• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KPO"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM

Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI, tugas pokok dan fungsi Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO adalah sebagai berikut:

1. Tugas Pokok

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang.

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan orang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial gelandangan dan

pengemis, tuna susila, bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan, korban perdagangan orang, tindak kekerasan, eks tuna susila, dan pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok minoritas;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial gelandangan dan

pengemis, tuna susila, bekas warga binaan pemasyarakatan, korban perdagangan orang, korban tindak kekerasan, eks tuna susila, dan

(3)

pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok minoritas;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang rehabilitasi

sosial gelandangan dan pengemis, bekas warga binaan pemasyarakatan, korban perdagangan orang, korban tindak kekerasan, eks tuna susila dan pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok minoritas;

d. Pemberian bimbingan teknis di bidang rehabilitasi sosial gelandangan

dan pengemis, bekas warga binaan pemasyarakatan, korban perdagangan orang, korban tindak kekerasan, eks tuna susila, dan pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok minoritas;

e. Evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi

sosial gelandangan dan pengemis, bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan,korban perdagangan orang, korban tindak kekerasan, eks tuna susila, dan pelayanan sosial orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok minoritas; dan

f. Pelaksanaan urusan tata usaha, perencanaan program dan anggaran,

kepegawaian, dan rumah tangga Direktorat. 3. Struktur Organisasi

STRUKTUR DAN SUSUNAN ORGANISASI

(4)

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO, terdiri dari :

a. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis;

b. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan;

c. Subdirektorat Rehabilitasi Korban Perdagangan Orang dan Tindak

Kekerasan;

d. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Tuna Susila dan Orang dengan HIV/AIDS;

dan

e. Subbagian Tata Usaha.

Dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis.

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial

gelandangan dan pengemis;

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

SUBDIT REHABILITASI SOSIAL GELANDANGAN

DAN PENGEMIS

SUBDIT REHABILITASI SOSIAL BEKAS WARGA

BINAAN PEMASYARAKATAN

SUBDIT REHABILITASI SOSIAL KORBAN PERDAGANGAN

ORANG DAN KORBAN TINDAK KEKERASAN

SUBDIT REHABILITASI SOSIAL TUNA SUSILA,

DAN ODHA SEKSI PEMULIHAN SEKSI REINTEGRASI SOSIAL SEKSI KORBAN PERDAGANGAN ORANG SEKSI TUNA SUSILA DAN KELOMPOK MINORITAS SEKSI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN SEKSI PENGEMBANGAN KAPASITAS SEKSI KORBAN TINDAK KEKERASAN SEKSI ODHA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(5)

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang rehabilitasi sosial

gelandangan dan pengemis; dan

5. Penyiapan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial

gelandangan dan pengemis.

Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis terdiri dari:

a. Seksi Pemulihan; yang bertugas melakukan melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan Supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Pengembangan kemampuan; dan

b. Seksi Pengembangan Kemampuan, yang bertugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi, dan Pelaporan di bidang pengembangan kemampuan.

b. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial bekas warga binaan pemasyarakatan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial bekas

(6)

2. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial bekas warga binaan pemasyarakatan;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang rehabilitasi sosial bekas warga binaan pemasyarakatan;

4. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

rehabilitasi sosial bekas warga binaan pemasyarakatan; dan

5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang

rehabilitasi sosial bekas warga binaan pemasyarakatan.

Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan terdiri dari :

1. Seksi Reintegrasi Sosial, Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan norma,standard,prosedure,dan kriteria,

pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang reintegrasi sosial; dan

2. Seksi Pengembangan Kapasitas, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, serta pemanatauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang pengembangan Kapasitas.

c. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Korban Perdagangan Orang Dan Korban Tindak Kekerasan.

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban perdagangan orang dan korban tindak kekerasan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Subdirektorat Rehabilitasi Sosial korban perdagangan orang dan tindak kekerasan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial Korban

perdagangan orang dan Tindak kekerasan;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial korban

(7)

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang rehabilitasi sosial korban perdagangan orang dan tindak kekerasan;

4. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

rehabilitasi sosial korban perdagangan dan korban tindak kekerasan; dan

5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial

korban perdagangan orang dan korban tindak kekerasan.

Subdirektorat Rehabilitasi Sosial korban perdagangan orang dan tindak kekerasan terdiri dari:

1. Seksi Rehabilitasi Sosial korban perdagangan orang bertugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban perdagangan orang; dan

2. Seksi Rehabilitasi Sosial Korban Tindak Kekerasan bertugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban tindak kekerasan.

d. Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Sosial Tuna Susila dan Orang Dengan HIV/AIDS

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial tuna susila dan orang dengan HIV/AIDS dan Kelompok Minoritas.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas, Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Tuna Susila dan Orang Dengan HIV/AIDS menyelenggarakan fungsi :

(8)

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial eks tuna susila, orang dengan HIV/AIDS dan kelompok minoritas;

2. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial

eks tuna susila, Orang dengan HIV/AIDS dan kelompok minoritas;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang rehabilitasi sosial eks tuna susila, kelompok minoritas, dan orang dengan HIV/AIDS ;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis supervisi di bidang rehabilitasi

sosial eks tuna susila, kelompok minoritas, dan orang dengan HIV/AIDS; dan

5. Penyiapan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

kebijakan di bidang rehabilitasi sosial eks tuna susila, kelompok minoritas, orang dengan HIV/AIDS.

Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan HIV/AIDS terdiri dari :

1. Seksi Rehabilitasi Sosial Tuna Susila dan kelompok minoritas yang

bertugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi,dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial tuna susila dan Kelompok minoritas; dan

2. Seksi Rehabilitasi Sosial Orang dengan HIV/AIDS mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan penyusunan norma standart, prosedure dan kriteria pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang rehabilitasi sosial orang dengan HIV/AIDS.

e. Subbagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, dan rumah tangga Direktorat.

(9)

4. Unit Pelayanan Teknis

Direktorat Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang mempunyai 2 unit peleksana teknis yaitu

1. Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta

2. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi

Anggaran untuk Unit Pelaksana Teknis di lingkungan UPT sebesar Rp. 22.580.118.000,- (dua puluh dua milyar lima ratus delapam puluh juta seratus delapan belas ribu rupiah) dengan target sebanyak 1.110 orang. 5. Dekonsentrasi

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO memberikan dana

dekonsentrasi kepada 34 Provinsi dengan anggaran sebesar

Rp. 19.588.646.000,- (Sembilan belas milyar lima ratus delapan puluh delapan juta enam ratus empat puluh enam ribu rupiah) dan target sebanyak 4.348 orang.

B. DASAR HUKUM

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO merupakan salah satu unit teknis Kementerian Sosial RI dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial yang melaksanakan tugasnya berlandaskan peraturan perundang-undangan, antara lain:

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 5);

2. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang

Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara.

4. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang

(10)

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN 2016.

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial.

8. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention of the elimination of all form of discrimination against Women) (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3277)

9. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberatasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang

10.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan

dan Kinerja Instansi pemerintah (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

11.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980 tentang

Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.

12.Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan

Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

13.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

14.Peraturan Presiden Republik Indonesia., Nomor 165 Tahun 2014 tentang

Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

15.Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan

Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan presiden Nomor 135 Tahun 2014

16.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1983 tentang

Koordinasi Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.

17.Peraturan Bersama Menteri Hukum dan HAM, Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi dan Menteri Sosial Nomor :19 Tahun 2014, Nomor :11 Tahun 2014 dan Nomor : 04 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Program

(11)

Pelatihan Kerja Bagi warga Binaan Pemasyarakatan Serta Rehabilitasi Sosial dan Reintegrasi Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan.

18.Peraturan Menpan dan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

19.Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 20/HUK/2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI.

C. ASPEK STARTEGIS

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dimana Direktorat Jenderal rehabilitasi

Sosial telah menetapkan 3 prioritas yaitu : 1) Ketelantaran 2) Kecacatan 3)

Ketunaan Sosial. Prioritas yang terkait tugas dan fungsi Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial adalah prioritas ketiga ketunaan sosial. Ketunaan Sosial, meliputi warga masyarakat yang mengalami gangguan fungsi sosial akibat ketidakmampuan melakukan penyesuaian sosial, yaitu (a) tuna susila; (b) anak berhadapan dengan hukum/nakal; (c) anak yang membutuhkan perlindungan khusus; (d) korban penyalahgunaan napza; (e) gelandangan; (f) pengemis; (g) orang dengan HIV/AIDS; (h) bekas narapidana. Berdasarkan hal tersebut diatas dan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI, PMKS tuna sosial yang menjadi kewenangan Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang meliputi: Gelandangan, pengemis, korban perdagangan orang dan tindak kekerasan, bekas warga binaan pemasyarakatan, tuna susila dan orang dengan HIV/AIDS serta kelompok minoritas dalam hal ini adalah waria.

Permasalahan ketunaan sosial sering kali dipacu oleh perubahan sikap dan tingkah laku, pola dan gaya hidup serba instan serta memburu kesenangan sesaat diantaranya terjadinya persaingan tenaga kerja yang sangat ketat menuntut keahlian dan keterampilan tertentu disamping adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat mendesak. Fenomena tersebut merangsang tumbuhnya berbagai penyakit masyarakat yang kronis, perilaku menyimpang, ketunasusilaan, gelandangan, pengemis, perilaku kriminal dan sebagainya.

(12)

Pada sudut lain meningkatnya jumlah keluarga miskin dan angka putus sekolah di berbagai tingkat pendidikan, menurunnya kesempatan kerja dan maraknya berbagai konflik sosial dan politik yang muncul diberbagai wilayah. Keadaan ini diperparah dengan terjadinya transisi sistem pemerintahan yang bersifat sentralisasi ke desentralisasi dan era perdagangan bebas (AFTA). Dalam situasi ini masih banyak implementasi konsep kebijakan yang membutuhkan waktu cukup lama dalam penerapannya. Keadaan ini membuat sebagian masyarakat tidak terkendali dan berusaha untuk survive dengan cara instan, seperti mengemis, mencuri, memalak, menipu, menodong, melacur, mengeksploitasi anak dan perempuan untuk tujuan seks, perdagangan orang dan tindak kekerasan dan lain - lain cara mencari nafkah yang melanggar hukum dan norma - norma sosial dan agama.

Selanjutnya program tersebut diimplementasikan dalam kegiatan teknis melalui satuan kerja operasional baik satuan kerja kantor pusat dan satuan kerja unit pelayanan teknis (panti/non panti), satuan kerja perangkat daerah serta mengakomodasikan kegiatan yang bersifat intervensi pada basis masyarakat dengan menitikberatkan pada pendekatan kewilayahan yang bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian dan keberdayaan potensi penyandang masalah dan mitra kerja, dalam rangka pencapaian kesejahteraan sosial yang lebih tersruktur.

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang sesuai tugas dan fungsinya telah melaksanakan berbagai kegiatan program searah dengan kebijakan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dalam kegiatan penanganan masalah tuna sosial dengan mendayagunakan potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS) yang tersedia. Seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi permasalahan tuna sosial terdapat penyesuaian penyebutan beberapa PMKS pada penanganan permasalahan tuna sosial. Hal ini bertujuan untuk

menghindari adanya “stigma dan labeling” terhadap PMKS, sehingga upaya

penanganan masalah tuna sosial dilakukan melalui kegiatan rehabilitasi sosial bertujuan untuk :

a. Memberikan pelayanan, memulihkan dan mengentaskan penyandang masalah

(13)

b. Menggali dan memanfaatkan potensi sumber kesejahteraan sosial untuk peningkatan dan pemerataan pelayanan sosial serta mengembangkan kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat.

c. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas sumber daya manusia

penyelenggara rehabilitasi sosial tuna sosial dan Korban perdagangan orang.

d. Memberikan perlindungan dan advokasi sosial bagi tuna sosial dan korban

perdagangan orang.

D. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Pada dasarnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) ini adalah untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial & KPO selama tahun 2016. Capaian kinerja (performance result) 2016

tersebut diperbandingkan dengan Rencana Kinerja (performance plan) 2016

sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Dengan pola pikir tersebut, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas penjelasan umum organisasi, dengan aspek strategis organisasi serta isu strategis.

Bab II Perencanaan Kinerja 2016, menjelaskan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial & KPO tahun 2015-2019.

Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan analisis pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO dikaitkan dengan pertanggung jawaban publik terhadap pencapaian strategis untuk tahun 2016.

Bab IV Penutup, menjelaskan kesimpulan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang menguraikan rekomendasi yang diperlukan untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang.

(14)

Lampiran :

1. Rencana Kinerja Tahunan tahun 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial

& Korban Perdagangan Orang

2. Indikator Kinerja tahun 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan

Korban Perdagangan Orang.

3. Indikator Kinerja Utama tahun 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial

dan Korban Perdagangan Orang.

4. Penetapan Kinerja tahun 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan

(15)

BAB II :

PERENCANAAN KINERJA

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien dan akuntabel, Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang berpedoman pada dokumen perencanaan yang terdapat pada :

a. RPJMN 2015-2019;

b. Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan

Orang 2015-2019;

c. Penetapan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban

Perdagangan Orang Tahun 2016.

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2015-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2007. Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang 'terwujudnya Indonesia

yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Upaya mencapai visi jangka panjang tersebut harus disusun secara sistematik dan berkesinambungan, terorganisir, dan dilaksanakan dengan penuh ketekunan, disiplin, dan kerja keras yang dinyatakan dalam rumusan misi dan sasaran .

Misi pembangunan 2015 - 2019 adalah :

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis

berlandaskan negara hukum

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai

negara maritim

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang mandiri, maju, dan

(16)

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan

Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan amanah diatas maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015 - 2019 ini juga diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja jangka menengah yang bersifat menyeluruh. Persoalan yang bersifat lintas sektor harus ditangani secara holistik dan tidak terfragmentasi sehingga dapat menyelesaikan persoalan yang sebenarnya. Pencapaian kinerja pembangunan tersebut menjadi komitmen semua pihak khususnya instansi pemerintah untuk dapat merealisasikannya secara sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia.

Sementara itu ada juga 9 program unggulan yang diberi nama nawacita, salah satunya tentang komitmennya dalam pemberantasan korupsi. Komitmen inilah yang saat ini dinantikan seluruh rakyat Indonesia agar Presiden Jokowi mengambil langkah tegas menyelamatkan KPK.

Berikut 9 program unggulan Presiden yang di sebut dengan “nawa Cita” :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintah

yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka negara kesatuan

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

(17)

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi domestic

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

B. Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang Tahun 2015-2019

Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang tahun 2015-2019 telah disusun tetapi masih menunggu penyempurnaan yang akan disesuaikan dengan unit eselon satu Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan renstra Kementerian Sosial RI sehingga ditetapkan oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang sebagai berikut : 1. Visi

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang

memiliki visi yaitu “Pulihnya harga diri dan perilaku serta meningkatnya

tanggung jawab sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang”.

Adapun penjelasan dari visi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Pulihnya harga diri

Para penyandang masalah kesejahteraan sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang pada umumnya merasa terkucilkan, tidak percaya diri, malu, dan akhirnya menarik diri dari masyarakat. Jadi diharapkan setelah mendapatkan rehabilitasi sosial maka akan terjadi perubahan pada pola pikir mereka bahwa mereka memiliki harga diri, kepercayaan diri, dan kembali bersemangat dalam menjalani kehidupan.

b. Pulihnya perilaku

Pada umumnya para penyandang masalah kesejahteraan sosial melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan dalam kasus-kasus tertentu bertentangan dengan nilai-nilai hukum. Setelah mendapatkan rehabilitasi sosial, diharapkan perilaku mereka dapat kembali normal dan sesuai dengan norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat serta nilai-nilai hukum yang berlaku.

(18)

c. Meningkatnya tanggung jawab sosial

Diharapkan setelah mendapatkan rehabilitasi sosial, para penyandang masalah kesejahteraan sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang disamping meraih kembali harga diri mereka, dapat kembali berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial dan norma hukum yang berlaku, mereka juga diharapkan dapat kembali berintegrasi dalam masyarakat dan dapat menjalankan peran dan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan status yang dimilikinya.

Dari ketiga penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa visi Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang tidak hanya menyentuh aspek mental dan perilaku, namun juga berusaha menumbuhkan tanggung jawab sosial mereka sebagai warga masyarakat yang baik.

2. Misi

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang mempunyai misi yang harus dilaksanakan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Adapun misi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan jangkauan di bidang rehabilitasi

sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang.

Artinya, tidak hanya kuantitas saja yang dikejar namun juga mutu pelayanan sangat ditekankan. Pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial yang disediakan juga harus dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat dan mencakup daerah terpncil dan terisolasi.

b. Meningkatkan kualitas SDM di bidang rehabilitasi sosial tuna sosial dan

korban perdagangan orang.

Artinya, rehabilitasi sosial yang berkualitas membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yaitu para penyelenggara layanan yang berkualitas pula. Pembekalan dan pembinaan dilakukan sekaligus sebagai investasi untuk penyelenggaraan pelayanan yang lebih profesional.

(19)

c. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana di bidang rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang.

Guna mendukung proses rehabilitasi sosial yang baik, maka perlu didukung pula oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang dimaksud tidak sekedar fisik saja. Namun juga bisa meliputi, layanan perkantoran yang rapi, data tentang penyandang masalah sosial yang disesuaikan dengan jenis permasalahannya, dokumen perencanaan program yang tepat dengan kebutuhan dan sasaran, dan dokumen RKAKL yang lengkap.

d. Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait di bidang rehabilitasi sosial

tuna sosial dan korban perdagangan orang.

Koordinasi yang dimaksud di sini adalah frekuensi pertemuan dengan para stakeholders, baik dalam bentuk rapat koordinasi, sosialisasi, pokja, penguatan jejaring, seminar, lokakarya, talkshow dan variety show yang berkaitan dengan permasalahan sosial tuna sosial yang dapat mendukung kesinergian pelayanan.

e. Meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang rehabilitasi sosial tuna

sosial dan korban perdagangan orang.

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang juga berkewajiban untuk membina dan membimbing LKS agar mereka mau terlibat dan bekerjasama dalam penanganan permasalahan sosial tuna sosial yang ada di sekitarnya. Artinya kegiatan rehabilitasi sosial tidak hanya tugas pemerintah, tapi juga tugas seluruh masyarakat Indonesia.

f. Merumuskan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban

perdagangan orang.

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang juga berkewajiban merumuskan kebijakan-kebijakan terkait dengan penyelenggaraan layanan untuk para tuna sosial agar penanganannya dapat terstandarisasi dengan baik.

(20)

g. Mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan di bidang rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang.

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban perdagangan orang juga bertugas melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi terhadap seluruh kegiatan rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang diselenggarakan olehnya agar layanan yang disediakan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, mengeliminir resiko kegagalan, dan sebagai best practice untuk bahan penanganan permasalah di masa mendatang.

3. Tujuan Strategis

Adapun tujuan strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya kemampuan tuna sosial dan korban perdagangan orang

dalam pemenuhan hak dasar dan inklusivitas

b. Meningkatnya kualitas, kuantitas dan jangkauan di bidang rehabilitasi sosial

tuna sosial dan korban perdagangan orang.

c. Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara

Kesejahteraan Sosial

Adapun untuk mengukur tujuan dilakukan melaui indikator sebagai berikut:

a. Jumlah tuna sosial dan koraban perdagangan orang yang direhabilitasi

didalam dan luar panti

b. Jumlah inisiasi/regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi

tuna sosial dan korban perdagangan orang

c. Jumlah sarana prasarana yang dapat di akses bagi tuna sosial bagi

perdagangan orang

d. Jumlah Lembaga Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan

orang yang meningkat kapasitasnya

e. Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) rehabilitasi sosial tuna sosial dan

(21)

4. Sasaran Strategis

Berdasarkan tujuan di atas, dalam menjabarkan sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2016. Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan sasaran strategis selama tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya keberfungsian sosial tuna sosial dan korban perdagangan

orang melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti

b. Meningkatnya jumlah inisiasi/regulasi dan peraturan terkait akses

lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang

c. Meningkatnya kapasitas LKS yang menyelenggarakan rehabilitasi sosial

sesuai standar

d. Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia (SDM) pelaksana rehabilitasi

sosial tuna sosial dan korban perdaganga orang Dengan indikator sasaran sebagai berikut:

a. Jumlah tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapat

rehabilitasi sosial di luar panti/lembaga (berbasis keluarga dan masyarakat)

b. jumlah tuna sosial korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi

sosial di dalam panti (SBK)

c. Jumlah korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan

d. jumlah inisiasi/regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi

tuna sosial dan korban perdagangan orang

e. jumlah sarana dan prasarana yang dapat di akses bagi tuna sosial dan

korban perdagangan orang

f. Jumlah Lembaga Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan

orang yang meningkat kapasitasnya

g. Jumlah Sumber Daya Manuasia (SDM) rehabilitasi sosial tuna sosial dan

(22)

Kelompok sasaran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Gelandangan dan pengemis

2. Bekas warga binaan pemasyarakatan (BWBP)

a. Eks napi

b. Keluarga napi

3. Tuna Susila.

a. WTS (Wanita Tuna Susila)

4. HIV dan AIDS

a. ODHA (orang dengan HIV dan AIDS)

b. ADHA (anak dengan HIV dan AIDS)

c. Keluarga ODHA dan ADHA

5. Kelompok Minoritas Waria penyandang PMKS

a. Waria

b. Keluarga waria

c. Lingkungan sosial

6. Korban Perdagangan Orang

7. Korban Tindak Kekerasan

8. Orang tua, keluarga dan masyarakat, yang berperan sebagai pendukung

pelayanan sosial bagi penyandang masalah tuna sosial.

9. Kelompok-kelompok dilingkungan luar keluarga penerima pelayanan,

seperti kelompok perkumpulan warga, tokoh masyarakat, tokoh agama, adat dll.

10.Lembaga pemerintahan setempat, organisasi sosial/ LSM, Yayasan, Perguruan Tinggi, dunia usaha, media massa, organisasi profesi, pemuka masyarakat, relawan sosial maupun warga masyarakat lainnya yang peduli terhadap permasalahan tuna sosial.

5. Arah Kebijakan

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO sudah memiliki Renstra 2015-2019 yang telah ditetapkan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang.

(23)

Kebijakan dalam rencana strategis pokok-pokok kebijakan rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang diarahkan pada :

a. Pelayanan rehabilitasi sosial merupakan berbasis hak

b. Panti merupakan alternatif terakhir mengutamakan rehabilitasi sosial

dalam keluarga / komunitas

c. Memfasilitasi akses inklusivitas

d. Mengoktimalkan bantuan usaha produktif / pengembangan usaha

6. Program

Guna mengimplementasikan kebijakan, maka upaya penanganan masalah tuna sosial dan korban perdagangan orang dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan. Untuk itu Direktorat Rehabilitasi Sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang menetapkan program sebagai berikut :

a. Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di dalam

panti

b. Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di luar panti

c. Pemulangan korban perdagangan orang ke daerah asal

7. Strategi

Sesuai dengan arahan kebijakan dalam rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang, ditempuh srategi sebagai berikut :

a. Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di dalam

panti

b. Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di luar panti

c. Pemulangan korban perdagangan orang ke daerah asal

8. Kegiatan

Kegiatan rehabilitasi sosial tuna sosial dilakukan melalui:

a. Pelayanan rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di

dalam lembaga yang sesuai standar pelayanan

b. Pelayanan rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang di

(24)

c. Meningkatkan tuna sosial dan korban perdagangan orang dalam kemandirian

d. Meningkatkan Lembaga dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

bidang rehabilitasi sosial

e. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial

f. Regulasi terkait pengembangan akses lingkungan inklusif bagi kelompok

minoritas khususnya tuna sosial dan korban perdagangan orang C. Penetapan Kinerja

Rencana kinerja (Performance Plan) tahun 2016 merupakan penjabaran lebih

lanjut dari Renstra Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, di dalamnya memuat seluruh target kinerja yang hendak dicapai pada tahun 2016. Rencana Kinerja Tahun 2015 merupakan tahun pertama dari periode Renstra 2015 – 2019 yang disusun berdasarkan Renstra Kementerian Sosial RI. Berdasarkan atas rencana kinerja tahunan tersebut, selanjutnya menyusun Rencana Kerja Kegiatan dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKA/KL). Setelah mendapatkan persetujuan anggaran selanjutnya Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang telah menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2016 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi. Penetapan kinerja tersebut merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja unit organisasi yang bersangkutan pada akhir tahun 2016 dan akan dilaporkan dalam LAKIN tahun 2016 sekaligus sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagi dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Penetapan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang adalah sebagai berikut:

1. Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja dilakukan antara direktur rehabilitasi sosial dengan direktur jenderal rehabilitasi sosial untuk merencanakan kegiatan

(25)

rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang pada tahun 2016.

Adapun perjanjian kinerja direktorat rehabilitasi sosial tuna sosial adalah sebagai berikut:

SASARAN STRATEGIS

KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TARGET OUTPUT

Meningkatnya keberfungsian sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang melalui rehabilitasi sosial dalam dan luar panti.

Jumlah Tuna Sosial, Korban Perdagangan Orang dan tindak kekerasan yang mendapatkan Rehabilitasi Sosial di dalam panti

660 orang

Jumlah Tuna Sosial, Korban Perdagangan Orang dan tindak kekerasan yang mendapatkan rehabilitasi sosial diluar Panti

9.268 orang

Jumlah tuna sosial, Korban Perdagangan Orang dan tindak kekerasan yang mendapat bantuan sosial dan pemulangan

18.000 orang

Jumlah lembaga yang mendapat bantuan sosial 34

lembaga

Jumlah SDM yang mendapatkan bimbingan teknis bidang Rehabilitasi Sosial tuna sosial, Korban Perdagangan Orang dan tindak kekerasan

340 orang

2. Rencana Kerja tahunan

Berdasarkan perjanjian kinerja tersebut dsusunlah rencana kerja tahunan direktorat rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang sebagai berikut:

Sasaran

Strategis Sasaran Program Indikator Utama (IKU) Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Target

Meningkatnya kemampuan penduduk kelompok marginal lainnya dalam pemenuhan hak dasar dan inklusivitas Meningkatnya keberfungsian sosial PMKS melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti

Meningkatnya keberfungsian sosial

tuna sosial dan

korban perdagangan

orang melalui

rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti

Jumlah Tuna Sosial

dan korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di dalam panti/SBK (660 orang) 660 orang

(26)

Sasaran

Strategis Sasaran Program Indikator Utama (IKU) Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Target

Jumlah Tuna Sosial

dan korban

perdagangan orang

yang mendapat

rehabilitasi sosial di luar panti/ lembaga (berbasis keluarga dan masyarakat) ( 9.318 orang) 9.318 orang Jumlah Korban Perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan ( 18.000 orang) 18.000 orang Meningkatnya Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses kelompok marginal. Meningkatnya jumlah inisiasi/ regulasi dan

peraturan terkait

akses lingkungan

inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang

Jumlah inisiasi/

regulasi dan

peraturan terkait

akses lingkungan

inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang 17 regulasi Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara Kesejahteraan Sosial Meningkatnya kelembagaan dan sumber aya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial Meningkatnya kelembagaan dan sumber Daya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial

tuna sosial dan

korban perdagangan orang

Jumlah lembaga

rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang meningkat kapasitasnya 34 lembaga Jumlah tenaga kesejahteraan sosial rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang meningkat kapasitasnya 340 orang 3. Penetapan Kinerja

Berdasarkan rencana kinerja tahunan ditetapkan penetapan kinerja direktorat rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang sebagai berikut:

(27)

No. Sasaran

Strategis Sasaran Program Indikator Kinerja Utama (IKU) Indikator Kinerja Kegiatan Target Capaian

1. Meningkatnya kemampuan penduduk kelompok marginal lainnya dalam pemenuhan hak dasar dan inklusivitas Meningkatnya keberfungsian sosial PMKS melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti

Meningkatnya keberfungsian sosial

tuna sosial dan

korban

perdagangan orang melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti

Jumlah Tuna Sosial

dan kotban

perdagangan orang

yang mendapat

rehabilitasi sosial di luar panti/ lembaga (berbasis keluarga dan masyarakat) ( 9.318 orang) 80 KK atau 320 orang gelandangan Pengemis yang mendapatkan Rehabilitasi sosial

melalui desaku menanti 100 orang gelandangan

pengemis yang

mendapatkan bantuan usaha kemandirian 300 orang gelandangan

dan pengemis yang

mendapatkan bantuan pengembangan usaha 200 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan

yang mendapatkan

keterampilan hidup dan kewirausahaan

100 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan

yang mendapatkan

pengembangan usaha

agrobisnis

250 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan

yang mendapatkan

pengembangan usaha 70 orang Bekas warga Binaan pemasyarakatan

yang mendapatkan

peningkatan psikososial 100 orang ODHA yang mendapatkan

rehabilitasi sosial KIE 150 orang ODHA yang mendapatkan bantuan tabahan nutrisi

150 orang ODHA yang direhabilitasi sosial

melalui usaha

kemandirian

100 orang ODHA yang mendapatkan

rehabilitasi sosial

melalui pengembangan usaha

(28)

No. Sasaran

Strategis Sasaran Program Indikator Kinerja Utama (IKU) Indikator Kinerja Kegiatan Target Capaian

100 orang waria yang mendapatkan

rehabilitasis sosial

melalui rumsh singgah 100 orang tuna susila

yang mendapatkan

rehabilitasi sosial

melalui usaha

kemandirian

100 orang tuna susila

yang mendapatkan

rehabilitasi sosial

melalui pengembangan usaha

500 orang tuna susila

yang mendapatkan

rehabilitasi sosial

melalui supporting

penutupan lokalisasi

130 orang korban

Perdagangan Orang dan tindak kekerasan yang mendapatkan

pendampingan dan

advokasi sosial

1.000 orang korban perdagangan orang dan korban tindak kekerasan

yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian 50 orang korban trafiking perempuan yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPS-W Pasar Rebo 160 orang ODHA yang mendapatkan

rehabilitasi sosial di RPS-ODHA Sukabumi 750 orang korban tindak

kekerasan yang

mendapatkan

rehabilitasi sosial di

RPTC Bambu Apus

Jakarta

200 orang Tuna Susila

yang mendapatkan

rehabilitasi sosial luar panti di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta

(29)

No. Sasaran

Strategis Sasaran Program Indikator Kinerja Utama (IKU) Indikator Kinerja Kegiatan Target Capaian

200 orang Gelandangan

Pengemis yang

mendapatkan

rehabilitasi sosial luar panti di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi

30 orang tuna sosial

yang mendapatkan

bantuan dan pelayanan kedaruratan

4.348 orang tuna sosial

dan Korban

Perdagangan Orang yang mendapatkan

rehabilitasi sosial tuna sosial dan KPO di daerah

melalui dana

dekonsentrasi (34

provinsi) Jumlah Tuna Sosial

dan kotban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di dalam panti/SBK (660 orang)

160 orang Tuna Susila

yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta 500 orang Gelandangan Pengemis yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi Jumlah Korban Perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan ( 18.000 orang) 18.000 orang WNI Migran Korban

Perdagangan Orang yang mendapatkan bantuan pemulangan Meningkatnya Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses kelompok marginal. Meningkatnya jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan

inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang

Jumlah inisiasi/

regulasi dan

peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang

12 buku pedoman

bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial

5 rekomendasi bidang

rehabilitasi dan

perlindungan sosial tuna sosial

(30)

No. Sasaran

Strategis Sasaran Program Indikator Kinerja Utama (IKU) Indikator Kinerja Kegiatan Target Capaian

Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara Kesejahteraan Sosial Meningkatnya kelembagaan dan sumber aya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial Meningkatnya kelembagaan dan sumber Daya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial

tuna sosial dan

korban

perdagangan orang

Jumlah lembaga

rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban

perdagangan orang meningkat

kapasitasnya

34 lembaga Rehabilitasi sosial tuna sosial dan

korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan operasional lembaga Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) rehabilitasi sosial tuna sosial

dan korban perdagangan orang yang meningkat kapasitasnya 340 orang tenaga kesejahteraan sosial

tuna sosial dan korban perdagangan orang yang telah dilatih

D. Indikator Kinerja Utama

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) secara berjenjang, sebagai ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran strategis organisasi. Indikator kinerja utama ditetapkan dengan memilih indikator-indikator kinerja yang ada di dalam Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO tahun 2015-2019, sebagai berikut :

Sasaran Strategis Sasaran

Program Indikator Utama (IKU) Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Target

Meningkatnya kemampuan penduduk kelompok marginal lainnya dalam pemenuhan hak dasar dan inklusivitas Meningkatnya keberfungsian sosial PMKS melalui rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti

Meningkatnya

keberfungsian sosial

tuna sosial dan korban

perdagangan orang

melalui rehabilitasi

sosial di dalam dan luar panti

Jumlah Tuna Sosial

dan korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di dalam panti/SBK (660 orang) 660 orang

Jumlah Tuna Sosial

dan korban

perdagangan orang

yang mendapat

rehabilitasi sosial di luar panti/ lembaga (berbasis keluarga dan masyarakat) ( 9.318 orang) 9.318 orang Jumlah Korban Perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan ( 18.000 orang) 18.000 orang

(31)

Sasaran Strategis Sasaran

Program Indikator Utama (IKU) Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Target

Meningkatnya Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses kelompok marginal. Meningkatnya jumlah

inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang

Jumlah inisiasi/

regulasi dan

peraturan terkait

akses lingkungan

inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang 17 regulasi Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara Kesejahteraan Sosial Meningkatnya kelembagaan dan sumber aya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial Meningkatnya kelembagaan dan

sumber Daya Manusia (SDM) penyelenggaran rehabilitasi sosial tuna

sosial dan korban

perdagangan orang

Jumlah lembaga

rehabilitasi sosial

tuna sosial dan

korban perdagangan orang meningkat kapasitasnya 34 lembaga Jumlah tenaga kesejahteraan sosial rehabilitasi sosial

tuna sosial dan

korban perdagangan

orang yang

meningkat kapasitasnya

(32)

BAB III :

AKUNTABILITAS KINERJA

Pada Bab ini akan dibahas tentang pertanggungjawaban penetapan kinerja sebagai komitmen dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO di Tahun 2016.

A. Capaian Kinerja

Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang tahun 2016, dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran Tahun

2016. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam 1

tahun secara umum Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO telah mencapai keberhasilan, yang ditunjukkan dari pencapaian target indikator kinerja sasaran strategis pada tahun 2016.

Terkait dengan pencapaian target indikator kinerja sasaran strategis pada tahun 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial & KPO mempunyai realisasi capaian kinerja sebanyak 29.728 orang atau sebesar 106,25 %. Dengan realisasi anggaran sebesar Rp 111.638.373.231,- atau sebesar 95,62 %.

No. KEGIATAN TARGET CAPAIAN % ANGGARAN REALISASI %

1. PUSAT 22.520

orang

24.288 orang 107,85 74.582.434.000 72.228.419.615 96,84

2. UPT 1.110 orang 1.110 orang 100 22.580.118.000 21.967.998.420 97,29

3. DEKON 4.348 orang 4.348 orang 100 19.588.646.000 17.441.955.196 88,88

TOTAL 27.978

orang

29.728 orang 106,25 116.751.198.000 111.638.373.231 95,62

Berkaitan dengan pengukuran meningkatnya rehabilitasi sosial terhadap penyandang masalah tuna sosial dan KPO, maka sasaran strategis, indikator kinerja, target dan realisasinya dapat digambarkan sebagai berikut :

(33)

No. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja

Kegiatan Target Capaian Realisasi capaian %

1. Meningkatnya

keberfungsian sosial tuna sosial

dan korban

perdagangan

orang melalui

rehabilitasi sosial di dalam dan luar panti

Meningkatnya Jumlah Tuna Sosial

dan kotban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di dalam panti/SBK [660 orang] 160 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta 160 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta 100 % 500 orang gepeng yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi 500 orang gepeng yang mendapatkan rehabilitasi sosial di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi Meningkatnya

Jumlah Tuna Sosial

dan kotban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di luar panti/lembaga (berbasis keluarga dan masyarakat) [9.318 orang] 100 orang gelandangan pengemis yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian 300 orang gelandangan pengemis yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian (peralihan target 200 orang dari dana hibah menjadi ke APBN) 300 % 300 orang gelandangan pengemis yang mendapatkan bantuan pengembangan usaha 300 orang gelandangan pengemis yang mendapatkan bantuan pengembangan usaha 100% 200 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan keterampilan hidup dan kewirausahaan 419 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan keterampilan hidup dan kewirausahaan (peralihan target 219 orang dari dana hibah menjadi ke APBN) 209% 100 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha agrobisnis 100 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha agrobisnis 100% 250 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha 250 orang Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan yang mendapatkan pengembangan usaha 100%

(34)

No. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja

Kegiatan Target Capaian Realisasi capaian %

70 orang Bekas warga Binaan pemasyarakatan yang mendapatkan peningkatan psikososial 70 orang Bekas warga Binaan pemasyarakatan yang mendapatkan peningkatan psikososial 100 % 100 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial KIE 100 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial KIE 100% 150 orang ODHA yang mendapatkan tambahan nutrisi 150 orang ODHA yang mendapatkan tambahan nutrisi 100% 150 orang ODHA yang direhabilitasi sosial melalui usaha kemandirian

150 orang ODHA yang direhabilitasi sosial melalui usaha kemandirian 100% 100 orang ODHA yang direhabilitasi sosial melalui pengembangan usaha 100 orang ODHA yang direhabilitasi sosial melalui pengembangan usaha 100% 100 orang waria yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui rumah singgah 100 orang waria yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui rumah singgah 100% 100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui usaha kemandirian 100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui usaha kemandirian 100% 100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui pengembangan usaha 100 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui pengembangan usaha 100% 500 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui supporting penutupan lokalisasi 846 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial melalui supporting penutupan lokalisasi 169% 130 orang korban perdagangan orang dan tindak kekerasan yang mendapatkan pendampingan dan advokasi sosial 102 orang korban perdagangan orang dan tindak kekerasan yang mendapatkan pendampingan dan advokasi sosial (ada

(35)

No. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja

Kegiatan Target Capaian Realisasi capaian %

perubahan dari 4 Provinsi menjadi 3 Provinsi)

1.000 orang korban perdagangan orang dan korban tindak

kekerasan yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian 1.000 orang korban perdagangan orang dan korban tindak

kekerasan yang mendapatkan bantuan usaha kemandirian 100% 50 orang korban trafficking perempuan yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPSW Pasar Rebo 37 orang korban trafficking perempuan yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPSW Pasar Rebo (adanya perubahan target menjadi 35 orang dikarenakan revisi) 105% 160 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPS-ODHA Sukabumi 160 orang ODHA yang mendapatkan rehabilitasi sosial di RPS-ODHA Sukabumi 100 % 750 orang korban trafiking yang mendapatkan rehabilitasi sosiasl di RPTC Bambu Apus Jakarta 562 orang korban trafiking yang mendapatkan rehabilitasi sosiasl di RPTC Bambu Apus Jakarta 100 % 200 orang tuna susila yang mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta

200 orang tuna

susila yang

mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta

100 % 200 orang gelandangan dan pengemis yang mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSBK “Pangudi luhur” Bekasi 200 orang gelandangan dan pengemis yang mendapatkan rehabilitasi sosial luar panti di PSBK “Pangudi luhur” Bekasi 100 %

30 orang tuna sosial yang mendapatkan

bantuan dan

pelayanan kedaruratan

9 orang tuna sosial yang mendapatkan

bantuan dan

pelayanan kedaruratan

(36)

No. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja

Kegiatan Target Capaian Realisasi capaian %

4.348 orang tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan rehabilitasi sosial tuna sosial dan KPO di daerah melalui dana dekonsentrasi (34 Provinsi)

4.348 orang tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan rehabilitasi sosial tuna sosial dan KPO di daerah melalui dana dekonsentrasi (34 Provinsi) 100 % Jumlah Korban Perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan (18.000) 18.000 orang WNI Migran Korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan 19.435 orang WNI Migran Korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan pemulangan 107% 3. Meningkatnya jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan inklusi bagi tuna

sosial dan korban perdagangan orang Jumlah inisiasi/ regulasi dan peraturan terkait akses lingkungan

inklusi bagi tuna sosial dan korban perdagangan orang

12 buku pedoman bidang rehabilitasi

dan perlindungan

sosial tuna sosial

12 buku pedoman bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial

100 %

5 rekomendasi

bidang rehabilitasi

dan perlindungan

sosial tuna sosial

5 rekomendasi

bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial

100 % 12 laporan bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial 12 laporan bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial tuna sosial 100 % 4 dokumen perencanaan bidang rehabilitasi sosial tuna sosial 4 dokumen perencanaan bidang rehabilitasi sosial tuna sosial 100 % 5. Meningkatnya lembaga yang terakreditasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial Meningkatnya Jumlah lembaga rehabilitasi sosial

tuna sosial dan

korban perdagangan

orang yang

terakreditasi

34 lembaga

Rehabilitasi sosial

tuna sosial dan

korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan operasional lembaga 37 lembaga Rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan bantuan operasional lembaga 108 % Meningkatnya Jumlah tenaga kesejahteraan sosial rehabilitasi sosial

tuna sosial dan

korban perdagangan orang yang terlatih

340 orang tenaga kesejahteraan sosial

tuna sosial dan

korban perdagangan orang yang telah dilatih

340 orang tenaga kesejahteraan sosial tuna sosial dan korban

perdagangan orang yang telah dilatih

(37)

Analisis Capaian Kinerja

Sasaran 1 :

meningkatnya keberfungsian sosial tuna sosial dan korban perdagangan orang melalui rehabilitasi sosial tuna sosial di dalam dan luar panti.

Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan KPO pada tahun 2016 telah menyelenggarakan rehabilitasi sosial kepada para penyandang masalah kesejahteraan sosial tuna sosial dan KPO (PMKS TS & KPO) dengan target sebanyak 27.928 orang yang terdiri dari target dalam panti sebanyak 660 Orang, target di luar panti sebanyak 9.268 orang dan target 18.000 Korban Perdagangan orang yang mendapat bantuan pemulangan dan terealisasi sebanyak 29.678 orang atau 106 % (ada peralihan dari target dana hibah menjadi target APBN) dengan rincian sebagai berikut :

Rehabilitasi Sosial Dalam Panti

Jumlah tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapatkan rehabilitasi sosial di dalam panti pada tahun 2016 mempunyai target sebanyak 660 orang dan terrealisasikan sebanyak 660 orang atau 100 %

Adapun realisasi tersebut dicapai oleh:

1. Rehabilitasi Sosial wanita tuna susila di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta

Rehabilitasi Sosial wanita tuna susila di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta dilaksanakan dengan target sebanyak 160 orang (2 angkatan), dengan target dalam panti sebanyak 160 orang dan sampai dengan akhir tahun capaian kinerja mencapai 100 % atau terealisasi sebanyak 160 orang.

2. Rehabilitasi Sosial gelandangan dan pengemis di PSBK “Pangudi Luhur”

Bekasi

Rehabilitasi Sosial gelandangan dan pengemis di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi dilaksanakan dengan target sebanyak 500 orang, dengan target dalam panti sebanyak 500 orang (2 angkatan) Sampai dengan akhir tahun realisasi kinerja mencapai 500 orang atau sekitar 100 %.

(38)

Rehabilitasi Sosial Luar Panti

Jumlah tuna sosial dan korban perdagangan orang yang mendapat rehabilitasi sosial di luar panti mempunyai target sebanyak 9.318 orang dengan realisasi sebanyak 9.633 orang atau sebanyak 103,4 %.

Realisasi capaian tersebut di dapat melalui kegiatan sebagai berikut:

1. Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis

a. Rehabilitasi Sosial Gepeng melalui Desaku menanti

Program Rehabiliitasi sosial gepeng dan pemulung melalui pengembangan model “desaku menanti” merupakan pengembalian gelandangan dan pengemis dari kota ke desa dengan memperhatikan dan memberikan perlindungan hak-hak dasarnya.

Kementerian Sosial mengembangkan sebuah model Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis Terpadu berbasis Desa yang diberi nama

“Program Desaku Menanti” ini merupakan program terobosan dalam penanganan Gelandangan dan Pengemis yang komprehensip dan mengedepankan keterpaduan dalam rehabilitasi sosial Gelandangan dan Pengemis.

Untuk tahun 2016 Program Pengembangan Model Desaku Menanti dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi, yaitu :

1) Kota Malang – Provinsi Jawa Timur sebanyak 40 KK (156 jiwa)

2) Kota Padang - Provinsi Sumatera Barat sebanyak 40 KK (152 jiwa)

Kegiatan Pengembangan Model “Desaku Menanti” dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain:

 Tahapan Koordinasi dengan Provinsi setempat dan LKS yang ditunjuk

sebagai pelaksana kegiatan

 Tahapan Verifikasi

 Tahapan Pengolahan Data untuk menetapkan calon warga binaan

yang layak dan tepat menerima bantuan

 Tahap Bimbingan Rehabilitasi Sosial dan Keterampilan

 Tahap Menuju Desaku Menanti

(39)

Pelaksanan program Pengembangan Model Desaku Menanti melakukan Tahapan Rehabilitasi Sosial yang dilaksanakan selama 6 bulan. Selama 2 bulan penerima manfaat diberikan bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan, serta diberikan bantuan berupa jaminan hidup kepada keluarga dengan indeks sebesar Rp. 25.000,-/orang/hari, Bantuan bahan baku rumah sebesar Rp. 30.000,000,- , bantuan modal kemandirian dengan indeks sebesar Rp. 5.000.000,-/orang, Bantuan Peralatan Rumah Tangga sebesar Rp. 1.500.000,-/orang.

No. Kota -Propinsi target Capaian Jenis usaha

1. Kota Malang –

Provinsi Jawa Timur

40 KK (156 Jiwa) 40 KK (156 Jiwa) 1. Olahan Pangan, 35 KK 2. Handycraft, 5 KK

2. Kota Padang -

Provinsi Sumatera Barat

40 KK (152 Jiwa) 40 KK (152 Jiwa) 1. Peternakan, 5 KK 2. Perbengkelan, 5 KK 3. Jasa, 5 KK

4. Home Industri, 10 KK 5. Usaha Warung, 10 KK 6. Perkayuan, 5 KK

b. Rehabilitasi Sosial gelandangan pengemis melalui usaha kemandirian

Pemberian Usaha Ekonomi Produktif bagi Gelandangan Pengemis dan Pemulung melalui Usaha Kemandirian untuk tahun 2016 ditargetkan

DESAKU MENANTI KOTA PADANG LINGKUNGAN DESAKU MENANTI KOTA MALANG

(40)

sebanyak 100 orang dan terealisasi sebanyak 300 orang atau tercapai 300 % (peralihan dari target dana hibah menjadi target APBN), pemberian bantuan usaha kemandirian bagi gelandangan pengemis ini dilakukan di 3 Provinsi yaitu:

No. Propinsi target Capaian Jenis usaha

1. DKI Jakarta - 100 orang Usaha Warung, 100 orang

2. Jawa Barat - 100 orang 1. Usaha Warung, 95 orang

2. Pengepul rongsokan, 5 orang

3. Bali 100 orang 100 orang 1. Pembuatan Dupa, 65 orang

2. Pembuatan Keranjang, 30 orang 3. Usaha dagang, 5 Orang

c. Rehabilitasi Sosial gelandangan pengemis melalui pengembangan usaha

Gelandangan dan Pengemis yang sudah direhabilitasi oleh UPTD Pemda dan UPT Kementerian Sosial melalui pengembangan UEP untuk tahun 2016 ditargetkan sebanyak 300 orang dan terealisasi sebanyak 300 orang atau tercapai 100 %, pemberian bantuan pengembangan UEP bagi gelandangan pengemis ini dilakukan di 5 Provinsi yaitu:

No. Propinsi target Capaian Jenis usaha

1. Jawa Barat 100 orang 100 orang Usaha Warung, 100 orang

2. Jawa Tengah 50 Orang 50 Orang Usaha Warung, 50 orang

3. Jawa Timur 50 orang 50 Orang Usaha Warung, 50 orang

4. Lampung 50 orang 50 orang Usaha Warung, 50 orang

5. Sumatera Utara 50 orang 50 orang 1. Usaha Warung, 25 orang

2. Jasa Transportasi, 7 orang 3. Bengkel, 4 orang

4. Pertanian / peternakan, 11 orang

5. Home industry, 3 orang

2. Rehabilitasi Sosial Tuna susila

a. Rehabilitasi Sosial tuna sosial dalam rangka supporting penutupan

lokalisasi.

Penanganan dan pemberdayaan eks wanita tuna susila yang telah keluar dari lokalisasi yang ditutup di 2 (dua) Provinsi, dengan target sebanyak 405 orang di Provinsi Kalimantan Timur dan sebanyak 95 orang di Provinsi Banten, dengan realisasi menjadi 3 Provinsi sebanyak 846 orang (tambahan 346 orang di Provinsi Kalimantan Selatan, yang merupakan peralihan dari target dana hibah menjadi target APBN) dengan persentase sebesar 169 %.

Referensi

Dokumen terkait

Memanfaatkan TIK dengan berbagai harapan paling tidak adalah untuk mendapatkan informasi lewat pemanfaatan TIK, sebagaimana yang tergambar pada table di atas menunjukkan

Perlakuan panas pada suhu tertinggi yaitu 600 o C menyebabkan densitas Zry-4 meningkat dari 6,0983 g/cc hingga mencapai 7,3217 g/cc dengan makin lamanya waktu pemanasan,

Alur logik penyusunan kesesuaian lahan (FAO, 1976) Penilaian kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan menggunakan hukum minimum yaitu membandingkan antara kualitas lahan

Data antropometri ibu hamil meliputi berat badan sebelum dan selama kehamilan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, LLA, dan tinggi fundus.. Berat badan sebelum

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Program SHT ini juga ditujukan untuk mendukung program besar pemerintah Kota Surabaya yaitu Sparkling Surabaya yang memiliki tujuan pengembangan pariwisata Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah, dan keterampilan proses sains antara siswa yang belajar dengan model

Usaha yang didanai dan dikembangkan dalam program PEMP diprioritaskan pada jenis usaha yang dapat memanfaatkan sumber daya dikurangi dengan total biaya. Dari tabel