(Capital, Assets, Management, Efficiency,
Liquidity)
Zulfa Saiban
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Zsaiban@yahoo.com
A b st r a k
Health financial institution is institution that can keep their credibility in society perspective, government, and also their costumer. Health financial institution mean that those was hold operational and management based on regulation/law and manage profesional. Health level appraisal of institution is appraisal on institution/cooperation ability to holding operational activities based on regulation. Health level appraisal can used as a measurement for management to appraise their operational activities. Further more, health level appraisal can used to evaluate management and to determinite the direction of developing institution. Externally, health level appraisal can affect to loyality of the customer to their cooperation. Ordinary, health level appraisal do to financial institioun such as bank/BPR which based on the CAMEL, this analysys include capital, asset, management, efficiency, and likuidity. Especially to non-bank financial institution like cooperation add two component : growth and cooperation identity.
Keyword: health level institution, health level appraisal, BMT Rama Salatiga
Pendahuluan
BMT tumbuh dan berkembang di Indonesia serta berperan dalam mengembangkan usaha kecil melalui fasilitas pembiayaan yang relatif murah dan mudah dijangkau oleh mayoritas usaha kecil. Layaknya sebuah lembaga mikro yang tetap kebal diterpa krisis perekonomian, BMT juga mampu
menahan terpaan krisis ekonomi. Salah satu studi yang meneliti dampak krisis ekonomi terhadap kinerja keuangan BMT justru menunjukkan bahwa ada peningkatan kinerja keuangan meskipun perekonomian makro sedang dilanda krisis (Suharyani, 1999). Krisis tersebut membuka peluang bagi BMT untuk meningkatkan mobilisasi dana mengingat adanya perbedaan karak-teristik produk bank konvensional dengan lembaga keuangan syariah. BMT sebagaimana lembaga-lembaga ekonomi yang menerapkan prinsip syariat Islam, lahir bersamaan dengan semakin bergairahnya kaum muslimin untuk kembali ke ajaran Islam. Peran umum BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari’ah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip syari’ah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lem-baga keuangan syari’ah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang memiliki keterbatasan materi ataupun ilmu pengetahu-an, maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat (Heri Sudarsono, 2003). Saat ini lebih dari 3.000 BMT tersebar di seluruh nusantara, dengan asset (konsolidasi) lebih dari satu triliun rupiah, dengan jumlah pengelola lebih dari 20.000 orang, hampir setengahnya S-1 dan wanita. BMT melayani lebih dari dua juta penabung, dan memberikan pinjaman pada lebih dari 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil (PINBUK, 2006:1).
Meskipun BMT telah mengalami perkembangan yang signifikan, keberadaan BMT di Indonesia kurang didukung oleh faktor-faktor pen-dukung yang memungkinkan BMT untuk terus berkembang dan berjalan dengan baik sehingga banyak BMT yang tenggelam dan bubar yang di-sebabkan oleh pengeloaan manajemennya yang tidak amanah dan pro-fesional, hal ini berimplikasi pada kredibilitas BMT dalam pandangan masyarakat. Akibatnya, timbul citra yang kurang baik di masyarakat. BMT identik dengan lembaga yang buruk, tidak dapat dipercaya, hanya menjual isu syari’ah, bisnisnya orang yang ingin memiliki bank tetapi tidak mau mengikuti atutan perbankan, dan sebagainya (A.Sumiyanto, 2008:XVII).
Penilaian Kesehatan BMT
Sebagai lembaga keuangan yang beroperasi layaknya sebuah perbankan, maka BMT dituntut untuk beroperasi secara amanah dan
profesional. Salah satu cara untuk mengukur kinerja sebuah BMT dapat dilakukan melalui Penilaian tingkat kesehatan BMT. Baitul maal wattamwil merupakan Koperasi Jasa Keuangan, maka Penilaian Kesehatannya merujuk pada Peraturan Menteri Nomor: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi berikut perubahannya Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009. Penilai-an Koperasi Jasa KeuPenilai-angPenilai-an yPenilai-ang mencakup aspek-aspek dPenilai-an komponen analisis sebagai berikut :
1 . Permoda lan ( Ca pita l )
Aspek permodalan bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kemampuan modal koperasi dengan pendekatan kuantitatif antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a. Rasio Modal sendiri terhadap total aset
Rasio ini merupakan perhitungan dari modal sendiri (jumlah nilai akun di dalam equity dengan catatan SHU tidak termasuk dan untuk akun penyertaan dinilai hanya dinilai 50% ) dibagi dengan jumlah total Asset dalam neraca dikalikan 100% pada saat penilaian.
Rasio ini memiliki sasaran penilaian yaitu sejauh mana kemampuan koperasi menghimpun dana dan seberapa besar tingkat keseimbangan keamanan modal sendiri (equity).
b. Rasio Kecukupan Modal sendiri (CAR)
Rasio ini adalah modal sendiri tertimbang (Jumlah modal sendiri yang dikalikan dengan bobot pengakuan risiko) dibagi dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (Jumlah komponen aset dalam neraca dikalikan dengan bobot pengakuan risiko ) dikalikan 100% pada saat penilaian.
Rasio ini bertujuan untuk mengukur kecukupan modal minimal dalam rangka pengamanan resiko aktiva produktif. Sehingga dalam hal ini nilainya berbentuk linier semakin tinggi semakin baik.
2 . Kua lita s Aktiva P roduktif (Asset quality)
Aspek kualitas aktiva produktif untuk mengetahui bagaimana tingkat keamanan dana pinjaman terhadap alokasi piutang baik pada anggota atau
non anggota dengan didasarkan pada komponen analisis sebagai berikut:. a. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah terhadap Pinjaman Diberikan
Rasio ini merupakan perbandingan antara Risiko Pinjaman Bermasalah (jumlah dari : 50% PKL; 75% PDR dan 100% PM) dibagi dengan Pinjaman Diberikan (sisa dari pinjaman pokok yang belum dikembalikan) kali 100% pada saat penilaian.
Rasio ini bertujuan untuk mengukur prosentase tingkat Pinjaman Bermasalah (Non Performance Loan/NPL) sehingga semakin kacil rasio adalah semakin aman kondisi koperasi dan sebaliknya semakin besar maka semakin terancam keberadaan koperasi tersebut.
b. Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap Pinjaman yang Diberikan Rasio ini menganalisis prosentase Pinjaman Berisiko dibagi pinjaman yang diberikan kali 100 % pada saat penilaian. Analisis rasio ini bertujuan untuk mengukur kualitas aset produktif terhadap potensi risiko dari pinjaman yang tidak mempunyai agunan yang memadai atau jaminan penjamin/avalis yang diandalkan. Sehingga semakin rendah rasionya semakin tinggi kualitas assetnya.
3 . Ma na j em en (Management )
Penilaian terhadap faktor manajemen dilakukan dengan pendekatan kualitatif terhadap penilaian komponen-komponen sejumlah 30 pertanyaaan dengan bobot skor 15 jika semua jawaban pertanyaan “ Ya” untuk lebih jelasnya dapat dirinci sebagai berikut:
a. Manajemen Umum
Dinilai atas dasar 5 pertanyaan dengan bobot nilai 3 atau setiap pertanyaan mendapat skor 0,6 apabila jawaban pertanyaan “ Ya “ dan skor 0 jika jawaban “ Tidak”
b. Manajemen Kelembagaan
Dinilai dengan 5 pertanyaan dengan bobot nilai 3 atau setiap pertanyaan mendapat skor 0,6 apabila jawaban “ Ya “ dan skor 0 Jika jawaban “ Tida k “
c. Manajemen Permodalan
mendapat skor 0,6 apabila jawaban “ Ya “ dan skor 0 Jika jawaban “ Tida k “
d. Manajemen Aktiva
Dinilai dengan 5 pertanyaan dengan bobot nilai 3 atau setiap pertanyaan mendapat skor 0,6 apabila jawaban “ Ya “ dan skor 0 Jika jawaban “ Tida k “
e. Manajemen Likuiditas
Dinilai dengan 5 pertanyaan dengan bobot nilai 3 atau setiap pertanyaan mendapat skor 0,6 apabila jawaban “ Ya “ dan skor 0 Jika jawaban “ Tida k “
4 . Efisiensi (Efficiency)
Aspek Efisiensi adalah penilaian aspek terhadap sejauhmana tingkat efisiensi kinerja koperasi sehingga pada akhirnya akan dapat memperoleh keuntungan yang optimal dengan tidak mengurangi kompetitif pelayanan kepada anggota dan non anggota. Dalam hal ini didasarkan pada analisis Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto. Analisis Rasio ini adalah perbandingan Beban Operasi Anggota (Jumlah beban pokok ditambah Beban Usaha Anggota dan Beban Perkoperasian / untuk USP Beban Perkoperasian dihitung secara proporsional) dibagi dengan Partisipasi Bruto (Kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan barang dan jasa kepada anggota) kali 100 % . Sasaran analisis ini untuk mengetahui tingkat efisiensi beban biaya usaha dan beban organisasi jika dibanding pen-dapatan yang diperoleh dari anggota, sehingga semakin rendah rasio semakin efisien.
5 . Likuidita s (liquidity)
Aspek ini digunakan untuk menganalisa dan menginterpresentasikan posisi keuangan jangka pendek dan juga sangat membantu bagi manajemen untuk efisiensi modal kerja. Dalam aspek ini dilakukan pendekatan kuantitatif dengan analisis 2 komponen sebagi berikut :
a. Pengukuran Rasio Kas + Bank terhadap Kewajiban Lancar
Rasio ini merupakan perhitungan prosentase akun Kas tunai dan dana di Bank yang dapat ditunaikan dibagi dengan Kewajiban Lancar dari neraca
kali 100 %.
Pengukuran rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat keamanan (safety) terhadap likuiditas dana terhadap kewajiban lancar jika dibutuh-kan, maka apabila rasio terlalu rendah tingkat keamanan likuiditas rendah tetapi sebaliknya jika terlalu tinggi maka tingkat efisiensi modal kerja juga sangat rendah sehingga tidak produktif.
b. Pengukuran Rasio Volume Pinjaman yang Diberikan terhadap Dana yang Diterima
Rasio ini adalah perhitungan rasio volume Pinjaman yang diberikan dibagi dengan Dana Diterima (Jumlah Total Kewajiban dan Modal didalam neraca selain Biaya yang masih harus dibayar dan Hutang Pajak dan SHU Belum Dibagi) kali 100%.
Perhitungan rasio ini untuk mengukur kemampuan Koperasi menyalur-kan dari dana yang diterima (LDR) sehingga semakin tinggi nilai rasio semakin produktif atau semakin baik kinerjanya akan tetapi ada batas maksimal penyaluran untuk menyisihkan dana ca dangan hutang (requirment) minimal 5 % untuk menjaga kondisi likuidasi hutang. 6 . Kem a ndiria n dan P ertum buha n (Growht)
Aspek ini digunakan untuk menilai tingkat kemandirian dan pertum-buhan usaha Koperasi dengan melakukan pendekatan Rasio Rentabilitas AsetRasio Rentabilitas Asset atau biasa disebut Return on Asset (ROA) adalah rasio perbandingan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebelum Pajak dibagi dengan total Asset (Nilai total seluruh asset yang ada dalam neraca) kali seratus persen. Rasio ini dapat digunakan untuk menilai tingkat kinerja koperasi terhadap kebijakan investasi baik dalam modal kerja maupun dalam asset tetap.
7 . Ja ti diri kopera si
Aspek ini merupakan penilaian koperasi terhadap jatidiri koperasi yang merupakan karakteristik utama Koperasi yang membedakan dengan Badan Usaha lain dimana anngota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member) yaitu anggota sebagi pemilik dan sekaligus pengguna jasa Koperasi (user own oriented firm) pendekatan penilaian melalui
rasio partisipasi bruto. Rasio partisipasi bruto adalah pengukuran rasio partisipasi bruto (jumlah kontribusi anggota terhadap hasil usaha koperasi) dibagi dengan partisipasi bruto ditambah pendapatan (pendapatan yang diterima dari transaksi dengan non-anggota).
Anal isis tingka t kesehata n KSPS BMT RAMA 1 . P er m o da l a n
a. Rasio modal sendiri terhadap total aset modal sendiri X 100 %
total asset
Tabel 3.1
RasioModal sendiri Terhadap total aset
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
P erhitunga n m oda l sendiri
modal sendiri =total asset
193,906,6191,176,786,271 X 100 %
=16.48 %
Rasio modal sendiri terhadap total aset sebesar 16,48 %. ini berarti rasio modal sendiri terhadap total aset memiliki kriteria sehat.
b. Rasio kecukupan modal (CAR) modal tertimbang X 100% ATMR Tabel 3.2 Rasio CAR
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
P erhitunga n Moda l Tertim ba ng
modal sendiri
= 193,906,619 X 100 % = 16.48 % total asset 1,176,786,271
Rasio modal sendiri terhadap total aset sebesar 16,48 %. ini berarti rasio modal sendiri terhadap total aset memiliki kriteria sehat.
2 . Kua l ita s Aktiva Produktif
a. Rasio resiko pinjaman bermasalah (RPM) Jml pinjaman bermasalah
X 100% pinjaman yg diberikan
Tabel 3.3
Rasio resiko Pembiayaan bermasalah (RPM)
Sumber: PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
pe m bia ya a n b erm a sa l a h
P erhitunga n pinj a m a n ya ng diberika n
Jml pinjaman bermasalah
= 42,248,250 X 100% = 6.6583% pinjaman yg diberikan 634,519,191
b. Rasio portofolio pembiayaan beresiko Juml. pembiayaan beresiko
X 100% Vol. pinjaman
Tabel 3.4
Rasio portofolio Pembiayaan Beresiko
Juml. pembiayaan beresiko
= 84,231,000 X 100% = 12.8597 % Vol. pinjaman 654,991,315
Hasil penilaian rasio portofolio pembiayaan beresiko sebesar 12.8597 % sehingga termasuk kriteria tidak beresiko
3 . M a n a j e m e n
a. Manajemen Umum
Tabel 3.5
Standar Manajemen Umum
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
DAF TAR P E RTANYAAN
Total skor untuk manajemen umum 2.4, sehingga manajemen umum berada di kriteria baik
b. Manajemen kelembagaan
Tabel 3.6
Standar manajemen kelembagaan
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
DAF TAR P E RTANYAAN
Total skor untuk manajemen kelembagaan 3, sehingga manajemen kelembagaan berada di kriteria baik
c. Manajemen permodalan
Tabel 3.7
Standar Manajemen Permodalan
DAF TAR P E RTANYAAN
Total skor untuk manajemen permodalan 2.4, sehingga manajemen permodalan berada di kriteria baik
d. Manajemen aktiva
Tabel 3.8
Standar manajemen Aktiva
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
Total skor untuk manajemen aktiva 3.0, sehingga manajemen aktiva berada di kriteria baik
e. Manajemen likuiditas
Tabel 3.9
Standar Manajemen Likuiditas
Positif Nilai kredit bobot Kriteria
1 0.50 0 – 0.75 tidak baik 2 1.00 0.76 – 1.50 kurang baik 3 1.50 1.51 – 2.25 cukup baik 4 2.00 2.26 – 3.00 baik 5 2.50 6 3.00
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
DAF TAR P E RTANYAAN
Total skor untuk manajemen likuiditas 2.4, sehingga manajemen likuiditas berada di kriteria baik
4 . Efisiensi
e.1 Memiliki kebijaksanaan tertulis mengenai pengendalian
likuiditas 0 0.6 0
e.2 Memiliki fasilitas pinjaman dari lembaga lain untuk
menjaga likuiditas 1 0.6 0.6
e.3 Memiliki pedoman administrasi yang efektif untuk
memantau kewajiban jatuh tempo 1 0.6 0.6
e.4 Kebijakan funding dan lending sesuai keadaan keuangan
koperasi 1 0.6 0.6
e.5 Memiliki SIM yang memadai untuk pemantauan likuiditas 1 0.6 0.6
TOTAL 2.4
a. Rasio operasi pelayanan terhadap partisipasi bruto beban operasi anggota X 100%
Tabel 3.10
Rasio operasi pelayanan terhadap partisipasi bruto Rasio ( %) Nilai Bobot (%) Score Kriteria
>100 25 4 1.00 Tidak efisien 85 - 100 50 4 2.00 Kurang efisien
69 - 84 75 4 3.00 Cukup efisien
0 - 68 100 4 4.00 Efisien
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
Beban operasi anggota
beban usaha
179,210,341
beban pokok
14,181,321
193,391,662
partisipasi bruto
pendapatan bahas MSA 6,957,850 pendapatan bahas BBA 165,239,500 pendapatan adm.
Pembiayaan 30,851,850
203,049,200
beban operasi anggota = 193,391,662 X 100% 95.2437%
partisipasi bruto 203,049,200
Hasil pengukuran rasio ini sebesar 95.2437 %, sehingga termasuk dalam kriteria kurang efisien
b. Rasio aktiva tetap terhadap total asset aktiva tetap = X 100%
Tabel 3.11
Rasio Aktiva terhadap total asset
Rasio ( %) Nilai Bobot (%) Score Kriteria
76 – 100 25 4 1 Tidak baik
51 - 75 50 4 2 Kurang baik
26 - 50 75 4 3 Cukup baik
0 – 25 100 4 4 baik
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
aktiva tetap = 301,144,087 X 100% = 25.5904% Total asset 1,176,786,271
Hasil pengukuran rasio ini adalah 25.5904 % sehingga termasuk dalam kriteria baik.
5 . Likui dita s a. Rasio kas
kas dan bank X 100% kewajiban lancar
Tabel 3.12 Rasio Kas
Rasio Kas ( %) Nilai Bobot (%) Score Kriteria < 14 dan > 56 25 10 2.5 Tidak likuid (14 - 20) dan (46-56) 50 10 5.0 Kurang likuid
(21-25) dan (35-45) 75 10 7.5 Cukup likuid
26-34 100 10 10 likuid
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
kas dan bank = 220,647,993 X 100% =27.455% kewajiban lancar 803,655,831
Hasil penghitungan rasio ini sebesar 27.455 % sehingga termasuk dalm kriteria likuid
b. Rasio volume pembiayaan terhadap dana yang diterima Volume pembiayaan X 100%
dana yang diterima
Tabel 3.13
Rasio Pembiayaan terhadap dana yang diterima
Rasio pembiayaan ( %) Nilai Bobot (%) Score Kriteria
< 50 25 5 1,25 Tidak likuid
51 - 75 50 5 2,5 Kurang likuid 76 - 100 75 5 3,75 Cukup likuid
> 100 100 5 5 likud Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
Dana Yang Diterima
total kewajiban dan modal
1,176,786,271
biaya yang masih harus dibayar
710,000
1,176,076,271
Volume pembiayaan = 654,991,315 X 100% = 55.6929 % dana yang diterima 1,176,786,271
Hasil pengukuran rasio ini sebesar 55.6929 % sehingga tergolong dalam kriteria kurang likuid.
6 . Kem a ndi ria n da n P ert um buha n a. ROA
EBT X 100%
total assets
Tabel 3.15 Rasio rentabilitas aset
Rasio Rentabilitas Aset ( %) Nilai Bobot (%) Score Kriteria
< 5 25 3 0.75 Rendah 5 – 7.4 50 3 1.50 Kurang 7,5- 10 75 3 2.25 Cukup > 10 100 3 3,00 tinggi
EBT = 12,323,821 X 100% =1.04724% total assets 1,176,786,271
Hasil penghitungan rasio ini adalah 1.04724 %, sehingga termasuk dalam kriteria rendah.
7 . Ja ti Diri Kopera si a. Rasio partisipasi bruto partisipasi bruto X 100%
partisipasi bruto + pendapatan non anggota Tabel 3.16 Rasio Partisipasi Bruto
Rasio (%) Nilai kredit Bobot (%) Skor Kriteria
< 25 25 5 1.25 Rendah
25 – 49 50 5 2.50 Kurang
50 – 75 75 5 3.75 Cukup
> 75 100 5 5.00 tinggi
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
Partisipasi Bruto
pendapatan bahas MSA 6,957,850 pendapatan bahas BBA 165,239,500 pendapatan adm.
Pembiayaan 30,851,850
203,049,200
Partisipasi Bruto Dan Non Anggota partisipasi bruto 203,049,200
pendapatan 0
203,049,200
partisipasi bruto = 203,049,200 X 100% = 100% partisipasi bruto + pendapatan non anggota 203,049,200
Hasil penghitungan rasio ini sebesar 100 % sehingga termasuk dalam kriteria tinggi.
Penutup
Berdasarkan hasil analisis CAMEL terhadap beberapa komponen dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan KSPS BMT RAMA berada dalam kriteria sehat, dengan berdasarkan penilaian aspek:
1. Permodalan
a. Rasio modal sendiri terhadap total aset sebesar 16,48 %. ini berarti rasio modal sendiri terhadap total aset memiliki kriteria sehat. b. Hasil penghitungan CAR sebesar 24. 16 %. berarti rasio CAR
memiliki kriteria sehat. 2. Kualitas aktiva produktif
a. Rasio RPM sebesar 6.6583. sehingga rasio RPM memiliki kriteria cu kup l a nca r.
b. Hasil penilaian rasio portofolio pembiayaan beresiko sebesar 12.8597 % sehingga termasuk kriteria tidak beresiko.
3. Manajemen
a. Manajemen umum
Total skor untuk manajemen umum 2.4, sehingga manajemen umum berada di kriteria baik.
b. Manajemen kelembagaan
Total skor untuk manajemen kelembagaan 3, sehingga manajemen kelembagaan berada di kriteria baik.
c. Manajemen permodalan
Total skor untuk manajemen permodalan 2.4, sehingga manajemen permodalan berada di kriteria baik.
d. Manajemen aktiva
Total skor untuk manajemen aktiva 3.0, sehingga manajemen aktiva berada di kriteria baik.
e. Manajemen likuiditas
Total skor untuk manajemen likuiditas 2.4, sehingga manajemen umum berada di kriteria baik.
4. Efisiensi
a. Hasil pengukuran rasio operasi pelayanan terhadap partisipasi bruto sebesar 95. 2437 %, sehingga termasuk dalam kriteria kura ng ef is ie n.
b. Hasil pengukuran rasio aktiva tetap terhadap total assset adalah 25.5904 % sehingga termasuk dalam kriteria baik.
5. Likuiditas
a. Hasil penghitungan. rasio kas sebesar 27.455 % sehingga termasuk dalam kriteria likuid.
b. Hasil pengukuran rasio volume pembiayaan terhadap dana yang di-terima sebesar 55.6929 % sehingga tergolong dalam kriteria kurang l i kui d.
6. Kemandirian dan pertumbuhan
Hasil penghitungan rasio ROA adalah 1.04724 %, sehingga termasuk dalam kriteria rendah.
7. Jati diri koperasi
Hasil penghitungan rasio partisipasi bruto sebesar 100 % sehingga termasuk dalam kriteria tinggi.
Adapun saran yang mungkin bermanfaat bagi KSPS BMT RAMA Salatiga antara lain:
1. Mengintensifkan marketing untuk meningkatkan pembiayaan.
2. Meningkatkan upaya untuk menyerap dana masyarakat melalui berbagai produk funding yang ada.
3. Untuk efisiensi diharapkan ada upaya meningkatkan partisipasi bruto melalui optimalisasi kinerja karyawan.
Daftar pustaka
Aslichan. penilaian kesehatan dalam rangka kinerja lembaga keuangan mikro syaria’ah Baitul maal wat tamwil (studi kasus BMT Bina Ummat Sejahtera Lasem Rembang Jawa Tengah).
BUKU REGISTER PEMBIAYAAN KSPS BMT RAMA SALATIGA Hidayat, Taufiq. Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan. Handayani, Ismi. 2009.Analisis Tingkat Kesehatan KSPS BMT Akbar Tahun
Buku 2006-2007.
Khafid, Abdul. Tingkat Kesehataan PD BPR Kota Salatiga. PINBUK.
RAT KSPS BMT RAMA Salatiga Tahun buku 2010. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah.
Sumiyanto, Ahmad. BMT Menuju koperasi modern. ISES Pulishing: Yogyakarta.