MAKNA
UPACARA
NYAKI
TIHI
ADAT
DAYAK
NGAJU
DI
DESA
SAMBA DANT]M
KATINGAN,
KALIMANTAN
TENGAH
Wilson*
Abstrak:
Dayak is an ethnic group lived at Kalimantan which used to be called as Borneo. From some resources stated that Dayak come from Proto-Malay Group which was at India. Theycome
to
Borneo across Malaya Peninsula about 4000 years ago. Dayak group respect their previous customs. This researchis aimed at one of custom that
still
exist at Dayakb Community Ngaju group lived at Samba Danum Katingan Yillage, the custom is "Nyaka Tihi" which has sociologies, physiologies, and religiusmeaning that affect their life.
Kata Kunciz Upacara Nyaki Tihi, Dayak Ngaju
PENDAHI'LUAN
Dayak
adalah
sebuahnama
kolektif yang
dilabelkan
untuk etnik yang mendiami Pulau Kalimantan atau Borneo. Namakolektif
tersebut mencakup
kira-kira 450
subsukub
Dayak.
Pembagian subsuku ini berdasarkan fakta tentang kesamaan bahasa, hukum adat, danritus
kematian serta dapat ditambahkan sesuai daerahdomisili,
nama sungai, dan kesamaan musik.
Menurut berbagai sumber, disimpulkan bahwa
tidak
seseorangpun
mengetahuipersis asal-usul Suku Dayak. Berbagai
sumbertertulis
menyebutkanbahwa Suku Dayak
berasaldari
keturunankelompok Proto-Melayu yang
berasaldari India
Belakang, yang masuk ke Bomeomelalui
Semenanjung Malaya sekitar 4.000 tahunsilam. Suku Dayak sendiri
memiliki
tradisi lisan untuk memberikanjawaban atas pertanyaan tentang asal-usul Suku Dayak. Suku Dayak
Ngaju
Kalimantan
Tengah menyebut manusia
Dayak
pertamadiciptakan oleh
"Ranying
HalataLangit";
subsuku Dayak Simpang*
Dosen STAKN Palangka Raya-
Jl. RTA. Milono Km. 8,5, Palangka RayaK0NIIKSTUAIIIA Vol. 26 No. 2. Desember 2009
di Ketapang, Kalimantan Tengah, menyebut pencipta manusia adalah
Nek Duwata; Jubata (subsuku Kanayatn);
Alla
Tuala (Suku Iban). Suku Dayak di Kalimantan, khususnya Suku DayakNgaju, sangatmenjunjung
tinggi
adat-istiadatyang
diwariskan nenek
moyang mereka. Kendati modernisasi dengan segala hal menyertai, adat danbudaya Dayak
Ngaju
masih dipeliharameski
ada yangluntur
atauberganti makna dan upacara. Dan penelitian
ini
dimaksudkan untukmenelusuri salah satu adatyang masih dilaksanakan sebagian anggota subsuku
Ngaju
yangberdomisili
di
Desa Samba Danum Katingan. Penelitimemilih
adat yangditeliti
adalah adatyang dinamai"Nyaki
Tihi".
Pemilihan upacara adat
Nyaki
Tihi
dengan beberapa alasan: (a)sebagian anggota Suku Dayak
Ngaju tidak
lagi
melaksanakannya;(b) sementara itu, merek4 yang masih memelihara adat tersebut
juga
dalam
dilema
antara melqrpertahankandan
melaksanakan secara diam-diam karena menurut sebagian orang upacara adatNyaki
Tihi
bertentangan dengan alaran imanKristen
dalamAlkitab,
khususnyabagi suku Dayak Ngaju di Desa Sambu Danum Katingan.
Penelitian
ini
akan difokuskan pada makna upacara adatNyaki
Tihi
yang
menurut
pengamatanawal peneliti,
adatitu
memiliki
makna religius, sosiologis, dan fisiologis yang kuat dan memengaruhi kehidupan masyarakat
di
Desa Samba Danum Katingan.Rumusan Masalah
Berangkat
dari
latar belakang
di
atas,penulis
tertarik
untukmelihat
bagaimanaupacara
adat
Nyaki
Tihi
dilaksanakan dan mengapa adat tersebut hanya dilakukan oleh sebagian anggota SukuDayakNgaju dan sebagiantidak. Rumusanpertanyaan adalah (1) apa
yang dimaksud dengan
Nyaki Tihi
dan
apa yang melatarbelakangilupacara adat
Nyaki Tihi;
(2) apa tujuan upacara adatNyaki Tihi;
dan(3) bagaimana proses
ritual
upacara adatNyaki Tihi.
Tujuan
dan
KegunaanPenelitian
Penelitian
ini
bertujuanuntuk
mendeskripsikanritual
upacara adatNyaki
Tihi, meliputi
apa yang rnelatarbelakangi pelaksanaanupacara
adat
Nyaki
Tihi,
apatujuannya,
dan bagaimana prosesiritual
upacara adatNyaki Tihi
tersebut. Jika penelitianini
berhasilMakna Upaeara Nvaki Tihi ...
mencapai
tujuan
itu,
hasilnya
diharapkan dapat bermanfaat dalammenjaga dan melestaikan
nilai-nilai
budaya warisan nenek moyangdalam bentuk adat-istiadat, yan9
mulai
ditinggalkanoleh
sebagian masyarakat p enganutnya.METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilakukan
di
Desa
SambaDanum
Katingan Ketapang, Kalimantan Tengah. Penelitianini
akan difokuskan padamakna
upacara adatNyaki
Tihi
yang
menurut pengamatan awalpeneliti,
adatitu
memiliki
maknareligius,
sosiologis, danfisiologis
kuat
dan
memengaruhikehidupan
masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitianini
adalah pendekatankualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kegiatan observasidilakukan
berulaug.ulang sampai diperoleh datayang
dibutuhkan. Wawanacra mendalam dilakukan dengan para pemangku adat sebagaiinforman kunci (key tnformans). Informasi ini
ditindaklanjuti
denganwawancara
lanjutan
ke
informan lainnya.
Dokumentasi
adalahmencari data
tertulis
mengenaihal-hal
atau fenomena-fenomenaberupa catatan dalam bentuk transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti,
notulen
rapat,
agenda,dan
lain
sebagainya. Kemudiandata yang telah terkumpul dianalisis
dengan
langkah
reduksi data(reduction), kategorisasi (categorization),
dan
penyimpulan (conclusion).TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Pengertian
danHakikat Nyaki
Tihi
Pengertian
Nyaki Tihi
Istilah
Nyaki Tihi
berasaldari
dua katayang
secara subtansiberbeda
makna.
"Nyaki"
dapat
disamakan dengan
"mamalas" yang secaraliteral
berarti "mengoleskan", sedangkan"Tihi"
adalah"hamil"
atau "mengandung". Jadijika
dideskripsikan,Nyaki
Tihi
memiliki
pengertian sebagai kegiatan atau tindakan "mernolesibu
hamil".
Berdasarkan penjelasanNirwana,
Nyaki Tihi
disebutjuga
dengan
istiiah "Ehet", yaitu
upacara atau kegiatantradisi
dalam masyarakat Samba Danum terhadap seorang perempuan yang sedangKONIIIISTUAIITA Vol. 26 No. 2, Desember 2009
hamil anak pertama atau temei (bahasa
Daya$
(Nirwana, wawancara20 November
2008).
Sedangkan menurutbuku
yangditulis Cjilik
Riwut,
dijelaskan bahwa
"Nyaki"
sama dengan mamalas, yaitumengoleskan darah binatang pada tempat tertentu di tubuh seseorang dengan
jari
telunjuk
(Tjilik Riwut,
1979:346).Berdasarkan beberapa fakta di atas, pengertian Nyaki Tihi adalah memoleskan darah kepada seorang wanita yang sedang mengandung atau
hamil
anak pertama dalam masyarakat DayakNgaju
di
Desa Samba Danum Katingan.Hakikat
Nyaki Tihi
Hakikat
Nyaki
Tihi
dapat diperhatikan dari beberapaperspektif
sesuai pengertiannya. Karena itu, hakikatNyaki Tihi dalam konteksini
adalah: Pertama,Nyaki Tihi
menempatkan istilah mamalas sebagai kata kunci. Karena itu, Nyaki Tihi adalah tindakan mengoleskan darah binatang tertentu (babi atau ayamkampung) ke bagian tubuh seorangwanita yang sedang mengandung.
Kedua,Nyaki Tihi
menempatkanmedia
"darah"
sebagai unsurkunci
dalam upacara. Darah binatangdipakai
sebagaimedia
atal
alat kelengkapan utamaNyaki
Tihi.
Ketiga,
wanitahamil
anak pertama dandi
usia kehamilan ketujuh bulan sebagai objek pelaksanaan upacara adatNyaki
Trhi. Keempat,hal
tersebut merupakan upaya keselamatan, menenteramkan, danmenjauhkan
dari
kecelakaan, serta menghindarkandari
gangguan roh jahat.Latar
BelakangUpacara
Adat Nyaki
Tihi
Upacara adat
Nyaki
Tihi memiliki
latar belakang pelaksanaan yang khas sebagaimanaupacara adat-istidat lainnya di kalangan SukuDayak secara umum.
Di
Desa Samba Danum Katingan, upacaraitu
dilatarbelakangi oleh beberapa hal.Pertama, keyakinan
ataukepercayaal
terhadap perlindunganatau keselamatan ibu yang hamil, sehingga upacara adat
Nyaki
Tihi
merupakan semacam perlindungan terhadap ibu yang mengandungbayi
pertama (temei).Uniknya,
upacaraitu
hanya dilakukan untuk kandunganbayi
pertama.
Terhadap kandunganbayi
kedua
dan seterusnya tidak lagi.Kedua, kepercayaan bahwa seorang
ibu
yanghamil memiliki
Makna Unaeara Nvaki Tihi ...
memunculkan
ritus
atau upacara adatNyaki Tihi
yang
dilakukanketika ibu hamil memasuki bulan kehrjuh dalam masa kandungannya.
Hal
itu
disebabkan keyakinan bahwa ibu hamil dalam bulan tersebut mengalami kelemahan secara rohaniah. MenurutTjilik
Riwut (1979:
56):
Umumnya, apabila seorang wanita baru menikah atau sewaktu
ia
sedanghamil dan
djuga
kalau
ia
baru
rnelahirkan,
maka saatitulah
daja-rohaniahnja sangat lemah dan gampang sekaliterpengaruh
oleh
kekuatan-kekuatandi
luar
dirinja.
Sebabitu
dalam keadaan demikian ia harus mentaati sjarat-sjarat tertentudemi melindungi
dirinja
dari bahaja.Ketiga, kepercayaan kepada
"darah"
sebagai media penenteram atau media yangmemiliki
"kuasa" mengusirpengaruh roh-roh jahat. Berdasarkan kepercayaanitu,
sarana penting yang digunakan dalamupacara adat
Nyaki
Tihi
adalah darah sebagai alatmanyaki
atau mamalas yangdiambil
dari binatang babi atau ayamkampung yangdikorbankan dalam upacara tersebut. Darah sebagai sarana manyaki
atau mamalas
di
sini
dipandang dapat meredam bahaya atau celakadan menjauhkan
dari roh-roh
yangjahat
yang
dapat mengganggukandungan
yang
akan dilahirkan
(manyadingen)
(Bapa
Rano, wawancara 21 November 2008).Dengan demikian, upacara
Nyaki Tihi
dilakukan
dengan latarbelakang peristiwa-peristiwa sulit yang dihadapi seorang perempuan
saat
melahirkan
anak pertama.Bila
saatlemah
itu tidak
dljaga,roh
perempuantemei
tersebutmudah
diganggu kuasajahat
ataukuntilanak (Indu Moches, wawancara 20 November 2008).
Tujuan
Upacara
Nyaki
Tihi
Upacara adat
Nyaki Tihi
menempatkan tujuan keselamatan ibuhamil
dan
anak dalam kandungan. Karenaitu,
terdapat beberapatujuan sebagai bagian dari tujuan keselamatan:
1.
Kesehatan secarafisik.
Tujuan
penyelenggaraan upacara adatNyaki
Tihi
adalahagar
saathamil
anak pertamadan
memasukibulan
ketujuh,ibu
dan
anak dalam kandungannya tetap sehatdan
kelahirananak pertama
itu
lancar sertatidak
bermasalah(Indu
Moches, wawancara 20 November 20C8).2.
Selamat
dari
pengaruh
roh-roh
jahat
atau
selamat
secara rohaniah.ru$ml$TUAIITA Vol.26 N0.2, Desember 2009
Dalam
kepercayaanumum
agamaSuku Dayak,
roh-rohmemiliki
pengaruh terhadap kehidupan nyata. Dua roh dipahamimemiliki
dua sisi,yaitu baik
dan jahat. Roh yangbaik diyakini
memberi kebaikan, sedangkan roh jahat adalah sumber kejahatan,
semua penyakit, dan gangguan lain. Upacara adat Nyaki Tihi bagi
ibu hamil
ditempatkan pada tujuan mendatangkan keselamatan dari pengaruh roh-roh jahat.3.
Me.mberi rasa tenteram secara batiniah.Diyakini
bahwa ibu yang hamil anakpertama, saat memasuki usia kandungan tujuh bulan, merasakan ketidaktenteraman dalam batinnya. Ada pergumulan batiniah yang kuat. D alam konteksitu,
upacara adat
Nyaki Tihi diyakini
dapat memberikan rasa aman sehingga bisa tenang danyakin
ia bebasdari
gangguan kuasa-kuasa yang dapat mengganggunya sampai saat melahirkan (InduPengo, wawancara 20 November 2008).
Waktu
danTempat Upacara
Adat Nyaki
Tihi
Tbmpat Upacara Adat
Nyaki
Tihi
Tempatpelaksanaan upacara adatNyaki Tihi selalu di tempat atau
rumah ibu yang sedang
hamil tujuh
bulan (Bapa Rano, wawancara21
November 2008).Waktu
Pelaksanaan upacara adatNyaki Tihi
adalah saat ibu hamil anak pertama dengan usia kehamilan memasukibulan ketujuh. Bisa dilaksanakan
pagi
atau siang danjarang
sekalimalam.
Pelaksanaan upacara memerlukanwaktu
sekitar
satujam
(Bapa Rano, wawancara 21 November 2008).Pelaksana
Ritual
Upacara
Adat Nyaki
Tihi
Inisiator
upacara adatNyaki
Tihi
adalah keluargaibu
hamil,yakni
orangtua
dari
perempuan
yang hamil,
perempuan
yanghamil itu
sendiri, atau suamidari
perempuan yanghamil.
Merekamengundang masyarakat dan meminta para tetua atau kepala adat atau damang atau pelaksana
ritual
seperti 6asir (Nirwana,wawancara2}
November 2008). Upacara adat Nyaki Tihi utamanya adalah kegiatan mamalas atattmanyakiyangdilakukan suami terhadap istri. Jika saat
itu
suamitidak
ada, misalnya bepergian atau berhalangan, merekamanyaki dan menampvng tawar. Fungsi basir
di
sini
adalah sebagitukang
tawar
dan pendoa agarniat
yang dilakukanpihak
keluarga sampai (Indu Moches, wawancara 20 November 2008).Unsur-unsur
atau Peralatan Upacara
Adat Nyaki
Tihi
Dalam
pelaksanaan upacaraadat
Nyaki
Tihi
dengan bahan ataumateri
lengkap, yangperlu
disediakan adalahbabi
atau ayamkampung
sebagaikorban
untuk diambil
darahnya.Darah
dalamupacara
ini
merupakanmateri paling
utama.
Materi
lain
adalah(Indu
Renda,Indu
Pengo, dan Bapa Rano, wawaricara20
dan2l
November 2008):
1.
Sesajen ata:u darung sangiang (Dayak Ngaju), yang disiapkandi
ancakberupa ketupat, patung dari tepung sebagai
alatmanyadiri
(gunanya sebagai pengganti
diri
ibu hamil
agarsial,
bahaya, celaka, dan hal buruk lainnya dapat dipindahkan atau berpindah kepada patung tersebut, sehinggaibu hamil
aman sampai masamelahirkan),
dan patung berbentuk cecak, lambang penguasadari
roh
di
dalam sungai. Ayam kampung direbus bulat dengankunyit,
telor, dan aneka kue dari randang (tepung ketan) seperticucur dan kue yang dibuat bulat
panjang
lonjong-setelah
digulung-gulung,
tengahnyaditekan
dengan
ibu
jari
secaramemanjang.
2.
Basal dllkatkan di pinggang si ibu danlilis
dipergelangan tangan atau uang logam yangdijadikan
gelang dan dipakaiibu
hamilselama upacara serta tiga hari sesudahnya.
3.
Panduduk, yaittt sangku,di
dalamnya beras, telor, uang logam,satu butir kelapa tua yang
kulit
luarnya dikupas dan diikat dengan benangputih
yang diberijarum,
perlengkapan menginang danrokok, minyak
kelapa danminyak harum,
serta alat tampungtawar (aiq minyak harum, daun sambelum).
4.
Dupa (trtarapen),pisau, atau ringgitluanglogam yangdigigit
saatmanyaki
tihi.
5.
Tikar
dan bahalai sebagai alas ibuhamil
saat upacara.6.
Daun sawang dan daun sambabelum (daunnya besar dan bulat)serta daun sasahar.
K0NIII$TUAIITA Vol. 26 No. 2, Desember 2009
Pantangan
danTabu-tabu
saatUpacara
Adat Nyaki Tihi.
Dalam
pelaksanaanupacara
ini,
tidak
ada
pantangan yangberlaku
bagi
keluarga
penyelenggaradan
pelaksana (orangtua,suami, saudara, pendeta,
basir,
damang, atau tetua).Hanya
objekupacara adat Nyaki Tihi, yaitu ibu yang hamil, pantang keluar rumah
pada
hari
pelaksanaanatau
sehari(Indu
Moches, wawancara 20November 2008).
Pakaian
danBangunan Tempat Upacara
Adat Nyaki Tihi.
Penyelenggara dan pelaksanatidak
memakai pakaian khususdalam
upacara
ini,
hanya
memakai pakaian biasa.
Objek
bisa memakai bahal ai (kain panjang) agar memudahkan pengolesan yang dilakukan kepadanya (Indu Moches, wawancara 20 November 2008). Biasanya upacara dilakukandi
ruangan yang luasdi
dalam rumah. Dalam upacara itu, sesajen disiapkan di nyiru dalam suatu keranjangyang disebut ancak, dan semua bahan digelar
di
tempat yang agakluas
di
tengah rumah tersebut,yakni di
atasbahalai
panjang atautikar
rotan (Indu Moches, wawancara 20 November 2008).Bahasa tang
Digunakan dalam Upacara
Adat Nyaki Tihi.
Bahasa yang digunakan dalamritual ini
adalah bahasa Sangiangdan
bahasa daerah
serta
pemalasan
atau
pemercikan
darahdiiringi
pengucapan ayat-ayat suci keagamaan atau doa, misalnya "Kasadingen dahan manuk darung tingang, sadingen aseng nyamammantuh kabelumam belum, mangat
bitim
baasengpanjang,
batuahmarajaki"
(Seperti darah binatang yang selalu memberi kehidupanyang
selalu tenang tenteram, tenterampula
hidupmu, agar engkauberumur
panjang
dan murah
rejeki)
(Nirwana,
wawancara
20November 2008).
Isi
doa dalam
upacara
ini
tentang
harapan,keinginan, dan penyerahan terhadap si ibu hamil serta kandungannya
baik
saat menjalani
masa-masasebelum
bersalin maupun
saat melahirkan (Nirwana, wawancara 20 November 2008).Akibat-akibat
Ritus Upacara
Adat Nyaki
Tihi
1.
Akibat
ritus dilaksanakan secara penuh dan benar.Ritus
adat
Nyaki
Tihi
yang
dilaksanakan secara penuhdan benar
diyakini
memiliki
akibat atau
dampakyang
baik.Makna Upaeara N.vaki Tihi ...
a.
Perasaan aman secara psikologis. Sang ibu yanghamil
danseluruh keluarga
memiliki
perasaan tenang dan keyakinanterhindar
dari
perasaan
waswas
dan takut
(Nirwana,wawancara 20 November 2008).
b.
Perasaan aman secarapsikis.
Sangibu
yang
hamil
tidak dihantui rasa takut mengenai posisibayi
dalam kandungan dan keselamatanibu
saat melahirkan (Nirwana, wawancara 20 November 2008).Dalam upacara adat
Nyaki
Tihi,
keselamatan
seorang perempuan yang mengandung anak pertama dipertaruhkan pada benarnya upacara dan lengkapnya bahan-bahan yang digunakanuntuk
itu,
terutama pengorbanan seekorbabi
atau ayam yangdiambil
darahnyauntuk
dioleskan. UpacaraNyaki Tihi
sepertiitu
sekaligusjuga
menggambarkan caraberpikir
yangdimiliki
orang
Dayak umumnya,
seperti dikatakanUgang
(1993: l2),
"Bagi
orang
Ngaju, ap^ yafig luhur, yang asli, yang
sejati,dan yang berasal
dari
suku sendiri,itulah
yang suci,baik,
dansempurna. " Dengan demiki an upacara adat Nyaki
Tihi
dari nenek moyang dipelihara's ecara turun-temurun dalam masyarakat
adat Dayak Ngaj u mengingat dampak positifirya. Ragam pelaksanaanupacaia
ini
dilakukan
berdasarkan keyakinan dan kepercayaandari orang yang melaksanakan.
2.
Akibat
ritustidak
dilaksanakan secara penuh dan benar.Ritus adat
Nyaki Tihi
yang dilaksanakan secara tidak penuhdan
tidak
benardiyakini memiliki
akibat atau dampak buruk.Jika upacara adat
Nyaki Tihi
tidak
dilaksanakan, ada beberapa akibatbagi
(I.{irwana, wawancara 20 November 2008):(a)
Akibat
bagi sang bayi:1)
Proses kelahiran bayi akan sulit.2)
Posisibayi
dalam rahim sang ibu menjadi sungsang.3)
Lahir
belum sampai waktunya (prematur).4)
Bayi
akanlahir
dengan bayi cacatfisik
maupun mental(tidak normal).
(b)
Akibat
bagi sang ibu:1)
Adanya keyakinan
bahwa sangibu
dapat mengalamigangguan
dari
roh-roh
jahat
atau hantu
beranakK0NIII$TUAIITA Vol. 26 N0. 2. Desember2009
2)
Pada masamelahirkan
akan mengalamisakit
bersalin berkepanjangan.3)
Saatmelahirkan
anak,air
ketuban lambatkeluar
atau ketuban pecah Qtus it p anjujung).4)
Setelahmelahirkan,
proseskeluar
darahkotor
tidak
normal atau masa nifas lama serta terjadi pendarahan. Berdasarkan keyakinan tentang akibat baik atau buruk ritus upacaru adatNyaki
Tihi,
diyakini pula
bahwa
penerima manfaat langsung dari upacaraNyaki
Tihi
adalah ibuhamil
dan anak dalam
kandungannya(Bapa Rano,
wawancara2l
November
2008).
Di
sisi lain,
dengan
pelaksanaan upacara adatNyaki Tihi,
orangtua atau keluarga memenuhikewajiban mereka
untuk
memberikan perlindungan
dan rasa aman kepada anak yang mengandung dan mengalamipersalinan. Sebagai orangtua, mereka akan merasa nyaman
menanti kelahiran
cucu
(Indu
Pengo,
wawancara
20November 2008). Sedangkan
bagi
komunitas Suku DayakNgaju
di
Desa
SambaDanum Katingan, manfaat
yangdirasakan
adalah
terpeliharanya ketentuan
hidup
yang
menyangkut keyakinan (manfaatreligius) yang
dilakukannenek moyang
mereka.Dengan demikian, mereka
telahmenjalani
kehidupan beradat sebagai orangDayak
(Bapa Rano, wawancara 21 November 2008).Prosesi
Ritus
Adat Nyaki Tihi.
Prosesi
ritus
adat
Nyaki
Tihi
Suku Dayak Ngaju
di
Desa Samba Danum Katinganterdiri
atas empat bagian,yaitu
persiapan, pembukaan, acara utama, dan penufup.l.
Persiapan.Persiapan
awal
dalam
pelaksanaanupacara
ini
adalahmenentukan
hari baik, yakni
pada
bulan ketujuh
kehamilananak
pertama. Persiapanuntuk
upacara adalah menyediakan bahan-bahan, terutama hewan yang akan dipotong saat upacara,dan sesaji, panduduk, dan perlengkapan
lainnya (Indu
Renda, wawancara 21 November 2008). Tidak ada ritual khusus sebelumpelaksanaan upacara.
Artinya, untuk
melaksanakan upacara,yang menjadi
pertimbangan hanya kesiapan danadan
waktuJ.
Makna Upacara N.vaki Tihi ...
Pembukaan.
Tidak
adaurutan
khusus dalam pembukaan upacara adatNyaki Tihi.
Upacaradimulai
dengan memotong hewan korbanyang
darahnyadiambil
sebagai saranamanyaki (Bapa
Rano,wawancara
2l
November 2008).
Rina
Teriasi (1997:
22)
mengatakan:
"setiap upa cara adat danritus agamayang mempersembahkan
korban,
darahnyatidak
dibuang
tetapi
digunakan
untukpemercikkan dan pemolesan. Misalnya untuk "manyaki atau
mamalas". Pada saat pemotongan hewan
korban
tersebutsebagian
dari
darahnyaditampung
di
dalam
bokor
kecil
(sangku) oleh basir/damang/pisur/tetua kampung.
Setelah
itu
objek
disiapkan
dengandidudukkan
di
atasbahalai.
Di
kedua
pergelangan tangannya,diikatkan
gelanguang
logam
atalu manasatau
lilis,
gnanya
sebagai pangaras (Nirwana, wawancara 20 November 2008).Acara Utama.
Dalam upacara utama,
yaitu
pemolesan darah yang disebutmanyaki,
ibu hamil
duduk
di
atas gong. Pelaksanaan manyaki dilakukan pertamaoleh
suami dariibu hamil,
diikuti
orangtua, selanjutnya orang yang dituak an, danpisur
atau damang sebagai penutup (Indu Moches, wawancara 20 November 2008). Darahbinatang
yang telah
disediakanbagi
upacaraitu
dioleskandi
perut,
naik ke
dada,lalu ke
kening
si ibu hamil
denganjari
telunj uk. Darah di gunakan pula untuk menj alin hubungan denganpara
ilah
atau
roh leluhur.
Jadi
kegiatan memoleskan darahitulah yang
disebttmanyaki
dan ibu hamil disebut manyakitihi.
Selanjutnya
pisur
menaburkan berasputih
dan beraskuning
keberbagai
penjuru sambil
menucapkan kata-kata dalam bahasa Sangiang (Indu Moches, wawancara 20 November 2008). Penutup.Menutup
kegiatan, dilaksanakanlah acara tampung tawar. Ac ara itu s eb agian menggunakan bahasa S ang iang. Car a t afi tp ung
tawar mulai
darijari
telunjuk
kaki,
lutut,
perut, kedua telapak tangan, bahu, dan atas kepaladiperciki minyak
(rninyak kelapa atauminyak
sayur). Sebagaimana sifatnya yang melumasi ataulicin,
gunaminyak
agarjalan lahir bayi licin
sehingga proses 4.K0NIII$TUAIITA Vol. 26 N0.2. Desember 2009
kelahiran mudah (Indu Renda, wawancara 21 November 2008). Setelah semua
ritual
dijalankan, sesaji dibawake
sungai untukdihanyutkan
diiringi
ucapan
"inilah
yang
dipersembahkanuntuk penghuni muara sungai". Dengan demikian penghuninya
tidak
mengganggusi ibu hamil.
Sementaraitu,
berasputih
dan beras kuningjuga
ditaburkan sebagai pengantar(Indu
Renda, wawancara 21 November 2008).Pembiayaan
Dalam
pelaksanaan upacaraini,
biaya
sepenuhnya menjadi tanggunganpihak
penyelenggara.Artinya,
biaya
dikeluarkan dariuang pribadi dan
bantuan
dari
keluarga.
Tapi
untuk
persiapan, khususnya konsumsi yang dihidangkan dan peralatan pesta, biasanya dengan sistem handep atau gotong-royong (Indu Renda, wawancara21 November 2008).
Dalam
pelaksanaan upacara adatNyaki Tihi
sekarang, binatang yang disediakan sebagai korban biasanya babi. Dengan demikian biaya lebih besar,di
samping adabiaya tambahanuntuk keperluan
lainlain
dengan jumlah jutaan rupiah.Fungsi Upacara
Adat Nyaki Tihi.
Berdasarkan pandangan masyarakat Suku Ngaju di Desa Samba Danum Katingan, terdapat beberapa fungsi upacara adat
Nyaki Tihi,
yaitu:a.
Fungsi sosiologis.Fungsi
upacaraadat
Nyaki
Tihi
secarasosiologis
yangdimaksudkan dalam
konteks
ini
adalah sejauh mana adatini
berguna
bagi
kehidupan sosial
budaya masyarakat setempat. Jadi fungsinya sebagai:1
)
Sarana untuk memelihara semangat kebersamaan masyarakatdalam menghadapi situasi
yang
berawaldari
pergumulanindividu dan
keluarga
menjadi
pergumulan
masyarakatsecara keseluruhan
sehubungan
dengan
kepercayaandiyakini
tentang ibuhamil
anak pertama.2)
Sarana untuk memupuk sikap sosial yangbaik.
Oranglain
di
luar
sangibu
yang
hamil
dan keluarga terdekat dapatMakna Upaearq Nla!!Tih:i =
sekelompok masyarakat
tidak
melaksanakan upacara adatNyaki
'Iihi.
Jadi
upacaraini
dapatdikategorikan
sebagai upaya menunjukkan sikap dan tanggungjawab
sosial SukuNgaju
di Desa Samba Danum Katingan.Sarana
untuk
memberi
jaminan rasa
tenteram
anggotamasyarakat. Dengan kepercayaan
bahwa
ibu hamil
telahdijauhkan
dari
gangguan-gangguanroh jahat,
dipercaya bahwa masyarakat terhindar dari pengaruh yang sama.Fungsi
pelestarian salah satu adatdan
kebudayaan SukuDayakNgaju.
b.
Fungsi religius.Fungsi
religius
di
sini dilihat
berdasarkan perspektif fungsiupacara
adat
Nyaki
Tihi
sehubungandengan
kepercayaan masyarakat setempat. Karenaitu
fungsinya:1.
Bila
dilihat dari
segi
religiusnya,
upacaraitu
berfungsiuntuk
memberikan sesaji kepadaroh-roh yang
beradadi
air
dandi
sekitar manusia agartidak
mengganggusi
ibu
selama masa
hamil
dan saat melahirkan serta padamasa-masa
pemulihan.
Bagi
makhluk
tertentudi
luar
manusia, perempuanhamil
berbau harum dan dapat menggoda roh-roh untuk memakannya.2.
Bila
dilihat dari
fungsi manyaki
atau mamalas
dengan darah, dapat dipahami bahwa upacaraitu
berfungsi sebagaipelindung
bagi
perempuanhamil. Menurut Rina
Teriasi(1997
22):Karena pada saat darah dioleskan ke objek, maka roh yang didalam darah itu akan menyampaikan ayat-ayat atau doa yang diucapkan oleh
orang-orang yang manyaki kepada Ranying Hatala Langit, sehingga apayang diharapkan akan diterima dan dikabulkan oleh Ranying Hatala langit.
3.
Upacara
Nyaki
Tihi
terutama
memakai
materi
darah.Wanita yang
hamil
perutnya
diolesi
darah menggunakantelunjuk.
Itu
menandakan bahwa kandungannyadilindungi
dan dijaga. Karena
itu,
dalam budaya DayakNgaju,
darahmemiliki
makna dalam penggunaannya. Darah mempunyainilai
religius. Darah
adalah
zat suci. Menurut
mitologi
3)
K0NIIKSTUAUTA Vol. 26 No. 2, Desember 2009
penciptaan Suku
Dayak
Ngaju,
darah merupakan sumberkehidupan. Setiap upacara
adat dan
ritus
agama yang
mempersembahkanhewan, darah
korban tidak
dibuang,tetapi digunakan untuk manyaki ataumamalas. Rina Teriasi
(tr997:22)
mengatakan:Di dalam darah diyakini memiliki kekuatan berupa roh yang berasal dari
atas untuk digunakan sebagai salah satu media dalam ritus dan upacara adat terutama untuk upacara manyaki atau mamalas.
4
.
Tradisi penggunaan darah dalam ritus dan upacara adatNyaki
Tihi
tersebut bukan berarti suku Dayak Ngaju menyembah darah, tetapi hal ifu merupakan warisan nenek moyang yang telahdiyakini
secara turun-temurun dan mempunyai maknatersendiri
dalam pemakaiannya.Makna
darah antaralain
sebagai
pelindung
dari
pengaruhburuk,
sebagai pemulihhubungan
yang rusak,
sebagai
simbol
persatuan,
dan menunjukan hubungan yang bersifat sakral.5.
Dalam Suku DayakNgaju, darah mempunyainilai
tersendiri dalam pelaksanaan adat. Darah mempunyainilai
religius. Rina Teriasi (1997: 21) menyebutkan:Dalam
mitologi
penciptaan
Suku Dayak Ngaju,
darahmerupakan sumber kehidupan.
Wanita
kosmos
pertamamelahirkan darah
yang
menjelma
menjadi Datuk
Peres dan beberapajenis
binatang,yaitu
sapi, babi, ayam, gorila,kera, nyamuk, dan
lalat.
Selanjutnya melahirkan
darahyang
menjelma menjadi keturunan manusia pertamayaitu
Maharaja Sangiang, Maharaja Sangen, Maharaja Bunu, danbeberapa
makhluk
lainnya,
yaitu
Gajah
Pakapek Bulau,Kamben Pating, Galoh
Maluyang Bulau,
dan Bungking
Kalapapa.
Darah
diyakini
memiliki
kekuatan berupa roh yang berasaldari Ranying Hatala
Langit
untuk digunakan sebagai salah satumedia dalam
ritus
dan upacara adat. Pada saat Ranying HatalaLangit
memberkati
pasanganmanusia
kosmos,
ManyameiTunggul Garing
JanjahunanLaut
Sahawung
Tangkuranan,Kameloh Putak Bulau Janjulan Karangan
Limut
Batu Kamasan Tambun, dan Ranying HatalaLangit
mengambil darah dari JataBalawang Bulau. Darah
itu
digunakanuntuk
mamalas merekaMakna Upacara Nvaki Tihi ...
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
di
atas, dapat disimpulkan
bahwaupacara adat
Nyaki
Tihi
bagi
masyarakatSuku Dayak
Ngaju
di
Desa
SambaDanum Katingan, Kalimantan
Tengah, adalah salah satu adat sekaligus kebudayaan masyarakat Suku Ngaju yang masihterpelihara.
Kendati demikian,
tidak
semua anggota suku tersebutmempertahankan adat
Nyaki Tihi. Artinya,
kelompok yang
masih memelihara adalah mereka yang masihmempertahankqrffi irc
ayaanagama suku. Namun demikian, ada juga yang
tef$
mempertahankanmeski memeluk agama seperti Kristen dan Hindu Kaharingan.
Secara umum, upacara adatNyaki Tihi
memiliki
beberapa makna,di
antaranyamakna
religius, yakni
sebagai sarana pemeliharaankepercayaan
akan
sesuatu
yang
mendatangkan
keselamatan,perlindungan,
baik
dan
buruk,
rasa aman, tenteram,dan
tenang.Upacara
itu juga
menjadi
sarana pemeliharaankeyakinan
akanpengalaman
agama
terkait
sesuatuyang
dianggap
suci,
sakral,dan
memiliki
pengaruh
bagi
kehidupan,
selain menjadi
saranarepresentasi
diri
Suku Dayak Ngaju yang menggambarkan identitasdiri,
kepercayaan, adat dan kebudayaan, serta masyarakat sebagaihasil pergumulan dengan keyakinan pada
kekuataryarlg "supericr"
di
luardiri
mereka.Secara
sosiologis,
lupacaraNyaki
Tihi
menjadi
alat
untuk memupuk semangat kebersamaan, gotong-royong, dan sikap sosiallainnya dalam
SukuDayak
Ngaju;
alat untuk
melakukankontrol
sosial terhadap tanggung jawab
individu
dan masyarakat sehubungan dengan keyakinan sebagian orang. Upacara itujuga
menjadi saranapemeliharaan
nilai-nilai
luhur
budaya yangdiwariskan dari
nenek moyang anggota Suku Ngaju di Desa Samba Danum Katingan, selainmenjadi gambaran cara
berpikir,
bertindak, berperilaku, dan upaya-upaya penyatuandiri individu
dengan kepercayaan sekitar, kekuatanyang
diyakini,
nilai-nilai
sosial budaya, dan moral yang dijunjung.Upaya
itu
menjadi"selaan"
di
tengah modernisasi yang bermuara pada keinginan untuk mengatakan "masih ada Suku Dayak di tengah peradaban dunia", walau agak bemuansa subjektif.K0I{[I$TUAI ITA Vol. 26 No- 2- Desember 2009
DAFTAR PUSTAKA
Niebuhr, Richard H., Kristus dan Kebudayaan, (lakarta: Petra Jaya,
1ee8).
Sitompul,A.A.,
Manusia dan Budaya, (Jakarta, BPK GunungMulia,
1991).
Riwut,
Tjilik,
Kalimantan Membangun (1979).Teriasi,
Rina, "Makna
Darah dalam
Upacara PemulihanAdat",
skripsi,
1997.Ugang,
Hermogenes,Menelusuri
Jalur-jalur
Keluruhan,
(Jakarta:BPK
Gunung Mulia, I 993).Ukur,
Fridolin,
Tantang-Djawab Suku Dajak, (Jakarta: BPK GunungMulia,
1971)Informan: