• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENGARUHNYA TERHADAP KOMPETENSI SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA (STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN) | Supardi | MANAJERIAL 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENGARUHNYA TERHADAP KOMPETENSI SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA (STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN) | Supardi | MANAJERIAL 1 SM"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 46 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENGARUHNYA TERHADAP KOMPETENSI SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA

(STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN)

Endang Supardi; Janah Sojanah; Adman Email: endang-supardi@upi.edu; janahsojanah@upi.edu

ABSTRAK

Hasil penelitian ini dilakukan pada siswa SMK Negeri 11 Bandung. Yang mana tujuannya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penguasaan kompetensi pedagogik guru pengaruhnya terhadap sikap kewirausahaan siswa . Masalah yang menjadi kajian dari penelitian ini adalah mengenai rendahnya sikap kewirausahaan siswa. Inti kajiannya difokuskan pada salah satu faktor yang mempengaruhi sikap kewirausahaan siswa yaitu penguasaan kompetensi pedagogik guru. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru (X) dan Sikap Kewirausahaan Siswa (Y). Penguasaan Kompetensi Pedagogik diukur melalui tiga indikator, yaitu kompetensi menyusun rencana pembelajaran, kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar, kompetensi melaksanakan penilaian proses belajar mengajar. Sikap Kewirausahaan diukur melalui enam indikator, yaitu kepercayaan diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, teknik pengumpulan data menggunakan angket. Analisis data menggunakan analisis regresi. Anggota sampel sebanyak 75 orang. Secara garis besar, keadaan Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru di SMK Negeri 11 Bandung termasuk kategori baik. Artinya Penguasaan Kompetensi Pedagogik telah dimiliki Guru secara rata,efektif dan efisien. Sikap Kewirausahaan di SMK Negeri 11 Bandung termasuk kategori tinggi. Artinya kompetensi pedagogic yang telah dicapai guru sudah baik, hal tersebut perlu dipertahankan dan diupayakan terus ditingkatkan.

Hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima yaitu adanya Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru pengaruhnya terhadap peningkatan Sikap Kewirausahaan Siswa.

(2)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 47 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

Latar Belakang Masalah

Sebagai negara berkembang Indonesia, saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan segala bidang. Bidang pendidikan merupakan prioritas utama, hal itu sesuai dengan amanat UUD 1945 yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, karena pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang maju, mandiri, produktif, berkualitas, dan berdaya guna. Karena pendidikan merupakan sebuah tolok ukur bagi sebuah negara, jika pendidikan di negara tersebut bagus, maka dapat dipastikan kualitas negara itupun menjadi bagus juga.

Sumber daya manusia ini tidak lain ditentukan oleh hasil produktivitas lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, yang terdiri atas jalur sekolah dan luar sekolah, dan secara spesifik merupakan hasil proses pembelajaran di kelas. Karena inti dari kegiatan sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar (PBM).

Dalam UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terdapat jenjang pendidikan berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyatakan:

SMK adalah suatu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa memiliki kemampuan sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, terdidik, dan profesional, serta dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mutu pendidikan dan keberhasilan dalam proses pembelajaran ditandai dengan prestasi pada siswa dan perubahan perilaku sebagai ukurannya. Hal ini berarti berhasil tidaknya proses bergantung pada tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, setelah mengalami proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu semua peserta didik diharapkan menunjukkan perilaku positif sebagai prestasi belajar. Sehingga penyelenggaraan proses pendidikan harus dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang optimal. Indikator yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan menurut Uzer Usman (dalam Rosalina, 2007:8), adalah :

a. Daya serap terhadap mata pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individu maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruktusional khusus telah dicapai siswa baik secara individu maupun kelompok.

Banyak siswa yang telah melakukan pembelajaran sulit untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari sikap, keterampilan dan pemahaman secara kreatif dan inovatif. Mereka mengaplikasikannya kurang memahami pelajaran dan tidak tahu untuk memulai perubahannya dari mana. Siswa hanya terpaku pada materi, tes, dan nilai yang ingin mereka dapatkan. Padahal yang dituntut dalam sebuah pembelajaran adalah siswa tahu, mengerti, memahami dan menerapkan dalam kehidupannya, seperti perubahan pada sikap.

(3)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 48 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

dapat memulai perubahan itu karena dasar kewirausahannya pun mereka tidak punya. Mereka tidak berani untuk memulai dari dirinya sendiri, karena besarnya gengsi, rasa takut yang berlebih akan kegagalan yang seringkali menghantuinya dan tidak berani menanggung resiko yang mungkin nanti mereka dapatkan.

Tabel 1. 1

Nilai Siswa Praktek Usaha Kecil (Siswa Aktif)

Sumber: Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas XI Administrasi Perkantoran

Data jumlah diambil data dari empat kelas, yaitu XI AP 1, XI AP 2, XI AP 3, dan AP 4, yang melakukan praktek pada Semester Tiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Kegiatan dilakukan pada jam mata pelajaran Kewirausahaan, yaitu dua jam normal. Praktek yang mereka jalani adalah praktek usaha kecil. Guru memberikan tugas kepada siswa secara kelompok yang beranggotakan lima sampai enam orang untuk membuat suatu usaha makanan kecil yang mereka kelola sendiri mulai dari modal awal, pembelian bahan-bahan, peralatan yang dibutuhkan, pembuatan makanan, sampai kepada penjualan di lingkungan sekolah. Makanan yang dijual kebanyakan berupa gorengan, cemilan, kue-kue, puding, keripik, dll. Rata-rata modal awal yang mereka keluarkan berkisar Rp. 20.000 – Rp. 25.000 per kelompok, dan mereka mendapatkan laba rata-rata Rp. 5.000 – Rp. 7. 000 per kelompok. Siswa per orang nya hanya mendapat Rp. 1.000 dari penjualan tersebut.

Nilai yang didapat siswa sudah cukup baik dilihat dari modal dan laba yang mereka dapatkan. Tidak ada yang mengalami kerugian. Padahal untuk mendapat laba yang cukup besar bisa mereka dapatkan, bila dalam proses penjualan mereka memakai A3 (Attitude, Attention, Action). Padahal itu yang paling penting dalam berwirausaha kecil seperti ini. Karena walaupun produk yang mereka buat enak, murah dan menarik tetapi A3 nya tidak ada, pembeli tidak akan membeli bahkan melirik pun tidak. Mereka tidak menyediakan sample dan juga trik misalnya beli dua gratis satu atau yang lain yang bisa menarik pembeli. Siswa hanya memaksa temannya agar membeli produknya, yang mereka targetkan produknya habis, dan mendapatkan laba walaupun sedikit tanpa mempraktekkan ilmu yang telah mereka dapatkan pada mata pelajaran Kewirausahaan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai tujuan yaitu menciptakan atau menyiapkan peserta didik agar dimana lulus nanti mereka sudah mempunyai kemampuan dan sikap bekerja di bidangnya masing-masing. Salah satu usaha yang

Kelas Jumlah Siswa Rata-rata Nilai

XI AP 1 35 siswa 72,3

XI AP 2 35 siswa 72,8

XI AP 3 33 siswa 72,6

XI AP 4 33 siswa 72,3

(4)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 49 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah meningkatkan prestasi belajar dan mengubah sikap siswa.

Siswa yang telah berhasil mengubah kompetensi sikap kewirausahaannya dapat dengan mudah mendapatkan prestasi yang baik dan juga kemudahan dalam bekerja di perusahaan atau membuka usaha sendiri dengan menerapkan usaha yang kreatif dan inovatif. Sehingga dalam pelajaran siswa akan lebih mudah memahami karena mereka telah bisa menerapkan dalam kehidupan maupun di lapangan, mereka mempunyai gambaran akan sulit dan mudahnya bekerja di lapangan daripada yang hanya memahani materi saja. Mereka tidak akan takut akan persaingan yang ada di sekitar, karena mereka dapat mencari peluang usaha. Mereka pun tidak akan takut menghadapi kegagalan, karena kegagalan adalah langkah awal memulai kesuksesan. Seorang wirausaha harus belajar dari pengalaman yang terjadi, baik pengalaman sukses maupun pengalaman gagal. Berdasarkan pengalaman kegagalan wirausahawan tersebut, wirausahawan akan mengambil hikmah sehingga akan mempelajari kegagalan dan mengubahnya menjadi sebuah langkah menuju keberhasilan usaha.

Bila siswa tidak ada sedikitpun perubahan pada sikap kewirausahannya, mereka akan sulit dalam pelajaran, apalagi di lapangan kelak setelah mereka lulus sekolah. Siswa akan takut memulai suatu usaha, karena mereka dihantui oleh kegagalan dan resiko yang akan ditanggung. Siswa yang belum mengalami perubahan akan sulit menciptakan usaha yang kreatif dan inovatif. Mereka tidak bisa mendayagunakan modal dan memantapkan strategi usaha. Bila dasar wirausaha saja sudah tidak ada, mereka tidak dapat meminimalisir resiko, membaca pangsa pasar, mencari peluang usaha, apalagi mencapai keberhasilan usaha.

Melihat kesenjangan di atas, seharusnya ada inovasi yang bisa menumbuhkan kemauan, kemampuan dan cara berfikir pada siswa. Diperlukan temuan dan faktor yang sangat mempengaruhi perubahan pada sikap kewirausahaan siswa yang dapat memacu semangat siswa, tentunya pengaruh eksternal.

Sebagai salah satu tawaran untuk memberikan pemecahan terhadap masalah tersebut, diperlukan adanya upaya serius dari semua pihak untuk menciptakan suatu temuan yang kreatif terhadap alternatif solusi. Salah satu alternatif yang mungkin diberikan adalah dengan menumbuhkan sikap kemandirian, kreatif dan inovatif yang dipengaruhi oleh kinerja dan motivasi guru. Langkah ini merupakan langkah yang efektif karena tumbuh secara internal dan juga eksternal.

Pemikiran tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suryana (2003:6) yaitu Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.

(5)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 50 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

bisa berfikir secara kreatif dan inovatif untuk mengembangkannya agar tercapai suatu perubahan yang maksimal. Perilaku kewirausahaan menurut Miftah Toha (1995:35) adalah ”hal-hal yang menyangkut tentang kemampuan, kebutuhan, cara berfikir untuk menentukan perilaku pengalaman dan reaksi-reaksi efektif”.

Sependapat apa yang dikatakan Endang Supardi (2004), Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, variabel, yang sudah ada sebelumnya. Sikap kreatif itu sangat diperlukan dan mutlak bagi seorang Wirausaha karena:

 Kreativitas merupakan sumber yang berharga dan harus dipelihara, serta jangan disia-siakan.

 Tantangan-tantangan baru selalu muncul dan harus dihadapi dengan kreativitas baru.

 Kreativitas adalah gagasan yang tidak diramalkan datang dan perginya serta mempunyai keunikan yang tinggi.

Kiat yang bisa digunakan untuk dapat membantu mengembangkan sikap kreatif adalah sebagai berikut :

1. Tentukan Apa Yang Anda Inginkan, seperti mengambil waktu untuk memahami permasalahan sebelum mencoba memecahkannya, kumpulkan seluruh fakta dalam benak, dan cobalah identifikasi fakta- fakta yang paling penting.

2. Rilek, beberapa teknik rileksasi di antaranya termasuk menjernihkan pikiran, mendengarkan alunan suara yang indah, meditasi, mendengarkan humor dari orang lain, berhenti sejenak memikirkan segala permasalahan untuk kembali kemudian. 3. Latihlah Otak Anda, aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah keluarkanlah semua

gagasan tanpa harus menyebutkan pemecahannya terlebih dahulu, latihan berkonsentrasi pada isu tunggal, cobalah memikirkan penyelesaian-penyelesaian unik terhadap masalah masalah pribadi atau masalah-masalah kerja Anda dan latihlah cara menerima kurangnya kendali.

4. Mencari Cara melakukan sesuatu dengan lebih baik, cara ini melibatkan upaya-upaya orisinal, menjaga keterbukaan pikiran, berpikir dengan cara yang tidak konvensional untuk menggunakan objek dan lingkungan (sebagai contoh bagaimana Anda dapat menggunakan headline surat kabar atau majalah untuk membantu Anda menjadi pemecah masalah yang lebih baik), tundalah menggunakan cara-cara biasa dalam mengerjakan sesuatu dan lain-lain.

(6)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 51 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

(Modul Kewirausahaan Smk Kiat Mengembangkan Sikap Kreatif Dan Inovatif) Persoalannya adalah adakah faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kompetensi sikap kewirausahaan siswa itu ?

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Secara garis besar terdapat dua faktor utama yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi belajar dan perubahan perilaku, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal secara lain yaitu minat, bakat, motivasi, kebiasaan belajar, kondisi fisik, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal antara lain berupa kondisi alam, lingkungan, guru, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut sangat memegang peranan penting dalam perubahan perilaku kewirausahaan karena faktor-faktor tersebut sering berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang saling melengkapi serta menunjang dalam perubahan sikap kewirausahaan.

Salah satu faktor internal yang memiliki pengaruh besar adalah motivasi dari siswa itu sendiri. Sedangkan salah satu faktor eksternal yang dianggap dapat mempengaruhi prestasi belajar dan sikap adalah guru. Guru merupakan kunci dalam setiap upaya peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Di tangan guru lah mutu pendidikan dapat diupayakan ke arah yang lebih baik. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan dijadikan tokoh identifikasi diri.

Dari uraian permasalahan di atas akan penulis batasi dalam bentuk identifikasi masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kompetensi pedagogik guru di SMK Negeri 11 Bandung ? 2. Bagaimana gambaran kompetensi sikap kewirausahaan siswa di SMK Negeri 11

Bandung ?

3. Adakah pengaruh penguasaan kompetensi pedagogik guru pada kompetensi sikap kewirausahaan siswa pada mata pelajaran kewirausahaan di SMK Negeri 11 Bandung ?

Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas, dan tolak ukur keberhasilan yang dapat dijadikan pedoman untuk dapat dipergunakan sebagai bahan kajian dalam rangka penyusunan penelitian ini. Maka dalam penelitian ini penulis merumuskan maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai sikap kewirausahaan. Data ini dijadikan bahan analisis apakah kompetensi pedagogik guru memiliki pengaruh terhadap sikap kewirausahaan atau tidak.

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ingin mengetahui :

1. Sajauhmana Penguasaan kompetensi pedagogik guru dalam mata pelajaran kewirausahaan ?

(7)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 52 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

3. Adakah pengaruh Penguasaaan kompetensi pedagogik guru terhadap Kompetensi sikap kewirausahaan siswa pada mata pelajaran kewirausahaan?

Kegunaan Hasil Penelitian 1. Kegunaan Teoretik

Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna secara teoretik sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan lebih luas, terutama dalam mengembangkan ilmu kewirausahaan, diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi bahan rekomendasi bagi usaha pengembangan sikap kewirausahaan yang mantap terutama dalam rangka meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMK Negeri 11 Bandung. 2. Kegunaan Praktis

Secara praktis dan aplikatif bagi penulis dan Tim akan mampu meningkatkan wawasan kewirausahaan dan dapat memberikan pengalaman berharga bagi sebagai pembelajaran dalam melakukan penelitian selanjutnya.

Konsep Kompetensi Pedagogik Guru Konsep Kompetensi

Menurut Charles (1994) mengemukakan bahwa competency as rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition

(kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan).

Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa : kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keteampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam menjalankan tugas keprofesionalan”.

Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai relugasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Pendapat juga diungkapkan oleh Zamroni (200:53) menyatakan bahwa:

Kompetensi guru merupakan sekumpulan kecakapan yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam menjalankan tugas dan fungsionalnya sehingga menggambarkan hakikat kualitatif dan perilaku guru yang sangat bererti. Kompetensi ini sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas

(8)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 53 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

tenaga kependidikan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, sehingga tujuan dari pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan bisa tercapai.

Pengertian Guru

Guru merupakan orang yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan dalam bidang pendidikan. Selain itu faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya memiliki perilaku dan kompetensi yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Moh. User Usman (2000:21) :

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

Menurut Oemar Hamalik (2002:31) mengatakan definisi guru bahwa “guru merupakan jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus”.

Menurut Undang Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab XI Pasal 23 Ayat 2 dikemukakan bahwa :

Pendidik (guru) merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi.

Guru adalah mahkluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya (Mulyasa, 2008:178), dimana dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah gurulah satu-satunya orang yang bersosialisasi secara langsung dengan peserta didik sehingga keberhasilan peserta didik ada di tangan guru karena gurulah yang menjadi ujung tombak keberhasilan peserta didik untuk menghadapi dunia luar.

Mulyasa (2008:28) ”guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar”. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill, kematangan emosional, dan moral serta spiritual.

(9)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 54 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

dengan personel lainnya di sekolah.

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru memilki peranan penting dalam membangun pendidikan yang berkualitas yang dapat merubah sikap siswa menuju sikap yang lebih baik.

Kompetensi Pedagogik Guru

Dimensi kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik erat sekali kaitannya dengan penguasaan guru terhadap proses pembelajaran peserta didik terkhusus di dalam kelas, karena kompetensi ini merupakan kompetensi yang akan digunakan dalam keseharian seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Departemen Pendidikan Nasional (2004:9) menyebutkan ”Kompetensi yang mendasar dalam kompetensi pedagogik adalah ”Pertama kompetensi dalam menyusun rencana pembelajaran, kedua kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar, kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar. Jika dipetakan kembali ketiga kompetensi di atas mempunyai tugas secara khusus, dalam Depdiknas (2004:9) menyebutkan secara rinci mengenai kompetensi guru dalam menyusun rencana pembelajaran yakni :

Mampu mendeskripsikan tujuan, mampu memilih materi, mampu mengorganisir materi, mampu menentukan strategi/metode pembelajaran, mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, mampu menentukan tekhnik penilaian, mampu mengalokasikan waktu.

Pada hakikatnya perencanaan merupakan sebuah kegiatan untuk memperkirakan kegiataan apa yang akan dilaksanakan ketika proses belajar mengajar. Semua yang telah dibuat dalam perencanaan pembelajaran semua dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2009 : 158-159) “Kompetensi Pedagogik Guru adalah kemampuan pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar bervariasi dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi kurikulum yang disiapkan …”.

Standar Nasional Pendidikan (Pasal 28 ayat 3, butir a) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai petensi yang dimilikinya.

Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

(10)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 55 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

dapat dinilai dari : (a) Kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (b) Kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, (c) kemampuan melakukan penilaian dari setiap evaluasi yang diberikan kepada siswa.

a. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran

Kompetensi menyusun rencana pembelajaran menurut Depdiknas dalam Rasto (2006:64) meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan strategi/metode pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/ media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menentukan perangkat penilaian, (7) mampu menentukan tekhnik penilaian, (8) mampu mengaplikasi waktu.

Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup : merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan melaksanakan penilaian penguasaan tujuan.

b. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah : keaktifan guru menumbuhkan dan menciptakan kegiatan siswa sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, ketika siswa belum mampu mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini di samping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keahlian teknik mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.

Depdiknas dalam Rasto (2006:66) mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi : (1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan materi, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberi umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, (12) menggunakan waktu.

Dengan demikian dapat dikatakan melaksanakan proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan dimana terjadi proses hubungan antar manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. c. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar

(11)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 56 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

penilaian, (6) mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian, (7) mampu menentukan korelasi soal berdasarkan penilaian, (8) mampu mengidentifikasi variasi hasil penilaian, (9) mampu menafsirkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis, (10) mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian, (11) mengklasifikasi kemampuan siswa, (12) mampu mengidentifikasi tindak lanjut hasil penilaian, (13) mampu melaksanakan tindak lanjut, (14) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut, (15) mampu menganalisis hasil dari evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.

Sehingga dapat dikatakan bahwa malaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan pengevaluasian diri siswa oleh guru, yang bertujuan mengetahui tingkat kemampuan siswa.

Konsep Sikap Kewirausahaan Siswa Pengertian Sikap

Sikap merupakan kesiapan merespon dan sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek serta merupakan suatu arah membimbing perilaku individu untuk bertindak terhadap objek tersebut. Sikap dapat berupa hasil bawaan dan bisa pula sebagai hasil belajar, sikap terkait dengan keyakinan, kebiasaan dan pendapat. Namun itu menunjukkan adanya pengaruh yang sama terhadap pembentukkan sikap individu.

Pengertian sikap dapat diartikan berbeda-beda tergantung pada konsep yang didefinisikan. Adapun penertian sikap menurut Abu Ahmadi (1999:92) sikap adalah suatu predisposisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu maupun objek-objek tertentu.

Sikap seseorang seharusnya konsisten dengan perilaku, seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku, mungkin ada faktor dari luar diri manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten. Faktor tersebut adalah sistem nilai yang berada di masyarakat, diantaranya pendidikan, norma, politik, budaya, dan sebagainya. Winardi (2007:211) menjelaskan bahwa sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi dan motivasi.

Menurut pendapat W. A Garungan dan Sarlito Wirawan (1990:94) mengungkapkan bahwa pengertian sikap menekankan pada kesiapan individu untuk bereaksi terhadap objek, menurut mereka sikap adalah ”kesiapan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu terhadap hal-hal tersebut”.

Sikap dalam batasan ini mempunyai aspek peranan penting, yaitu : 1. Sikap jiwa (mental) dan netral

2. Kesiapan, kecepatan merespon 3. Mengorganisasikan

4. Pengalaman berfikir

Batasan sikap ini dikemukakan oleh Syamsir Yusuf sebagaimana dikutip Nur Indah A.(2000:24) sebagai berikut :

(12)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 57 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

peraturan dan nilai-nilai) bersifat positif, netral dan bahkan negatif menyangkut pengenalan, dan kecenderungan bertindak.

Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan berjasa dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Terbentuknya sikap seseorang digambarkan seperti bagan di bawah ini :

Gambar 2.1

Proses terbentuknya sikap (Duncan, 1986:91)

Beberapa definisi Sikap memberikan gambaran dan simpulan bahwa kata sikap mengandung pengertian sebagai prodisposisi atau kecenderungan seseorang untuk merespon (mereaksi) sebuah objek (lingkungan) dengan tolak ukur komponen kognitif (berhubungan dengan ide dan konsep), afektif (berhubungan dengan emosional dan tingkah laku) dan kecenderungan perilaku, sikap bisa bersifat positif, negatif, dan netral bergantung pada stimulus (afektif, pasif) dari benda (objek) tersebut.

Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, telepon, dll, tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Bagi beberapa wirausahawan keuntungan dan kekayaan bukanlah tujuan utama. Kewirausahaan juga dapat diartikan semangat, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan juga keuntungan yang lebih besar. Menurut pendapat Suryana (2000:6) kewirausahaan adalah :

Kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencaripeluang menuju sukses, inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif.

Suryana (2003:8) juga mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar bisnis melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda melalui :

1. Pengembangan teknologi baru

NILAI KERJA

PENGALAMAN MASA LALU PENGARUH

PENGARUH

LINGKUNGAN : PENGARUH BUDAYA

PENGARUH KELOMPOK NILAI

KERJA

SIKAP

(13)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 58 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

2. Penemuan pengetahuan ilmiah baru

3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada

4. Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien.

Menurut Riyanti (2003:21) secara etimologi kewirausahaan berasal dari kata ”wira” yang artinya berani, utama, dan perkasa. Sedangkan ”usaha” artinya berkarya bekerja. Kewirausahaan ditandai dengan sikap yang berani, berkemauan keras untuk berkarya secara mandiri dan berinovasi dimulai dari suatu yang sangat terbatas. Pada kata ini terdapat sikap keuletan dan keteguhan, disamping kemandirian yang menjadi syarat bagi seorang entrepreneur.

Berdasarkan lampiran instruksi presiden no 4 Tahun 1995 yang dimaksud dengan kewirausahaan adalah :

Semangat, sikap perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja teknologi dan produk baru dengan meningkat, efisien dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan itu ialah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk berkreasi, mengembangkan, dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah agar dapat memenuhi kebutuhan manusia.

Sikap Kewirausahaan Siswa

Sesuai dengan rumusan yang dikemukakan oleh Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2003:14) yang mengemukakan bahwa ciri-ciri utama kewirausahaan dapat dilihat dari watak dan sikapnya, yaitu percaya diri, berorientasi pada hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Karakteristik Sikap Kewirausahaan

Masalah untuk karakteristik kewirausahaan ini sangat penting, karena dengan sepintas orang dapat menggambarkan sosok seorang wirausaha. Dengan mengenal karakteristik kewirausahaan secara terbatas seseorang dapat memahami pengetahuan kewirausahaan.

Berikiut ini ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti pada tabel berikut :

Tabel. 2.1

Ciri-Ciri Dan Watak Kewirausahaan

(14)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 59 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

Percaya diri/Mandiri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis dan optimisme.

Berorientasikan tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekutan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif. Pengambilan resiko Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar

dan suka tantangan.

Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik. Keorisinilan Inovatif dan kreatif, serta fleksibel. Berorientasi pada masa depan Pandangan ke depan, perspektif.

Sumber : Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2003:14)

Berkaitan dengan penelitian ini, yang dimaksud sikap kewirausahaan adalah suatu kesediaan mental seseorang untuk bersedia merespon nilai, perilaku dan nilai-nilai yang melekat pada diri seorang wirausaha sekaligus sebagai indikator sikap kewirausahaan, yaitu :

1. Mandiri/percaya diri

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas dan pekerjaan. Dalam praktek sikap dan kepercayaan merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang dihadapi. Oleh karena itu kepercayaan diri memiliki keyakinan, optimisme, individualitas dan ketidaktergantungan. Suryana (2003:15) kepercayaan diri adalah sikap dalam keyakinan seseorang dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaannya secara sistematis, berencana, efektif dan efisien. Orang yang tinggi percaya diri adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Pribadi yang semacam ini adalah pribadi yang indipenden dan sudah mencapai tingkat

maturity. Buchari Alma (2009:53) karakteristik kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, dia memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, objektif, dan kritis.

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, energik dan berinisiatif. Suryana (2003:16) menjelaskan bahwa ”berinisiatif adalah keinginan untuk selalu mencari dan memulai dengan tekad yang kuat, Buchari Alma (2009:53) mengemukakan bahwa orang ini tidak mengutamakan prestise dulu, prestasi kemudian. Tetapi ia cenderung pada prestasi dulu, kemudian prestisenya.

3. Pengambilan resiko

(15)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 60 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai atau berinisiatif”. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan ketimbang usaha-usaha yang kurang menantang. Oleh karena itu, wirausaha kurang menyukai resiko yang terlalu rendah atau resiko yang terlalu tinggi. Ia lebih menyukai resiko yang paling seimbang (moderat). Geoffrey G. Meredith (2005:37) mengemukakan bahwa ”wirausaha menghindari situasi resiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi resiko tinggi, karena mereka ingin berhasil. Mereka menyukai tantangna yang dapat dicapai”.

4. Kepemimpinan

Sikap ini mencerminkan bahwa wirausaha harus bertingkah laku seperti pemimpin, dapat menerima saran dan kritik dari orang lain selama kritik tersebut membangun, serta mudah bergaul dengan orang lain. Buchari Alma (2009:54) menjelaskan bahwa ”pemimpin yang baik harus mau menerima kritik dari bawahan, ia harus responsif”. Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat-sifat kepeloporan, keteladanan, selalu tampil beda, lebih dulu, lebih menonjol dan mampu berfikir devergen dan konvergen (Suryana, 2003:17).

5. Keorisinilan

Buchari alma (2009:55) orisinil tidak berari baru sama sekali, tetapi sesuatu produk mencerminkan hasil kombinasi baru dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru. Bobot kreativitas orisinil suatu produk akan tampak sejauh mana ia berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Suryana (2003:17) menjelaskan bahwa ”nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur -unsur keorisinilan seseorang”.

6. Berorientasi ke masa depan

Buchari alma (2009:55) orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif mempunyai visi ke depan, apa yang hendak ia lakukan, apa yang ingin dicapai. Sebab sebuah usaha bukan untuk sementara tetapi untuk selamanya. Oleh sebab itu, faktor kontinuitas harus dijaga dan pandangan baru harus ditujukan jauh ke depan. Pandangan jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karya dan karsa yang ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya dengan mencari peluang baru (Suryana, 2003:17).

Melihat pernyataan-pernyataan di atas dapat penulis simpulkan bahwa karakteristik seorang wirausaha itu mampu berdiri sendiri tidak tergantung pada orang lain, berjiwa pemimpin, mandiri, tidak berorientasi pada mencari kerja tetapi ingin menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, berani mengambil resiko, inovatif, kreatif, prestatif, dan mempunyai sikap mental yang kuat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jiwa Kewirausahaan

(16)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 61 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

kemampuan kewirausahaan merupakan fungsi dan sikap kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreatifitas, inovasi, kerja keras dan keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh peluang. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa seseorang untuk berwirausaha (Dusselman dalam Suryana 2003:90).

a) Kreatif

Menurut pendapat Longenecker, Justin G (2000:28). Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Seorang yang meiliki sikap dan jiwa wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Seseorang selalu berkreasi dengan potensi-potensi yang dimilikinya tanpa henti, karena dengan berkreativitaslah semua peluang dapat diperolehnya.

Menurut Edward Be Hono (2001:85) yang dikutip oleh Rambat Lupiyoadi dan Jero Wacik, ada empat tahapan dalam proses kreatif yakni :

 Latar belakang atau akumulasi pengetahuan\

 Proses ikubasi

 Melahirkan ide-ide baru

 Evaluasi dan implementasi

b) Inovatif

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (2002:22), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi. Seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Alex S. Nitisemito (2000:146), bahwa kreativitas dan inovasi adalah alternatife berfikir dengan tujuan untuk membuat keadaan menjadi lebuh baik, lebih mantap dan lebih efisien.

Kerangka Pemikiran

Dasar pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah untuk mengkaji masalah sikap kewirausahaan siswa ditinjau dari kompetensi pedagogik guru. Asumsi dasarnya bahwa kompetensi pedagogik guru memiliki pengaruh terhadap sikap kewirausahaan siswa.

Berdasarkan hal tersebut terdapat dua konsep yang memerlukan penjelasan dan akan diukur melalui variabel-variabel penelitian yang disandarkan kepada teori yang melandasinya. Konsep tersebut adalah kompetensi pedagogik guru dan sikap kewirausahaan siswa.

(17)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 62 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

merupakan pengulangan dan pelatihan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Teorinya berhadapan dengan perubahan-perubahan perilaku yang bisa diteliti,, melalui stimulus-respon (reward). Kerangka konseptual teori behaviorisme dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber B.F. Skinner (1904-1990)

Gambar 2 2

Kerangka Konseptual Teori Behaviorisme

Kerangka di atas menunjukkan bahwa stimulus (S) mewakili segala sesuatu yang berada dalam lingkungan, dan respon (R) mewakili segala sikap sebagaimana dapat diamati, dihayati dan diukur. Stimulus (S) dapat mempengaruhi terjadinya respon (R) dengan adanya reward atau penghargaan atas sikap yang didapatkan. Respon (R) atau sikap yang diinginkan akan mendapatkan penguatan positif dan sikap yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas respon (R) atau sikap yang tampak.

Model di atas menunjukkan bahwa respon atau sikap tergantung pada stimulus dan lingkungan yang dihadapinya. Ini berarti bahwa seorang perilaku individu dengan stimulus dari lingkungannya akan selalu berada dalam satu hubungan yang tidak terpisah.

Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana kerangka konseptual teori behaviorisme dapat diragakan pada gambar 2.3 :

Gambar 2. 3

Pengaruh Kinerja Mengajar Guru terhadap Perilaku Kewirausahaan Siswa Bertitik tolak dari kerangka konseptual sebagaimana diragakan di atas, mengisyaratkan bahwa pertama, stimulus (S) yang berupa pengulangan dan latihan, instruksi singkat, serta rangsangan adalah sebuah kompetensi pedagogik dari guru. Stimulus (S) akan menghasilkan sebuah respon (R) atau sikap yang berupa perubahan pada sikap kewirausahaan siswa. Kedua, sebagaimana telah dijelaskan pada teori belajar behaviorisme menurut Skinner, kompetensi pedagogik guru yang merupakan stimulus (S) akan berpengaruh terhadap sikap kewirausahaan siswa yang berupa respon (R). Mulyasa (2008:28) ”guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama

R S

STIMULUS (S) RESPON (R)

Penguasaan

kompetensi pedagogik

guru

Kompetensi Sikap

(18)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 63 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar”. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill, kematangan emosional, dan moral serta spiritual.

Upaya perbaikan sikap kiranya harus dibangun suatu landasan kuat untuk meningkatkan kualitas kinerja guru.

Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2006:24) yang mengemukakan bahwa ciri-ciri utama kewirausahaan dapat dilihat dari watak dan perilakunya, yaitu :

1. Kepercayaan diri

2. Berorientasi pada tugas dan hasil 3. Pengambilan resiko

4. Kepemimpinan 5. Keorisinilan

6. Berorientasi ke masa depan

Salah satu faktor keberhasilan dalam penyampaian materi kewirausahaan ditentukan oleh instruktur atau pendidik (guru). Kualitas dari seorang guru sangat berpengaruh terhadap penyampaian materi dan pola pikir peserta didiknya. Pendidik (guru) merupakan penghantar dari yang diajarkan (materi) terhadap yang diajarnya (murid).

Pendidikan kewirausahaan, di lingkungan organisasi baik siswa maupun kemahasiswaan dapat melahirkan entrepneur muda di kalangan terdidik. Hal tersebut senada dengan pendapat Buchari Alma (2005:06) bahwa : ”Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada akhir-akhir ini. Demikian pula di negara kita pengetahuan kewirausahaan dapat diaajarkan di sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi dan di berbagai kursus bisnis-bisnis”.

Jhon W. Santrock (2007:7) mengemukakan bahwa :

Guru harus menguasai beragam persfektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel, karena guru yang efektif menguasai materi pembelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajra yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi mengajar yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, merancang pengajaran, dan manajemen kelas agar prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.

Didukung lagi dengan pendapat Reni Akbar (2004:181) :

Dalam proses belajar disekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Sikap dan kepribadian guru, tingkat pengetahuan yang dimiliki guru, dan cara guru mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar dapat dicapai anak.

(19)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 64 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

sebagai tahap dari penggalian kreativitas dari dalam diri siswa.

Depdiknas dalam Rasto (2006:63) mendefinisikan ”Kompetensi pedagogik ini dapat dinilai dari : (a) Kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (b) Kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, (c) kemampuan melakukan penilaian dari setiap evaluasi yang diberikan kepada siswa.

Ketepatan metode penyampaian materi oleh seorang pendididk akan memudahkan penyerapan materi yang diberikan kepada peserta didiknya. Metode merupakan cara/teknik penyampaian materi dengan penyesuaian materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan yang maksimal. Guru wajib bersikap value based (memiliki pegangan/aturan) dan wajib memiliki target dari setiap materi yang diajarkan. Tanpa acuan ini, maka proses pembelajaran akan menjadi tidak terarah, dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Metode pembelajaran hendaknya disajikan dalam bentuk yang dapat dipahami, diresapi, dihayati dan dilakukan siswa.

Gambar 2. 4

Skema Variabel Penelitian

Model Pengaruh Penguasaan Kompetensi Pedagogik terhadap Kompetensi Sikap Kewirausahaan Siswa

Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat pengaruh yang besar antara kompetensi pedagogik guru terhadap sikap kewirausahaan siswa. Dengan kata lain semakin tinggi kompetensi pedagogik guru, maka akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap sikap kewirausahaan siswa.

Hipotesis

Dalam melakukan penelitian seorang peneliti harus mengarahkan penelitiannya kepada pembuktian hipotesis. Karena Hipotesis dijadikan dasar berpijak bagi peneliti sebagai jawaban sementara yang akan dibuktikan kebenarannya. Hipotesis menurut Sontani dan Muhidin, (2011:78) yaitu “Hipotesis merupakan pernyataan (jawaban) sementara yang masih perlu diuji kebenarannya”. Sedangkan

Kompetensi Sikap Kewirausahaan

(Variabel Y) 1. Kepercayaan diri 2. Berorientasi pada

tugas dan hasil 3. Pengambilan resiko 4. Kepemimpinan 5. Keorisinilan

6. Berorientasi ke masa depan

(Geoffrey G. Meredith, 2002:56 dalam Suryana,2006:24 ) Penguasaan Kompetensi

Pedagogik Guru (Variabel X)

1. Kompetensi menyusun rencana pembelajaran 2. Kompetensi melaksanaan

proses belajar mengajar 3. Kompetensi

melaksanakan penilaian proses belajar mengajar (Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru

(20)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 65 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

menurut Arikunto (1998:67) adalah “Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai bukti melalui data yang terkumpul”.

Menurut Sugiyono (2006:70) menyebutkan bahwa “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Jawaban sementara yang dimaksud adalah jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan. Oleh karena itu hipotesis yang dirumuskan harus bisa menjawab masalah penelitian sehingga antara hipotesis dan rumusan masalah terlihat keterkaitannya secara konsisten.

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut : ”penguasaan kompetensi pedagogik guru berpengaruh terhadap kompetensi sikap kewirausahaan siswa pada mata pelajaran kewirausahaan”.

Objek Penelitian

Objek penelitian ini dilihat dari variabel-variabel yang diteliti, terdiri atas 2 variabel yaitu variabel penguasaan kompetensi pedagogik guru, dan variabel kompetensi sikap kewirausahaan siswa. Variabel penguasaan kompetensi pedagogik guru merupakan variabel bebas dan variabel kompetensi sikap kewirausahaan siswa merupakan variabel terikat. Adapun yang dijadikan responden dalam penelitian atau objek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI (sebelas) administrasi perkantoran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung.

Metode Penelitian

Metode penelitian harus ditetapkan di dalam kegiatan penelitian sebagai pegangan yang jelas dan memandu peneliti mengenai bagaimana penelitian dilakukan sehingga penelitian dapat dilakukan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan dan penentuan metode yang dipergunakan dalam suatu penelitian sangat berguna bagi peneliti karena dengan pemilihan dan penentuan metode yang tepat dapat membantu dalam mencapai tujuan penelitian. Surakhmad Winarno (1998:131) berpendapat bahwa :

Metode merupakan cara utama yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik serta alat tertentu. Cara utama itu digunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Sedangkan menurut Narbuko dan Achmadi (2004:2) dapat dikatakan bahwa :

Metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun

(21)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 66 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

secara ilmiah untuk mencari, menyusun, serta menganalisis dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan berdasarkan bimbingan Tuhan.

Sifat penelitian ini adalah bersifat deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan berupa angket yakni untuk mengetahui gambaran mengenai kompetensi pedagogik, dan untuk mengetahui gambaran mengenai sikap kewirausahaan siswa.

Konsekuensi metode penelitian ini memerlukan operasionalisasi variabel yang dapat diukur secara kuantitatif sedemikian rupa untuk dapat digunakan model uji hipotesis dengan metode statistika.

Berdasarkan pedoman tersebut, penulis melakukan pengamatan untuk memperoleh data penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan kompetensi pedagogik guru di SMK Negeri 11 Bandung, untuk mendeskripsikan sikap kewirausahaan siswa di SMK Negeri 11 Bandung dan berapah besar pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap sikap kewirausahaan siswa di SMK Negeri 11 Bandung.

Operasional Variabel

Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan adalah semua variabel yang terkandung dalam hipotesis-hipotesis penelitian yang dirumuskan, yaitu dengan cara menjelaskan pengertian-pengertian konkret dari setiap variabel, sehingga indikator-indikator serta kemungkinan derajat nilai atau ukuran dapat ditetapkan.

Variabel indipenden atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel kompetensi pedagogik guru, dan variabel dependen atau terikat dalam penelitian ini adalah variabel sikap kewirausahaan siswa.

Operasionalisasi variabel dilakukan untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu meluas. Dalam hal ini merujuk kepada kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu kompetensi pedagogik guru yang merupakan variabel X dan sikap kewirausahaan siswa merupakan variabel Y, untuk menghindari perbedaan penafsiran dan kekeliruan terhadap istilah-istilah yang dipergunakan sehingga pembahasan masalah yang diteliti ini akan lebih terarah, maka penulis memberikan definisi istilah sebagai berikut.

Tabel 3. 1

(22)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 67 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

Variabel Indikator Ukuran Skala

Kompetensi

1. Mampu mendeskripsikan tujuan dari tiap bab/subbab mata pelajaran kewirausahaan

Ordinal

2. Memilih materi dari mata pelajaran kewirausahaan yang dapat menarik

perhatian

3. Mampu menentukan sumber

belajar/media/alat peraga pembelajaran dari mata pelajaran kewirausahaan

4. Mampu menentukan tekhnik penilaian 5. Mampu mengaplikasi waktu dari mata

pelajaran kewirausahaan

1. Membuka pelajaran kewirausahaan

2. Menggunakan media dan materi pada mata pelajaran kewirausahaan

3. Memotivasi siswa

4. Berinteraksi dengan siswa secara komunikatif

1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran

2. Mampu menafsirkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis

3. Mengklasifikasi kemampuan siswa

4. Mampu mengidentifikasi tindak lanjut

hasil penilaian

Tabel 3. 2

(23)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 68 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

Variabel Indikator Ukuran Skala

Sikap

1. Keyakinan berhasil dalam menjalankan praktek/usaha

Ordinal

2. Optimisme dalam menjalankan

praktek/usaha

3. Kemampuan bekerja mandiri dalam

menjalankan praktek/usaha

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

1. Orientasi pada rencana dan evaluasi yang telah ditetapkan

2. Kerja keras dalam menjalankan

praktek/usaha

3. Pengambilan Resiko

1. Kemampuan membuat keputusan dalam kelompok

2. Tingginya kesiapan dalam menghadapi ketidakpastian

4. Kepemimpinan 1. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

2. Kemampuan bekerja sama dengan orang lain

5. Keorisinilan 1. Kreativitas dalam menemukan ide atau

gagasan baru

1. Tingginya upaya mencari peluang untuk keberhasilan sesuatu yang baru

Sumber Data

(24)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 69 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

yang mendukung dalam penelitian yaitu sebagai berikut: 1) Sumber data primer

Sumber data primer, merupakan sumber data yang diperoleh dan dikumpulkan penulis langsung dari objek penelitian melalui penyebaran angket yang diberikan pada siswa SMK Negeri 11 Bandung.

2) Sumber data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau hasil penelitian pihak lain atau data yang sudah tersedia sebelumnya diperoleh dari pihak lain yang berasal dari buku-buku, literatur, artikel dan ilmiah-ilmiah. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu kepustakaan dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.

Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang berupa individu-individu atau barang yang menjadi objek penelitian. Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2002:108) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Sedangkan menurut Sugiyono (2006:72) yang dimaksud dengan populasi adalah “Generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 11 Bandung..

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah : Tabel 3. 3

Jumlah Siswa XI AP

No Kelas Jumlah Siswa

1 AP 1 35 siswa

2 AP 2 35 siswa

3 AP 3 33 siswa

4 AP 4 33 siswa

Jumlah 136

Sumber: Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas XI Administrasi Perkantoran

Sampel

Sampel yang akan diambil merupakan wakil atau sebagian dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 136 orang.

Teknik Penarikan Sampel

(25)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 70 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

menyatakan bahwa sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Pengambilan sampel menggunakan teknik sample random, yaitu pengambilan sample dilakukan secara acak sederhana, dengan arti setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Sample random yang dilakukan disini adalah dengan cara undian, yaitu absen siswa diundi sesuai porsi yang dibutuhkan tiap kelas. Dalam penarikan jumlah sampel menurut Arikunto (2002:112) menyatakan bahwa :

Bila jumlah subjek populasinya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Bila jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan pernyataan tersebut, karena sampel penelitian ini diambil secara acak (random sampling) dengan sampel lebih dari 100 yaitu 136 orang. Maka penulis menetapkan jumlah sample penelitian ini adalah 55% x 136 orang = 75 orang.

Karena semua populasi mempunyai hak untuk dijadikan sampel, karena populasi sampel terdiri dari empat kelas maka agar adil penentuan sampel dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

Tabel 3. 4

Pengambilan Sampel Siswa SMK Negeri 11 Bandung. Program Keahlian Administrasi Perkantoran

No Sampel Jumlah

Siswa

Sampel (Jumlah siswa per kelas / Jumlah populasi x

Jumlah sampel)

Jumlah Sampel

1 Kelas X IAP 1 35 Siswa 35/136 x 75 19,30 Siswa

2 Kelas XI AP 2 35 Siswa 35/136 x 75 19,30 Siswa

3 Kelas XI AP 3 33 Siswa 33/136 x 75 18,20 Siswa

4 Kelas XI AP 4 33 Siswa 33/136 x 75 18,20 Siswa

Jumlah 75 Siswa

Sumber: Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas XI Administrasi Perkantoran

Pengambilan sampel dari ke empat kelas tersebut dilakukan dengan cara melakukan random atau acak dari absensi siswa sampai berjumlah 25 siswa tiap kelas, nama siswa pada absensi yang terpilih dari pengacakan tersebut akan menjadi responden dari penelitian ini.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

(26)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 71 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pengerjaannya lebih mudahdan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi oleh responden yang menjadi anggota sampel penelitian. Bentuk angket yang digunakan berupa angket tertutup dimana responden hanya memilih alternatif jawaban yang tersedia yang dianggap sesuai dengan pertanyaan. Responden tidak perlu memberikan penjelasan atas pertanyaan atau pernyataan tersebut.

Selain didasarkan kepada pendapat di atas, alasan lain digunakannya angket sebagai pengumpul data adalah sebagai berikut :

7. Penulis dapat menghimpun data dalam waktu yang relative singkat

8. Penulis akan mendapatkan jawaban yang relative seragam, sehingga memudahkan dalam pengolahan data

9. Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi waktu, tenaga dan biaya. Penyusunan angket yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyusun kisi-kisi angket

2. Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif jawaban. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup dengan lima alternative jawaban

3. Menetapkan skala penilaian angket

Skala penilaian jawaban angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket dengan skala sikap kategori Likert. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004:67) bahwa: “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Penulis menyebarkan anket kepada responden dalam hal ini siswa kelas XI SMK Negeri 11 Bandung Program Keahlian Administrasi Perkantoran yang berjumlah 75 orang.

Uji statistika yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Arikunto (2002:144) mendefinisikan validitas sebagai berikut : “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memilki validitas rendah”.

Langkah-langkah dalam uji validitas instrumen angket adalah sebagai berikut : 1. Memberikan nomor pada angket yang masuk

2. Memberikan skor pada setiap bulir sesuai dengan bobot yang telah ditentukan, yakni dengan menggunakan skala Likert kategori lima

3. Menjumlahkan skor setiap responden 4. Menfurutkan jumlah skor responden

5. Mencari koefisien korelasi skor tiap bulir item dengan skor total dengan rumus

(27)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 72 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

= �∑ − ∑ ∑

√(�∑ − ∑ ) �∑ − ∑

Keterangan :

= Koefisien Korelasi

N = Jumlah Responden

∑XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden ∑X = Jumlah skor X

∑Y = Jumlah skor Y

(∑X)² = Kuadrat jumlah skor X (∑Y)² = Kuadrat jumlah skor Y

6. Membandingkan nilai rhitung terhadap nilai rtabel dengan kriteria kelayakan

sebagai berikut :

 Jika nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel maka instrumen angket dinyatakan

valid. (rhitung> rtabel, Valid)

 Jika nilai rhitung lebih kecil dari nilai rtabel maka instrumen angket dinyatakan tidak

valid. (rhitung< rtabel, TidakValid)

b. Uji Reabilitas

Reabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrument tersebut sudah dianggap baik. Untuk menghitung uji reabilitas penulis menggunakan teknik alpha debgan rumus sebagai berikut :

= [ ��− ][ − ∑��² � ]

(Suharsimi Arikunto, 2002:171) Keterangan :

� = Reliabilitas instrumen K = Banyaknya soal ∑�b² = Jumlah varians butir � 2 = Varians total

Dimana rumus varians total (� 2) sebagai berikut :

= ∑ − ∑ ² � Keterangan :

� = Varians ∑X = Jumlah skor N = Jumlah responden

(28)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 73 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Uep dan Sambas (2011:158) yaitu “Upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian”. Tujuan dilakukannya analisis data antara lain untuk mendeskripsikan data, sehingga dapat dipahami karakteristiknya, juga untuk menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi berdasarkan data yang telah diperoleh. Kesimpulan ini biasanya dibuat berdasarkan pendugaan dan pengujian hipotesis.

Pengolahan Data

a. Menyusun Data, pemeriksaan terhadap angket yang telah diisi dan dikumpulkan dari reponden. Pemeriksaan ini khususnya berkaitan dengan masalah kelengkapan jumlah lembaran angket dan kelengkapan pengisiannya.

b. Skoring, pemberian skor jawaban pada setiap item angket dijadikan alat pengumpul data. Untuk masing-masing pernyataan angket dimana penelitian ini menganalisis satu variabel bebas yaitu kompetensi pedagogik guru (variabel X) dan satu variabel terikat yaitu sikap kewirausahaan siswa (variabel Y). Untuk setiap pertanyaan dari angket diberi 5 kategori:

Tabel 3. 5

Skor Setiap Item Pertanyaan

Alternatif Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Kurang Setuju 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Sumber : diadaptasi dari skor kategori Likert.

c. Tabulasi yaitu perekapan data hasil skoring pada langkah ke dua ke dalam tabel seperti berikut :

Tabel 3. 6

(29)

Manajerial, Vol. 2 No. 2 Januari 2017, Hal - 74 http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

Resp. Skor item Total

1 2 3 4 5 6 ………

1 2 . . . N

d. Mengubah skala ordinal ke interval

Skala pengukuran semua variabel dalam penelitian ini adalah pengukuran pada skala ordinal. Untuk kepentingan analisis data dengan Analisis Regresi Linier Sederhana yang menisyaratkan skala pengukuran minimal interval. Maka untuk menaikan tingkat pengukuran ordinal ke interval digunakan method of successive intervals

(Harun Al Rasyid, 2005). Berikut langkah kerja untuk menaikkan tingkat pengukuran dari skala pengukuran ordinal ke tingkat skala pengukuran interval melalui method of successive intervals :

1) Perhatikan banyaknya (frekuensi) responden yang menjawab (memberikan) respon terhadap alternatif (kategori) jawaban yang tersedia.

2) Bagi setiap bilangan pada frekuensi oleh banyaknya responden (N), kemudian tentukan proporsi untuk setiap alternatif jawaban responden tersebut.

3) Jumlahkan proporsi secara beruntun sehingga keluar proporsi kumulatif untuk setiap alternatif jawaban responden.

4) Dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal Baku, hitung nilai z untuk setiap kategori berdasarkan proporsi kumulatif pada setiap alternatif jawaban responden tadi.

5) Menghitung nilai skala (scale value) untuk setiap nilai z dengan menggunakan rumus :

6) Melakukan transformasi nilai skala (transformed scale value) dari nilai skala ordinal ke nilai skala interval, dengan terlebih dahulu menentukan angka indeks skala interval (SIx) yang diperoleh dari pengurangan angka satu (diperoleh dari nilai skala yang nilainya kecil atau harga negatif terbesar yang kemudian diubah menjadi sama dengan satu) dengan SVi terkecil (= SVMin). SIx = 1 - SVMin. Sehingga untuk setiap alternatif jawaban, skala intervalnya dapat diketahui dengan rumus : SIx = SVi + SIx.

Analisis Deskriptif

Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan melalui statistika Density at lower limit - Density at upper limit

Gambar

Gambar  2. 3 Pengaruh Kinerja Mengajar Guru terhadap Perilaku Kewirausahaan Siswa
Gambar 2. 4  Skema Variabel Penelitian
Tabel 3. 2 Operasionalisasi Variabel Y (Sikap Kewirausahaan)
Tabel 3. 3 Jumlah Siswa XI AP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Warna kain hasil pencelupan ekstrak warna biji alpukat memberikan perubahan warna pada kain yang cukup signifikan pada setiap menitnya, membuat hasil akhir kain menjadi gelap

Kasus yang dirawat dengan: advanced wound dressing , tindakan necrotomy-debridement , tidak diberikan insulin SC, dan dilakukan pemberian nutrisi IV akan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis penggunaan bahan ajar sejarah Indonesia yang digunakan di SMA Negeri 1 Surakarta, (2) Mendeskripsikan prosedur

Dengan merestrukturisasi keduanya menjadi entitas anak terkendali yang dimiliki secara langsung oleh Perseroan, maka pembinaan dan dukungan yang diperlukan dapat diberikan langsung

Huma Sulut Lestari di Bolaang Mongondow Utara dapat diketahui bahwa jenis jabon merah merupakan salah satu jenis yang mendominasi vegetasi pada kawasan tersebut, bahkan

Dari segi akses, sirkulasi, parkir dan ruang terbuka tata hijau pada skala tapak ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan standar yang ada.. Begitu pula dalam skala bangunan

 Mendiskusika n pengelolaan zakat harta serta waktu yang diharuskan dalam mengeluarkan zakat Maal  Melakukan studi litertatur secara mandiri menemukan dalil tentang

Selain itu untuk meningkatkan kinerja yang maksimal perlu diberikan reward yang terus meningkat dari waktu ke waktu, serta menciptakan suasana yang menyenangkan