• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

P

angan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Untuk mencukupi kebutuhan pangan terutama beras, pemerintah mencanangkan berbagai upaya program swasem-bada beras, namun program tersebut menghadapi berbagai tantangan antara lain menurunnya laju pertumbuhan produk-tivitas, alih fungsi lahan pertanian, serta pemanfaatan lahan yang belum sesuai dengan karakteristik agroekosistem.

Penelitian zona agroekosistem (ZAE) pada skala 1:50.000 (semidetail) merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan konsep pewilayahan komoditas pertanian dengan memperhatikan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penggunaan lahan dan rekomendasi pemupukan pada suatu wilayah.

Komponen utama penyusunan ZAE adalah faktor biofisik (tanah dan iklim, fisiografi dan bentuk wilayah, vegetasi dan penggunaan lahan) serta faktor sosial ekonomi. Faktor sosial-ekonomi yang perlu dipertimbangkan dalam memasyarakatkan paket teknologi spesifik lokasi adalah potensi tenaga kerja, beban lingkungan, komoditas pertanian unggulan, serta prasarana (Bermanakusumah, 1998).

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan zona-zona pewilayahan komoditas pertanian spesifik lokasi berdasar-kan kesesuaian agroekosistem dan menentuberdasar-kan alternatif teknologi termasuk rekomendasi pemupukan untuk komo-ditas unggulan. Penelitian ZAE diarahkan untuk zonasi tanaman pangan lahan kering yaitu padi gogo, jagung, kedelai, dan kacang tanah.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di dua kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, yaitu Kecamatan Playen dan Wonosari dengan luas 18.083 ha. Bahan penelitian berupa peta seri tanah skala 1:50.000 (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994), peta geologi skala 1:100.000 (Rahardjo et al., 1977), peta topografi skala 1:50.000 (Army Map Service, 1943), dan laporan lainnya yang berhubungan dengan daerah penelitian. Penelitian

dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Penelitian di lapangan bersifat pemeriksaan seri tanah dalam satuan peta tanah (SPT).

Penelitian kelas kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan dilakukan berdasarkan sifat kimia, fisik, dan mineral dalam seri tanah serta data iklim. Klasifikasi tanah meng-gunakan sistem klasifikasi soil taxonomy (Soil Survey Staff, 1992). Sistem ini mempunyai enam kategori dengan urutan tinggi ke rendah. SPT disusun dengan menggunakan seri tanah dengan beberapa perbaikan berdasarkan evaluasi lapangan dan laboratorium

Penyusunan ZAE didasarkan pada faktor biofisik dan sosial-ekonomi. Faktor biofisik meliputi kemiringan tanah (kelas lereng), regim temperatur, dan regim kelembapan. Kelas lereng dibedakan atas: I (lereng > 45%), II (lereng 25-45%), III (lereng 8-25%), dan IV (lereng < 8%). Regim temperatur dibedakan atas: a (panas, thermic, dan hyperthermic), b (sejuk, mesic), dan c (dingin, frigid). Selanjutnya regim kelembapan dibedakan atas: x (kering, ustic), y (lembap, udic), dan z (basah, aquic). Kriteria regim kelembapan dan regim temperatur mengacu pada soil taxonomy (Soil Survey Staff, 1992).

Faktor sosial ekonomi yang digunakan untuk mem-bedakan zona agroekosistem adalah potensi tenaga kerja, beban lingkungan, komoditas pertanian unggulan, dan infrastruktur (prasarana). Notasi indikator sosial-ekonomi menurut Bermanakusumah (1998) adalah:

a. Potensi tenaga kerja (T), dinilai dari kerapatan geografis tenaga kerja ditambah dengan evaluasi tingkat pendidik-an, yang menghasilkan Tl (tenaga kerja kurang men-dukung) dan T2 (tenaga kerja sangat menmen-dukung). b. Beban lingkungan (B), dinilai dari kepadatan penduduk

dan beban tanggungan keluarga, menghasilkan B1 (beban lingkungan ringan) dan B2 (beban lingkungan berat).

c. Komoditas pertanian unggulan (P), komoditas sesuai dengan kondisi tanah dan agroklimat spesifik lokasi, memiliki keunggulan komparatif setelah dianalisis dengan

land rent, mempunyai nilai ekonomi cukup potensial untuk pasar domestik dan global, serta sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Secara garis besar,

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN ZONA

AGROEKOSISTEM: KASUS DI PLAYEN DAN WONOSARI, YOGYAKARTA

Budiono

1

1Teknisi Litkayasa Pratama pada Balai Pengkajian Teknologi

Pertani-an Yogyakarta, KarPertani-angsari, WedomartPertani-ani, Ngemplak, SlemPertani-an, Telp. (0274) 566823

(2)

penilaian potensi daerah penelitian ditekankan untuk pengembangan komoditas tanaman pangan dan tanaman tahunan. Penilaian potensi komoditas pertanian dibeda-kan menjadi kurang potensial (0), cukup potensial (1), dan sangat potensial (2).

d. Infrastruktur/prasarana (I), dibedakan menjadi prasarana fisik dan sosial. Prasarana fisik berupa jalan, sungai, bangunan pasar, dan pergudangan. Prasarana sosial menyangkut agama, adat istiadat, lembaga pendidikan, kelompok tani, organisasi karang taruna, dan organisasi wanita. Infrastuktur sosial ekonomi mendukung jika nilai I > 23, dan tidak mendukung jika nilai I < 23.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Biofisik

Secara topografis daerah penelitian umumnya bergelombang dengan lereng antara 8-15% dan sebagian wilayah berbukit (> 45%). Kecamatan Wonosari terdiri atas dataran karst, kerucut karst, polje atau dolin, dataran banjir, basin tertutup, dan jalur aliran sungai. Kecamatan Playen terdiri atas dataran karst, kerucut karst, eskarpmen, perbukitan lipatan paralel, bukit sisa erosi, dataran banjir, polje atau dolin, dan jalur aliran sungai.

Bahan induk yang merupakan salah satu faktor pem-bentuk tanah diidentifikasi pada kedalaman 0-200 cm, yaitu sampai pada horison C atau batuan induk (R). Di daerah penelitian ditemukan bahan endapan sungai, bahan endapan liat, batu gamping/batu kapur, batu napal, dan batuan sedimen. Kecamatan Wonosari dan Playen terletak pada keting-gian 170-180 m dpl. Tipe curah hujan (Schmidt dan Ferguson, 1951) didominasi oleh tipe curah hujan C dengan nilai Q 33,30-60%. Suhu udara minimum yang didata oleh Stasiun Iklim Playen adalah 15,2°C, suhu maksimum 28,9°C, sedang suhu rata tahunan 22°C. Kelembapan nisbi udara rata-rata tahunan adalah 83%. Berdasarkan data curah hujan, suhu, garis bujur, dan garis lintang, wilayah Gunungkidul mempunyai regim suhu isohypertermic. Wilayah Kecamatan Wonosari umumnya mempunyai regim kelembapan ustic, sedangkan Kecamatan Playen udic.

Di wilayah Kecamatan Wonosari dan Playen terdapat 33 SPT yang terdiri atas 29 seri tanah (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994). Tiap SPT tersusun dari asosiasi atau kompleks seri tanah. Klasifikasi tanah di dua kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1. Sifat tanah, kendala dan ke-untungannya untuk budi daya pertanian diuraikan berikut ini.

Entisols

Tanah Entisols merupakan tanah yang masih muda per-kembangannya. Secara umum, kandungan mineral primernya cukup banyak, sehingga menunjang penyediaan unsur hara untuk tanaman. Di lokasi penelitian, kendala pengembangan pertanian adalah kedalaman tanah yang dangkal, yaitu pada subgrup Lithic Usthorthents. Jenis tanaman yang sesuai adalah yang perakarannya tidak terlampau dalam.

Inceptisols

Tanah ini merupakan kelanjutan dari perkembangan tanah Entisols. Kandungan mineral primernya lebih sedikit di-banding Entisols, namun mineral sekunder dan tersiernya lebih banyak. Secara umum tanah ini cukup baik untuk budi daya tanaman. Pada subgrup lithic, pengembangan tanaman perlu memperhatikan syarat tumbuh tanaman, terutama yang berkaitan dengan kedalaman tanah.

Alfisols

Tanah ini telah mengalami perkembangan yang cukup lanjut, yang dicerminkan oleh akumulasi liat pada horizon B. Kesuburan tanah cukup tinggi, karena nilai kejenuhan basanya di atas 50%. Umumnya tanah jenis ini dalam, bahkan sangat dalam, dan hanya sebagian kecil kedalaman efektifnya di bawah 30 cm (lithic). Kandungan liatnya cukup tinggi sehingga pengolahan tanah cukup sulit.

Tabel 1. Klasifikasi tanah di Kecamatan Playen dan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Ordo Sub-ordo Great-group Sub-group

Entisols Orthens Ustorthents Lithic Ustorthents

Typic Ustorthents

Inceptisols T r o p e p t s Eutropepts Lithic Eutropepts

Typic Eutropepts Vertic Eutropepts Fluventic Eutropepts Aquic Eutropepts

Ustropepts Aquic Ustropepts

Lithic Ustropepts

Alfisols Ustalfs Haplustalfs Lithic Haplustalfs

Mollisols Udolls Argiudolls Vertic Argiudolls

Hapludolls Typic Hapludolls

Ustolls Haplustolls Lithic Haplustolls

Vertisols Uderts Hapluderts Typic Hapluderts

(3)

Mollisols

Tanah ini ada yang telah mengalami perkembangan lanjut, namun juga ada yang masih much. Ciri utama tanah ini adalah kandungan bahan organik yang tinggi dan tanahnya gembur. Secara umum tanah ini sangat cocok untuk budi daya tanam-an. Kendala tanah hampir tidak ada, kecuali pada kondisi tertentu tanah dapat tererosi sehingga menjadi dangkal. Vertisols

Perkembangan tanah ini belum terlalu lanjut, yang dicirikan oleh adanya mineral liat tipe 2:1. Ciri utamanya adalah daya mengembang dan mengerutnya sangat tinggi. Untuk tanam-an umbi-umbitanam-an, ttanam-anah ini kurtanam-ang menunjtanam-ang perkembtanam-angtanam-an umbi. Kendala lainnya adalah pengolahan tanah cukup sulit karena kandungan liatnya sangat tinggi. Untuk mengatasi kendala tersebut perlu pemberian bahan organik yang cukup tinggi sehingga mengurangi kekerasan tanah. Keuntungan tanah ini adalah daya menyimpan airnya sangat tinggi.

Indikator Sosial-Ekonomi

Komoditas unggulan di Kecamatan Wonosari dan Playen adalah padi gogo, kedelai, jagung, dan kacang tanah. Sistem pertanaman yang digunakan adalah pola tumpang sari/ tumpang gilir. Potensi tenaga kerja umumnya sangat men-dukung. Beban lingkungan Kecamatan Playen umumnya ringan dan infrastruktur cukup mendukung, sedangkan beban lingkungan di Wonosari umumnya berat dengan sebagian prasarana mendukung dan sebagian lainnya kurang men-dukung.

Zona Agroekosistem

Zona agroekosistem (ZAE) dengan seri tanah yang berbeda mengisyaratkan suatu rekayasa rekomendasi pemupukan untuk komoditas tanaman pangan dan sayuran. Rekayasa rekomendasi pemupukan didasarkan pada uji tanah untuk padi sawah (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1998), dan rekayasa rekomendasi untuk tanaman palawija (padi gogo, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, dan jagung) didasarkan pada hasil-hasil penelitian terdahulu (Effendi et al., 1980; Landon, 1984; Tisdale et al., 1985; SMSS USDA, 1986).

Kecamatan Wonosari

Zona agroekosistem di Kecamatan Wonosari dapat dibeda-kan dalam enam zona. Lima zona berpotensi untuk tanaman pangan dan satu zona untuk tanaman tahunan. Zona yang

berpotensi untuk tanaman pangan berada pada lahan dengan kemiringan 1-15%. Komoditas unggulannya meliputi padi gogo, kedelai, jagung, kacang tanah, dan ubi kayu. Luas areal yang berpotensi untuk tanaman pangan mencapai 8.497 ha. Zona untuk tanaman tahunan dalam rangka konservasi tanah dan air berada pada lahan dengan lereng 25-45% dengan luas 547 ha. Tanaman yang direkomendasikan adalah akasia dan mahoni.

Secara rinci, zona-zona tersebut dan rekomendasi pe-mupukannya adalah sebagai berikut:

1. Zona IVay, T2, B1, Pl, dan Il: lereng l-3%, regim temperatur panas (isohyperthermic), regim kelembapan lembap (udic) dan sebagian kering (ustic), potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan ringan, komoditas unggulan padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar cukup potensial, serta infrastruktur mendukung. Rekayasa rekomendasi pemupukan disajikan pada Tabel 2.

2. Zona IVax, T2, B2, P1, dan Il: lereng 3-8%, regim tempera-tur panas, regim kelembapan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan berat, komoditas unggulan padi gogo dan kacang tanah cukup potensial, jagung, kedelai, dan ubi kayu sangat potensial, dan infrastruktur mendukung. Rekayasa rekomendasi pe-mupukan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekomendasi pemupukan zona IVax, T2, B2, P1, dan I1, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi gogo 1 6 0 - 2 0 0 1 1 0 - 1 6 0 6 0 - 7 5 0

Jagung 2 6 0 - 3 0 0 1 1 0 - 1 7 0 7 5 - 1 2 0 0

Kedelai 2 0 0 / 6 0 7 5 - 1 0 0 9 0 - 1 2 0 1 2 5

Ubi kayu 2 6 0 1 3 0 - 1 7 0 1 2 0 0

Kacang tanah 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0

Tabel 2. Rekomendasi pemupukan zona IVay ,T2, B1, P1, dan Il, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi sawah 1 6 0 9 0 - 1 0 0 7 5 - 1 0 0 0 Padi gogo 2 2 0 1 1 0 - 1 3 0 1 0 0 0 Jagung 3 0 0 1 7 0 9 0 0 Kedelai 2 0 0 / 6 0 1 0 0 1 2 0 1 2 5 Ubi kayu 2 6 0 1 7 0 1 2 0 0 Kacang tanah 1 3 0 1 3 0 1 0 0 0

(4)

3. Zona IIIay, T2, B2, P1 dan I1: lereng 8-15%, regim tem-peratur panas, regim kelembapan lembap dan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkung-an berat, komoditas unggullingkung-an padi gogo, jagung, kedelai, dan ubi kayu sangat potensial, kacang tanah cukup potensial, dan infrastruktur kurang mendukung. Reka-yasa rekomendasi pemupukan terdapat pada Tabel 4. 4. Zona IIIax2, T2, B2, P1, dan I1: lereng 8-15%, regim

temperatur panas, regim kelembapan kering, potensi tenaga kerja sangat rendah, beban lingkungan berat, komoditas unggulan padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubikayu sangat potensial, dan infrastruktur kurang mendukung. Rekayasa rekomendasi pemupukan disajikan pada Tabel 5.

5. Zona IIIaxl, T2, B2, PI, dan I1: lereng 8-15%, regim temperatur panas, regim kelembapan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan berat, komoditas unggulan padi gogo, jagung, kedelai sangat potensial, dan infrastruktur mendukung. Rekayasa rekomendasi pemupukan dapat dilihat pada Tabel 6. 6. Zona IIay T B H (932, 922) I1: lereng 25-45%, regim

temperatur panas, regim kelembapan lembab, diarahkan untuk zona konservasi tanah dan air dengan tanaman kehutanan akasia dan mahoni, serta infrastruktur men-dukung.

Kecamatan Playen

Daerah Kecamatan Playen dibedakan menjadi delapan ZAE. Lima zona berpotensi untuk tanaman pangan dan tiga zona untuk tanaman tahunan. Zona yang berpotensi untuk tanaman pangan berada pada lahan dengan kemiringan 1-15%. Komoditas unggulannya meliputi padi gogo, padi sawah, kedelai, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar. Lahan yang berpotensi untuk tanaman pangan seluas 8.263 ha. Zona untuk tanaman tahunan, dalam rangka konservasi tanah dan air, berada pada lahan dengan lereng 25-> 45%. Tanaman yang direkomendasikan adalah akasia dan mahoni. Luas lahan untuk pengembangan tanaman tahunan mencapai 776 ha.

Secara rinci, zona-zona tersebut dan rekomendasi pe-mupukannya adalah sebagai berikut:

1. Zona IVay, T2, B2, P1, dan I1: lereng 1-31%, regim temperatur panas, regim kelembapan lembap dan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkung-an berat, komoditas unggullingkung-an padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar dan bawang putih dataran rendah sangat potensial, dan infrastruktur mendukung. Rekayasa rekomendasi pemupukan disajikan pada Tabel 7.

2. Zona IVax, T2, B2, P1, dan I1: lereng 3-8%, regim temperatur panas, regim kelembapan kering, potensi

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan zona Illax2, T2, B2, P1, dan I1 di Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi gogo 2 2 0 1 6 0 9 0 0

Jagung 3 0 0 1 7 0 7 5 0

Kedelai 200/160 1 0 0 7 5 1 2 5

Ubi kayu 2 6 0 1 6 0 1 2 0 0

Kacang tanah 1 3 0 1 3 0 1 0 0 0

Tabel 4. Rekomendasi pemupukan zona IIIay, T2, B2, P1, dan I1 di Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi gogo 2 2 0 1 0 0 6 0 0

Jagung 2 6 0 1 1 0 7 5 0

Kedelai 2 0 0 / 6 0 9 0 1 2 0 1 2 5

Ubi kayu 2 6 0 1 3 0 1 2 0 0

Kacang tanah 1 3 0 1 3 0 1 0 0 0

Tabel 6. Rekomendasi pemupukan zona IIIax1, T2, B2, P1, dan I1 di Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi gogo 1 6 0 1 1 0 7 5 0

Jagung 2 6 0 1 1 0 9 0 0

Kedelai 2 0 0 / 6 0 7 5 9 0 1 2 5

Ubi kayu 2 6 0 1 6 0 1 2 0 0

Kacang tanah 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0

Tabel 7. Rekomendasi pemupukan zona IVay, T2, B2, P1, dan I1, Kecamatan Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi sawah 1 6 0 7 5 - 1 0 0 7 5 - 1 0 0 0 Padi gogo 2 2 0 1 1 0 - 1 3 0 1 0 0 0 Jagung 2 6 0 1 7 0 1 2 0 0 Kedelai 2 0 0 / 6 0 1 0 0 1 2 0 1 2 5 Ubi kayu 2 6 0 1 3 0 1 2 0 0 Ubi jalar 1 4 0 4 5 7 0 0

(5)

Tabel 8. Rekomendasi pemupukan zona IVax, T2, B2, P1, dan I1 Kecamatan Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi gogo 1 8 0 - 2 2 0 1 1 0 - 1 6 0 6 0 - 7 5 0 Jagung 2 7 5 - 3 4 0 1 1 0 - 1 7 0 7 5 - 9 0 0 Kedelai 2 0 0 / 6 0 7 5 - 1 0 0 9 0 - 1 2 0 1 2 5 Ubi kayu 2 6 0 1 3 0 - 1 7 0 1 2 0 0 Ubi jalar 1 4 0 4 5 7 0 0 Kacang tanah 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0

Tabel 9. Rekomendasi pemupukan zona IVay, T2, B2, P1, dan 12, Kecamatan Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi gogo 2 2 0 1 0 0 6 0 0 Jagung 2 6 0 1 1 0 7 5 0 Kedelai 2 0 0 / 6 0 1 0 0 9 0 1 2 5 Ubi kayu 2 6 0 1 3 0 1 2 0 0 Ubi jalar 1 4 0 4 5 7 0 0 Kacang tanah 1 3 0 1 3 0 1 0 0 0

Tabel 10. Rekomendasi pemupukan zona IIIax2, T2, B2, P1, dan I2, Kecamatan Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi gogo 2 2 0 1 6 0 9 0 0

Jagung 3 0 0 1 7 0 7 5 0

Kedelai 2 0 0 / 6 0 1 0 0 7 5 1 2 5

Ubi kayu 2 6 0 1 6 0 1 2 0 0

Kacang tanah 1 3 0 1 3 0 1 0 0 0

Tabel 11. Rekomendasi pemupukan zona IIIax1, T2, B2, P1, dan I2, Kecamatan Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Takaran pupuk

Komoditas Urea T S P KCl Rhizoplus

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (g/ha)

Padi gogo 1 6 0 1 1 0 7 5 0 Jagung 2 6 0 1 3 0 9 0 0 Kedelai 2 0 0 / 6 0 7 5 9 0 1 2 5 Ubi kayu 2 6 0 1 3 0 1 2 0 0 Ubi jalar 1 4 0 4 5 7 0 0 Kacang tanah 1 3 0 1 3 0 1 0 0 0

tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan berat, komoditas unggulan padi gogo sangat potensial, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah cukup potensial, dan infrastruktur mendukung. Rekayasa rekomendasi pemupukan terdapat pada Tabel 8. 3. Zona IVay, T2, B2, P1, dan I2: lereng 8-15%, regim

temperatur panas, regim kelembapan lembap, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan berat, komoditas unggulan padi gogo, jagung, kedelai, dan ubi kayu sangat potensial, ubi jalar dan kacang tanah cukup potensial, dan infrastruktur kurang mendukung. Reka-yasa rekomendasi pemupukan dapat dilihat pada Tabel 9. 4. Zona IIIax2, T2, B2, P1, dan I2: lereng 8-15%, regim temperatur panas, regim kelembapan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan berat, komoditas unggulan padi gogo, jagung, kedelai, ubi kayu sangat potensial, kacang tanah cukup potensial, infra-struktur kurang mendukung. Rekayasa rekomendasi pemupukan disajikan pada Tabel 10.

5. Zona IIIaxl, T2, B2, P1, dan I2: lereng 8-15%, regim temperatur panas, regim kelembapan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan berat, komoditas unggulan padi gogo, jagung, kedelai sangat potensial, infrastruktur kurang mendukung. Rekayasa rekomendasi pemupukan dapat dilihat pada Tabel 11.

6. Zona IIax2, T2, B1, P1, dan I1: lereng 25-45%, regim tem-peratur panas, regim kelembapan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan ringan, komoditas unggulan padi gogo, kedelai, kacang tanah cukup potensial, infrastruktur mendukung.

7. Zona IIaxl, T2, BI, H(932, 922) I1: lereng 25-45%, regim temperatur panas, regim kelembapan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan ringan, diperuntukkan untuk tanaman akasia dan mahoni, dan infrastruktur mendukung.

8. Zona lax, T2, B1, H(932, 922) I1: lereng > 45%, regim temperatur panas, regim kelembapan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan ringan, diperuntukkan untuk zona konservasi tanah dan air dengan tanaman akasia dan mahoni, infrastruktur mendukung.

KESIMPULAN

Lahan seluas 8.497 ha di Kecamatan Wonosari berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering dan sisanya seluas 547 ha untuk zona konservasi tanah dan air. Di Kecamatan Playen, seluas 8.263 ha berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering dan sisanya 776 ha untuk zona konservasi tanah dan air.

(6)

Potensi tenaga kerja di kedua kecamatan umumnya sangat mendukung untuk pengembangan usaha pertanian. Beban lingkungan di Kecamatan Wonosari umumnya berat, sedang di Kecamatan Playen umumnya ringan. Secara umum infrastruktur di kedua kecamatan mendukung, hanya sebagi-an kecil wilayah ysebagi-ang kursebagi-ang mendukung terutama di lahsebagi-an dengan lereng > 25%.

Penyusunan rekayasa rekomendasi pemupukan setiap zona pada beberapa komoditas masih memerlukan perbaikan dengan melakukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Army Map Service. 1943. Topography map of Java and Madura I : 50.000 scale. 1st Ed. US Army, Washington DC.

Bermanakusumah, R. 1998. Agroecological zone report. Penyu-sunan Indikator Ekonomi pada Peta Zona Agroekologi. Agency for Agricultural Research and Development, Jakarta. Effendi, S., Kasno, dan M. Sudjadi. 1980. Rekomendasi pemupuk-an untuk tpemupuk-anampemupuk-an ppemupuk-angpemupuk-an lahpemupuk-an kering. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk, Jakarta 8-10 April 1980. Badan Litbang Pertanian, Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, Ditjen Industri Kimia Dasar, PT Pupuk Sriwijaya.

Landon, J.R. 1984. Soil Suitability for Crops. Booker Tropicals Soil Manual, Booker Agric. Int’l Ltd., London.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumber Daya Lahan untuk Pengembang-an PertPengembang-aniPengembang-an, Rehabilitasi LahPengembang-an dPengembang-an Konservasi TPengembang-anah, dPengembang-an Pengembangan Daerah Aliran Sungai DI Yogyakarta Tingkat Semidetail (skala 1:50.000). Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.1998. Uji tanah sebagai dasar pemupukan spesifik lokasi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan H.M.D. Rosidi. 1977. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa, skala 1:100.000. Direkto-rat Geologi, Departemen Pertambangan, Bandung.

Schmidt, F. H. and J.H.A. Fergusson. 1951. Rainfall type based on dry period ratios for Indonesia with West New Guinea-Verh-42. Kementrian Perhubungan RI, Jakarta.

Soil Survey Staff. 1992. Keys to Soil Taxonomy. SMSS. Technical Monograph No. 19. 5th Ed. USDA, Pocahontas Press, Inc.

USA.

SMSS USDA. 1986. Environmental Adaption of Crops. Book Series No. 37, Los Banos, Laguna, Philippines.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer 4th Ed. Macmilan Publ. Co., New York.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi tanah di Kecamatan Playen dan Wonosari, Gunungkidul, DI  Yogyakarta
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan zona IVax, T2,  B2, P1, dan I1, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI  Yogyakarta
Tabel 6. Rekomendasi pemupukan zona IIIax1, T2, B2, P1, dan I1 di Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI  Yogyakarta
Tabel 11. Rekomendasi pemupukan zona IIIax1, T2, B2, P1, dan I2, Kecamatan Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

yang berarti bahwa nilai tukar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham secara parsial dalam penelitian

(5) Berdasarkan identifikasi Camat dalam hal proses pelaksanaan Penjaringan dan Penyaringan Calon Perangkat Desa tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada

Lahir Jenis Kelamin Program Studi Status Perkawinan Asal SLTA/PT Angkatan Tanggal Lulus Pekerjaan Agama IPK No.. Hanphone

478 Berdasar hasil SPSS versi 16.0 dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 8,438 yang memiliki nilai lebih besar dari F tabel yaitu 2,816 dengan tingkat

HARYADI SUYUTI.. LAMPIRAN II : PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN

Variabel yang digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan nelayan pancing ulur di PPN Palabuhanratu Sukabumi adalah berdasarkan Nilai Tukar Nelayan (NTN), indikator

a) Dosen membuat kontrak perkuliahan dengan mahasiswa tentang ruang lingkup, tujuan dan sasaran mata kuliah praktek musik Talempong Unggan melalui pemberian GBPP