• Tidak ada hasil yang ditemukan

informasi apbn 2018 Materi Perpajakan 1 | Dwi Martani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "informasi apbn 2018 Materi Perpajakan 1 | Dwi Martani"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

A

P

B

N

2

0

1

8

Republik Indonesia

Pemantapan pengelolaan fiskal untuk mengakselerasi

pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan

(2)
(3)

dikosongkan-Disusun oleh

Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran

Penanggung jawab: Direktur Jenderal Anggaran

Editor:

Direktur Penyusunan APBN

Kontributor:

Pejabat dan pegawai Direktorat Penyusunan APBN

Gedung Sutikno Slamet Lantai 12 Jalan Dr Wahidin Raya No.1 www.anggaran.kemenkeu.go.id Direktorat Jenderal Anggaran

A

P

B

N

2

0

1

8

Pemantapan pengelolaan fiskal untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan

(4)

Daftar Isi

Kata Pengantar

Alur Penyusunan APBN

1

Ringkasan APBN 2018

2

Keadaan Perekonomian

3

Asumsi Dasar Ekonomi Makro

4

Postur APBN 2018

5

I Account APBN 2018

6

Pendapatan Negara

7

Penerimaan Perpajakan 8

Penerimaan Negara Bukan Pajak 11

Belanja Negara

13

Belanja Pemerintah Pusat 14

Belanja K/L 16

Anggaran Pendidikan 17

Anggaran Kesehatan 18

Anggaran Infrastruktur 19

Anggaran Perlindungan Sosial 20

Subsidi 21

Belanja Pemerintah Pusat

Menurut Fungsi 15

Glossary

38

Defisit Anggaran

31

Pembiayaan Anggaran

32

Transfer ke Daerah &

Dana Desa

24

Dana Transfer Umum 25

Pembiayaan Utang 33

Profil Utang Pemerintah 34

Pembiayaan Investasi 35

Pembiayaan untuk Infrastruktur 36

Pemberian Pinjaman 37

Kewajiban Penjaminan 37

Dana Transfer Khusus 27

Dana Desa 30

Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan DI Yogyakarta

(5)

Defisit Anggaran

Profil Utang Pemerintah

Kata Pengantar

Dengan penuh rasa syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, pada tanggal 22 November 2017, Rancangan Undang-undang APBN tahun 2018 telah resmi disahkan dan diundangkan menjadi Undang-undang Nomor 15 tahun 2017 tentang APBN Tahun Anggaran 2018. Sebagai penjabaran tahun keempat rencana pembangunan jangka menengah 2015-2019, posisi APBN tahun 2018 semakin strategis sebagai instrumen Pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan juga diharapkan sebagai stimulan bagi perekonomian untuk tumbuh lebih baik.

Tema dari kebijakan fiskal yang akan dijalankan Pemerintah di tahun 2018 yaitu “Memantapkan Pengelolaan Fiskal untuk Mengakselerasi Pertumbuhan yang Berkeadilan”. Sesuai tema tersebut, Pemerintah akan menjalankan beberapa kebijakan pokok di dalam APBN tahun 2018 yaitu: pertama, melakukan optimalisasi pendapatan negara dengan target penerimaan perpajakan yang realistis berdasarkan basis data terkini. Pajak akan menjadi alat pemerintah untuk melakukan distribusi pendapatan sekaligus stimulus untuk memacu dunia usaha agar lebih kompetitif. Kedua, melanjutkan penguatan kualitas belanja negara dan tetap konsisten melakukan efisiensi belanja non-prioritas tanpa mengurangi pencapaian sasaran output yang telah direncanakan. Belanja negara akan diarahkan terutama untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan program perlindungan sosial untuk pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan di seluruh pelosok tanah air. Ketiga efisiensi pembiayaan anggaran, melalui defisit dan rasio utang yang terkendali, pengembangan creative financing, serta alokasi untuk Sovereign Wealth Fund (dana abadi) untuk pendidikan sebagai simpanan jangka panjang untuk generasi yang akan datang.

Selanjutnya, dalam rangka memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat mengawal setiap rupiah yang ada di dalam APBN, sudah semestinya publik mendapatkan informasi yang jelas dan mudah dimengerti atas berbagai kebijakan yang akan dijalankan pemerintah melalui APBN. Dengan demikian diharapkan masyarakat memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap APBN dan dapat mengawasi setiap rupiah yang dibelanjakan oleh APBN, sehingga dapat dirasakan manfaatnya secara maksimal oleh seluruh rakyat Indonesia.

Pada akhirnya, sebagai salah satu upaya Pemerintah dalam mewujudkan APBN yang kredibel, transparan dan akuntabel, kami berharap buku Informasi APBN ini dapat menjadi salah satu sumber yang valid dan terpercaya dalam memberikan pengetahuan serta pemahaman mengenai APBN tahun 2018 kepada masyarakat. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim penyusun dan kepada berbagai pihak yang telah memberikan masukan baik secara langsung maupun tidak langsung hingga buku Informasi APBN ini dapat diterbitkan.

Terima Kasih

(6)

Alur Penyusunan

APBN 2018

Januari-Maret 2017

Penyusunan Kapasitas Fiskal

9 Mei 2017

SB Pagu Indikatif Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas

19 Mei 2017

Penyampaian KEM PPKF kepada DPR

19 Mei-5 Juli 2017

Pembicaraan Pendahuluan RAPBN TA 2018

16 Agustus 2017

Pidato Presiden Penyampaian Nota Keuangan dan RAPBN TA 2018

25 Oktober 2017

Sidang Paripurna Penetapan APBN 2018

22 November 2017

UU Nomor 15 Tahun 2017 tentang APBN tahun 2018

30 November 2017

Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017 tentang Rincian APBN TA 2018

6 Desember 2017

Penyerahan DIPA

UU APBN

Perpres APBN

(7)

Ringkasan

APBN 2018

Pendapatan Negara

Defisit Anggaran

Pembiayaan Anggaran

Belanja Negara

Optimalisasi di bidang perpajakan

di tahun 2018 dipertajam dengan terbitnya perundang-undangan terkait keterbukaan akses dan informasi data keuangan

Optimalisasi pendapatan negara

dengan tetap menjaga iklim investasi

Melakukan optimalisasi

pendapatan negara dengan target penerimaan perpajakan yang realistis berdasarkan basis data terkini

Mengendalikan defisit anggaran

dalam batas aman, melalui

optimalisasi pendapatan, efisiensi

belanja terutama belanja konsumtif

Mengalihkan belanja yang konsumtif

menjadi belanja produktif dalam rangka akselerasi pertumbuhan ekonomi serta percepatan realisasi belanja negara

Efisiensi belanja dan peningkatan belanja produktif untuk mendukung program prioritas

Melanjutkan penguatan kualitas belanja

negara dan tetap konsisten melakukan

efisiensi belanja non-prioritas tanpa

mengurangi pencapaian sasaran output yang telah direncanakan

Efisiensi pembiayaan anggaran, melalui

defisit dan rasio utang yang terkendali,

pengembangan creative financing, serta alokasi Sovereign Wealth Fund (dana abadi) bagi pendidikan sebagai simpanan jangka panjang untuk generasi yang akan datang

Mengembangkan pembiayaan yang

inovatif dan kreatif (creative financing)

Mendorong pembiayaan yang efisien dan

berkelanjutan

(8)

5,12

2014

2015

2016

2017

Tingkat pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 sehat dan stabil

Permintaan domestik masih menjadi motor

Neraca Perdagangan September 2017 tercatat mengalami surplus sebesar USD1,76 miliar, tercatat sebagai surplus tertinggi sejak tahun 2012.

Inflasi cenderung lebih rendah

Komponen volative foods menjadi penyumbang utama rendahnya inflasi tahun 2017

(Jan-Okt)

Investasi s.d Q3 tumbuh membaik 5,8%

Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 4,9%

Kinerja perdagangan internasional positif, ekspor tumbuh 9,8% dan impor tumbuh 6,7%

Pertumbuhan

Ekonomi

Kinerja sektor eksternal sepanjang 2017 menunjukkan perbaikan

Laju inflasi terkendali sesuai dengan target sebesar 3,0 ± 1,0

2013 2014 2015 2016 2017

Surplus

Neraca Perdagangan

Laju Inflasi

5,0 4,9 5,0

YoY (%) Tahunan (%)

2015

USD

7,7 Bn

Surplus

2016

USD

9,4 Bn

Surplus

2017

USD

11,8 Bn

Secara kumulatif, Neraca Perdagangan Indonesia tercatat surplus USD11,78 miliar, melampaui surplus setahun di tahun 2016 yang sebesar USD9,42 miliar.

4,3 8,4

8,4 3,4

3,0 3,6

s.d Oktober defisit anggaran

optimalisasi pendapatan, efisiensi

Efisiensi

efisiensi belanja non-prioritas tanpa

Efisiensi

defisit dan rasio utang yang terkendali, creative financing

Sovereign Wealth Fund

(9)

Asumsi Dasar

Ekonomi Makro

5,2

5,4

4,3

3,5

5,2

5,2

13.400

13.400

48

48

800

815

1.150

1.200

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Inflasi (%)

Tingkat Bunga

SPN 3 Bulan

(%)

Nilai Tukar

Rupiah (Rp/USD)

Harga

Minyak (US$/barrel)

Lifting

Minyak (ribu barrel/hari)

Lifting

Gas (ribu barrel/hari)

Outlook

2017

APBN

2018

Rp

(10)

Postur

APBN 2018

Pendapatan

Negara

Outlook 2017

Penerimaan Perpajakan PNBP

Penerimaan Hibah

1.472,7 260,2 3,1

1.618,1 275,4 1,2

1.736,1

1.894,7

1.343,1 769,2 573,9 755,9

1.454,5

847,4 607,1

766,2

2.098,9

427,0

(362,9)

(59,7)

362,9

399,2

(325,9) (144,3) (87,3)

(65,7)

325,9

2.220,7

Belanja

Negara

Belanja Pemerintah Pusat

Transfer ke Daerah & Dana Desa

- Belanja K/L - Belanja Non-K/L

Pembiayaan

Anggaran

Defisit Anggaran Keseimbangan Primer

Pembiayaan Utang Pembiayaan Investasi

APBN 2018 (triliun Rupiah)

(11)

2017 2018

Outlook APBN

A. PENDAPATAN NEGARA 1.736,1 1.894,7 109,1 158,7

I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.733,0 1.893,5 109,3 160,6

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 1.472,7 1.618,1 109,9 145,4

2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 260,2 275,4 105,8 15,2

II. PENERIMAAN HIBAH 3,1 1,2 38,5 (1,9)

B. BELANJA NEGARA 2.098,9 2.220,7 105,8 121,7

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.343,1 1.454,5 108,3 111,4

1. Belanja K/L 769,2 847,4 110,2 78,2

2. Belanja Non K/L 573,9 607,1 105,8 33,2

a.l. a. Pembayaran Bunga Utang 218,6 238,6 109,2 20,0

b. Subsidi 168,9 156,2 92,5 (12,6)

c. Belanja Lain-lain 56,0 67,2 120,1 11,2

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 755,9 766,2 101,4 10,3

1. Transfer ke Daerah 697,7 706,2 101,2 8,5

2. Dana Desa 58,2 60,0 103,1 1,8

a.l. a. Dana Bagi Hasil 95,4 89,2 93,5 (6,2)

b. Dana Alokasi Umum 398,6 401,5 100,7 2,9

C. KESEIMBANGAN PRIMER (144,3) (87,3) 60,5 57,0

D. SURPLUS/(DEFISIT) ANGGARAN (A - B) (362,9) (325,9) 89.8 36,9 % Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB (2,67) (2,19)

E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II + III + IV + V) 362,9 325,9 89,8 (36,9)

I. PEMBIAYAAN UTANG 427,0 399,2 93,5 (27,8)

a.l. Surat Berharga Negara (neto) 433,0 414,5 95,7 (18,4)

II. PEMBIAYAAN INVESTASI (59,7) (65,7) 109,9 (5,9)

III. PEMBERIAN PINJAMAN (3,7) (6,7) 182,4 (3,0)

IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN (1,0) (1,1) 111,5 (0,1)

V. PEMBIAYAAN LAINNYA 0,3 0,2 61,0 (0,1)

Uraian

(triliun Rupiah) Selisih

% thd

Outlook

2017

Postur

(12)

Pendapatan

Negara

Penerimaan Perpajakan

PNBP

Penerimaan Hibah

(triliun Rupiah)

1,2

1.618,1

275,4

Rp1.894,7 T

9,1

7,5 7,8

-2,7 3,2

11,6

400 800 1200 1600

2013 2014 2015 2016 Outlook

2017

APBN 2018

Pendapatan Negara rata-rata tumbuh 6,1% selama periode tahun 2013-2018. Di dalam APBN 2018, Pendapatan Negara ditargetkan sebesar Rp1.894,7 triliun

Pendapatan Negara Growth (%) (triliun Rupiah)

2013

2014

2015

2016

Outlook

2017

Perpajakan (%)

0 20 40 60 80 100

24,6

25,7

17,0 0,5

0,3

0,8

0,6

0,2 16,8

15,0 74,9

74,0

82,3

82,6

84,8

APBN

2018 85,4 14,5 0,1

PNBP (%) Hibah (%)

Dominasi Penerimaan Perpajakan mencapai 85,4% di dalam APBN 2018. Sedangkan PNBP berkontribusi sebesar 14,5%, dan masih berpotensi untuk terus ditingkatkan. Melalui peningkatan pertumbuhan

ekonomi dan penyempurnaan regulasi dan IT Pajak serta PNBP terus dioptimalkan dengan tetap menjaga kualitas layanan kepada masyarakat

Pajak Sumber

(13)

Penerimaan

Perpajakan

Rp1.618,1 T

2013

1.077,3

1.146,9

1.240,4

1.285,0

1.472,7

1.618,1

2014

2015

2016

Outlook

2017

APBN

2018

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rasio Penerimaan Perpajakan terhadap PDB (Tax Ratio Arti Sempit) ditargetkan sebesar 10,9%

Tax Ratio dalam Arti Luas (termasuk Penerimaan SDA Migas dan Pertambangan Minerba) ditargetkan sebesar 11,6%

14,3

13,7

11,6

10,8

11,5

11,6

10,9 11,9

11,4

10,7

10,4

10,8

2013

2014

2015

2016

Outlook

2017

APBN

2018

Tax Ratio

Melalui perbaikan iklim investasi dunia usaha, termasuk

pemberian insentif dan mengoptimalkan potensi ekonomi dan langkah reformasi perpajakan

(triliun Rupiah)

Pertumbuhan (%)

Tax Ratio (arti luas)

(persen)

Tax Ratio (arti sempit)

Ditargetkan Naik

9,9 6,5 8,2

3,6 12,7

(14)

Penerimaan

Perpajakan

Rp1.618,1 T

Jul’ 16 130,0 4.940,0

89.540,0

Rp115,0 T

Total Tebusan

(Jul’16-Mar’17) (milyar rupiah)

1.000 1.150 7.860 249,8 1.010,4 9.132,9

Ags’ 16 Sep’ 16 Okt’ 16 Nov’ 16 Des’ 16 Jan’17 Feb’17 Mar’17

Pajak penghasilan masih sebagai penyumbang terbesar dalam penerimaan pajak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain perbaikan pertumbuhan perekonomian

dan hasil kebijakan tax amnesty

berupa penambahan basis pajak

Kenaikan PPh Non Migas didominasi oleh PPN Nonmigas Orang Pribadi

Kenaikan PPN didukung oleh upaya pemerintah mendorong konsumsi rumah tangga

Kenaikan cukai disebabkan oleh penyesuaian tarif cukai hasil tembakau

PPh terbesar

Tax amnesty dilaksanakan sejak Juli 2016 hingga Maret 2017 dengan total tebusan sebesar Rp115,0 T

Tax Amnesty

PPh

Nonmigas

PPN

Cukai

Pajak

PPh Nonmigas Orang Pribadi

421,7

PPh Nonmigas Badan

395,3 Lainnya

168,1

PPN Impor

0,2 Cukai

Hasil

Cukai Etil Alkohol

0,2

Pendapatan Cukai Lainnya

0,5

PPN Dalam Negeri

373,5

(triliun rupiah)

(15)

Didukung Langkah Efisiensi Dan Efektifitas Pengelolaan SDA, serta perbaikan pelayanan publik

UU PNBP dan PP tentang jenis dan tarif PNBP.

sesuai penerimaannya

piutang hasil audit

Efisiensi dan efektifitas pengelolaan SDA

kinerja BUMN Efisiensi operasional PNBP kontrak efisiensi

potensi baru

dan kemudahan

pengelolaan PNBP (triliun Rupiah)

Penerimaan

Perpajakan

Rp1.618,1 T

14,1

108,5 118,1

144,6 143,5 153,2 155,4

384,7 409,2

423,7 412,2 475,5

2017 APBN2018

2013 2014 2015 2016Outlook

2017

APBN 2018

2013 2014 2015 2016Outlook

2017

PPh Nonmigas, 2013-2018 (triliun rupiah)

PPN, 2013-2018 (triliun rupiah) Cukai,

2013-2018 (triliun rupiah)

PPh Nonmigas Pertumbuhan (%) Cukai Pertumbuhan (%) PPN Pertumbuhan (%)

PPh Nonmigas naik rata-rata 13,6%

Cukai naik rata-rata 8,8% PPN naik rata-rata 8,4%

Kebijakan

meningkatkan basis pajak mencegah praktik penghindaran pajak dan erosi perpajakan (Base Erosion Profit Shifting)

Automatic Exchange of Information (AEoI)

Kepatuhan Wajib Pajak

SDM dan Organisasi

Insentif Perpajakan

Data dan Sistem Informasi Perpajakan

up to date dan terintegrasi a.l. melalui e-filing, e-form dan e-faktur.

membangun kesadaran pajak (sustainable compliance) a.l. melalui

e-service, mobile tax unit, KPP Mikro, dan outbond call.

tax holiday dan tax allowance reviu kebijakan exemption tax pada beberapa barang kena PPN.

Peningkatan Pelayanan

dan efektifitas organisasi

Rp

Rp Rp

(16)

Penerimaan Negara

Bukan Pajak

Rp275,4 T

Didukung Langkah Efisiensi Dan Efektifitas Pengelolaan SDA, serta perbaikan pelayanan publik

PNBP Naik

Pendapatan BLU 43,3

Pendapatan SDA

103,7

Kekayaan Negara yang Dipisahkan 44,7

PNBP Lainnya

83,8

Kebijakan

Revisi UU PNBP dan PP tentang jenis dan tarif PNBP.

Penyempurnaan peraturan

Penyetoran sesuai penerimaannya Penagihan piutang Menindaklanjuti hasil audit

Peningkatan

Pengawasan pengelolaan

Efisiensi dan efektifitas pengelolaan SDA

Peningkatan kinerja BUMN Efisiensi operasional PNBP Revisi kontrak & efisiensi cost recovery

Menggali potensi baru

Optimalisasi PNBP

Tranparansi dan kemudahan Pemanfaatan IT

Perbaikan pengelolaan PNBP

Perbaikan

Pelayanan Publik

(triliun Rupiah)

Erosion Profit Shifting

up to date

e-filing, e-form e-faktur.

sustainable compliance e-service, mobile tax unit, KPP Mikro, outbond call.

tax holiday tax allowance exemption tax

(17)

Efisiensi &

Rp2.220,7 T

efisiensi

memperhatikan efisiensi

Sinergi

Sinergi

Dukungan

creative financing

Penerimaan Negara

Bukan Pajak

Rp275,4 T

2013 2014 2015 2016 Outlook 2017 2013 2014 2015 2016 Outlook

2017 APBN2018 APBN2018

2013 2014 2015 2016 Outlook

2017 APBN2018

2013 2014 2015 2016 Outlook 2017 12,9

15,5 7,3 5,4 4,5

6,1

56,7 72,3 74,4 78,7 80,6

PNBP K/L ditargetkan sebesar Rp77,6 triliun, dengan kontribusi terbesar Kementerian Kominfo dan Kepolisian Negara RI Potensi PNBP K/L masih dapat ditingkatkan dengan tetap menjaga kualitas pelayanan masyarakat

Pendapatan PNBP SDA cenderung menurun

seiring dengan fluktuasi penurunan harga

komoditas (minyak bumi dan batubara) serta pergerakan nilai tukar

PNBP K/L PNBP DMO

SDA Migas Harga ICP Penerimaan

SDA

Bagian Laba BUMN

PNBP Lainnya

Pertumbuhan

40,0 48,0 48,0

SDA Migas 2013-2018 (triliun rupiah) PNBP, 2013-2018 (triliun rupiah)

PNBP K/L, 2013-2018 (triliun rupiah)

(triliun rupiah) SDA

226,4 240,8 101,0 64,9 95,6 37,6

37,1 41,0

69,6 87,7

81,7 118,0

85,1

203,6 216,9 78,2 44,1

72,2 80,3

Pertambangan Umum Panas Bumi

(18)

Belanja

Negara

Belanja K/L

Belanja Non-K/L Transfer ke Daerah dan Dana Desa

766,2

Aparatur Efisiensi &

Kualitas Belanja

Mendukung Program Prioritas

847,4

607,1

Rp2.220,7 T

diarahkan mencapai tujuan pembangunan nasional antara lain infrastruktur, pengurangan kemiskinan dan pengangguran, dalam rangka pemerataan pembangunan dan perbaikan konektivitas dengan tetap menjaga

efisiensi

Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur negara antara lain melalui gaji ke 13 dan pemenuhan kewajiban pembayaran manfaat pensiun

Melalui evaluasi kebijakan, penghematan belanja barang non-operasional dan penajaman belanja barang. Peningkatan kualitas belanja modal diarahkan kepada belanja produktif dan tetap

memperhatikan efisiensi

belanja

Sinergi program perlindungan sosial dan mempertajam bantuan sosial

Refocusing anggaran prioritas

Sinergi pembangunan antara Pusat dan Daerah Dukungan pemerintah

terhadap creative financing

Belanja Negara

(triliun Rupiah)

(19)

Belanja

Pemerintah Pusat

Rp1.454,5 T

Apabila dibandingkan dengan

Outlook 2017, Belanja Pemerintah Pusat pada APBN 2018

mengalami peningkatan sebesar Rp111,4 T serta mengalami pertumbuhan sebesar 8,3%

Naik dan Tumbuh

diarahkan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan, pencapaian sasaran

pembangunan, dan antisipasi risiko

Kebijakan Umum

1.203,6

2014 5,8

1.183,3

2015 (1,7)

2016 (2,5)

Outlook 2017

16,4

APBN 2018

8,3

1.154,0

1.343,1

1.454.5

Belanja

Pemerintah Pusat (triiun rupiah)

Pertumbuhan (%)

1.137,2

2014 12,5

Rp1.343,1 T

Rp1.454,5 T

APBN 2018

847,4 607,1

Belanja Non-K/L Belanja K/L

Outlook 2017

769,2 573,9

Menjaga kesejahteraan aparatur pemerintah dan efektivitas birokrasi

Mendukung pelaksanaan berbagai program dan sasaran pembangunan sesuai RKP tahun 2018

Mengantisipasi ketidakpastian perekonomian

melalui dukungan cadangan risiko fiskal dan

mitigasi bencana

Penyelenggaraan Pemerintah

Mendukung Program Pembangunan

Antisipasi Risiko

(triliun Rupiah)

(20)

Belanja Pemerintah Pusat

Menurut Fungsi

Outlook 2017

1.343,1

1.455,0

APBN 2018

Pelayanan & Keamanan

136,0

Ekonomi

335,5

Perlindungan Lingkungan Hidup 15,7

Perumahan & Fasilitas Umum 31,5 & Keamanan

139,8

Perlindungan Lingkungan Hidup 11,1

Perumahan & Fasilitas Umum 28,5 pada beberapa fungsi disebabkan

oleh

Fungsi Pelayanan Umum

untuk pemenuhan berbagai kewajiban pemerintah termasuk pada pihak ketiga

Fungsi Ekonomi

untuk mendukung upaya

percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan

memperkuat daya dorong ekonomi

Fungsi Kesehatan

untuk mendukung pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui penyediaan vaksin baru dan pengalihan penyuluh KB dan petugas lapangan KB dari pemda ke pempus

Peningkatan

Signifikan

(triliun Rupiah)

(triliun Rupiah)

(21)

Belanja

K/L

Rp847,4 T

Dalam APBN 2018, belanja K/L meningkat Rp78,2 T dari

Outlook 2017. Belanja K/L 2014-2018 tumbuh rata-rata 10,2% per tahun

Meningkat

APBN 2018

Outlook 2017

114,2 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Ristek Dikti Kementerian PU Pera Kementerian Pertahanan

(tidak termasuk BLU SAWIT dan LPDP)

10 K/L dengan

Anggaran Terbesar

(triliun Rupiah)

000

26,9 000

000 Belanja K/L (%)

(22)

Anggaran

Pendidikan

Rp444,1 T

Transfer ke Daerah

Alokasi 2018

279,5

Pembiayaan

15,0

Pusat

149,7

2013 2014 2015 2016 Outlook 2017

Pertumbuhan (%)

Meningkatkan akses, distribusi, dan kualitas pendidikan.

Memperbaiki kualitas sarana dan prasarana sekolah.

Sinergi Pemerintah Pusat dengan Pemda.

Memperkuat pendidikan kejuruan dan sinkronisasi kurikulum SMK (link and match).

Sinergi program peningkatan akses (BOS, PKH, PIP, Bidik Misi dan DPPN) untuk sustainable education.

Meningkatkan akses pendidikan bagi siswa miskin.

Komitmen pemerintah terhadap bidang pendidikan tetap berlanjut. Anggaran pendidikan meningkat Rp24,3 T dari Outlook tahun 2017

Anggaran

Pendidikan

Meningkat

Program Indonesia Pintar Bantuan Operasional Sekolah

Tunjangan Profesi Guru - Non-PNS 435,9 ribu guru

- PNS 257,2 ribu guru

- PNS Daerah 1,2 juta guru

Beasiswa Bidik Misi

Pembangunan/Rehab Sekolah/Ruang Kelas

Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Menengah

2018: 89,7%

2017: 88,1%

Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Menengah

2018: 65,3%

2017: 63,4%

19,7 juta jiwa

56 juta jiwa

401,5 ribu mahasiswa

61,2 ribu

APK APM

Sasaran

Indikator Pendidikan

(triliun Rupiah)

(triliun Rupiah)

(23)

Anggaran

Kesehatan

Rp111,0 T

Transfer ke Daerah

Alokasi 2018

29,5

Pusat

81,5

Meningkatkan dan memperbaiki distribusi faskes dan tenaga kesehatan

Penguatan program promotif dan preventif yang diarahkan untuk penyakit tidak menular dan program untuk ibu hamil & menyusui

Meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program JKN

Meningkatkan peran Pemda untuk supply side dan peningkatan mutu layanan

Program Indonesia Sehat

Kesertaan ber-KB melalui peningkatan akses dan

kualitas pelayanan KBKR Sertifikasi obat dan makanan

Penyediaan sarana fasilitas kesehatan yang berkualitas

Imunisasi untuk anak usia 0-11 bulan

92,4 juta jiwa

1,8 juta orang

49 RS/Balkes

92,5%

74,0 ribu Sasaran

Indikator Kesehatan

13,5

46,1

2013 2014 2015 2016 Outlook

2017

APBN 2018

59,7 65,9

92,3 104,9

111,0

29,6 10,3 40,1 13,7 5,8

Pertumbuhan (%)

anggaran kesehatan meningkat

Rp6,1 T dari Outlook tahun 2017

Anggaran

Kesehatan

Meningkat

Stunting

2018: 28,8%

2017: 29,6%

Persalinan di Fasilitas Kesehatan

2018: 82%

2017: 81%

Ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas

2018: 86%

2017: 83%

(triliun Rupiah)

(triliun Rupiah)

(24)

Anggaran

Infrastruktur

Rp410,4 T

Alokasi 2018

Melalui

Kemen PUPERA 104,7

Investasi Pemerintah (PMN dan LMAN) Dana Alokasi Khusus

41,5

Melalui

Kemenhub 44,2 33,9

Pengembangan konektivitas untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi, jalur utama logistik, dan integrasi antarmoda dalam rangka mendorong pengembangan wilayah strategis.

Koordinasi lintas sektoral termasuk dengan Pemda agar pelaksanaanya berjalan lancar dan sesuai kebutuhan daerah namun selaras dengan target nasional.

Perbaikan perencanaan, pola koordinasi yang efektif dan penguatan regulasi untuk mengatasi hambatan teknis

Memberdayakan peran swasta, BUMN,BUMD, Pemda melalui pengembangan pembiayaan kreatif atau skema KPBU atau non KPBU untuk menutup financing gap pendanaan infrastruktur.

8 lokasi Sasaran

Kebijakan

2013 2014 2015 2016 Outlook

2017

APBN 2018

Pertumbuhan (%)

anggaran infrastruktur tumbuh

5,2% dari Outlook tahun 2017, untuk

mengejar ketertinggalan (gap)

Indonesia terhadap penyediaan infrastruktur

Anggaran

Infrastruktur

Meningkat

256,1 269,1

390,2 410,4

154,7

Pembangunan dan Preservasi Jalan

Prasarana perkeretaapian 639 km’sp

Pembangunan bandara udara baru

Informasi dan Telekomunikasi

Pembangunan desa

broadbandterpadu Pembangunan BTS di daerah

blankspot, terutama daerah 3T

100 Lokasi

380 Lokasi

(penyelesaian dan lanjutan)

- Pembangunan jalan baru 832 km - Pembangunan jalan tol 33 km - Pembangunan jembatan 15.373 m

Penyediaan dan Peningkatan kualitas Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Pembangunan Rusun

Bantuan Stimulan (peningkatan/pembangunan)

13.405 unit

174.300 ribu unit

(triliun Rupiah)

(25)

Anggaran

Perlindungan Sosial

Rp283,8 T

Alokasi 2018

Melalui

Subsidi

(triliun Rupiah)

145,5

Melalui

PKH

17,1

Melalui

Program Indonesia Pintar

10,8 Melalui

JKN bagi warga miskin/PBI

25,5

Melalui

Bantuan Pangan

20,8

Melalui

Bidik Misi

4,1

Melalui

Dana Desa

60,0

Memperkuat program-program Perlindungan Sosial Penanggulangan Kemiskinan sebagai dukungan pada Masyarakat Berpendapatan Rendah

Sinergi antar program perlindungan sosial

Bantuan sosial yang tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat waktu

Program Keluarga Harapan

Bantuan Pangan

(keluarga penerima manfaat) (keluarga penerima manfaat)

Penyediaan Bantuan Kelompok Usaha Ekonomi Produktif Penerima Bantuan Iuran (PBI) dalam rangka JKN

10 juta KPM

15,6 juta KPM

92,4 juta jiwa

117,7 ribu KK

Program Indonesia Pintar

19,6 juta siswa

Dana Desa

74.958 desa

Bidik Misi

401,7 ribu mahasiswa Sasaran

Kebijakan

Indik

*) *) diluar subsidi pajak

untuk pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, dan kesehatan)

(26)

Subsidi

Rp156,2 T

Subsidi Non Energi

Alokasi 2018

2014

392,0

341,8

50,2

119,1

66,9

106,8

67,4 89,9 79,0

94,5

61,7

(triliun Rupiah)

(triliun Rupiah)

Pertumbuhan (%)

Subsidi Energi Subsidi Non Energi

186,0

174,2

168,9

156,2

2015 2016 Outlook

2017

APBN 2018

2014 2015 2016 Outlook

2017

APBN 2018

61,7

Subsidi Energi

94,5

Subsidi yang lebih tepat sasaran untuk membantu masyarakat yang kurang mampu

Mendukung pengendalian inflasi Mempertahankan daya beli masyarakat

Meningkatkan produksi pangan

Alokasi 2018 menurun sebesar Rp12,7 T dari

Outlook 2017

Anggaran

Subsidi

Menurun

10,4

2013

355,0

2,5

(52,6)

(6,3)

(3,1) (7,5)

310,0

45,1

2013

(triliun Rupiah)

Perkembangan Subsidi 2014-2018

(27)

Subsidi

Energi

R

p94,5 T

Subsidi

Listrik

Alokasi 2018

(triliun Rupiah)

47,7

Subsidi BBM & LPG

46,9

46,9

47,7

Diarahkan untuk masyarakat miskin

Pengendalian inflasi

Perbaikan penyaluran untuk

memperbaiki ketepatan sasaran

Subsidi tertutup untuk LPG

tabung 3 kg

Subsidi BBM dan LPG

Subsidi tepat sasaran untuk

pelanggan yang kurang mampu (450 VA dan 900 VA)

Subsidi Listrik

Perkembangan Subsidi Energi 2014-2018 BBM

2014 2013

240,0

101,8

210,0

100,0

60,858,3

43,7

63,1

44,5 45,446,947,7

2015

2016

Outlook

2017

APBN 2018

Anggaran subsidi energi meningkat

5,1% dari outlook 2017

Anggaran

Subsidi

Energi

(triliun Rupiah)

Subsidi BBM & LPG Subsidi Listrik

(28)

Subsidi

Non Energi

Rp61,7 T

Subsidi

PSO

Alokasi 2018

(triliun Rupiah)

(triliun Rupiah)

4,4

Sinergi dengan bantuan sosial dan transfer ke daerah

Pengendalian kebutuhan pokok

Peningkatan produktifitas pangan

Peningkatan daya saing industri tertentu didalam negeri

Insentif sektor panas bumi dan obligasi pemerintah

Subsidi Pajak

Pelayanan publik

Subsidi PSO

Perkembangan Subsidi Non Energi 2014-2018

28,5

18,0

Penyempurnaan data penerima dengan NIK

Volume pupuk 9,55 ton

Subsidi Pupuk

Akses permodalan UMKM

Perumahan bagi MBR

Subsidi Bunga Kredit Program

2014

2013 2015 2016 Outlook

2017

APBN 2018

50,2 45,1

66,9 67,4

79,0 61,7

2014 2015 2016 Outlook 2017

APBN 2018

Pangan 18,2 21,8 22,1 19,8 -Pupuk 21,0 31,3 26,9 31,2 28,5 Pajak 5,8 8,5 9,3 9,4 10,8 PSO 2,1 3,3 3,7 4,3 4,4 Benih 0,3 0,1 0,4 1,3 -18,0 Bunga

Kredit Program

2,8

(29)

Transfer ke Daerah

& Dana Desa

Rp766,2 T

Dana Otsus dan Keistimewaan DIY

Alokasi 2018

(triliun Rupiah)

(triliun Rupiah)

573,7

513,3

602,4

20,8

46,7

58,2 60,0

663,6

697,7 706,2 21,1

Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah dan mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antardaerah

Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah

Memprioritaskan penyediaan pelayanan dasar di daerah tertinggal, terluar, terpencil, terdepan, dan pascabencana

Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur dasar

Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan

keuangan daerah yang lebih efisien, efektif,

transparan, dan akuntabel

Meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa dengan tetap memperhatikan akuntabilitas dan transparansi

Memperbaiki mekanisme penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa berdasarkan pada kinerja pelaksanaan untuk setiap tahapannya di daerah

Perkembangan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2014-2018

Kebijakan

Khusus 490,7

185,9

573,7 623,1

710,3 755,9

766,2

Transfer ke Daerah

11,8

(30)

Dana

Transfer Umum

Rp490,7 T

Dana Alokasi Umum

Alokasi 2018

(triliun Rupiah)

(triliun Rupiah)

401,5

401,5

89,2

Dana Alokasi Bagi Hasil

DBH SDA DBH Pajak

89,2

56,7 32,5

Mempercepat pembangunan, memperluas akses daerah, meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Pagu bersifat dinamis

Bobot wilayah laut naik menjadi 100%

25% untuk belanja infrastruktur

Perkembangan Dana Transfer Umum 2013-2018

Dana

Alokasi Umum

Memperluas penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau

DBH Dana Reboisasi (DR) selain utk Rehabilitasi Hutan & Lahan, jg penanganan kebakaran hutan, penataan batas kawasan & pembenihan

25% untuk belanja infrastruktur Dana

Bagi Hasil

Arah Kebijakan

APBN 2018

Outlook

2017 2016

2015 2014

2013

399,6

445,2

430,9

475,9 494,0 490,7

401,5 398,6

385,4

352,9

341,2 311,1

88,5

103,9 78,1

90,5 95,4 89,2

Dana Alokasi Umum Dana Bagi Hasil Pertumbuhan Dana Transfer Umum (%)

11,4

3,7

-3,2

10,4

3,8

-0,7

(31)

26

Papua Barat

Papua

Maluku Maluku Utara Sulawesi Tengah

Gorontalo

Sulawesi Barat

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Selatan

Sulawesi Utara Kalimantan Barat

Kalimantan Utara

Kalimantan Timur

Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah

Aceh

Sumatera Utara

Riau

Kepulauan Riau

Jambi Bangka Belitung

Lampung Sumatera Selatan Sumatera Barat

Bengkulu

Rp14,7 T

Rp24,1 T

Rp13,5 T

Rp6,4 T

Rp8,4 T

Rp4,3 T

Rp8,0 T

Rp12,3 T

Rp12,9 T

Rp8,3 T

Rp37,1 T

Rp5,6 T Rp11,8 T

Rp10,2 T

Rp18,4 T Rp4,2 T Rp3,7 T

Rp7,1 T

Rp8,6 T

Rp13,5 T Rp39,9 T

Rp34,4 T Rp4,3 T

Banten

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta Jawa Timur

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Dana

Alokasi Umum

(32)

Dana

Transfer Khusus

R

p185,9 T

Alokasi 2018

(triliun Rupiah)

62,4

123,5

DAK

Fisik

62,4

DAK Non Fisik 123,5

Mendanai kegiatan tertentu yang menjadi kewenangan daerah sesuai dengan prioritas daerah dan nasional

Mengejar ketertinggalan infrastruktur layanan publik

Afirmasi kepada daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi

DAK Fisik

Mengurangi beban masyarakat terhadap pelayanan publik terutama perbaikan kualitas pendidikan, kesehatan, serta pelayanan pemerintah

BOS untuk 47,4 juta siswa TPG 1,2 juta guru BOK 9.785 Puskesmas

DAK Non Fisik

Arah Kebijakan

Kebijakan DAK Fisik

Berdasarkan usulan daerah (proposal based) sesuai dengan bidang dan menu kegiatan yang ditentukan untuk mencapai sasaran yang menjadi prioritas pusat dan daerah

Memperhitungkan kinerja pelaksanaan 2 tahun sebelumnya

Penajaman alokasi berdasarkan hasil sinkronisasi kegiatan per bidang

antardaerah dan antara kegiatan yang akan didanai DAK dengan yang didanai dari belanja K/L

Perbaikan penyaluran

Pengalokasian disesuaikan dengan kebutuhan riil di daerah, berdasarkan jumlah sasaran yang dibutuhkan untuk mencapai SPM, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan

Penyempurnaan pengalokasian melalui pemutakhiran data sasaran penerima dan unit cost; dan

Peningkatan kebijakan afirmasi terhadap daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (perbatasan)

Peningkatan kualitas DAK Nonfisik melalui penerapan performance based dan pemantauan penggunaan

(33)

Dana

Transfer Khusus

R

p185,9 T

Migas

DAK Fisik

DAK Reguler

Rp62,4 T

Mengejar ketertinggalan infrastruktur layanan publik

Afirmasi kepada daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi

DAK Nonfisik

Rp123,5 T

Mengurangi beban masyarakat terhadap pelayanan publik terutama perbaikan kualitas pendidikan, kesehatan, serta pelayanan pemerintah

Pendidikan 6,6 T Kesehatan dan KB 10,5 T Air Minum 0,5 T Sanitasi 0,5 T Perumahanan & Pemukiman 0,6 T Pasar 0,9 T Industri Kecil dan Menengah 0,5 T Pertanian 1,7 T Pariwisata 0,6 T Jalan 8,0 T

Kelautan & Perikanan 0,9 T

31,4 DAK Penugasan

Pendidikan SMK 1,7 T Kesehatan 4,2 T T Air Minum 1,1 T Sanitasi 1,1 T Jalan 10,2 T Pasar 0,9 T Irigasi 4,2 T

Energi skala kecil dan menengah 0,5 T Lingkungan Hidup dan kehutanan 0,5 T 24,5

6,6

Rp46,7 T

--> 47,4 juta siswa

Rp4,1 T

--> 6,2 juta peserta didik

Rp58,3 T

--> 1,2 juta guru

DAK Afirmasi

Kesehatan 3,2 T T

Perumahanan & Pemukiman 0,5 T Transportasi 1,1 T

Air Minum 0,5 T Sanitasi 0,5 T Pendidikan 0,8 T

Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah

Rp2,1 T

--> 50,1 ribu guru Tunjangan Khusus Guru PNS Daerah di Daerah Khusus

Rp1,0 T

--> 265 ribu guru

Tambahan Penghasilan Guru PNS Daerah

Rp10,4 T

--> 9.785 puskesmas dan 5.157 balai Bantuan Operasional

Kesehatan dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOK dan BOKB)

Rp0,1 T

-->23,5 ribu peserta Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PK2UKM)

Rp0,8 T

--> 34 provinsi dan 508 kab/kota Pelayanan

Administrasi Kependudukan

Dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus

Anggaran Dana

Transfer Khusus

(34)

Dana Otonomi Khusus,

& Dana Keistimewaan D.I.Y

Untuk mendorong peningkatkan kualitas pengelolaaan keuangan daerah dan kesehatan fiskal daerah, kualitas pelayanan pemerintahan umum, kualitas pelayanan dasar publik di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, dan upaya pengentasan kemiskinan

D

ana Insentif Daerah

Meningkatkan kualitas perencanaan dan ketepatan penggunaan dana keistimewaan DIY sesuai dengan program prioritas nasional

Meningkatkan monitoring dan evaluasi dalam rangka mendukung akuntabilitas penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY

Mendorong percepatan pelaporan pelaksanaan kegiatan oleh pemerintah daerah, dengan tetap memperhatikan pencapaian kinerja.

Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta

Dana Otonomi Khusus

Kriteria Pemberian DID

opini BPK atas LKPD penetapan Perda APBD tepat waktu

penggunaan e-government

Kriteria utama Kriteria Kinerja

pengelolaan keuangan daerah pelayanan pemerintahan umum pelayanan dasar publik kesejahteraan masyarakat

Rp8,0 T

Rp8,5 T

Rp20,0 T

Rp1,0 T

Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh

untuk membiayai pembangunan dan

pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan

Rp8,0 T

Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat

terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan

Rp4,0 T

(35)

Migas

Dana

Desa

Rp60,0 T

Arah Kebijakan

Mengalokasikan dana desa yang bersumber dari APBN kepada setiap desa yang dihitung dengan

memerhatikan variabel jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis

Menyempurnakan formula pengalokasian dana desa, dengan melakukan penyesuaian proporsi AD dan AF, serta memberikan afirmasi pada desa tertinggal dan sangat tertinggal yang mempunyai jumlah penduduk miskin besar

Memberikan fokus yang lebih besar pada pengentasan kemiskinan dan ketimpangan, yaitu dengan

memberikan bobot yang lebih besar kepada variabel berbasis angka kemiskinan, dan luas wilayah

Meningkatkan kualitas penyaluran berdasarkan kinerja pelaksanaan, yaitu kinerja penyerapan dan capaian

output

Melakukan penyaluran melalui KPPN di daerah untuk mendekatkan pelayanan, meningkatkan efsiensi dan memudahkan koordinasi dengan pemerintah daerah, serta meningkatkan efektivitas pemantauan dan evaluasi

Mempertajam prioritas penggunaan dana desa untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, yang diarahkan pada upaya perbaikan peningkatan kualitas hidup masyarakat desa untuk mengurangi kemiskinan, mengurangi kesenjangan dalam penyediaan

infrastruktur dasar, serta memperluas kesempatan kerja

Pembangunan Desa

Tenaga kerja setempat

Bahan baku lokal

Swakelola

Sarana Prasarana, Pelayanan Sosial Dasar, Sarana Ekonomi Desa, Pembangunan Embung, Pelestarian Lingkungan Hidup, dan Penanggulangan Bencana Alam.

Pemberdayaan Masyarakat Peningkatan Kualitas Pelayanan Sosial Dasar, Pengelolaan Sumber Daya Lokal, Pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif, Penguatan Kapasitas terhadap Bencana, Pelestarian Lingkungan Hidup dan Penguatan Tata Kelola Desa yang Demokratis.

berdasarkan pada kinerja penyerapan anggaran dan capaian output yang dilakukan melalui KPPN setempat.

Prioritas Penggunaan

Dana Desa

Prioritas Pelaksanaan

Penyaluran

Dana Desa

(36)

Defisit

(triliun rupiah)

-226,7

-2,25

-2,59 -2,49

-2,67

-2,19

248,9

323,1 334,5

362,9

-298,5 -308,3

-362,9

Defisit

(sumber data IMF, Oktober 2017)

Pembiayaan

Anggaran Defisit thdPBD (%)

-325,9

325,9

Defisit APBN

Tahun 2018

Defisit terhadap

PDB Beberapa

Negara

Defisit APBN tahun 2018 dapat ditekan atau lebih rendah dari

Outlook 2017 (2,67% terhadap

PDB), tetap diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan

Mengendalikan defisit dalam batas aman, melalui

optimalisasi pendapatan, serta efisiensi subsidi dan belanja konsumtif

Mengendalikan rasio utang terhadap PDB dalam batas yang terkendali

Mendorong keseimbangan primer menuju positif

Mengembangkan pembiayaan yang inovatif dan kreatif (creative financing)

(2,19% thd PDB)

Australia

Britania Raya

(2,3)

Brazil

(9,3)

Meksiko

(2,5)

Amerika Serikat

(3,7)

kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis

(37)

Pembiayaan

Anggaran

Rp325,9 T

pembiayaran anggaran dilakukan untuk mendukung prioritas pembangunan nasional

Pembiayaan

Anggaran

Outlook

2017

APBN

2018

Pembiayaan Anggaran

Pembiayaan Utang

Pembiayaan Investasi

Pemberian Pinjaman

Kewajiban Penjaminan

Pembiayaan Lainnya

SBN (neto)

(triliun rupiah)

414,5

Pinjaman (neto) -15,3

433,0 -6,0

325,9

399,2

-65,7

-6,7

-1,1

0,2

362,9

427,0

-59,7

-3,7

-1,0

0,3

Rasio utang manageable (27%-29% thd PDB)

Utang untuk kegiatan produktif & menjaga keseimbangan makro ekonomi;

SAL sebagai fiscal buffer untuk mengantisipasi ketidakpastian perekonomian

Mengembangkan pembiayaan yang

kreatif dan inovatif untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur

Pemenuhan kewajiban negara sebagai

anggota organisasi/lembaga keuangan internasional;

Menyempurnakan kualitas

perencanaan investasi Pemerintah

Membuka akses pembiayaan

pembangunan dan investasi kepada masyarakat

Mengoptimalkan dana BLU dalam

rangka pembiayaan pembangunan, termasuk memperluas akses sektor UMKM

Meningkatkan kepemimpinan

Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional, melalui pemberian bantuan kepada negara sahabat.

(38)

Pembiayaan

Utang

Rp399,2 T

Diperoleh dari penerbitan SBN, Pinjaman Luar Negeri, dan Pinjaman Dalam Negeri.

Digunakan juga untuk membiayai pembangunan infrastruktur melalui pembiayaan investasi

Kebijakan Pembiayaan Utang

Prudent

Produktivitas

menjaga rasio utang dalam batas yang aman (27%-29% terhadap PDB) dan diupayakan menurun secara bertahap dalam jangka menengah

APBN 2018 399,2

Outlook

2017

427,0

2016

403,0

2015

380,9

2014

255,7

2013

(triliun rupiah)

(angka sementara)

Pembiayaan Utang

223,2

Biaya Utang Minimum

mendorong efisiensi biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali dan mendukung kesinambungan fiskal

pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif dalam mendukung pencapaian target pembangunan, antara lain melalui pembiayaan investasi dalam rangka mengakselerasi pembangunan infrastruktur

Keseimbangan

menjaga komposisi utang dalam batas terkendali untuk pengendalian risiko sekaligus menjaga keseimbangan makro ekonomi

Pembiayaan

Utang

Outstanding Utang Pemerintah

(39)

Profil Utang

Pemerintah

Rasio Utang Beberapa

Negara Berkembang

Perbandingan Profil

Outstanding

SBN

Rasio Utang Indonesia terhadap PDB

2005-2018

24,5 23,1 23,0 24,9 24,7

27,4 28,3 28,9 28,5 35,1

*perkiraan

(triliun Rupiah)

(%) (%)

persen (%)

35,1

2013 2014 2015 2016 2017 2017

(40)

Rp

Mendukung pembangunan infrastruktur baik

sarana dan prasarana transportasi, permukiman, air bersih, dan sanitasi, serta infrastruktur untuk mendukung ketahanan energi

Mendukung peningkatan akses pendanaan

dan pembiayaan bagi MBR untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak dengan melanjutkan program dana bergulir FLPP dan melakukan pembiayaan investasi melalui dukungan pendanaan modal awal kepada Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera)

Mendukung peningkatan akses masyarakat

terutama masyarakat miskin pada jenjang pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas riset melalui program Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN)

Memberikan kepastian terhadap keberlanjutan

pengembangan pendidikan pada masa yang akan datang dengan membentuk SWF di bidang pendidikan melalui penguatan LPDP

Memberikan stimulus bagi KUMKM berupa penguatan

modal melalui pembiayaan investasi kepada BLU

Mendukung pemenuhan kewajiban negara sebagai

anggota organisasi/Lembaga Keuangan Internasional (LKI) serta mempertahankan persentase kepemilikan modal sebagai bentuk investasi di LKI

Mendorong pembiayaan yang kreatif dan inovatif untuk

mengakselerasi pembangunan serta meningkatkan akses pembiayaan secara lebih luas bagi UMKM sektor riil yang tepat sasaran

Mempercepat realisasi pembiayaan investasi BLU

LMAN untuk pembebasan lahan yang diperlukan dalam prioritas pembangunan nasional

Kebijakan

PMN kpd PT. KAI

Pembiayaan

Investasi

Rp65,7 T

3,6

PMN kpd BP Tapera IDB

Investasi kpd BUMN Investasi kpd

Organisasi/Lembaga

Keuangan Internasional Investasi kpd Badan /Lembaga Lainnya

57,4 T

Investasi kpd BLU

6,0 Dana Bergulir

15,0

DPPN

Alokasi 2018

(41)

meningkatkan kemampuan leverage sehingga beban pembiayaan proyek LRT Jabodebek melalui APBN lebih rendah.

LRT Jabodebek ditargetkan beroperasi pada pertengahan tahun 2019

Sasaran Output:

12 proyek jalan tol

40 proyek infrastruktur sumber daya air 2 proyek infrastruktur perkeretaapian Sasaran Output:

sebagai modal awal untuk pembentukan BP Tapera. BP Tapera diharapkan akan dapat mendukung program pemerintah di bidang perumahan dan kawasan permukiman, sehingga pemenuhan kebutuhan warga negara atas tempat tinggal yang layak dan terjangkau.

Pembiayaan Untuk

Infrastruktur

APBNP 2017: APBN 2018:

Rp2,0 T Rp3,6 T PMN kpd PT KAI

mendukung pelaksanaan fungsi penyediaan dana uang ganti kerugian untuk pengadaan tanah dalam rangka pembangunan infrastruktur proyek strategis nasional

APBNP 2017: APBN 2018:

Rp32,1 T Rp35,4 T LMAN

APBN 2018: Rp2,5 T PMN kpd BP Tapera

bantuan pembiayaan KPR Sejahtera untuk 42.000 unit rumah

Sasaran Output:

bantuan pembiayaan melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).

APBNP 2017: APBN 2018:

Rp3,1 T Rp2,2 T BLU Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan

Penugasan percepatan pembangunan infrastruktur nasional, terutama untuk percepatan pembangunan pembangkit listrik, percepatan penyediaan air minum, kerjasama Pemerintah dengan badan usaha melalui BUPI, direct lending, dan percepatan pembangunan tol trans Sumatera.

APBNP 2017: APBN 2018:

(42)

proyek infrastruktur listrik tahun 2018 yang akan dibiayai dengan pinjaman antara lain Pangkalan Susu Coal Fired Power Plant dan Takalar Steam Coal Power Plant in South Sulawesi

Penerimaan Cicilan Pengembalian Pinjaman kepada BUMN/Pemda

Rp(5,3) T PT PLN

Pinjaman kepada BUMN/Pemda

Pemberian

Pinjaman

Rp(6,7 T)

Rp(10,6 T)

Rp3,9 T

mendukungpenyelesaian proyek MRT Jakarta sebagai proyek infrastruktur strategis nasional untuk mengatasi permasalahan akut transportasi di Jakarta

Rp(3,7) T Pemprov DKI

Rp(0,4) T PT Pertamina

Rp(0,01) T PT PII Rp(1,2) T

PT SMI

Penjaminan infrastruktur dalam proyek

kerja sama Pemerintah dengan badan usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur

Kewajiban Penjaminan merupakan kewajiban yang secara potensial menjadi beban Pemerintah akibat pemberian jaminan kepada Pemda, BUMN, dan BUMD dalam hal Pemda, BUMN, dan BUMD dimaksud tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur dan/atau badan usaha sesuai perjanjian pinjaman atau perjanjian kerjasama

Pembiayaan infrastruktur melalui pinjaman langsung dari lembaga keuangan internasional kepada BUMN

Kewajiban

Penjaminan

Rp1,1 T

Percepatan penyediaan air minum

Percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara

297,4 miliar

1,1 miliar

Percepatan pembangunan jalan tol di Sumatera

284,7 miliar

148,6 miliar

(43)

Keseimbangan primer

menggambarkan kemampuan Pemerintah membayar pokok dan bunga utang dengan menggunakan pendapatan negara. Keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Apabila nilai keseimbangan primer negatif, maka Pemerintah harus menerbitkan utang baru untuk membayar pokok dan bunga utang. Sebaliknya apabila nilai keseimbangan primer positif, maka Pemerintah bisa menggunakan sumber pendapatan negara untuk membayar sebagian atau seluruh pokok dan bunga utang.

Pajak

Terdiri atas penerimaan PPh Migas, PPh Nonmigas, PPN, PBB, dan pajak lainnya.

Kepabeanan dan Cukai

Terdiri atas penerimaan cukai (hasil tembakau, etil alkohol, dan minuman mengandung etil alkohol), bea masuk, dan bea keluar.

PNBP

Terdiri atas penerimaan SDA Migas, SDA Nonmigas (pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi), bagian laba BUMN, PNBP lainnya (PNBP yang dipungut oleh K/L), serta Pendapatan BLU.

Penerimaan Hibah

Terdiri atas penerimaan hibah yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.

Tax ratio

pertambangan minerba dengan PDB nominal. Sedangkan tax ratio penerimaan perpajakan (pajak pusat) dengan PDB nominal.

Pembayaran Bunga Utang

Belanja Pemerintah Pusat atas penggunaan utang dalam dan luar negeri. Dihitung dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang baru, termasuk biaya yang timbul terkait pengelolaan utang.

Transfer ke Daerah

Dialokasikan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan daerah, mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan antar daerah, mengurangi kesenjangan layanan publik antardaerah, mendanai pelaksanaan otonomi khusus dan keistimewaan daerah.

Belanja Kementerian Negara/Lembaga

Anggaran belanja yang dialokasikan melalui Kementerian Negara/ Lembaga untuk membiayai urusan tertentu dalam pemerintahan.

Belanja Non-K/L (BA BUN)

Dana Desa

Dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/ kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Subsidi

Pemberian dukungan dalam bentuk alokasi anggaran kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyediakan barang atau jasa yang bersifat strategis atau menguasai hajat hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan negara.

(44)

Belanja Menurut Fungsi, terdiri dari:

Fungsi Pelayanan Umum a.l. terdiri atas Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Anggaran PBI Jamkes), Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya, Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya, Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku dan seluruh Belanja Non K/L (Subsidi, Pembayaran Bunga Utang, Belanja Lain-lain);

Fungsi Pertahanan a.l. terdiri atas Pengadaan Barang dan Jasa Militer, Produksi Alutsista Industri dalam Negeri dan Pengembangan Pinak Industri Pertahanan, Penyelenggaraan Perawatan Personel Matra Darat, Laut dan Udara;

Fungsi Ketertiban dan Keamanan a.l. terdiri atas Penyelenggaraan Pemasyarakatan di Wilayah, Pengembangan Peralatan Polri, Peningkatan Pelayanan Keamanan dan Keselamatan Masyarakat di Bidang Lantas;

Fungsi Ekonomi a.l. terdiri atas Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Lalu Lintas Angkutan Jalan, Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional;

Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum a.l. terdiri atas Fasilitasi Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

Fungsi Kesehatan a.l. terdiri atas Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan, Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;

Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif a.l. terdiri atas Pemberdayaan Masyarakat di Destinasi Pariwisata, Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri;

Fungsi Agama a.l. terdiri atas Pengelolaan Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha;

Fungsi Pendidikan a.l. terdiri atas Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD, SMP, dan Peningkatan Penjaminan Mutu Pendidikan;

Fungsi Perlindungan Sosial a.l. terdiri atas Jaminan Kesejahteraan Sosial (Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga Harapan).

Subsidi Energi

Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan BBM, LPG tabung 3 kg, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat.

Subsidi Nonenergi

Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau menjual barang dan/ atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain produk energi.

Dana Perimbangan

merupakan dana yang bersumber dari pendapatan dalam APBN yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Otonomi Khusus

diberikan kepada daerah-daerah yang menjalankan otonomi khusus, yaitu Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Aceh

Fungsi Lingkungan Hidup a.l. terdiri atas Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan, dan Pengelolaan Pertanahan Provinsi;

pendapatan bunga membayar menggunakan

dan

(45)

Pembiayaan Anggaran

Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali, penerimaan kembali atas pengeluaran tahun-tahun anggaran sebelumnya, pengeluaran kembali atas penerimaan tahun-tahun anggaran sebelumnya, penggunaan saldo anggaran lebih, dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Surat Berharga Negara

Meliputi surat utang negara dan surat berharga syariah negara.

Surat Utang Negara (SUN)

Surat berharga berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang

dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya.

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

Pinjaman Dalam Negeri

Setiap pinjaman oleh Pemerintah yang diperoleh dari pemberi pinjaman dalam negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu, sesuai dengan masa berlakunya.

Kewajiban Penjaminan

Kewajiban yang secara potensial menjadi beban Pemerintah akibat pemberian jaminan kepada K/L,

Pemerintah Daerah, BUMN, dan BUMD dalam hal K/L, Pemerintah Daerah, BUMN, dan BUMD dimaksud tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur dan/atau badan usaha sesuai perjanjian pinjaman atau perjanjian kerjasama

Pinjaman Luar Negeri Neto

Semua pembiayaan yang berasal dari penarikan pinjaman luar negeri yang terdiri atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri.

Pemberian Pinjaman

Pinjaman Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, BUMN, Lembaga, dan/atau badan lainnya yang harus dibayar kembali dengan ketentuan dan persyaratan tertentu.

Anggaran Pendidikan

Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui K/L, alokasi anggaran pendidikan melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan,

termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah.

Penyertaan Modal Negara (PMN)

Dana APBN yang dialokasikan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau perseroan terbatas lainnya dan dikelola secara korporasi.

Dana Bergulir

(46)

DATA

APBN

DATA

APBN

open data for us

data-apbn.kemenkeu.go.id

portaldataapbn

(47)
(48)

-Halaman ini sengaja

dikosongkan-KEMENTERIAN KEUANGAN

Direktorat Jenderal Anggaran

Gedung Sutikno Slamet Lantai 12 Jalan DR Wahidin Raya No.1 www.anggaran.depkeu.go.id

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

Referensi

Dokumen terkait

Hingga saat ini yang saya tahu guru yang ada di SDN 8 Banjar cukup baik dalam tugas dan tanggungjawabnya dalam menyampaikan materi pelajaran dalam media

Mereka juga tidak mandiri secara sosial dan memiliki gaya hidup

Kapasitas Pendamping Desa Teknik Infrastruktur yang dimaksud mencakup: (1) pengetahuan tentang kebijakan Undang-Undang Desa; (2) keterampilan memfasilitasi Pemerintah

Untuk menunjang rasa kreatifitas, warna-warna yang ada pada logo dikombinasikan secara menarik, sehingga dapat merangsang kecerdasan serta kreatifitas anak, selain

Karsinogenesis, adalah mekanisme dimana bahan karsinogen menyebabkan terjadinya kanker.Dengan mengetahui gejala yang timbul pada suatu penyakit, dan perubahan yang terjadi

Oemikian pengumuman ini, untuk diketahui oleh seluruh Peserta

Apabila dianggap perlu, MR dapat mengusulkan tindakan atau perubahan terhadap tindakan koreksi atau pencegahan yang diusulkan oleh Koordinator Bidang yang bersangkutan,

Berdasarkan informasi yang terbatas tersebut di atas, penulis berkesimpulan bahwa Abu ‘Awn merupakan orang yang tsiqah karena di samping banyak pu- jian dan sanjungan para