasitet GIA internasional belum begitu tinggi maka satu2nja kemungkinan untuk Tourisme internasional ialah memperbanjak freqwensi penerbangan asing harus tambah sesuai dengan „kebutuhan” terdapatnja 480.000 transit dan kira2 80 ribu orang pendatang di Indonesia.

Soal ketiga ialah : persoalan berangkai jang timbul : 1. kemampuan lapangan terbang.

2. kemahiran petugas2 douane/imigrasi dalam „melajani” touris di Tokio untuk 100 orang diperlukan pelajanan selama 8 menit, di Indonesia untuk 100 orang 35 menit (kapasitas pendaratan Haneda 20 X Kemajoran).

Soal berangkai ini setjara kategori diselesaikan sedjalan dengan berdjalannja program tersebut diatas:

1. Lapangan terbang Kemajoran chusus untuk sipil, 2. Terminal building 3 X lebih besar.

3. Fasilitet pendaratan douane/imigrasi harus lebih luas dan lebih tjepat (8 menit tiap orang).

(8)

Adalah sejogjanja apabila Indonesia mulai sekarang djuga sudah mulai dengan memperluas izin pendaratan jang perlu-nja agar jang bersangkutan djuga dapat menjiapkan satu "Promotion Campaign" jang tjukup luas. Amat perlu bagi Djawatan Penerbangan Sipil untuk mulai sekarang mengatur persiapan kearah perlengkapan² tersebut,

Pembangunan "Terminal Building" tjukup mendjadi atjara chusus dalam waktu 5 tahun dari Rentjana I supaja bisa me -nampung kemungkinan pendaratan setjara besar-besaran ter-sebut.

(c) Hal ini sangat penting karena Tourisme dalam tingkat nasional atau regional (antar pulau atau antar regional) setjara prak-tis belum ada karena fasilitet pengangkutan laut pada dewasa ini belum memungkinkan adanja rombongan kun-djungan dari suatu daerah kedaerah lain jang pada dewasa ini hakekatnja merupakan urat nadi hubungan antar pulau. (d) Angkutan laut harus diperbaiki dan diperbanjak 300% untuk

pelabuhan² daerah Tourisme dalam djangka tahapan pertama seharusnja dibangun,

(e) Oleh karenanja harus ada alternatif jang dibuka oleh peru-sahaan nasional untuk pengangkutan Tourisme internasional dengan mentjapai djarak Singapore, Hongkong, Manila dan Djepang, Australia dan New Zealand.

3. Pengangkutan Darat :

(a) Djalan² dan djalan raya merupakan sjarat mutlak,

Di Djawa misalnja djalan² raja jang utama pada umumnja baik. Pada beberapa djarak pendek djalan² raja itu tak baik pemeliharaannja dan anak djalan sering tak terpelihara dengan Baik.

(b) Volume angkutan darat bagi kaum touris setjara chusus harus diperbaiki dan diperbanjak,

(c) Dalam waktu 5 tahun dari Rentjana I adalah : (1) membuat assembling bus².

taxi.

(2) Perbaikan djalan² route. Tourisme :

(9)

b) Djawa Tengah : Semarang — Solo — Jogja — Kedu — Semarang,

c) Djawa Timur: Surabaja – Tengger — Malang.

d) Bali (Circle Route Bali) : Membuat djalan batu kira² 100 km.

Memberi aspal djalan dan pedalaman : Gegel, Basa-kih, Taman Udjung, Tirtagangga Luhur, Sanggah dll. sepandjang ± 140 km².

(3) Mengadakan sebuah "fixed rate" penjewaan taxi dan mengadakan keseragaman taxi' tsb.

c. Promosi Tourisme.

1. Di-pelabuhan² udara/laut jang penting diadakan "displayroom", dan poster jang tjukup banjak dan menarik lebih² untuk konsumsi luar negeri jang penting, umpamanja diAmerika dan Eropah Barat. Demikian djuga di-negara² jang berdekatan dengan negara Indonesia dimana pelabuhan udara/laut merupakan pos jang terachir untuk Indonesia misalnja Singapore, Bangkok, Hongkong, Manila, Tokyo, Perch, Sydney, dsb.-nja.

2. Untuk mengatasi ongkos jang mungkin diperlukan terlalu tinggi guna menerbitkan brosur² jang mungkin diperlukan terlalu tinggi guna menerbitkan brosur² jang bagus, maka ada baiknja bila Indo-nesia mengadakan kerdjasama dengan negara² tetangga misalnja dengan Malaya, Thailand dan Kambodja dan dengan mana misal-nja dengan „Kundjungilah Asia Tenggara” (visit South East Asia). Dengan demikian ongkos akan dipikul oleh 4 atau 5 negara, sehingga lebih murah daripada kalau hanja oleh satu negara.

3. Mengadakan penerangan² jang sifatnja meluas tentang Indonesia diluar negeri. Mengadakan kerdjasama dengan perusahaan² pener-bangan, pelajaran dll. untuk mempopulerkan Indonesia.

4. Rentjana bahan² jang akan ditjetak meliputi se-kurang²nja 100.000 lembar untuk diaiarkan ke-negara² dimana Indonesia mendapat pasaran Tourisme jang baik.

5. Mengundang penulis perdjalanan (travel writer) asing jang baik untuk menulis tentang Tourisme di Indonesia dan mendatangkan ahli promosi jang dapat mendidik kader² untuk memberi petundjuk² dalam menjediakan tentang teknik pertjetakan brosur, folder dsb. Kemudian tentang pembuatan film² perdjalanan (travel film). 6. Mengadakan research & survey baik mengenai perkembangan

Tourisme didalam negeri maupun diluar negeri, memperlengkapi bahan² dokumentasi/perpustakaan mengenai Tourisme.

(10)

f. Entertainment.

1. Memelihara objek2 Tourisme jang merupakan barang² peninggalan kebudajaan dimasa jang lampau sehingga para touris dapat menik-mati keindahannja.

2. Tamu² bila datang kedaerah2 Tourisme. ingin berpesiar Disamping menikmati keadaan alamnja. Hendaknja mereka diberi pula kesem-patan untuk melihat keadaan² di-desa2 jang spesipik kedaerahan, jang bentuk dan suasananja berlainan dengan di-tempat² lain. Dengan mempergunakan keadaan3 diatas, dapat dikembangkan aktivitas masjarakat didaerah untuk memelihara dan mengembang-kan kesenian daerah itu masing² dan Disamping itu ada pula kesem-patan untuk mendapat penghasilan dari Tourisme.

3. Djika Sistim ini dikembangkan. maka dapat diadakan suatu „fes-tival” kesenian", atau minggu kesenian dengan mempertundjukkan kesenian dari daerah² pada musim datangnja touris² luar/dalam negeri.

g. Souvenir.

Disamping memiliki sjarat2 optimum jang memungkinkan Indonesia muntjul dalam perkembangan Tourisme jang leas, jaitu keindahan alam jang ber-limpah², barang² kuno jang terpelihara baik, flora dan fauna jang spesifik tropis, sifat dan watak bangsa jang ramah-tamah, maka

Indonesia djuga mempunjai sifat dan sjarat jang tak boleh dilupa-kan untuk menarik touris jaitu SOUVENIR. Dengan perantaraan sebuah souvenir jang bermutu orang dapat menghargai kebudajaan sesuatu negeri. Demikian djuga halnja terhadap Indonesia. Untuk itu maka didalam bidang Tourisme masalah souvenir ini sudah pada tempat-nja untuk mendapat perhatian jang besar didalam tahap pertama dalam bidang Tourisme, (lihat lampiran). Dan harus diusahakan nazending dan dapat dibajar dengan valuta asing.

h. Rentjana Pendidikan.

1, Merentjanakan penukaran tenaga dalam bidang Tourisme dengan luar negeri, serta mendidik kader2 untuk dilatih dalam bidang Touris-me, dalam djangka waktu jang tertentu.

2. Ada baiknja tenaga2 dikirim keluar negeri untuk beladjar perhotelan, travel conductors dsb.

Tetapi lebih baik lagi bila diadakan pendidikan tsb. didalam negeri untuk menjesuaikannja dengan keadaan dan iklim ditanah air. Pendi-dikan ini harus dilaksanakan dan hendaknja Pemerintah memberi subsidi jang tjukup besar untuk menjelenggarakan pendidikan dibi-dang restoran, hotel, kantor Tourisme, guide (jang berbahasa asing : Inggeris dan Perantjis dsb.nja).

§ 1354. Saran-saran

(11)

b. Memberikan service/pelajanan terutama pada kebersihan, makanan, air minum dan masalah² jang ada sangkut-pautnja dengan itu (Tja-tatan : didjelaskan bahan matjam dan tiara makannja).

c. Penjederhanaan dari pada formalitas pada douane dan imigrasi. d. Hendaknja selalu diingat bahwa hasrat seorang touris adalah ingin

tahu dan melihat segala sesuatunja jang bersifat betul² nasional. Karena itu djanganlah ditjoba memberi pelajanan dan hiburan/per-tundjukkan dsb.nja jang tidak bersifat nasional Indonesia, Djustru karena pelajanan, adat-istiadat, hiburan/pertundjukkan bersifat nasional inilah jang menjebabkan seorang touris tertarik datang ke Indonesia.

e. Ruangan² digedung terminal lapangan terbang jang penting2 hendak-nja diperluas.

f. Lebih baik lagi kalau ada hubungan langsung dengan perusahaan Angkutan Laut Internasional dari negara2 jang penting, darimana Indonesia mendapatkan pasaran Tourisme jang sangat besar.

g. Hendaknja dalam tahapan pertama dibidang Tourisme ini pemerintah telah dapat membuat peraturan²/undang² jang chusus dapat membantu perkembangan lapangan Tourisme. (Undang² perhotelan, Undang² Touris & Travel Bureau, Peraturan2 mengenai Taxi dan lainnja).

§ 1655. Rentjana umum tahapan pertama (1961-1969)

Didalam tahapan pertama bidang Tourisme ini rentjana pembiajaan ditekankan kepada projek pembangunan Tourisme jang terpenting,. jaitu sebagai berikut:

1. Organisasi 4. Objek

2. Promosi 5. Akomodasi

3. Pendidikan 6. Pengangkutan.

§ 1656. Biaja jang disediakan

Untuk pembangunan Tourisme dalam Rentjana I disediakan biaja sedjumlah Rp. 500,--- djuta.

§ 1657. Kemungkinan keuntungan dibidang Tourisme

(12)

Seperti tjontoh misalnja Eropah Barat mempunjai lalu-lintas Tourisme dari luar negeri jang terbaik perkembangannja, sehingga disemua negeri Eropah lalu-lintas Tourisme itu besar artinja dilapangan ekonomi.

Dalam tahun 1954, djumlah orang jang bepergian ke Eropah Barat kira² 26,500,000. Djumlah ini memperlihatkan kenaikan hampir 16% dari pada dalam tahun 1953, Dalam tahun 1955 dan 1956, djumlahnja mening-kat terus.

Didalam bidang ekonomi, lalu-lintas Tourisme dari Amerika Serikat mengambil peranan jang terpenting, meskipun djumlah warganegara Amerika Serikat bukan jang paling besar dalam usaha perpelantjongan di Eropah Barat, Sebabnja ialah bahwa para pelantjong bangsa Eropah Barat memerlukan pendapatan dollar itu untuk neratja pembajaran mereka,

Didaerah Pasifik, diluar Hawaii, Djepang adalah negara jang telah berusaha paling kuat untuk menarik pelantjongan2 luar negeri sepuluh tahun belakangan ini. Karena hotel baik jang tjukup banjaknja, sistim pengangkutan Baik dan pelajanan jang baik sekali, Djepang telah mena -rik keuntungan atas Tourisme asing dilapangan ekonomi,

Untuk usaha Tourisme ke Indonesia dimasa depan, penting diketahui bahwa kira2 90% dari pengundjung ke Djepang datang dari Amerika Serikat.

Dengan perkembangan lalu-lintas udara dewasa ini, harus diharap-kan bahwa Tourisme melalui udara adiharap-kan meluas dalam beberapa tahun ini dengan ketjepatan jang sama seperti dalam tahun' jang lalu. Ini mem -punjai arti chusus bagi Indonesia, dan semua negeri dari many dapat diharapkan datangnja lalu-lintas Tourisme itu.

Setjara njata Indonesia belum dapat ikut sera dalam pengembangan Tourisme di Pasifik, meskipun menurut kemungkinan² alamnja Indonesia harus dapat mengambil bagian dalam Tourisme di Pasifik tersebut.

Menurut pengundjung² Timur Djauh jang berpengalaman, Indonesia sama baik letaknja dengan Djepang, Hongkong, Filipina dan Australia misalnja.

Didalam bidang sosial-politik Tourisme dalam negeri djuga memberi kemungkinan² jang lebih Iuas untuk perhubungan dari satu daerah dengan daerah lain, jang memungkinkan usaha untuk memperkokoh kesadaran nasional.

Dalam usaha untuk memperkembangkan rasa nasional dalam negeri, Tourisme merupakan usaha untuk saling mempererat hubungan antara suku dengan suku, antara penduduk daerah satu dengan daerah lainnja, antara kota satunja dengan lainnja dan lain sebagainja,

Ia memberikan kesempatan kepada kita untuk saling menghargai adat-istiadat, agama dan kebiasaan2 masing².

(13)

kesem-patan kepada kita untuk lebih mentjintai tanah air kita jang kaja-raja dan indah ini.

Didalam bidang internasional Tourisme merupakan manifestasi dari kepribadian bangsa Indonesia jang ramah-tanah; tahu menghormati tamu, tahu menghormati diri sendiri dan bisa bergaul dengan segala bangsa.

Bangsa Indonesia menerima segala tamu dengan segala keramah-tamahannja dan dapat membanggakan sumber kekajaan alamnja dan kebu-dajaannja.

Bangsa Indonesia mau dan sanggup bersahabat dengan segala bangsa selama bangsa itu menghormati adat-istiadat dan peraturan2 kita.

Kekajaan² karya bangsa Indonesia jang kuno, seperti tjandi2 Boro-budur, Mendut, Prambanan dan lain sebagainja jang perkasa dan abadi menundjukkan kemampuan daja tjipta bangsa Indonesia dimasa jang lam-pau.

Tourisme dapat memberi sumbangan jang berharga dalam memper-kokoh hubungan kita dengan negara² lain. Tourisme dalam negeri dapat mendjadi satu djembatan dalam mempertemukan kita sama kita. Hal ini disebabkan oleh keindahan alam jang ber-limpah2, kesempatan jang luas untuk dapat melakukan pelbagai tjabang sport, kesenian Indonesia jang beraneka djenis dan tjoraknja, barang dan bangunan kuno jang masih ter -pelihara baik flora dan fauna jang spesifik, sifat peramah dan toleransi besar dari bangsa kita.

Selain hal2 tsb diatas, djuga barang2 souvenir Indonesia hasil karya kebudajaan, dapat membawa Indonesia kedalam pergaulan bangsa² jang berkebudajaan dan berperadaban sopan.

Andaikata kita bepergian djauh, lebih keluar negeri maka waktu hendak meninggalkan tempat itu tenth kita ingin sekali membeli sesuatu sebagai oleh² atau tanda-mata untuk sanak-saudara, kenalan, kawan atau-pun kekasih jang ditjintai, jang sipatnja chas atau spesifik dari tempat atau negeri jang dikundjungi tersebut.

Barang² jang mungil bermutu seni mengingatkan kita pada Bali; batik jang berharga dan menarik mengenangkan kita pada Jogja dan Solo; wajang golek mengenangkan kita pada Parahijangan; perhiasan dari pada perak mengenangkan kita pada Sulawesi; tenunan bersulam benang emas mengingatkan kita pada Palembang; kipas bulu burung Tjenderawasih mengenangkan kita pada Irian, dan sebagainja.

Djadi dengan singkat, barang2 hasil karya Indonesia dapat membawa-kan Bangsa Indonesia kepergaulan Dunia Internasional jang makin ramai dan pesat, Dan Tourisme disini memegang peranan jang sangat penting.

Demikianlah keuntungan jang mungkin diperoleh dalam bidang Touris-me ditindjau dari segi2 ekonomi, sosial-politik dan kebudajaan.

§ 1658. Perkiraan Pendapatan Devisen

(14)

Indonesia pada tahun 1971, jaitu dalam waktu 10 tahun, akan dapat menghasilkan diantara $ 8 --- $ 9 djuta tiap tahun dari touris Amerika dan kira² $ 5,2 djuta dari berbagai negara lain, terutama Eropah. Kalau di Indonesia dapat dilaksanakan suatu program Tourisme jang luas, effektif dan tetap, maka djumlah ini akan naik mendjadi $ 197.-- djuta dalam 10 tahun.

2. Ditahun 1968 di Sydney dan Melbourne (Australia) akan ada kira2 43.000 touris Amerika jang berkundjung kesana, perdjalanan mana dinamakan Route Pasifik Kedua (Second Pacific Route) dengan melalui Tahiti, Fiji dan Selandia Baru (New Zealand). Demikian djuga ditahun 1968 akan ada 200,000 Touris Amerika jang mengun-djungi Bangkok, perdjalanan mana dinamakan Route Pasifik Pertama (First Pacific Route) dengan melalui Hawaii, Tokyo, Hongkong, Manila dan Bangkok.

Untuk kedua Route Pasifik ini Indonesia sudah seharusnja dapat mengambil bagian, dengan djalan menemukan kedua Route perdja-lanan ini sehingga kemudian dapat mentjiptakan sebuah Route Keli-ling Pasifik (Round Pacific Route), Ini dapat mendjadikan Indonesia daerah Tourisme jang subur, dan Indonesia dapat menampung seti-dak-tidaknja 93,000 touris Amerika (lihat lampiran X).

3. Disamping touris Amerika ini pasaran touris Australia — New Zealand (dimana orang² Australia berkundjung ke New Zealand), dan begitu djuga sebaliknja orang² New Zealand ke Australia di- tahun 1968 kira2 meliputi 80,000 orang, jang oleh Indonesia dapat ditarik sekurang-kurangnja 20% (16.000 orang). Ditahun itu djuga kira2 16.000 orang bepergian dari Inggeris (dan Eropah lainnja) ke Australia jang djuga bisa ditampung oleh Indonesia jang terletak pada Route London -- Sidney,

4. Seorang touris bisa dapat diharapkan tinggal dan berkeliling di Indo -nesia kurang --- lebih selama 5-7 hari (tidak mungkin lebih lama), karena sebagian besar hari2nja telah dihabiskan di-negara2 lain jang dikundjunginja, jang akan dihabiskannja dengan bepergian ke Bogor --Bandung -- Jogja/Solo Surabaja --- Bali, dimana objek2 tou-risme sudah memang terkenal Baik dan madju, serta perhubungan telah agak lumajan.

5. Seorang touris bisa kira2 akan dapat mengeluarkan uang untuk kun-djungannja selama di Indonesia (5-7 hari) sebanjak US $ 75 ,— $ 100 untuk pengangkutan (Djakarta -- Bogor Bandung dsb.nja), $ 110 untuk makan/minum dan hotel, $ 40 untuk "sightseeing" dan $ 40 untuk meatball souvenir.

(15)

6. Djadi kalau akomodasi hotel diperbaiki, penerbangan langsung (direct flights) menudju daerah² objek Tourisme tersebut diatas dapat diatur dengan rapi intensif, maka para touris luar negeri jang melan-tjong di Indonesia akan memberi penghasilan kepada Negara berupa devisen sebanjak $ 35 djuta setahun,

7. Kalau Indonesia dapat menjelenggarakan sebuah program Tourisme international setjara baik, teratur dan tetap seperti jang telah diker-djakan oleh Swiss dan Djepang, program mana kita namakan "PRO INDONESIAN PROGRAM" maka pendapatan dari aspek tourisme seluruhnja itu akan menambah pendapatan devisen dalam bidang Tourisme sebesar $ 110 djuta dalam tahapan kedua, dari pendapatan tsb. Pemerintah akan memperoleh pendapatan negara: retribusi, opslag atau toll dsb, sebesar 10% X 110 djuta = $ 11 djuta.

8. Demikian djuga bila industri Tourisme di Indonesia berdjalan dengan baik, teratur dan tetap setjara menjeluruh dapat dikira²kan 135.000 touris jang akan datang tiap tahunnja dimana mereka akan mem-butuhkan se-tidak²nja 2000 kamar hotel jang baik dan menurut standar. Untuk itu perbaikan hotel, pengangkutan harus diutamakan dalam tahapan pertama ini daerah² seperti Djakarta, Djawa Barat, Djawa Tengah, Djawa Timur dan Bali sebagian target pertama untuk men-dapat modal pembangunan dalam tahapan kedua di-lain daerah.

(16)

LAMPIRAN I.

SUSUNAN ORGANISASI TOURISME DI INDONESIA.

1. KEMENTERIAN

PERHUBUNGAN : ditugaskan sebagai Instansi jang bertang-gung djawab terhadap kelantjaran djalan-nja tourisme di Indonesia (lihat surat kepu-tusan Presiden Republik Indonesia no. 129 Tahun, lampiran A).

1a. Bagian Tourisme : pelaksanaan dari tugas termaksud sub. 1 (lihat surat keputusan Presiden Republik Indonesia No. 129 Tahun 1957, lampiran A).

(17)

2. Panitia Interdeparte-mental Urusan

Tour-isme (PITOUR) :Bahan penasehat Menteri

Perhubungan dalam persoalan2

mengenai bidang Pemerintah, (lihat

lampiran c.).

Tourisme daerah mempunjai sifat otonomi penuh dalam

lapangan pekerdjaannja

didaerah2 jang bersang-kutan,

b. bersifat non-komersil,

mempunjai tugas dan

kewadjiban dalam bidang masjara-kat (partikelir) untuk

mengkoordinasikan dan

membimbing badan2 Tourisme

partikelir non-komersil

didaerah serta perusahan2 jang

mengolah dan melajani soak

dalam menunaikan tugasnja mengenai soal tourisme pada umumnja (Lihat lampiran D. Surat, keputusan Menteri Perhubungan No. H2/2/21 tanggal 8 April 1957),

c. Untuk mendjalankan tugasnja se-hari2 badan federasi Tourisme

Indonesia (D.T.I.) mempunjai satu Badan Peker-dja jang bertempat kedudukan di Dja-karta, dengan tjatatan bahwa

garia2 be-sar dari tugas

pekerdjaan jang harus

(18)

musjawarah dari para anggauta2-nja,

4. dan 5 Anggauta2 dari Dewan Tourisme Indonesia

(D.T.I.)

6. Anggauta2 dari Lembaga2 Jajasan2/Badan Tourisme

Daerah.

(19)

Lampiran

II

DJUMLAH HOTEL KLAS A DAN KLAS B DI INDONESIA HOTEL .

KLAS A,

No.

Nama Kota Nama Hotel DjumlahRata²

Kamar

Rata2

Djumlah Tamu

1. Djakarta Duta Indonesia 205 500

2. — Dharma Nirmala 141 378

3. — Transaera 45 GO

4. Bandung Preanger 150 350

5. — Savoy Homan 144 305

6. — Grand Lembang 72 144

7. — Astoria 30 54

8. — Pasirdjati 25 100

9. — Orient 43 90

10. — Malabar 24 50

11. Jogjakarta Garuda 100 250

12. Semarang Du Pavilion 74 200

13. — Bellevue 18 40

14. Surakarta Dana 45 130

15. Surabaja Simpang 80 200

16. Den Pasar Bali 85 200

17. — Sindu Beach 12 30

18. — Segara Beach 25 50

19. Makasar Grand Makasar 38 70

(20)
(21)

HOTEL KLAS B:

No. Nama kota Nama Hotel Rata Djumlah Kamar

30. Ubud Bali Puri Ubud 10 20

(22)

LAMPIRAN III —

Tamu Touris Taxi Bus Djumlah Kamar Kapasitet

Kl. A Kl. B Kl. A Kl. B Kamar Tamu

1. Djakarta 150 3 5 391 198 589 1.358 117

2. Bandung 100 7 2 488 58 546 1.228 109

DJUMLAH : 2.346 15.716 7.398 700 15 20 1.181 674 1.855 4.261 369 4.400.540

(23)

SILIWANGI

. DJAKARTA

Tamu Touris Taxi Bus Djumlah Kamar Kapasitet

Kl. A Kl. B Kl. A Kl. B Kamar Tamu

1. Djakarta 300 3 5 391 198 589 1.358 500

2. Bandung 200 7 2 488 58 546 1.228 464

DJUMLAH : 32.000 14.796 1.100 100 15 20 1.181 674 1.855 4.261 1.574 8.960.000

(24)

SILIWANGI - DJAKARTA

Tamu Touris Taxi Bus Djumlah Kamar Kapasitet

Kl. A Kl. B Kl. A Kl. B Kamar Tamu

1. Djakarta 300 4 5 1.400 198 1.598 2.358 1.358

2. Bandung 200 7 2 688 58 746 1.728 634 DJUMLAH : 4.000 47.000 23.352 1.100 300 16 20 2.790 674 3.464 6.761 2.942 15.400.000

(25)

SILIWANGI - DJAKARTA

Tamu Touris Taxi Bus Djumlah Kamar Kapasitet

Kl. A Kl. B Kl. A Kl. B Kamar Tamu

1. Djakarta 1.000 5 5 2.000 198 2.198 150.00

0

1.868

2. Bandung 600 7 2 750 58 808 1.728 686

3. Jogja 300 2 — 500 — 500 1.250 425

4. Surabaja 600 2 4 280 222 702 1.200 426

5. Denpasar (Bali)

600 4 6 500 69 569 1.460 483

6. Medan 300 1 3 200 127 127 765 277

39.480.000

DJUMLAH : 141.000 51.000 3.400 900 21 20 4.230 674 4.904 156.40

3

4.165 39.480.000

(26)

Pendjelasan Lampiran IV

a. Tentang datangnja tamu²dalam periode ini belum dapat ditentukan djumlahnja.

b. Diharapkan kenaikan djumlah Tourisme dalam periode ini akan meningkat dua kali dari periode 1957 -- 1959 mendjadi 32.000. c. Seperti halnja djumlah Tourisme jang diharapkan bertambah

meningkat dua kali, maka volume jang bisa mendapat djuga akan meningkat dua kali.

d. Djumlah taksi mendjadi lipat dua daripada periode 1957 — 1959, ketjuali Bali bertambah dengan 50 taksi.

e. Diharapkan kamar jang dapat dipergunakan setjara effektif adalah 85% dengan perkataan lain, adanja pengosongan hotel² dari penghuni tetap (pegawai negeri dan alat² negara).

f. Pendapatan devisen diharapkan mendjadi dua kali pendapatan seluruh periode 1957 -- 1959.

4. Periode 1962:

a. Diharapkan untuk Asian Games 4.000 tamu.

(27)

d. Dengan dibangunnja HOTEL INDONESIA djumlah kamar di Djakarta diharapkan mendjadi 1.400 (Hotel Indonesia + per-luasan hotel² lain). Di Bandung diharapkan penambahan 200 kamar, Jogjakarta 200 kamar dan Denpasar 200 kamar.

e. Dengan penambahan kamar², maka perkiraan kapasitas tamu untuk 100 kamar adalah 250.

f. Pendapatan devisen diharapkan dari pengeluaran tamu² Asian Games dan pars touris.

5. Periode 1963 -- 1965:

a. Dalam periode ini dap' tahunnja diharapkan kedatangan touris sedjumlah 47.000 orang, jang terdiri dari 65% penumpang udara dap 35% penumpang laut.

b. Diharapkan pada tahun 1963, 1964 dan 1965 volume jang bisa mendarat udara masing² sebanjak 200, 250 dan 300 pendaratan tiap² minggu.

c. Untuk menampung kedatangan tamu dan touris, maka akomodasi di Djakarta ditambah dengan 2.000 kamar, di Bandung, Jogja, Surabaja, Den Pasar (Bali) dan Medan masing² dengan 200 kamar.

(28)
(29)

Lampiran V. UNTUK KONSULTASI SOUVENIR SHOP

SELURUH INDONESIA KE I JANG DISELENGGARAKAN OLEH DEWAN TOURISME INDONESIA PADA

TGL. 19 DJANUARI 1960 DI DJAKARTA.

Para peserta Konsultasi Souvenirshop berpendapat perlu adanja Badan Koordinasi tersebut jalah Dewan Tourisme Indonesia. Dengan pedoman pada keputusan2 sebagai berikut :

I. Permodalan/bahan baku.

A. Berusaha memperkuat permodalan daripada pengusaha sou-venirshop supaja dapat mempunjai daja beli jang lebih besar. B. Memberikan bantuan dalam usaha untuk mendapatkan

per-modalan dalam bentuk keuangan dan/atau bahan seperti jang telah dikerdjakan oleh Pemerintah (Dept, Perindustrian Rakjat) untuk bidang mekanisasi, perbaikan mutu produksi dll.-nja. C. Mohon pada Pemerintah adanja djatah/fasilitas jang tjukup

ba-njak, bahkan dalam bentuk devisen bagi keperluan bahan2 untuk produksi souvenir di Indonesia.

II. Produksi/kwalitet:

A. Meminta kepada Pemerintah supaja memungkinkan dilindunginja keaslian dan kebenaran kwalitet dengan djalan mengadakan sematjam undang2 barang.

B. Meminta kepada pembuat barang2 souvenir agar memberikan keterangan2 jang sebenarnja mengenai kwaliteit souvenir dan selalu mendjaga keseimbangan produksi dengan tidak me-ninggalkan unsur2 kebudajaan nasional.

C. Meminta kepada souvenirshop untuk selalu memegang teguh dalam memberikan keterangan mengenai kwalitet sesuatu sou-venir, sesuai dengan keadaan jang sebenarnja.

D. Mengharapkan kepada Touris Bereau dan instansi² Pemerintah, agar supaja memberikan rekomendasi kepada tourist dan tamu2 Pemerintah untuk membeli Souvenir di toko souvenir bangsa Indonesia jang dianggap bermutu baik.

III. Pendjualan :

(30)

Badan tersebut ditugaskan bekerdja sama setjara erat dengan seniman², Djawatan Ekspor LAAPN serta Bea Tjukai untuk dapat mendorong ekspor souvenir dengan sebaik2nja,

B. Supaja souvenirshop saling mengadakan hubungan jang lebih erat untuk memungkinkan adanja saling pertukaran barang² souvenir berasal dari seluruh Indonesia,

C. Supaja pesanan² Pemerintah mengenai barang souvenir disalurkan lewat Badan Koordinasi.

D. Meminta fasilitas pengangkutan Darat/Laut/Udara bagi barang² souvenir.

IV. Sales Promotion :

A. Sepenuhnja disetudjui adanja sistim daftar rekomendasi dari souvenirshop jang merupakan bimbingan bagi pembeli (bagi touris maupun bukan) dalam soak pembelian souvenir.

Dan sjarat²nja akan ditentukan oleh D.T.I, Tjatatan :

Tjatatan:

akan bekerdja erat untuk mengisi eksposisi tetap di Djakarta (Wisma Nusantara), dsampingnja berusaha mewudjudkan eksposisi tetap di-masing² daerah.

E. Mengandjurkan kepada Pemerintah untuk sebanjak mungkin ikut serta dalam Pekan Raya Internasional (International Fairs).

F. Mengandjurkan supaja penjelenggaraan Pekan Raya chusus untuk barang² souvenir diserahkan pada badan sentral.

G. Mohon supaja para Perwakilan Indonesia/Trade Commisioners Information Officers diluar negeri

(31)

H. Kerdjasama dalam lapangan publisitas dari souvenirshop dengan D.T.I. diintensifkan terutama dalam memberi informasi jang sebanjak-banjaknja mengenai pertumbuhan souvenir.

(32)

V. Nazending/pengangkutan:

A. Prinsipnja nazending dapat didjalankan.

Prosedure nazending akan diichtiarkan bersama antara D.T.I. dengan Pemerintah (LAAPN-Djawatan Expor. BEA TJUKAIBag. Tourisme Dept. Perhubungan Darat dan PTT) dengan tu -djuan supaja dapat mendjamin bahwa ongkos pembelian dengan ongkos pengangkutan dapat dibajar dengan valuta asing,

B. jang diberi kesempatan nazending oleh LAAPN hanja Souvenir-shop jang dianggap bonafide oleh D.T.I..

Tjatatan :

Kepada LAAPN diminta mempeladjari kemungkinan pengiriman kalau kembali dengan rupiah legal dan ingin mengadakan nazen-ding.

VI. Asian Games :

Seluruh souvenirshop dan D.T.I. menjatakan kepada Dewan Asian Games kesediannja untuk bekerdjasama membantu suksesnja Asian Games jang akan datang.

Djakarta, 19 Djanuari 1960 Pimpinan Sidang,

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar hal tersebut, dalam rangka mendukung pelaksanaan UU Desa dan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Surat Pernyataan Kesanggupan melaksanakan ketentuan yang berkaitan dengan Gerakan Kemitraan Usaha Nasional

 DICETAK DENGAN WARNA HITAM DI ATAS DASAR WARNA PUTIH ATAU WARNA LAIN YANG MENYOLOK KONTRAS DENGAN TULISAN

Kegiatan – 2. Secara cepat, bagi kelompok menjadi dua. Jika terlalu besar, peserta bisa dibagi menjadi 3. Masing-masing kelompok terdiri maksimal 15 anggota. Peserta

Penghijauan untuk kepentingan konservasi dipertahankan, kemudian dalam BWK X ini juga menyatakan bahwa di wilayah BWK X tidak lagi diperpanjang areal galian C nya

Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran e-learning pada mata kuliah Termodinamika

Mulyasa, beliau mendefinisikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang

[r]