• Tidak ada hasil yang ditemukan

input output updating ekonomi kreatif 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "input output updating ekonomi kreatif 2014"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

ISBN: 978-602-438-192-9

No. Publikasi: 07130.1801

No. Katalog: 9401005

Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm

Jumlah Halaman: xiv + 224 halaman

Naskah: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Nasional

Penyunting/Editor: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Nasional

Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif

Gambar: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Nasional

Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik

Dicetak oleh: PT. Citra Mawana Patamaro

(4)

KATA PENGANTAR

E

konomi kreatif (ekraf ) sebagai konsep ekonomi baru yang

mengandalkan ide kreatiitas, budaya, dan teknologi

diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi

perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi

katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah

perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik

Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS

dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) tahun 2017. Buku ini

menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan

bagian dari

Big Data

ekonomi kreatif. Gambaran tentang

potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini

dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi:

Proil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan

Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi

Kreatif 2010-2016; Klasiikasi Jabatan Ekraf dalam

KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun

2014-2016; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5

Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha;

Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016 dan Upah

Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016; serta Tabel Input

Output

Updating

Ekonomi Kreatif 2014.

Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis

pengambilan keputusan dan

monitoring

perkembangan dan kebijakan

di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk

memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun

masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat

dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia

usaha di bidang ekraf.

Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta

penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan

bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh)

kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf.

Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan

BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di

Indonesia maupun dunia internasional.

Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini.

Jakarta, Desember 2017

Kepala Badan Pusat Statistik,

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

A

tivitas ekonomi pada dasarnya merupakan rangkaian

aktivitas yang saling terkait dari satu sektor terhadap

sektor yang lain, sehingga analisis yang dilakukan secara

independen terhadap satu sektor tidak akan berhasil

maksimal. Produksi suatu sektor membutuhkan input produk

dari sektor lainnya, dan sebaliknya menjadi input produk bagi

sektor lain. Produk ekonomi kreatif dipercaya merupakan input

yang bisa mengungkit nilai tambah bagi sektor yang lain yang

menggunakannya.

Namun, opini saja tidak cukup kuat digunakan sebagai

dasar kebijakan, perlu didukung oleh data yang

membuktikan kebenaran opini tersebut. Alasan inilah

yang mendorong disusunnya Tabel Input Output

Updating Ekonomi Kreatif 2014. Dari tabel input

ouput ini, dampak yang tercipta dari produk-produk

kreatif terhadap sektor lain dapat dibuktikan. Dengan

perhitungan yang akurat, kebijakan yang diambil

pun menjadi lebih tepat sasaran.

Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014

merupakan disagresasi dari Tabel Input Output

Nasional. Tabel ini memuat struktur biaya dari enam

belas subsektor ekonomi kreatif. Dari sini, subsektor

yang memiliki rasio nilai tambah yang besar akan terukur. Selain itu,

Tabel Input Output juga akan menunjukan sektor-sektor mana saja yang

menggunakan dan memanfaatkan produk kreatif. Lebih jauh, buku ini

akan membahas keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan

ke belakang (backward linkage) subsektor ekonomi kreatif secara

sederhana.

Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan

pihak-pihak yang terkait atas partisipasinya dalam penyusunan buku

ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan

dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh

masyarakat Indonesia.

Jakarta, Desember 2017

Kepala Badan Ekonomi Kreatif,

(7)

Naskah

Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Nasional

Penanggung Jawab Umum

Setianto, S.Si, M.Si.

Penanggung Jawab Teknis

Suryadiningrat, SE, MM,

Editor

Tim Direktorat Neraca Produksi,

Tim Direktorat Neraca Pengeluaran.

Penulis Naskah

Cahya Alkahi, SST,

Pardomuan Robinson Sihombing, SST.

Pengolah Data

Tim Direktorat Neraca Produksi,

Tim Direktorat Neraca Pengeluaran.

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KEPALA BPS ______________________________ iii

KATA PENGANTAR KEPALA BEKRAF __________________________ v

PENYUSUN ______________________________________________ vi

DAFTAR ISI ______________________________________________ vii

DAFTAR TABEL ___________________________________________ viii

DAFTAR GAMBAR _________________________________________ ix

DAFTAR LAMPIRAN _______________________________________ x

Bab I

Pendahuluan __________________________________ 3

Bab II

Pemahaman Tabel Input Output ___________________ 11

Bab III

Gambaran Ekonomi Kreatif Indonesia _______________ 55

Bab IV

Kesimpulan ____________________________________ 75

LAMPIRAN ______________________________________________ 79

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Struktur Permintaan Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (Miliar

Rupiah) ________________________________________ 57

Tabel 3.2. Struktur Penyediaan Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (miliar

rupiah) _________________________________________ 58

Tabel 3.3. Struktur Output Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 _________ 59

Tabel 3.4. Struktur NTB atas Dasar Harga Dasar Sektor Ekonomi Kreatif,

2014 ___________________________________________ 60

Tabel 3.5. Struktur Input Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 ___________ 61

Tabel 3.6. Struktur Input Primer Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (Miliar

Rupiah) ________________________________________ 62

Tabel 3.7. Pengganda Output Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 _______ 63

Tabel 3.8. Pengganda Pendapatan Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 ___ 65

Tabel 3.9. Pengganda Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 __ 66

Tabel 3.10.

Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Ekonomi Kreatif,

2014 ___________________________________________ 67

Tabel 3.11. Dampak Output Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (Miliar Rupiah)

_______________________________________________ 68

Tabel 3.12. Dampak Pendapatan Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (Miliar

Rupiah) ________________________________________ 69

Tabel 3.13. Dampak Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (Miliar

Rupiah) ________________________________________ 70

Tabel 3.14. Simulasi Kenaikan Ekspor Sektor Kriya terhadap Perekonomian

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1. Perbandingan Nilai Tambah Bruto, Kontribusi dan

Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kreatif, 2016 _________ 4

Gambar 2.1. Perbandingan Supply and Use Table dan Tabel Input

Output _______________________________________ 11

Gambar 2.2. Kerangka Supply and Use Table ___________________ 15

Gambar 2.3. Kerangka Tabel Input Output _____________________ 17

Gambar

2.4.

Tahapan Penyusunan Tabel Input Output

Updating

Ekonomi Kreatif 2014 ___________________________ 20

Gambar 2.5. Alur Keterkaitan antar Sektor dalam Perekonomian ___ 46

Gambar 3.1. Penyediaan dan Penawaran Sektor Ekonomi Kreatif,

2014 ________________________________________ 55

Gambar 3.2. Aliran Barang dan Jasa Indonesia, 2014 ____________ 56

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Klasiikasi Tabel Input Output

Updating

Ekonomi Kreatif

2014 ________________________________________ 79

Lampiran 2. Korespondensi Klasiikasi Tabel Input Output

Updating

Ekonomi Kreatif 2014 __________________________ 85

Lampiran 3. Transaksi Total atas Dasar Harga Pembeli, 2014 (Juta

Rupiah) _____________________________________ 109

Lampiran 4. Transaksi Total atas Dasar Harga Dasar, 2014 (Juta Rupiah)

____________________________________________ 147

Lampiran 5. Transaksi Domestik atas Dasar Harga Dasar, 2014 (Juta

(12)
(13)
(14)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor yang saat ini diharapkan

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah isu

pelemahan ekonomi global. Dalam rangka mendukung perencanaan

pembangunan diperlukan penentuan prioritas kegiatan sektor ekonomi

khususnya sektor ekonomi kreatif yang diyakini dapat menjadi mesin

pendorong baru pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sektor-sektor perekonomian pada hakikatnya saling terkait satu sama lainnya.

Kemajuan suatu sektor tidak terlepas dari dukungan suatu sektor

ekonomi untuk meningkatkan sektor ekonomi lainya sehingga dapat

berdampak pada kemajuan perekonomian secara agregat.

Dalam rangka memberikan ukuran keterkaitan sektor ekonomi kreatif

dengan sektor ekonomi lainnya, efek pengganda (

multiplier

) untuk

mengetahui sektor ekonomi kreatif yang dapat menjadi pemacu

perekonomian nasional, dan gambaran penyediaan dan penawaran

produk barang dan jasa ekonomi kreatif secara komprehensif disusun

Tabel Input Output

Updating

Ekonomi Kreatif 2014.

Tahun 2014, sektor ekonomi kreatif yang mempunyai indeks

backward

dan

forward linkages

tertinggi adalah sektor kriya. Hal ini menunjukkan

bahwa sektor kriya memiliki kaitan dengan sektor-sektor lain yang

tinggi sehingga menyebabkan sektor ini lebih unggul dari pada

sektor-sektor yang lain untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Efek

pengganda suatu sektor dapat digambarkan menggunakan angka

pengganda yang terdiri dari pengganda output, pendapatan, dan tenaga

kerja. Sektor kuliner merupakan sektor dengan pengganda output

dan pendapatan terbesar. Sedangkan sektor dengan efek pengganda

tenaga kerja tertinggi adalah sektor seni pertunjukan. Semakin besar

efek pengganda, semakin besar pula peran sektor tersebut dalam

perekonomian.

Informasi yang dihasilkan dari hasil analisis Tabel Input Output

Updating

(15)
(16)

PENDAHULUAN

(17)
(18)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang pesat saat ini berdampak pada

perubahan tata kelola informasi, pola perdagangan, dan konsumsi

di berbagai belahan dunia. Perubahan yang dinamis tersebut juga

memicu pengembangan ekonomi baru yang semakin kompetitif, penuh

kreativitas dan berkelanjutan. Saat ini, negara maju dan berkembang

mulai banyak yang mengandalkan kegiatan ekonomi baru yang

bertumpu pada ide dan kreativitas serta dukungan teknologi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan

pekerjaan, yang dikenal dengan ekonomi kreatif. Hal itu ditengarai

karena ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif diyakini dapat

memberikan kontribusi bagi perekonomian negara secara signiikan.

World Bank mencatat pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016

sebesar 2,5 persen, sedikit lebih rendah dari capaian 2015 sebesar

2,8 persen. Bila dilihat dari kelompoknya, kelompok ekonomi

negara maju tumbuh 1,8 persen lebih rendah dibandingkan

dengan pertumbuhan pada 2015 sebesar 2,3 persen. Hal tersebut

didorong pelemahan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat,

Eropa dan Jepang, sedangkan kelompok negara berkembang

sedikit meningkat dari 3,8 persen pada 2015 menjadi 4,0 persen.

Tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02

persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,88 persen.

Capaian sektor ekonomi kreatif juga menunjukkan kinerja positif

Bab I

Pendahuluan

£

(19)

dengan pertumbuhan yang meningkat dibandingkan tahun 2015

dari 4,41 persen menjadi 4,95 persen. Peranan sektor ekonomi

kreatif dalam perekonomian nasional pada tahun 2016 mencapai

7,44 persen atau sebesar 923 triliun rupiah. Tiga sektor yang paling

dominan yaitu sektor kuliner, fesyen dan kriya dengan kontribusi

sebesar 74,81 persen dari total nilai tambah sektor ekonomi

kreatif. Sektor kuliner berkontribusi besar dalam pembentukan

nilai tambah sektor ekonomi kreatif yaitu sebesar 41,40 persen

dan pertumbuhannya sebesar 5,06 persen. Di sisi lain sektor

ekonomi kreatif yang kontribusinya masih dibawah 10 persen

seperti sektor televisi dan radio dan sektor ilm, animasi, dan

video mampu tumbuh di atas 10 persen. Sektor ekonomi kreatif

dengan pertumbuhan tertinggi adalah televisi dan radio sebesar 10,33

persen walaupun peranannya baru mencapai 8,27 persen. Hal tersebut

dapat dijadikan dasar identiikasi pengembangan lebih lanjut

sektor-sektor yang masih dapat ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi Indonesia dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Gambaran nilai tambah bruto, kontribusi dan pertumbuhan sektor

ekonomi kreatif dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1. Perbandingan Nilai Tambah Bruto, Kontribusi dan

Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kreatif, 2016

£

Tiga sektor yang

paling dominan

yaitu sektor kuliner,

fesyen dan kriya

dengan kontribusi

sebesar 74,81

persen dari total

nilai tambah sektor

ekonomi kreatif

Pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia dimulai dengan

diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dilanjutkan oleh Kabinet Kerja Presiden

Jokowi-Jusuf Kalla (2015-2019) dengan membentuk badan baru yaitu

Badan Ekonomi Kreatif melalui Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun

2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif. Selanjutnya, Peraturan Presiden

tersebut diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015

0

Nilai Tambah Bruto (triliun)

Kuliner 43,22% Televisi dan Radio 8,06%

Penerbitan 6,52%

Aplikasi dan Game Developer 1,84%

(20)

tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015

tentang Badan Ekonomi Kreatif agar dapat memenuhi tuntutan

kompleksitas pengembangan ekonomi kreatif.

Di dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015, produk-produk

ekonomi kreatif diklasiikasikan kedalam 16 sektor ekonomi

kreatif yang berkorespondensi dengan Klasiikasi Baku Lapangan

Usaha Indonesia (KBLI) dan Klasiikasi Baku Komoditi Indonesia

(KBKI). Rincian keenam belas subsektor ekonomi kreatif tersebut

yaitu (1). Arsitektur; (2). Musik; (3). Desain Interior; (4). Fesyen; (5).

Desain Komunikasi Visual; (6). Aplikasi dan

Game Developer

; (7).

Desain Produk; (8). Penerbitan; (9). Film, Animasi, dan Video; (10).

Periklanan; (11). Fotograi; (12). Televisi dan Radio; (3). Kriya; (14).

Seni Pertunjukan; (15). Kuliner; dan (16). Seni Rupa.

Pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia merupakan rangkaian

upaya dan proses perbaikan yang terencana, terpadu, bertahap dan

berkesinambungan dalam berbagai bidang. Pembangunan yang

dilakukan bertumpu pada ide dan kreatiitas yang merupakan sumberdaya

berkelanjutan dan menuangkan kreatiitas tersebut untuk di proses

menjadi produk-produk kreatif yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup manusia dengan pemanfaatan seluruh sumber daya yang

terbarukan secara optimal. Hal tersebut sejalan dengan arah kebijakan

pemerintah saat ini untuk melakukan proses transformasi ekonomi

dari ekonomi berbasis konsumsi rumah tangga menjadi investasi

dan mulai meninggalkan sumber daya alam tanpa proses menuju

industri pengolahan menggunakan sumber daya berkelanjutan yang

dapat meningkatkan nilai tambah dan memberikan efek pengganda

(

multiplier

) yang tinggi untuk peningkatan perekonomian nasional.

Proses peningkatan nilai tambah merupakan pemicu peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan diharapkan berpihak pada peningkatan

pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja.

Untuk melakukan perencanaan, memonitor dan mengevaluasi

seberapa besar perkembangan pembangunan yang dicapai, diperlukan

bermacam-macam data statistik sebagai alat informasi sekaligus guna

menentukan strategi kebijakan sehingga sasaran pembangunan dapat

dicapai seperti yang diharapkan. Salah satu data statistik tersebut adalah

Tabel Input-Output (I-O). Penyusunan Tabel I-O

Updating

Ekonomi

Kreatif dimaksudkan untuk menyediakan data statistik khususnya

ekonomi kreatif secara komprehensif yang mampu menggambarkan

hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit ekonomi dan

nilai pengganda serta analisis dampak perubahan konsumsi akhir

yang dilakukan rumahtangga, pemerintah dan perusahaan (konsumsi,

£

(21)

investasi, dan ekspor) terhadap pertumbuhan output, penciptaan nilai

tambah, dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Jenis data yang

disajikan pada tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif antara lain dapat

dimanfaatkan untuk melakukan analisis dan proyeksi perekonomian

sektor ekonomi kreatif dalam perencanaan pembangunan khususnya

pada bidang ekonomi kreatif.

1.2. Ruang Lingkup

Penyusunan Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif tahun 2014 disusun

untuk tingkat nasional. Dalam publikasi ini disajikan bagaimana

Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif disusun, sumber data dan metode

estimasi yang digunakan serta analisis gambaran sektor ekonomi kreatif

berdasarkan Tabel I-O.

Secara umum, lingkup penyusunan publikasi ini adalah :

1.

Menyajikan Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif tahun 2014 yang

dapat digunakan sebagai dasar perumusan pembangunan sektor

ekonomi kreatif;

2.

Menyajikan analisis dengan berdasarkan Tabel I-O

updating

Ekonomi

Kreatif tahun 2014 yang dapat bermanfaat untuk:

a.

Memberikan gambaran sektor-sektor unggulan melalui

identiikasi keterkaitan sektor-sektor ekonomi kreatif dengan

sektor ekonomi lainnya

b. Mengukur efek berganda sektor ekonomi kreatif terhadap

perekonomian nasional;

c.

Untuk memperkirakan dampak pembangunan sektor ekonomi

kreatif terhadap perekonomian nasional.

1.3. Sistematika Penulisan

Publikasi Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif 2014 diterbitkan dalam 4

bab dengan pembabakan isi sebagai berikut:

1.

Bab I merupakan pendahuluan dan berisi uraian tentang latar

belakang, ruang lingkup dan sistematika isi publikasi.

2.

Bab II berisi uraian tentang konsep dan deinisi untuk kerangka

(22)

penyusunannya, dan metode analisisnya.

3.

BAB III berisi analisis gambaran ekonomi kreatif berdasarkan Tabel

I-O

Updating

Ekonomi Kreatif 2014.

(23)
(24)

PEMAHAMAN

TABEL INPUT

OUTPUT

(25)
(26)

Tabel I-O merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling

keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah pada

suatu periode waktu tertentu. Saat ini penyusunan Tabel I-O di Indonesia

mengikuti pedoman

System of National Accounts

(SNA) 2008 yang

dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Berdasarkan pedoman

tersebut, Tabel I-O disusun berbasis SUT dan penggunaannya untuk

kepentingan analisis makro saja tidak lagi sebagai kerangka kerja untuk

konsistensi data dan basis penentuan level Produk Domestik Bruto (PDB).

Secara umum perbandingan antara SUT dan Tabel I-O adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.1. Perbandingan SUT dan Tabel I-O

Bab II

Pemahaman Tabel Input

Output

SUT

Tabel I-O

Tujuan

Sebagai basis untuk konsistensi

penyusunan PDB menurut 3

pendekatan, Tabel I-O dan Neraca

lainnya

Sebagai basis untuk analisis dan

modeling

Dimensi

Matriks Rektanguler (tidak simetris),

industri x produk

Matriks simetris,

produk x produk

Periode

Tahunan

5 tahunan atau tidak reguler

Kompilasi

Data dikompilasi sedekat mungkin

dengan kondisi riil di lapangan

(27)

Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan Tabel I-O yang

disusun, dalam bab ini diuraikan konsep dan deinisi tentang SUT dan

Tabel I-O, serta metode penyusunan Tabel I-O

updating

ekonomi kreatif

yang dilakukan dengan cara

updating

. Diharapkan dengan penjelasan ini

dapat digunakan sebagai panduan untuk pemanfaatan Tabel I-O dalam

berbagai keperluan analisis khususnya di bidang ekonomi kreatif.

2.1. Supply and Use Tables

SUT merupakan suatu kerangka kerja yang fokus pada kegiatan produksi

dalam ekonomi, sehingga di dalam SUT akan tergambar bagaimana

aliran produk barang dan jasa dalam perekonomian. SUT terdiri

dari dua kerangka utama yaitu tabel

Supply

dan tabel

Use

.

Tabel

Supply

atau penyediaan memberikan gambaran rinci atas

penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan

yang didatangkan dari luar wilayah (impor). Sedangkan Tabel

Use

atau penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan

jasa untuk permintaan antara dan permintaan akhir (konsumsi

domestik, pembentukan modal bruto dan ekspor). Selain itu, Tabel

Use

juga menggambarkan bagaimana komponen nilai tambah

(kompensasi pekerja, surplus usaha bruto dan pajak lainnya atas

produksi neto) diciptakan oleh industri dalam ekonomi domestik.

Sehingga, SUT juga dapat memberikan informasi rinci dalam

proses produksi, saling ketergantungan dalam kegiatan produksi,

penggunaan barang dan jasa serta penciptaan pendapatan yang

diperoleh dari kegiatan produksi. SUT yang seimbang memberikan

gambaran hubungan data industri, produk dan sektor secara koheren.

Adapun manfaat penyusunan SUT antara lain:

1.

SUT merupakan alat yang paling eisien untuk mengintegrasikan

berbagai jenis data dasar dan menghubungkannya secara koheren

antara industri, produk, dan pengguna utama secara sistematis;

2.

SUT mengkonfrontasi perbedaan data dasar secara eisien dan

memberikan landasan yang kuat untuk membuat koreksi yang

tepat. Konfrontasi data tersebut mengarah pada peningkatan

akurasi estimasi;

3.

SUT mengintegrasikan penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB)

menurut tiga pendekatan (Produksi, Pengeluaran, dan Pendapatan);

4.

SUT merupakan dasar penyusunan Tabel Input-Output (I-O).

£

(28)

Klasiikasi

SUT dan Tabel I-O adalah suatu sistem yang memberikan gambaran

perekonomian secara menyeluruh. Oleh karena itu sistem tersebut

dituntut untuk mampu mencakup seluruh komoditi dan kegiatan

perekonomian, baik komoditi yang dihasilkan oleh aktivitas produksi

dalam negeri (domestik) maupun komoditi yang berasal dari produksi

luar negeri (impor). Pada praktiknya, barang dan jasa atau komoditi yang

dihasilkan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk isik yang beragam.

Oleh karena itu, pada tahap awal penyusunan SUT dan Tabel I-O proses

mengelompokkan barang dan jasa maupun aktivitas produksi ke

dalam kelompok-kelompok tertentu dilakukan di tahap awal. Proses

pengelompokkan barang dan jasa inilah yang dikenal sebagai tahap

penyusunan klasiikasi.

Pada saat menyusun klasiikasi, selain mencakup seluruh komoditi

dan aktivitas dalam perekonomian juga harus mempertimbangkan

ketersediaan data dan kerangka analisis yang akan dicapai. Hal tersebut

dilakukan agar data yang dihasilkan dapat menjawab kebutuhannya.

Proses penyusunan klasiikasi juga harus mencakup konkordansi dari

suatu sistem klasiikasi ke lainnya.

Kerangka Kerja SUT

Gambaran tentang dua kerangka utama SUT terdiri dari tabel

supply

dan

tabel

use

terdapat pada gambar 2.2. Tabel

supply

memberikan gambaran

tentang penyediaan barang dan jasa menurut komoditi (baris) yang

dihasilkan berdasarkan lapangan usaha yang menghasilkan

(kolom). Penyediaan barang dan jasa dibedakan antara komoditi

yang dihasilkan di dalam wilayah itu sendiri (output domestik)

dan dari luar negeri (impor). Dalam tabel

supply

penilaian output

dinilai berdasarkan harga dasar (

basic price

) dan pada tabel supply

juga terdapat tabel valuasi (

valuation tables

) yang terdiri dari

kolom pajak dikurangi subsidi atas produk dan kolom margin

perdagangan dan pengangkutan. Tabel penilaian tersebut

diestimasi untuk mendapatkan penilaian total penyediaan atas

harga pembeli (

purchasers’ price

).

Tabel

use

terdiri dari 3 (tiga) komponen matriks yaitu permintaan

antara, permintaan akhir, dan komponen Nilai Tambah Bruto (NTB)

atau input primer. Tabel

use

dinilai atas dasar harga pembeli. Matriks

permintaan antara dirinci menurut produk (baris) dan lapangan usaha

yang menghasilkan (kolom). Informasi didalamnya menunjukkan

penggunaan produk menurut jenis unit yang memproduksinya. Hal

£

(29)

tersebut merupakan salah satu aspek yang menarik dari SUT dan Tabel

I-O. Permintaan akhir terdiri dari komponen konsumsi rumah tangga,

konsumsi Lembaga Non-Proit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT),

konsumsi pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB),

perubahan inventori dan ekspor. Sedangkan informasi pada komponen

nilai tambah yang terdiri dari kompensasi tenaga kerja, surplus usaha/

pendapatan campuran bruto serta pajak lainnya dikurang subsidi lainnya

atas produksi.

Persamaan pada SUT yang harus dipenuhi:

Total Penyediaan = Total Penggunaan

Total Output = Total Input

Dimana:

Total Penyediaan

= Total output domestik atas dasar harga dasar +

impor barang dan jasa + Pajak kurang subsidi atas produk + Margin

perdagangan dan biaya pengangkutan

Total Penggunan

= Total permintaan antara + permintaan akhir menurut

produk

Total Output = Total Input

= Total konsumsi antara + Nilai tambah

menurut lapangan Usaha.

Dari tabel SUT dapat diperoleh indikator makro PDB menurut 3 (tiga)

pendekatan yang konsisten yaitu PDB Produksi = PDB Pengeluaran =

PDB Pendapatan.

PDB Produksi = Total nilai tambah menurut lapangan usaha + pajak

dikurangi subsidi atas produk

PDB Pengeluaran = Total permintaan akhir – impor

(30)

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014

15

2.2. Tabel Input Output

Tabel I-O menyajikan informasi tentang transaksi barang dan

jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian

berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan

pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk

memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Disamping itu,

isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan

nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolomnya

menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing

sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara

maupun input primer.

Menurut Baumol (1972) analisis input ouput sebagai upaya memasukkan

fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris sisi produksi.

Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi

antar pelaku perekonomian. Teknologi produksi yang digunakan

memegang peranan penting yaitu teknologi dalam kaitannya dengan

penggunaan input antara.

£

Tabel I-O menyajikan

informasi tentang

transaksi barang

dan jasa yang

terjadi antar sektor

ekonomi dengan

bentuk penyajian

berupa matriks

8

Sedangkan informasi pada komponen nilai tambah yang terdiri dari

kompensasi tenaga kerja, surplus usaha/pendapatan campuran bruto serta

pajak lainnya dikurang subsidi lainnya atas produksi.

TABEL SUPPLY TABEL USE

LAPANGAN

USAHA Valuasi

LAPANGAN

USAHA PERMINTAAN AKHIR harga pembeli

K

Sumber: Sanjiv Mahajan, “Development, Compilation and Use of SUT in the United Kingdom National Accounts”, 2011

Gambar 1.1 Kerangka Kerja SUT

Persamaan pada SUT yang harus dipenuhi:

Total Penyediaan = Total Penggunaan.

Total Output = Total Input

Dimana:

Nilai sama

Nilai sama

(31)

Keterbatasan Tabel Input Output

Data yang disajikan dalam Tabel I-O merupakan informasi rinci

tentang input dan output sektoral yang mampu menggambarkan

keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian.

Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam proses

penyusunannya, model input output bersifat statis dan terbuka.

Asumsi dasar dalam penyusunan Tabel I-O adalah:

1.

Keseragaman (

homogenity

), yaitu asumsi bahwa setiap

sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan

jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada

substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang

berbeda.

2.

Kesebandingan (

proportionality

), yaitu asumsi bahwa

hubungan antara input dan output pada setiap sektor produksi

merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output

suatu sektor akan sebanding (berbanding lurus) dengan kenaikan

dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.

3.

Penjumlahan (

additivity

), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan

produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada

masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa di luar

sistem Tabel I-O semua pengaruh dari luar diabaikan.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka Tabel I-O sebagai model kuantitatif

memiliki keterbatasan, yaitu bahwa koeisien input atau koeisien teknis

diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi. Karena

koeisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh

sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan.

Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding

dengan perubahan kuantitas dan harga output.

Walaupun demikian, model I-O masih merupakan alat analisis yang

lengkap dan komprehensif. Beberapa kegunaan Tabel I-O antara lain

adalah:

1.

Menggambaran kondisi perekonomian dari sisi penyediaan dan

penggunaan barang dan jasa secara komprehensif.

2.

Untuk analisis-analisis keterkaitan antar sektor dan analisis

pengganda untuk melihat pengaruh suatu sektor dengan sektor

lainnya serta memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap

perekonomian.

£

(32)

3.

Untuk analisis dan dasar penyusunan model ekonomi lainnya yang

lebih kompleks.

Kerangka Kerja

Secara umum, matriks dalam Tabel I-O dapat dikelompokkan menjadi

tiga kuadran (sub matriks), yaitu kuadran I, II dan III. Isi dan pengertian

masing-masing kuadran tersebut secara ringkas dapat dilihat pada

gambar 2.3.

Gambar 2.3. Kerangka Tabel I-O

£

Setiap sel pada

kuadran I merupakan

transaksi antara,

yaitu transaksi

barang dan jasa

yang digunakan

dalam proses

produksi

19

Alokasi

Output PERMINTAAN

PENYEDIAAN

2020 Surplus Usaha Bruto

2030 Pajak dikurang subsidi lainnya atas produksi

2090 Nilai Tambah Bruto

2100 TOTAL INPUT

Gambar 1.3. Kerangka Kerja Tabel I-O

a. Kuadran I.

Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi

barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Isian sepanjang

baris pada kuadran ini memperlihatkan alokasi output suatu sektor

ekonomi yang digunakan sebagai input oleh sektor lainnya dan disebut

sebagai permintaan antara. Sedangkan isian-isian sepanjang kolomnya

memperlihatkan penggunaan input oleh suatu sektor yang berasal dari

sektor lainnya dan disebut sebagai input antara. Dalam analisis

menggunakan model I-O, kuadran I memiliki peranan penting karena

K

(33)

menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses

produksinya.

2.

Kuadran II

Isian sel-sel pada kuadran II ada dua jenis, yaitu (a) transaksi

permintaan akhir dan (b) komponen penyediaan pada

masing-masing sektor produksi. Permintaan akhir terdiri dari enam

komponen, yaitu pengeluaran total konsumsi rumah tangga (3010),

konsumsi LNPRT (3012), pengeluaran konsumsi pemerintah (3020),

PMTB (3030), perubahan inventori (3040), total ekspor barang

dan jasa (3070) terdiri dari ekspor barang dan jasa (3070). Jumlah

permintaan (3100) merupakan jumlah permintaan antara (1800)

ditambah dengan jumlah permintaan akhir (3090). Sedangkan

jumlah penyediaan (8000) terdiri dari produksi dalam negeri atau

output domestik (7000), barang dan jasa yang berasal dari impor

dan margin perdagangan dan biaya pengangkutan (5090) serta

pajak atas produk dikurang subsidi atas produk (6090). Barang dan jasa

impor (4090). Margin perdagangan dan biaya pengangkutan atau

Trade

and Transport Margin

(TTM) terdiri dari margin perdagangan dan biaya

pengangkutan (5090). Dengan demikian isian sepanjang baris pada

kuadran II memperlihatkan komposisi permintaan akhir terhadap suatu

sektor produksi dan bagaimana komposisi penyediaannya. Sedangkan

isian sepanjang kolom menunjukkan distribusi masing-masing

komponen permintaan akhir dan penyediaan.

3.

Kuadran III

Isian kuadran III terdiri dari sel-sel nilai tambah bruto atau input primer. Nilai

tambah bruto (2090) terdiri dari kompensasi tenaga kerja (2010), surplus

usaha bruto (2020), dan pajak dikurangi subsidi lainnya atas produksi

(2030). Isian sepanjang baris pada kuadran III menunjukkan distribusi

penciptaan masing-masing komponen nilai tambah bruto menurut

kelompok produk sesuai industri yang menghasilkan. Sedangkan isian

sepanjang kolom menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah

bruto oleh masing-masing kelompok industri menurut komponennya.

Dalam banyak analisis, nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh

masing-masing kelompok produk dikonversikan ke PDB. Untuk menghasilkan

total PDB maka nilai tambah bruto atas dasar harga dasar terlebih dahulu

harus ditambah dengan pajak kurang subsidi atas produk (6090). Di

samping melalui nilai tambah bruto, produk domestik bruto dapat juga

diturunkan dari permintaan akhir, yaitu jumlah seluruh permintaan akhir

(3090) dikurangi dengan total impor barang jasa (4090).

£

(34)

Transaksi yang digunakan dalam Tabel I-O ada dua jenis, yaitu

transaksi total dan transaksi domestik. Transaksi total mencakup

semua transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi

dalam negeri (output domestik) maupun yang berasal dari impor.

Sedangkan yang dicakup pada transaksi domestik hanya transaksi

atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor produksi di dalam

negeri saja. Di samping itu pada Tabel I-O juga menggunakan

dua jenis harga untuk penilaian setiap transaksi yang digunakan,

yaitu harga pembeli dan harga dasar. Pada transaksi atas dasar

harga pembeli, semua transaksi dinilai atas dasar harga yang dibayar

oleh pembeli yang mencakup juga margin perdagangan dan biaya

pengangkutan serta pajak dikurangi subsidi atas produk. Sedangkan

pada transaksi atas dasar harga dasar yang digunakan sebagai dasar

penilaian adalah harga dari produsen barang dan jasa yang bersangkutan

tanpa margin perdagangan dan biaya pengangkutan serta pajak

dikurangi subsidi atas produk. Berdasarkan uraian tersebut, maka Tabel

I-O

Updating

Ekonomi Kreatif 2014 yang disusun terdiri dari tiga tabel

dasar, yaitu

1.

tabel transaksi total atas harga pembeli;

2.

tabel transaksi total atas harga dasar;

3.

tabel transaksi domestik atas harga dasar.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, pada tabel transaksi domestik atas

dasar harga dasar transaksinya tidak lagi mencakup barang dan jasa

impor. Untuk menjaga agar tetap seimbang (

balance

), maka barang

dan jasa yang diperoleh dari impor pada tabel transaksi domestik

dikumpulkan pada baris tersendiri dan diberi kode (2000) sedangkan nilai

pajak dikurang subsidi atas produk dikumpulkan pada baris tersendiri

dengan kode (1950).

Hubungan antara tabel transaksi atas dasar harga pembeli dan harga

dasar dijelaskan pada formula di bawah ini:

Tabel transaksi total atas dasar harga pembeli

dikurang (-) tabel margin perdagangan dan pengangkutan

dikurang (-) tabel pajak atas produk neto

=

Tabel transaksi total atas harga dasar

£

(35)

dikurang (-) tabel impor

=

Tabel transaksi domestik atas harga dasar

2.3. Tahapan Penyusunan

Penyusunan Tabel I-O ekonomi kreatif dilakukan dengan teknik

updating

,

metode ini menggabungkan pendekatan secara langsung dengan

metode tak langsung. Dengan kata lain sebagian sel-sel matriks

koeisien teknis diperkirakan dari hasil survei dan sebagian lagi

menggunakan model berdasarkan Tabel I-O terkini yang disusun

lengkap/sebagai benchmarking pada periode sebelumnya dan

data makro ekonomi. Dengan kata lain

updating

Tabel I-O ekonomi

kreatif 2014 disusun menggunakan data-data hasil sensus, survei,

data administratif, dan Tabel I-O Indonesia 2010. Hal ini didasarkan

pada asumsi bahwa level dan nominal (

current price

) sektor-sektor

ekonomi untuk proses produksi barang dan jasa, mengalami

perubahan cukup berarti, meskipun secara struktur ekonomi tidak

berubah secara nyata. Tahapan umum dan penjelasan penyusunan

Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif 2014 adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4. Tahapan Penyusunan Tabel I-O Updating Ekonomi

Kreatif 2014

£

Penyusunan

Tabel I-O ekonomi

kreatif dilakukan

Penyusunan klasifikasi dan framework

Dimensi klasifikasi tabel I-O ekonomi kreatif 2014 adalah 63x63 produk

Updating komponen supply dan use

* updating output

* updating permintaan antara * updating nilai tambah * updating permintaan akhir * transformasi tabel I-O

Updating Tabel I-O

* Rekonsiliasi tabel I-O * updating Matriks impor * updating Matriks valuasi

Catatan mengenai tahapan pokok penyusunan tersebut dielaborasi lebih

lanjut pada pembahasan berikut ini.

Klasiikasi Tabel Input-Output Ekonomi Kreatif

(36)

berbagai barang dan jasa yang dicakup oleh masing-masing sektor.

Asumsi utama yang digunakan dalam penyusunan klasiikasi sektor

adalah bahwa satu sektor hanya akan menghasilkan satu macam barang

dan jasa. Pada kenyataannya, satu kegiatan ternyata dapat menghasilkan

lebih dari satu macam komoditi. Dalam hal ini maka harus diusahakan

agar komoditi-komoditi yang dihasilkan oleh suatu sektor memiliki kelas

yang sama atau setara. Namun demikian jika ternyata dari kegiatan di

suatu sektor dihasilkan pula suatu komoditi yang sangat berbeda dengan

sifat komoditi di sektor yang bersangkutan, maka komoditi ini harus

dikeluarkan dari sektor tersebut dan dimasukkan ke sektor yang sesuai.

Dalam penyusunan Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif 2014,

pertimbangan utama yang digunakan adalah Peraturan Presiden

Nomor 72 Tahun 2015, aktivitas ekonomi kreatif diklasiikasikan

kedalam 16 subsektor. Klasiikasi 16 subsektor ekonomi kreatif

yang berbasis KBLI dikorespondensikan dengan produk-produk

yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi tersebut berdasarkan

Klasiikasi Baku Komoditi Indonesia (KBKI). Klasiikasi tersebut

dikorespondensikan dengan klasiikasi Tabel I-O. Adapun rincian

klasiikasi Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif 2014 berdimensi

63x63 produk dimana rincian klasiikasi dan korespondensinya

dapat dilihat pada tabel lampiran 1.

Dimensi Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif 2014 diklasiikasikan

berdasarkan 63 produk-x-produk. Dalam penyusunannya diintegrasikan

dengan penyusunan klasiikasi SUT sehingga dapat ditelusuri kesesuaian

klasiikasi Tabel I-O dengan sistem klasiikasi standar. Tabel I-O

produk-x-produk mendeskripsikan hubungan teknologi antara produk dan unit

produksi yang homogen. Bagian transaksi antara mendeskripsikan untuk

setiap produk, jumlah produk yang digunakan untuk memproduksi

suatu produk, terlepas dari industri yang memproduksi. Analisisnya

dapat dilakukan untuk melihat dampak perubahan konsumsi akhir suatu

produk terhadap produksi produk tersebut. Klasiikasi Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif 2014 berkorespondensi dengan KBKI 2010 dapat dilihat

pada tabel lampiran 2.

Updating

Output

Output adalah nilai dari seluruh produk (barang/jasa) yang dihasilkan oleh

lapangan usaha produksi di suatu wilayah domestik tanpa membedakan

kepemilikan faktor-faktor produksi yang ada di wilayah itu. Jadi pelaku

produksinya dapat berupa penduduk di wilayah domestik tersebut atau

perusahaan dan penduduk asing. Oleh karena itu output sering juga

£

(37)

disebut sebagai output domestik. Penghitungan output dilakukan

dengan menjumlah nilai dari barang/jasa yang telah dihasilkan

oleh suatu lapangan usaha tanpa memperhatikan apakah produk

tersebut terjual atau tidak. Untuk sektor perdagangan, output

atau margin perdagangan merupakan nilai jual dikurangi nilai

beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya

angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang.

Secara umum metode yang digunakan untuk estimasi output

dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi.

Uraian metodologi masing-masing Sektor di bawah ini merujuk

pada klasiikasi pada lampiran 2, bahwa setiap sektor mencakup

beberapa kategori dan lima digit KBKI. Estimasi output dan input

dilakukan per kategori dalam tiap-tiap Sektor ekonomi kreatif.

Berikut adalah cakupan, sumber data dan metode estimasi output dan

input dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing-masing

sektor ekonomi kreatif.

1.

Sektor Arsitektur

Berdasarkan klasiikasi Industri sektor arsitektur mencakup aktivitas

arsitektur dan keinsinyuran. Penghitungan output pada sektor arsitektur

menggunakan data output SE 2006 dimana nilai output tahun 2014

diestimasi dengan menggunakan indikator produksi berupa jumlah

tenaga kerja dan indikator harga berupa rata-rata output per tenaga

kerja. Sementara itu untuk memperoleh nilai struktur input sektor

arsitektur, menggunakan struktur input hasil SE 2006 dan Survei Khusus

Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) tahun 2017 serta data dari

Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ).

2.

Sektor Desain Interior

Serupa dengan sektor arsitektur, sektor desain interior juga mencakup

aktivitas arsitektur dan keinsinyuran dimana nilai output diestimasi

dengan menggunakan output SE 2006. Indikator produksi yang

digunakan adalah jumlah tenaga kerja sementara indikator harga berupa

rata-rata output per tenaga kerja. Sementara itu untuk penghitungan

struktur input pada sektor desain interior, data-data yang digunakan

meliputi data struktur input hasil SE 2006, SKNP-EK tahun 2017 serta data

hasil SKSPJ.

3.

Sektor Desain Komunikasi Visual

Berdasarkan klasiikasi Industri sektor desain komunikasi visual juga

£

Penghitungan output

dilakukan dengan

menjumlah nilai dari

barang/jasa yang

telah dihasilkan

oleh suatu lapangan

usaha tanpa

(38)

serupa dengan sektor arsitektur dan desain interior yaitu mencakup

aktivitas arsitektur dan keinsinyuran. Penghitungan output pada sektor

ini menggunakan output hasil SE 2006 dimana indikator produksi

yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja sementara indikator harga

menggunakan rata-rata output per tenaga kerja.Untuk penghitungan

struktur input sektor desain komunikasi visual, data-data yang digunakan

meliputi struktur input hasil SE 2006, data SKNP-EK tahun 2017, SKSPJ

serta informasi yang bersumber dari Asosiasi Desain Grais Indonesia

(ADGI).

4.

Sektor Desain Produk

Sektor desain produk mencakup tiga aktivitas yaitu aktivitas perancangan

khusus, pengepakan dan pendidikan teknik swasta. Untuk aktivitas

perancangan khusus dan pengepakan, nilai output diestimasi dengan

menggunakan output SE 2006 dengan indikator produksi berupa jumlah

tenaga kerja. Untuk aktivitas pendidikan teknik swasta nilai output

dihitung berdasarkan perkalian indikator produksi yaitu jumlah siswa

dengan indikator harga yaitu rata-rata output per siswa.

Penghitungan struktur input sektor desain produk untuk ketiga aktivitas

menggunakan metode yang sama yaitu menggunakan struktur input

hasil SE 2006 dan SKNP-EK tahun 2017. Secara Keseluruhan sumber data

yang digunakan dalam penghitungan sektor desain interior meliputi

data SE 2016, data SKNP-EK 2017, data dari Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) dan SKSPJ.

5.

Sektor Film, Animasi dan Video

Sektor ilm, animasi dan video mencakup tiga aktivitas yaitu industri

pengolahan, informasi dan komunikasi serta jasa pendidikan.

Penghitungan output pada aktivitas industri pengolahan menggunakan

output dari data Industri Besar Sedang (IBS) yang dihasilkan oleh

BPS. Sementara itu untuk data informasi dan komunikasi dihitung

berdasarkan data jumlah ilm, sinetron, dan sejenisnya dikalikan dengan

rata-rata biaya pembuatan ilm, sinetron, dan sejenisnya tersebut. Untuk

struktur

supply

, menggunakan struktur data produksi IBS dan data SE

(39)

dengan menggunakan hasil SUT Nasional.

Penghitungan struktur input pada sektor desain produk untuk ketiga

aktivitas menggunakan metode yang sama yaitu menggunakan struktur

input hasil SE 2006 dan SKNP-EK tahun 2017.

6.

Sektor Fotograi

Sektor fotograi mencakup tiga aktivitas yaitu jasa perusahaan, jasa

pendidikan dan jasa lainnya baik jasa lainnya swasta maupun yang

disediakan pemerintah. Pada aktivitas jasa perusahaan estimasi output

didasarkan pada hasil SE 2006 dengan menggunakan indikator produksi

berupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga menggunakan

rata-rata output per tenaga kerja. Selanjutnya, dilakukan proses konkordansi

untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI

2015. Pada aktivitas jasa pendidikan struktur output dan input dibentuk

dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Output dihitung berdasarkan

hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator

produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan

indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data

jumlah peserta kursus diperoleh dari Kemendikbud, sedangkan data

output per peserta kursus diperoleh dari hasil SKSPJ. Untuk penghitungan

data terkait aktivitas jasa lainnya nilai output dihitung menggunakan

pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi

dan indikator harga. Pendekatan indikator produksi yang digunakan

dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Selain itu untuk

sektor jasa lainnya khususnya jasa lainnya pemerintah sumber data yang

digunakan adalah realisasi belanja pegawai dan estimasi penyusutan

APBN dan APBD.

7.

Sektor Kriya

Sektor kriya mencakup dua aktivitas yaitu industri pengolahan dan

perdagangan. Untuk aktivitas industri pengolahan penghitungan

output menggunakan output dari data Industri Besar dan Sedang

(IBS) dan Industri Mikro dan Kecil (IMK). Sementara itu untuk aktivitas

perdagangan penghitungan output untuk menggunakan pendekatan

tidak langsung/

commodity low

, yaitu dengan menghitung besarnya

(40)

mana ditambahkan lagi dengan output sekundernya yang dihitung

menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio output sekunder

ini diperoleh dari SKSPJ.

8.

Sektor Kuliner

Sektor Kuliner mencakup tiga aktivitas yaitu industri pengolahan,

perdagangan dan aktivitas penyediaan akomodasi dan makan minum.

Penghitungan output pada aktivitas industri pengolahan menggunakan

output dari data IBS dan IMK. Sementara itu untuk menghitung output

pada aktivitas perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/

commodity low

, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan

barang-barang sektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam pendekatan

ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk

masing-masing produk kuliner. Marjin perdagangan diperoleh dari

perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin

perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output

yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama kemudian

ditambahkan dengan output sekundernya yang dihitung menggunakan

rasio terhadap output utamanya. Rasio output sekunder ini diperoleh

dari SKSPJ.

Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum

masuk dalam cakupan dalam sektor kuliner. Total output produk jasa

penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan

jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data

konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional

(Susenas) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di

dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya, turis Indonesia membeli

makanan di restoran di luar negeri). Dengan kata lain, output yang

dihasilkan merupakan total

supply

produk jasa penyediaan makan minum

yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor.

Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan

makan minum Susenas, maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi

dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah

dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum. Selain itu,

konsumsi rumah tangga yang dihasilkan dalam Susenas, bisa dilakukan

di restoran selain kaegori penyediaan makan minum (transportasi dan

penyediaan akomodasi) sehingga diperlukan output yang dihasilkan

oleh industri tersebut.

9.

Sektor Musik

(41)

perdagangan, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa

pendidikan serta aktivitas jasa lainnya. Penghitungan output sektor

musik pada aktivitas industri pengolahan menggunakan data output

dari IBS dan IMK. Sementara itu penghitungan output untuk kegiatan

perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/

commodity

low

, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan

barang-barang sektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini

dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk setiap

produk sektor musik. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara

output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar

dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari

perkalian tersebut merupakan output utama kemudian ditambahkan

dengan output sekundernya yang dihitung menggunakan rasio terhadap

output utamanya. Rasio output sekunder ini diperoleh dari SKSPJ.

Output sektor musik pada aktivitas jasa pendidikan diperoleh sebagai

hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator

produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan

indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data

jumlah peserta kursus diperoleh dari Kemendikbud, sedangkan data

output per peserta kursus diperoleh dari SKSPJ. Struktur output dan

input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional.

Penghitungan output pada aktivitas informasi dan komunikasi

menggunakan data SE 2006 dengan indikator produksi berupa jumlah

tenaga kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per

tenaga kerja, data output industri produksi gambar bergerak, video dan

program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan

untuk memperoleh output sektor Musik. Untuk struktur output dan

input, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang

dan SE 2006.

Penghitungan output pada aktivitas jasa perusahaan menggunakan

output hasil SE 2006. Dari hasil SE 2006 digunakan data tenaga kerja

untuk mengestimasi nilai output untuk tahun 2014. Untuk Struktur

output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional.

(42)

10. Sektor Fesyen

Sektor Fesyen mencakup tiga aktivitas yaitu industri pengolahan,

perdagangan serta aktivitas jasa pendidikan. Penghitungan output

untuk aktivitas industri pengolahan menggunakan output dari data

IBS dan IMK. Sementara itu penghitungan output untuk kegiatan

perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/

commodity

fIow

, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan

barang-barang sektor fesyen yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini

dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk setiap

produk sektor fesyen. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian

antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan

besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat

dari perkalian tersebut merupakan output utama kemudian ditamahkan

output sekundernya yang dihitung dengan menggunakan rasio terhadap

output utamanya. Rasio output sekunder ini diperoleh dari hasil SKSPJ.

Penghitungan output untuk aktivitas berikutnya yaitu jasa pendidikan

diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator

harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus,

sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta

kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kemendikbud,

sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari SKSPJ.

11. Sektor Aplikasi dan

Game Developer

Sektor aplikasi dan

game developer

mencakup empat aktivitas yaitu

informasi dan komunikasi, jasa perusahaan dan jasa lainnya. Output

sektor aplikasi dan

game developer

diperoleh dari data SE 2006 dengan

menggunakan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja dan

indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga kerja. Dari

hasil SE 2006, diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit

KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar

untuk melakukan estimasi output tahun 2014 menurut lima digit KBLI

2005. Selanjutnya, dilakukan petakan untuk memperoleh output industri

kreatif tahun 2014 menurut KBLI 2015.Untuk struktur output dan input,

diperoleh dari struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan

terbuka dan data SE 2006.

(43)

menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses

bridging

untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI

2015. Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil

SUT Nasional.

Aktivitas terakhir pada sektor ini aktivitas jasa lainnya dimana nilai output

dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan

antara indikator produksi dan indikator harga. Pendekatan indikator

produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah

tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output

per tenaga kerja.

12. Sektor Penerbitan

Sektor penerbitan mencakup lima aktivitas yaitu industri pengolahan,

perdagangan, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan dan jasa

lainnya. Pada aktivitas industri pengolahan nilia output dihitung dengan

menggunakan data output dari IBS dan IMK.

Penghitungan output sektor penerbitan untuk aktivitas perdagangan

menggunakan pendekatan tidak langsung/

commodity low

, yaitu

dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang

sektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini

dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk setiap

produk sektor penerbitan. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian

antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan

besar dan eceran untuk masing-masing produk tersebut. Output yang

didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama kemudian

ditambah dengan output sekundernya yang dihitung menggunakan

rasio terhadap output utamanya. Rasio output sekunder ini diperoleh

dari SKSJ.

Penghitungan nilai output untuk aktivitas penerbitan diperoleh dari data

nilai output IBS ditambah dengan pendapatan dari nilai belanja iklan

yang dinikmati oleh surat kabar, majalah dan sejenisnya untuk tahun

2014. Kemudian dilakukan disagregasi lima digit KBLI ekonomi kreatif

menggunakan data dari SE 2006 dan laporan keuangan kantor berita

Antara. Sedangkan untuk struktur output, menggunakan struktur data

produksi Industri Besar dan Sedang dan data SE 2006.

(44)

2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh

digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2014

menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses

bridging

untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI

2015. Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil

SUT Nasional.

Output pada aktivitas jasa lainnya dihitung menggunakan pendekatan

produksi, yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi dan

indikator harga. Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam

penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator

harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja.

13. Sektor Periklanan

Sektor Periklanan di dalam KBLI 2015 merupakan bagian dari aktivitas jasa

jerusahaan. Penghitungan nilai output sektor ini didasarkan pada hasil

SE 2006 dengan menggunakan indikator produksi berupa jumlah tenaga

kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga

kerja. Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima

digit KBLI. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar

untuk melakukan estimasi output tahun 2014 menurut lima digit KBLI

2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output

industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI 2015. Struktur output dan input

dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional.

14. Sektor Televisi dan Radio

Sektor televisi dan radio mencakup aktivitas pada kategori informasi

dan komunikasi baik yang di kelola swasta maupun pemerintah.

Penghitungan nilai output sektor televisi dan radio diperoleh dari nilai

belanja iklan yang dinikmati oleh televisi dan radio serta dari data

pendapatan laporan keuangan RRI dan TVRI. Untuk struktur output dan

input, diperoleh dengan menggunakan struktur pendapatan laporan

keuangan perusahaan terbuka dan data SE 2006.

15. Sektor Seni Pertunjukan

(45)

output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan

estimasi output tahun 2014 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya,

dilakukan proses

bridging

untuk memperoleh output industri kreatif

tahun 2014 menurut KBLI 2015. Struktur output dan input dibentuk

dengan menggunakan hasil SUT Nasional.

Penghitungan nilai output pada aktivitas jasa lainnya menggunakan

pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi

dan indikator harga. Pendekatan indikator produksi yang digunakan

dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan

indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja.

Output sektor seni pertunjukan pada aktivitas jasa pendidikan dihitung

berdasarkan hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator

harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus,

sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta

kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kemendikbud,

sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari SKSPJ. Struktur

output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional.

16. Sektor Seni Rupa

Sektor seni rupa mencakup empat aktivitas yaitu perdagangan, jasa

perusahaan, jasa lainnya baik jasa lainnya pemerintah maupun swasta

serta jasa pendidikan.

Penghitungan output untuk aktivitas perdagangan menggunakan

pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari

pengeluaran penduduk untuk barang-barang pajangan. Penghitungan

tersebut menghasilkan output utama sedangkan untuk output

sekundernya dihitung menggunakan rasio SUT Ekonomi Kreatif.

Penghitungan output pada aktivitas jasa perusahaan didasarkan pada

hasil SE 2006 dengan menggunakan indikator produksi berupa jumlah

tenaga kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per

tenaga kerja. Dari hasil SE 2006, diperoleh level output tahun 2006

menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh

digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2014

menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses

bridging

untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI

2015. Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil

SUT Nasional.

(46)

antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang

digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga

yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta

kursus diperoleh dari Kemendikbud, sedangkan data output per peserta

kursus diperoleh dari SKSPJ. Struktur output dan input dibentuk dengan

menggunakan hasil SUT Nasional.

Penghitungan output sektor seni rupa untuk aktivitas yang terakhir yaitu

jasa lainnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan produksi,

yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi dan indikator harga.

Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan

output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan indikator harga yang

digunakan adalah output per tenaga kerja. Untuk sektor jasa lainnya ini

khususnya jasa lainnya pemerintah sumber data yang digunakan adalah

realisasi belanja pegawai dan estimasi penyusutan APBN dan APBD.

Updating

Konsumsi Antara

Permintaan antara atau disebut juga input antara adalah seluruh

barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Barang

dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tersebut dapat berupa

barang/jasa hasil produksi dalam negeri atau impor. Pengertian antara

disini mengandung makna, bahwa barang-barang dan jasa yang

digunakan tadi merupakan antara untuk menghasilkan barang baru

yang lebih tinggi lagi nilai gunanya. Gambaran interaksi antar sektor

ekonomi dalam Tabel I-O terdapat dalam matriks permintaan antara

sebagai bahan baku untuk penyusunan koeisien teknis atau koeisien

input dalam analisis Tabel I-O. Tabel I-O

Updating

Ekonomi Kreatif 2014

pada hakikatnya adalah berasumsi bahwa sektor ekonomi non kreatif

dianggap mempunyai koeisien input yang tetap, sehingga dalam

penyusunannya menggunakan Tabel I-O Indonesia 2010. Sedangkan

untuk estimasi koeisien input antara sektor ekonomi kreatif sumber data

yang digunakan adalah struktur input hasil SE 2006 serta hasil SKNP-EK

2017.

Updating

Nilai Tambah Bruto

Gambar

TABEL INPUT OUTPUT UPDATINGE K O N O M I
Gambar 1.1. Perbandingan Nilai Tambah Bruto, Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kreatif, 2016
TABEL SUPPLY
Gambar 2.3. Kerangka Tabel I-O
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rerata nisbah tajuk akar pada berbagai kadar lengas tanah pada akhir stadia vegetatif (5 mst), akhir stadia pembungaan (6 mst) dan akhir stadia pengisian polong (8 mst) ...

Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk adalah kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktivitas beras total ebutu a dup aya pe pe dudu d bag p odu

Jika dihubungkan dengan keefektifan pengendalian intern dan reward yang ada di perusahaan, maka apabila individu memiliki perilaku yang berasal dari faktor internal ada atau tidaknya

Rasio ini merupakan perhitungan dari modal sendiri (jumlah nilai akun di dalam equity dengan catatan SHU tidak termasuk dan untuk akun penyertaan dinilai hanya

Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pada aspek input yaitu belum tersedianya tenaga surveilans, epidemiologi, dan kesehatan reproduksi, belum adanya

Variasi massa dan konstanta pegas yang digunakan antara lain, untuk sistem pegas sebuah massa dihubungkan dengan dua buah pegas tersusun seri: nilai konstanta

Dari titik ini, baca mendatar pada kurva dengan kisaran kecepatan tertinggi yang dapat dicapai. Kemudian, turun ke bawah ke

2 hadir ke hadapan sidang pembaca dengan mengetengahkan 7 (tujuh) artikel sebagai berikut : Penelitian Karakteristik Aerodinamika Trailing Edge Sirip Roket